Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini telur | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

UPAYA KEMENTAN MENANGKAL HOAX TELUR PALSU

Drh Pujiono mengklarifikasi hoax telur palsu di Kediri


Beberapa waktu yang lalu media sosial kembali dihebohkan oleh isu telur palsu yang ditemukan oleh seorang wanita di kota Kediri. Dalam sebuah video yang beredar, tampak sejumlah telur ayam dalam kondisi terpecah yang isinya tampak kental menyerupai jel. Namun setelah dilakukan uji laboratorium, telur tersebut ternyata asli dan emak-emak tersebut meminta maaf.

Menanggapi isu ini Kementerian Pertanian cq Ditjen Peternakan dan Keswan menggelar talk show bertajuk "Kesmavet Talk : Hati - Hati telur palsu". Acara tersebut diselenggarakan secara live streaming melalui daring instagram dan facebook ditjen peternakan dan kesehatan hewan pada Kamis (20/5) yang lalu.

Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB University sekaligus Anggota Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Karantina Hewan Kementerian Pertanian Dr Drh Denny Widaya Lukman dan perwakilan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri Drh Pujiono.

Dalam paparannya, Dr Denny menjelaskan segala aspek mengenai telur. Dari proses pembentukan telur, cara memperlakukan dan menyimpan telur, hingga cara memilih telur yang baik dan layak makan dijelaskan secara mendetail dengan bahasa yang mudah dimengerti. 

"Isu telur palsu ini sudah berkali-kali muncul seperti isu daging ayam yang mengandung hormon, saya tegaskan sekali lagi, tidak akan ada yang namanya telur palsu secanggih apapun teknologi yang manusia miliki," tutur Denny. 

Denny menghimbau kepada para konsumen agar lebih rajin membaca dan memilih berita agar tidak mudah termakan isu hoax, terlebih lagi menyebarkan isu tersebut ke media sosial. Karena tentunya hal ini juga akan merugikan sektor peternakan akibat ketakutan makan telur palsu yang sebenarnya adalah hoax.

Drh Pujiono selaku perwakilan pemerintah daerah kemudian menjelaskan kronologi peristiwa beredarnya video tersebut di berbagai laman media sosial. Menurutnya itu hanya kesalahpahaman dan salah handling telur saja.

Telur tersebut dimasukkan ke dalam kulkas bagian bawah, bukan freezer. Setelah lima hari dipecahkan oleh si Ibu tetapi tidak bisa. Selain itu cangkangnya sulit dipecahkan, putih dan kuningnya mencair dan bercampur menjadi satu. Tidak seperti telur pada umumnya. Bahkan dari dalam telur keluar cairan bening yang kemudian mengeras seperti lem. Kulit ari yang berada di dalam cangkang juga kenyal saat ditarik," tutur Pujiono.

"Setelah diperiksa di laboratorium oleh tim kami, 10 butir sampel telur tersebut bukanlah telur palsu melainkan membeku karena suhu yang terlalu dingin, nah ini kan berarti salah handling dan salah paham tapi tidak dilakukan klarifikasi alias tabayyun," tambah Pujiono.

Pujiono kemudian menghimbau agar kaum ibu - ibu tidak terburu - buru untuk langsung membuat postingan seperti itu dan menyebarkannya. Karena selain dapat menyebabkan keresahan, sang pembuat dan penyebar juga dapat dipidanakan karena menyebarkan hoax.

"Ini merupakan cambuk juga bagi kami agar lebih dekat dan mengedukasi masayarakat lebih luas. Saya harap isu ini tidak lagi terulang, pemerintah sedang gencar meningkatkan konsumsi telur, karena isu ini program tadi dapat terhambat, bahkan membuat peternak dan pedagang telur rugi," tukas Pujiono.

Senada dengan Pujiono, Denny juga menghimbau kepada kaum ibu - ibu agar lebih cerdas, banyak membaca, menggali informasi, dan kritis dalam menghadapi isu - isu terkait hal tersebut. Ia juga mengajak kepada seluruh stakeholder di dunia peternakan agar senantiasa dan tidak bosan mengedukasi masyarakat agar tidak mudah termakan hoax.

Kemenkominfo bahkan beberapa waktu yang lalu pernah merilis bahwa hoax beredarnya telur palsu ini menempati peringkat ke-6 dari beberapa hoax yang meresahkan masyarakat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. (CR)




TELUR DAN MANFAAT GIZI DI MASA PANDEMI DIBAHAS DI ILC

Webinar ILC edisi ke-16 membahas mengenai Telur dan Manfaat Gizi di Masa Pandemi. (Foto: Dok. Infovet)

“Telur merupakan sumber protein hewani paling murah yang mudah terjangkau masyarakat. Protein hewani sangat penting, terutama untuk anak dalam masa pertumbuhan. Telur adalah protein hewani termurah, kaya akan gizi, serta mengandung banyak vitamin. Karena sangat lengkap zat gizi yang terkandung, telur sering kali disebut Kapsul Ajaib,” ujar panitia Indonesia Livestock Club (ILC), Andang S. Indartono dalam webinar ILC edisi ke-16 bertajuk “Telur dan Manfaat Gizi di Masa Pandemi”, Senin (1/2/2021).

Khususnya di era pandemi saat ini selain penerapan protokol kesehatan yang ketat, juga dibutuhkan asupan sumber pangan yang bergizi untuk membangun sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit, salah satunya melalui telur ini.

Menurut Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, DR Dhian Probhoyekti Dipo MA, Indonesia masih mengalami kendala kekurangan dan kelebihan gizi bagi anak maupun balita, serta permasalahan kekurangan energi kronis bagi ibu hamil. Hal ini diakibatkan asupan pangan yang kurang bergizi dan tidak beragam.

“Untuk itu sesuai arahan presiden, kita harus melakukan perbaikan pola konsumsi makanan sesuai gizi seimbang, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses terhadap sumber gizi dan lain sebagainya,” tutur Dhian yang menjadi pembicara pertama.

Salah satu sumber pangan bergizi, lanjut dia, adalah telur yang memiliki gizi lengkap, ketersediaan melimpah, harga murah, daya terima baik, pengolahannya mudah, hingga diterima oleh semua agama.

“Telur menjadi prioritas pilihan yang paling layak sebagai sumber protein hewani keluarga. Data dari BPS 2018, konsumsi telur kita baru hanya 20,58%, untuk itulah edukasi dan pemahaman mengenai manfaat telur sangat diperlukan, apalagi di era pandemi. Perlu upaya bersama untuk meningkatkan konsumsi telur ini,” katanya dihadapan 300 peserta yang hadir.

Alasan mengapa pentingnya telur dikonsumsi, dipaparkan Dhian adalah karena di dalam telur terkandung nilai gizi yang sangat baik, diantaranya energi (154 kkal), protein (12,4 g), lemak (10,8 g), zat besi (3,0 mg), kalsium (86 mg), fosfor (258 mg), zinc (1,5 mg), vitamin (A, B1, B2, B3) dan lain sebagainya. Sehingga konsumsi satu butir telur sangat disarankan, khususnya bagi anak dalam masa pertumbuhan dan ibu hamil (perkembangan dan pertumbuhan sel otak janin dan anak).

Kendati demikian, lanjut dia, saat ini masih banyak mitos yang terjadi di masyarakat mengenai konsumsi telur, yakni mitos alergi, kolesterol, bahkan ibu hamil tidak disarankan mengonsumsi telur.

“Padahal faktanya tidak semua anak alergi akibat konsumsi telur, memperkenalkan telur sejak dini justru membantu mengurangi reaksi alergi. Kemudian telur mengandung protein dan 11 vitamin dan mineral yang sangat baik dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil,” ungkapnya.

“Konsumsi satu butir telur juga tidak akan meningkatkan kolesterol, itu sudah dilakukan penelitian. Karena satu butir telur setiap hari, gizi keluarga terpenuhi, bebas stunting dan Indonesia kuat,” pungkas Dhian.

Webinar yang dilaksanakan pada pukul 13:00 WIB ini juga menghadirkan pembicara lain yakni Penasehat Pinsar Petelur Nasional, Yoseph Setiabudi dan Guru Besar FKH Unair, Prof Dr Ir Sri Hidanah MS. Webinar diselenggarakan atas kerja sama Indonesia Livestock Alliance (ILA) dan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI). (RBS)

TELUR INFERTIL BEREDAR, IZIN USAHA BUDIDAYA AYAM PETELUR HARUS MILIKI NKV


Kementan perketat peredaran telur melalui sertifikasi NKV (Foto: Ist)

Kementerian Pertanian (Kementan) memperketat peredaran telur melalui sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Hal ini menyusul peredaran telur infertil.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, telur infertil dari breeding farm memiliki potensi risiko kesehatan bagi masyarakat apabila dikonsumsi.

Hal ini karena adanya residu fumigasi dari formaldehid dan ikut terkonsumsi serta masuk dalam saluran pencernaan manusia.

"Sertifikat NKV adalah sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah, telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk hewan pada unit usaha produk," jelas Ketut dalam siaran resmi, Minggu (14/6/2020).

Ketut mengatakan, NKV wajib dimiliki oleh semua unit usaha produk hewan termasuk unit usaha budidaya ayam petelur dan unit usaha pengumpulan, pengemasan dan pelabelan telur konsumsi. Hal ini sesuai dengan Permentan No. 11 Tahun 2020 tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner pada unit usaha produk hewan.

Menurut Ketut, aturan ini sangat tegas dengan menerapkan sejumlah sanksi bagi pelanggar. Adapun sanksi bagi unit usaha yang tidak mengajukan sertifikasi NKV atau unit usaha yang belum memenuhi persyaratan teknis (dalam pembinaan maksimal 5 tahun) mulai dari sanksi administrasi berupa peringatan tertulis dan atau penghentian sementara dari kegiatan produksi hingga pencabutan izin usaha.

"Setiap produk hewan yang diedarkan untuk konsumsi, wajib berasal dari unit usaha yang memiliki NKV. Kami semua memahami bahwa persyaratan NKV adalah persyaratan yang ideal yang harus dipenuhi oleh produsen telur untuk menjamin bahwa telur tersebut aman di konsumsi oleh publik," ungkap Ketut.

Lebih lanjut ditegaskan Ketut, pihaknya memastikan sejauh ini ia berupaya untuk mendorong publik lebih peduli bersama dengan stakeholder, agar petani ternak bisa memperhatikan prinsip-prinsip keamanan (biosecurity dan biosafety) dalam beternak. Untuk itu, penegakan persyaratan NKV ini akan dilaksanakan secara bertahap dan memiliki skala prioritas.

Dalam hal ini diprioritaskan terlebih dahulu terhadap produsen telur, unit usaha atau perusahaan telur yang berskala bisnis dan melayani kebutuhan telur untuk publik.

"Konsumen diharapkan cerdas, tidak tergiur dengan harga yang murah. Belilah telur yang memang diperuntukan untuk konsumsi dan berlabel NKV, karena telah dijamin keamanan dan kualitasnya oleh pemerintah," tutur Ketut.

Sebagai informasi, telur infertil bersumber dari ayam ras petelur atau layer komersial hasil budidaya, bukan pembibitan (dalam pemeliharaannya tidak dicampur dengan pejantan) atau telah lazim disebut telur konsumsi.

Telur infertil mamiliki ciri warna cangkang atau kerabang telur berwarna coklat. Warna kerabang sendiri dipengaruhi deposit pigmen induk selama proses pembentukan telur dan ditentukan oleh genetik ayam. Namun, pembentukan warna kerabang telur tidak ditentukan oleh asupan pakan dan tidak berkaitan dengan nilai gizi telur. (Sumber: kompas.com)


MENYUSUL LIVE BIRD, HARGA TELUR IKUT ANJLOK

Senada dengan live bird, harga telur ikut anjlok

Harga telur ayam ras dalam beberapa minggu terakhir ini terus mengalami penurunan. Bahkan, sepekan terakhir, harga salah satu sembako ini anjlok drastis hingga Rp 10.500/kg di tingkat peternak. Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Jatim, Rofiyasifun, mengatakan merosotnya harga telur ayam ras ini sudah terjadi sejak tahun lalu dan fluktuasinya semakin tidak bisa diprediksi.

"Peternak ayam layer sekarang lagi mengalami ujian berat. Di Blitar harga telur terdeteksi per kilogram sekitar Rp 10.500 sampai Rp 13.500. Itu harga kisaran rata-rata ya," jelas Rofiyasifun, Senin (4/5/2020).

Dia menjelaskan, harga telur ayam ras peternak hanya dihargai Rp 10.500/kg jika melepasnya kepada bakul atau pengepul. Sementara jika bisa menjualnya langsung ke konsumen, peternak bisa mendapatkan harga Rp 13.500/kg. Namun menjual langsung ke konsumen, tentu sulit dilakukan

"Itu harga Rp 13.500/kg peternak harus keliling jual langsung mendekati konsumen," ungkap Rofiyasifun.

Di sisi lain, harga pakan berupa jagung memang stabil di harga Rp 3.500/kg. Namun hal itu banyak membantu lantaran harga jual telur ayam ras jauh lebih parah. Selain itu, harga DOC (day old chicken) atau anakan ayam juga masih tinggi.

"Kita sedang diuji. Harganya gilaa-gilaan (turunnya). Kalau harga jagung Rp 3.500/kg seperti sekarang, HPP-nya telur Rp 18.000-19.000/kg. Belum lagi harga afkiran ayam juga anjlok, ayam afkir bayangkan murah sekali, cuma Rp 9.000-11.000/ekor," ungkap dia.

Peternak asal Desa Suruh Wadang, Kecamatan Kademangan, Blitar ini menuturkan, jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin peternak ayam layer akan mengalami nasib seperti peternak ayam broiler atau pedaging mandiri di mana banyak yang gulung tikar sejak beberapa tahun terakhir. 

"Dulu nggak seperti ini kondisinya. Naik turun telur wajar, habis turun naik lagi. Turun maksimal 2 bulan dalam setahun. Kalau sekarang hampir nggak pernah naik," jelas Rofiyasifun.

Penurunan Merata 

Saat normal, harga telur ayam di pasaran berada di kisaran Rp 23.000-26.000/kg. Sementara di tingkat peternak dijual di kisaran Rp 19.000-21.000/kg. Mengutip data Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia ( Pinsar), Senin (4/5/2020), harga telur ayam ras memang turun drastis.

Sebagai contoh, harga telur ayam di tingkat peternak seperti di Jawa Timur dijual Rp 10.000 hingga Rp 15.000/kg. Lalu di sentra telur ayam ras Jawa Tengah seperti Kendal dijual Rp 16.300/kg, Solo Rp 16.000/kg, Magelang Rp 16.500/kg.

Beberapa daerah lain di Indonesia seperti Lampung harga telur di tingkat kandang peternak dijual Rp 18.000, Palembang Rp 17.000/kg. (CR)



MENELISIK PROBLEM AYAM PETELUR MODERN

Perkembangan genetik ayam petelur modern memang sangat spektakuler. Jika diikuti dengan perbaikan tata laksana pemeliharaan yang sesuai, mampu menghasilkan paling tidak 350 butir telur per hen house selama 75 minggu produksi. (Foto: Dok. Infovet)

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant – Jakarta)

Jargon “more eggs less feed” tampaknya sudah “lengket” dengan  karakteristik umum Ayam Petelur Modern (APM). Sadar atau tidak, sekarang para peternak ayam petelur tengah berhadapan dengan ayam petelur “gaya baru”. Keengganan untuk mengikuti perubahan tata laksana pemeliharaan yang seiring dengan perkembangan genetik APM tersebut tentu saja akan memengaruhi penampilan (performance) akhir ayam yang dipelihara. Ujung-ujungnya, tidak saja menyebabkan keuntungan yang sudah di depan mata melayang, tetapi juga dapat menjadi faktor pencetus masalah baru yang kompleks dan terkesan misterius.  Gangguan produksi telur APM pada sindroma obesitas yang diikuti oleh “yolk peritonitis” misalnya, adalah suatu contoh yang paling representatif dan sering terjadi di lapangan.

Perkembangan genetik APM memang sangat spektakuler. Jika diikuti dengan perbaikan tata laksana pemeliharaan yang sesuai, maka seekor APM mampu menghasilkan paling tidak 350 butir telur per hen house selama 75 minggu produksi atau sebanyak 429 butir telur per hen house selama 90 minggu produksi. Bandingkan dengan sebelumnya, pada tahun 2000 ke bawah, rata-rata hanya 319 butir telur per hen house selama 75 minggu produksi. Itu saja tidak cukup. Bobot telurnya pun lebih besar, yang tadinya berkisar antara 56-62 gram per butir menjadi 60-65 gram per butir. Perbaikan penampilan fenotip ini tentu saja menuntut kualitas pullet yang baik, dimana perkembangan bobot badan dan keseragaman ayam selama masa pullet harus seiiring berkembang.

Salah satu sifat APM yang sangat menonjol adalah keseimbangan pembentukan dasar konformasi tubuh (antara kerangka dan per-ototan) yang sangat dominan paling telat sampai ayam berumur 6 minggu. Itulah sebabnya, pada saat APM berumur 4 minggu, maka bobot badan harus mencapai bobot minimal yang ditentukan berdasarkan standar strain yang ada dan dengan keseragaman ayam yang harus di atas 80%. Melalui timbang bobot badan dan “grading” seratus persen pada umur 4 minggu tersebut, maka peternak hanya mempunyai kurun waktu dua minggu untuk memperbaikinya, karena puncak pertumbuhan hiperplasia untuk organ-organ visceral terjadi antara 4-6 minggu.

Gangguan pertumbuhan pada fase ini tentu berarti terhambatnya perkembangan tipe hiperplasia (pertambahan jumlah sel) dari sel tulang (osteoblast), sel otot (sarcoplasma) maupun sel-sel sistem tubuh lainnya. Pencapaian bobot badan yang sesuai bobot standar strain merupakan suatu indikator yang baik untuk membaca kecukupan nutrisi yang diperoleh APM selama masa pullet dari minggu ke minggu. Di sisi lain, tatalaksana pemeliharaan yang telaten sesuai dengan “pakem” yang ada dapat memperbaiki keseragaman pullet dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan hiperplasia tersebut terus berlanjut sampai ayam berumur 8-10 minggu, tergantung jenis sistem tubuh. Yang jelas, pertumbuhan hiperplasia kerangka tubuh (framing) sudah mendekati jenuh pada saat ayam berumur 8-10 minggu, sedangkan pertumbuhan hiperplasia per-ototan (fleshing) mendekati jenuh ketika pullet berumur 6-8 minggu. Itulah sebabnya, tidak tercapainya bobot badan ayam pada umur 6 minggu akan membawa dampak yang cukup signifikan pada penampilan produksi (% hen day), kualitas telur dan total deplesi dari flok ayam yang bersangkutan pada fase produksi.



Gangguan pertumbuhan hiperplasia kerangka tubuh akan membatasi pertumbuhan matriks tulang, yaitu tempat untuk menyimpan senyawa kalsium yang sangat dibutuhkan pada saat produksi. Kerangka tubuh yang relatif lebih kecil akan mengakibatkan kelebihan nutrisi yang dikonsumsi pada fase-fase selanjutnya dan dengan mudah dideposit menjadi lemak tubuh, khususnya lemak perut (abdomen).  Ini berarti, obesitas lebih mudah terjadi. Pada APM, cadangan energi yang baik adalah otot kerangka, bukan pada lemak tubuh. Itulah sebabnya, pada saat menjelang produksi telur (umur 14 minggu), ketebalan lemak abdomen tidak boleh lebih dari 0,5 cm.

Di samping itu, strain-strain baru dari APM cenderung mempunyai konversi pakan yang sangat baik pada saat umur 8-12 minggu. Keteledoran dalam mengelola pemberian pakan akan memperbesar peluang terjadinya obesitas alias kegemukan. Dalam fase ini juga sering terjadi menurunnya keseragaman ayam. Paling banyak disebabkan karena pola pemberian pakan yang ceroboh. Oleh sebab itu, monitor respon pakan dalam bentuk monitor bobot badan ayam secara mingguan sangat dianjurkan secara ketat pada fase ini.

Pada kejadian obesitas, tingginya deposit lemak abdomen akan mengakibatkan beberapa hal pada masa produksi seperti: a) Meningkatnya kasus prolaps yang diikuti dengan kanibalisme dan kematian ayam. b) Tingginya kejadian mati mendadak akibat terjadinya perlemakan hati (Fatty liver syndrome). c) Meningkatnya kasus “floating eggs” (ovum terlempar ke dalam rongga perut) yang berlanjut dengan yolk peritonitis. Kondisi terakhir ini biasanya berkembang menjadi lebih parah jika terjadi infeksi sekunder oleh kuman Koli.

APM yang umumnya mempunyai kerangka tubuh (body frame) relatif lebih kecil alias ramping dibandingkan dengan ayam petelur klasik tentu akan mempunyai kepekaan yang lebih tinggi terhadap efek obesitas. Menyempitnya liang pubis merupakan suatu contoh yang paling representatif. Kondisi ini jelas akan mengakibatkan gangguan fisiologis saat ayam akan bertelur, yaitu dalam bentuk manifestasi prolaps yang terjadi beberapa saat setelah peletakan telur. Prolaps yang ditemukan akibat adanya obesitas biasanya terjadi beberapa minggu sebelum puncak produksi telur dan terus berlanjut hingga 2-4 minggu setelah puncak produksi tercapai. Keadaan inilah yang mengakibatkan penyusutan (deplesi) ayam selama produksi akan meningkat antara 0,2-0,3% per minggu atau bahkan lebih. Padahal dalam kondisi normal, penyusutan ayam selama produksi adalah maksimal 0,1% per minggu.



Obesitas juga akan mengakibatkan gangguan fisiologis bagian infundibulum dari oviduk (saluran reproduksi). Kondisi ini akan mengakibatkan tidak selarasnya pembukaan ujung infundibulum dengan sel telur (ovum) yang dilemparkan dari indung telur pada saat ovulasi terjadi. Tegasnya, pada ayam yang mengalami obesitas, adanya “floating eggs” yang diikuti dengan yolk peritonitis merupakan suatu hal yang paling sering ditemukan. Itulah sebabnya, mengatasi kasus yolk peritonitis di lapangan sering kali membawa rasa frustasi. Bagaimana tidak, kuman Koli (Escherichia coli) yang sering dituding menjadi penyebabnya seolah tidak bergeming sedikitpun dengan preparat antibiotika. Benarkah kuman Koli sebagai penyebab utama? Atau problem resistensi preparat antibiotika terhadap kuman Koli memang sudah terjadi? Perlu diketahui, ditemukannya kuman Koli pada pemeriksaan di laboratorium merupakan efek lanjutan proses obesitas tersebut di atas. Jadi selama problem obesitas masih dituntaskan pada individu-individu ayam dalam suatu flok, maka kejadian yolk peritonitis seolah-olah terjadi berulang-ulang dan tidak memberikan respon yang baik terhadap program pengobatan dengan antibiotika. Infeksi sekunder jelas terjadi beberapa saat setelah terjadinya “floating eggs”.

Di atas telah disebutkan bahwa obesitas juga akan mempermudah terjadinya Fatty liver syndrome (FLS). Pada kasus yang ringan, adanya FLS jelas akan mengakibatkan terganggunya sintesa albumin di dalam jaringan hati. Dengan demikian, putih telur cenderung akan lebih encer dan/atau rasionya dibandingkan dengan kuning telur cenderung akan menurun. Ujung-ujungnya adalah bobot telur akan menjadi lebih ringan dan/atau telur akan menjadi lebih kecil dari ukuran standar strain. Manifestasi FLS juga akan mengakibatkan menurunnya respon terhadap vaksin, terutama baik terhadap kekebalan humoral maupun terhadap kekebalan sel.



Untuk mengatasi hal tersebut, lakukan beberapa langkah umum seperti berikut:
• Yakinkan konsumsi pakan APM pada awal kehidupannya tercapai. Untuk ini, temperatur indukan buatan (brooder) harus sesuai dengan yang dibutuhkan dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 6-9 kali per hari untuk minggu pertama, serta 4-6 kali per hari untuk minggu kedua dan seterusnya sangat dianjurkan. Pakan untuk minggu pertama sebaiknya diberikan ad libitum (secukupnya) dan selanjutnya ditata sesuai dengan respon pertumbuhan ayam pada minggu-minggu berikutnya.
• Lakukan pengecekan kebutuhan energi dan protein yang dapat dicerna dari strain ayam yang dipelihara berdasarkan buku penuntun pemeliharaan ayam. Dengan demikian, pengaturan jumlah pakan yang diberikan per hari tidak menyimpang dari yang dibutuhkan ayam.
• Lakukan seleksi yang ketat terhadap APM yang ada, terutama setelah minggu pertama. APM yang relatif kecil harus dipisahkan dan dikumpulkan menjadi satu kelompok tersendiri atau dibuang.
• Lakukan penimbangan bobot secara berkala, dianjurkan dimulai di minggu pertama dan segera setelah vaksinasi Gumboro atau ND yang kedua. Pada saat ayam berumur 4 minggu dianjurkan ditimbang 100% dari populasi, sedangkan lebih dari 4 minggu, maka penimbangan sebaiknya dilakukan setiap minggu sebanyak 3-5% dari total populasi, tergantung pada keseragaman ayam pada penimbangan sebelumnya.
• Monitor bobot badan APM tersebut sebaiknya juga disertai dengan analisa keseragaman ayam. Pada saat ayam berumur 4 minggu, sebaiknya keseragaman tidak boleh kurang dari 80%. Keseragaman ayam ini diharapkan terus meningkat dan pada saat menjelang produksi telur, keseragaman diharapkan tidak kurang dari 85%.
• Petakan dan bandingkan bobot badan, serta keseragaman aktual ayam dengan kurva standar yang sesuai dengan standar strain.
• Penambahan pakan untuk ayam yang berumur 8-12 minggu harus dengan kehati-hatian yang tinggi. Yang jelas, efek penambahan pakan akan mengakibatkan penambahan bobot badan dalam tempo 7-14 hari. Oleh sebab itu, penambahan pakan yang terlalu agresif tentu saja akan mempermudah terjadinya obesitas. (toe)

MENELISIK KESIAPAN INDUSTRI TELUR OLAHAN INDONESIA

FGD BBA 38 Membahas Probabilitas Industri Pengolahan Telur


Fluktuasi harga telur yang kerap terjadi menjadi permasalahan sendiri bagi peternak layer. Oleh karenanya pembentukan industri telur olahan bisa jadi alternatif dalam mengakali hal tersebut. Itulah yang dibahas dalam Focused Group Discussion (FGD) mengenai industri telur olahan (tepug telur) di Jakarta (17/10) yang lalu.

Diskusi tersebut diselenggarakan oleh LSM Pusat Kajian Pertanian Pangan & Advokasi (PATAKA) melalui acara bertajuk Bincang – Bincang Agribisnis (BBA). Yeka Hendra Fatika Ketua PATAKA mengatakan bahwa perlu dilakukan upaya dalam menyelesaikan masalah ini sehingga peternak ayam petelur dapat bernafas lebih lega. “Saya rasa industri ini sangat mungkin untuk dibuat di negeri kita, secara umum kan kita surplus untuk produksi telurnya dan ini bisa jadi solusi bagi permasalahan fluktuasi harga telur,” tuturnya membuka diskusi.

Pernyataan Yeka didukung oleh data yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita. Menurut data yang dipaparkan oleh Ketut, produksi telur dalam empat tahun terakhir rata-rata meningkat 1 juta ton. Tahun 2019, potensi produksi telur mencapai 4.753.382 ton dengan rata-rata produksi per bulan 395.187 ton.Produksi tersebut telah melampaui kebutuhan telur nasional tahun ini sebanyak 4.742.240 ton dengan rata-rata konsumsi per bulan 395.187 ton. Dengan begitu, kata Ketut, Indonesia tahun ini sudah mencapai surplus telur 11.143 ton. “Ketika kita surplus, tapi tidak bisa barang ni diekspor, mau nggak mau kan kita harus mencari akal, nah hayo siapa disini integrator yang berani mengambil peluang bisnis tepung telur ini?.” kata Ketut.

Bisnis pengolahan tepung telur dianggap prospektif di Indonesia, pasalnya impor tepung telur Indonesia menunjukkan peningkatan. Dari data Badan Pusat Statistik yang dipaparkan saat diskusi, impor kuning telur dan putih telur pada 2015 sebesar 1.310,33 ton. Volume impor meningkat menjadi 1.785,1 ton pada 2018. Memasuki 2019, kurun waktu Januari-Agustus impor tepung telur sebesar 1.130,27 ton.

Kendati demikian, Ketua Umum GPPU Achmad Dawami mengingatkan bahwa untuk menghadirkan industri ini membutuhkan investasi, pengalaman, waktu, skala, dan pendanaan yang perlu dikoordinasikan sejumlah pihak. "Investasinya bukan sedikit untuk industri karena betul-betul higienis. Telur media yang paling gampang terkontaminasi dengan bakteri, pasti pabriknya seperti laboratorium," ujarnya.
Selain itu, perlu dukungan penyediaan tempat atau lahan untuk pembangunan pabrik tepung telur. Terkait hal tersebut, kemudahan perizinan dan pendanaan dari bank dinilai sangat menentukan.Pemerintah pun perlu membuat kebijakan yang mendukung seperti insentif pajak. "Operasionalnya biar swasta yang jalan," imbuhnya.Industri tepung telur ini menurut Dawami tidak hanya sebagai penyangga, namun bisa berskala besar. (CR)





Koordinasi Apik, Karantina dan AVSEC Gagalkan Pengiriman Telur Burung Unta

Petugas BKP Pekanbaru Menggagalkan penyelundupan Telur Burung Unta (Sumber foto : BKP)

Pekanbaru - Karantina Pekanbaru gagalkan pengiriman telur burung unta tujuan Yogyakarta. Telur yang dikemas dalam kardus berukuran 30x30x45 cm itu dikirim melalui jasa ekspedisi.

Kecurigaan bermula pada saat paket bertuliskan makanan tersebut diperiksa melalui x-ray oleh pihak kemanan (AVSEC) cargo Bandara SSK II Pekanbaru. Terlihat pada layar berbentuk seperti telur. Kemudian pihak AVSEC berkoordinasi dengan petugas Karantina Pekanbaru dan didapati kardus tersebut berisi 4 butir telur burung unta yang dilapisi kertas koran. 3 butir telur dalam keadaan utuh, sedangkan 1 butir telah pecah.

"Pengiriman telur ini tanpa disertai sertifikat kesehatan dari karantina. Jadi kami tahan. Pemilik sudah dihubungi untuk diberikan sosialisasi tentang prosedur dan kelengkapan dokumen karantina. Harapan kami kedepannya pengiriman telur burung unta dapat dilakukan sesuai dengan peraturan," ujar drh. Rissar Siringo-ringo, petugas Karantina Pekanbaru. (BKP)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer