Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini telur | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Keluar Kandang, Begini Tips Simpan Telur Sebelum Didistribusikan

Foto: Pixabay

Produk peternakan biasanya mempunyai sifat yang mudah rusak, apalagi jika tidak diproses dengan pengendalian mutu yang baik. Beberapa produk peternakan seperti telur memang mempunyai daya tahan yang lebih baik jika dibandingkan daging dan ikan.

Meskipun demikian, telur pun harus disimpan dengan pengelolaan yang tepat agar kualitas telur tetap terjaga. Biasanya telur akan rusak karena air dan zat-zat makan dalam telur menguap, dan bisa juga karena kontaminasi bakteri dari luar yang masuk melalui pori-pori kulit telur.

Soeyanto, peternak ayam layer Cikupa, Tangerang berbagi beberapa tips cara menyimpan telur yang baik usai diambil dari kandang. Dalam proses pengumpulan telur dan  penyimpanan telur, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:

1. Kandang ayam harus diupayakan selalu bersih dan tidak lembab

2. Setelah diambil dari kandang, telur biasanya dipilih berdasarkan ukuran, kondisi cangkang, bentuk normal telur, dan kebersihannya

3. Telur  dicuci terlebih dahulu untuk menghindari kotoran maupun bakteri dari kandang yang menempel pada cangkang telur

4. Simpan telur yang sudah bersih di cool storage

5. Telur juga bisa disimpan dalam periuk tanah yang dilapisi dengan jerami atau daun pisang kering

6. Kantong plastik juga bisa menjadi tempat yang praktis untuk menyimpan telur. Telur bisa disimpan dalam kantong plastik yang tertutup rapat, supaya tidak ada pertukaran udara yang merusak kelembaban telur

7. Sesuai SOP, telur yang terkumpul langsung didistribusikan ke agen, jika masih berniat menyimpan maksimal 3 hari

Semoga bermanfaat.


Ketersediaan Daging dan Telur Ayam Jelang Natal dan Tahun Baru 2019

Jumpa pers Dirjen PKH terkait ketersediaan daging. (Foto: Dok. Kementan)

Ketersediaan daging ayam, sapi dan telur menjelang Hari Raya Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 dijamin mencukupi. Hal ini dilontarkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) I Ketut Diarmita dalam jumpa pers, Kamis (22/11/2018) di Gedung C, Kementerian Pertanian, Jakarta. 

Ketut menandaskan perhitungan ketersediaan dan kebutuhan daging sapi dan kerbau terdapat surplus  sebanyak 11.219 ton.

“Perlu kami sampaikan bahwa  produksi sapi lokal sebanyak 35.845 ton, sedangkan kebutuhan daging sapi sebanyak 55.305 ton. Kekurangan disediakan melalui impor sapi dan daging sebanyak 30.679 ton, dengan  komponen impor sapi bakalan sebanyak 18.217 ton, setara sapi 91.543 ekor dan komponen impor daging sapi dan kerbau sebanyak 12.462 ton, setara sapi 62.623 ekor,” ungkapnya.

Ketut pun menegaskan untuk ketersediaan daging ayam menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru 2019 juga mengalami surplus. Berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan daging ayam, dapat disimpulkan terdapat potensi surplus atau kelebihan produksi daging ayam tahun 2018 sebanyak 466.445 ton dengan rataan per bulan sebanyak 38.870 ton. 

“Potensi produksi DOC, Final Stock Broiler sebanyak 3.281.345.300 ekor, dengan rataan perbulan sebanyak  273.445.442 ekor atau 62,9 juta ekor per minggu. Potensi produksi daging berdasarkan produksi DOC tahun 2018 sebanyak 3.517.721 ton, dengan rataan perbulan sebanyak 293.143 ton. Sedangkan proyeksi Kebutuhan daging tahun 2018 sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan perbulan sebanyak 254.273 ton,” sebutnya.

Disamping perhitungan berdasarkan potensi, lanjut Ketut, juga dilakukan penghitungan berdasarkan laporan realisasi produksi dari masing-masing perusahaan sampai dengan bulan Oktober 2018. Berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan terdapat surplus produksi daging sampai dengan November  2018 sebanyak 269.582 ton, dengan rataan per bulan sebanyak 22.482 ton.

“Berdasarkan potensi ketersediaan dan proyeksi kebutuhan telur ayam ras, maka terdapat potensi surplus telur sebanyak  795.071 ton pertahun atau 66.256 ton perbulan,” terangnya.

Produksi telur ayam tahun 2018 diperoleh dari laporan data realisasi produksi DOC layer tahun 2016, 2017, dan tahun 2018 yakni Januari hingga Mei 2018 karena produksi telur diperoleh setelah ayam umur 4,5 bulan. 

Berdasarkan data realisasi produksi DOC 2016-2018 tersebut diperoleh populasi ayam layer komersial tahun 2018 per bulan berkisar antara 207.565.729 ekor – 222.560.615 ekor, dengan rerata populasi perbulan sebanyak 214.153.020 ekor.

Sementara berdasarkan struktur umur diperoleh populasi layer komersial umur produktif yakni 19 sampai 88 minggu berkisar antara 144.023.895 ekor hingga 155.112.710 ekor, dengan rerata populasi sebanyak 149.103.895 ekor.

“Produksi telur tahun 2018 dihitung berdasarkan populasi layer komersial umur produktif, sehingga diperoleh potensi produksi  telur tahun 2018 sebanyak 2.561.481 ton, atau dengan rerata per bulanan sebanyak 213.457 ton. Sedangkan proyeksi kebutuhan telur tahun 2018 sebanyak 1.766.410 ton atau dengan rerata bulanan sebanyak 147.201 ton,” lanjut Ketut.

“Berdasarkan perhitungan kebutuhan dan ketersediaan daging sapi/kerbau, daging ayam dan telur ayam ras pada akhir tahun 2018 atau menjelang natal dan tahun baru 2019 dalam kondisi surplus, sehingga kondisinya sangat aman,” tambahnya.

Untuk menjaga stabilitas harga diharapkan seluruh Polda sampai Polres akan membentuk tim dan berkoordinasi dengan instansi terkait, dengan melakukan pemantauan ketersediaan pasokan dan harga pangan strategis menjelang dan selama Natal dan Tahun Baru 2019. 

Direktur PT Dharma Jaya, Johan Ramadhon yang hadir dalam jumpa pers turut menegaskan kebutuhan daging sapi/kerbau di DKI Jakarta untuk Natal hingga Tahun Baru 2019 dalam kondisi aman. 

Johan menuturkan pasokan daging ayam ke pasar-pasar di DKI Jakarta sebagian besar dipasok dari peternak mandiri dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Jawa Barat, dan Lampung.

“Kami saat ini menyediakan kebutuhan daging dan ayam untuk program pangan bersubsidi yaitu masyarakat penerima bantuan pangan bersubsidi. Untuk kebutuhan pasar pun kami jamin sesuai dengan kemampuan pasok yang dimiliki,” tutupnya. (NDV)

Harga Acuan Telur dan Ayam Direvisi



Ilustrasi ayam 

Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 58 Tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, yang berlaku mulai 1 Oktober 2018.

Kemendag menetapkan harga batas atas dan harga batas bawah telur ayam dan daging ayam demi menjaga keuntungan peternak. Revisi harga acuan ini rata-rata meningkat Rp 1.000 per kilogram (kg).

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menetapkan harga batas bawah telur di tingkat peternakan sebesar Rp 18 ribu per kg, sementara batas atasnya adalah Rp 20 ribu per kg.

Usai menggelar Rapat Koordinasi Harga Telur dan Ayam, Rabu (26/9/2018), Mendag mengatakan Permendag direvisi supaya Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bisa menyerap telur dari para peternak ini dengan harga bseli yang tidak rendah.

Harga telur di tingkat konsumen akan naik menjadi Rp 23 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 22 ribu per kilogram. Selain itu, harga ayam hidup untuk acuan pembelian di petani juga ditentukan menjadi Rp 18 ribu-Rp 20 ribu per kilogram, dari sebelumnya Rp 17 ribu-Rp 19 ribu per kilogram.

Revisi harga acuan pada dua komoditas tersebut turut berdampak pada harga di tingkat konsumen. "Harga di konsumen untuk telur Rp 23 ribu per kg dan karkas Rp 34 ribu per kg," ujarnya.

Sebelumnya, harga acuan telur ayam di tingkat konsumen adalah Rp 22 ribu per kg dan Rp 32 ribu per kg untuk daging karkas.

Penetapan harga acuan tersebut bersifat fleksibel tergantung situasi. "Kita tidak mungkin menentukan harga tanpa melihat perkembangan yang ada dan pasti melalui proses. Seperti hari ini kami mengundang semua stakeholder," ujar Enggar, sapaan akrabnya.

Jika tidak disikapi dan mengambil langkah, maka akan menimbulkan persoalan. Peternak berpotensi akan mengambil langkah afkir dini yang pada jangka panjang berdampak pada pasokan telur di masa depan.

Pemerintah berupaya menjaga dampak akibat perubahan harga yang dilakukan. Menurutnya, setiap perubahan harga memberi konsekuensi kenaikan harga jual kepada konsumen yang bisa berdampak inflasi. (Sumber : republika.co.id)










Hindari Kebosanan, Konsumsi Telur dengan Varian Menu

Egg Masala asal India. (Sumber: Google)

Jika bosan mengonsumsi telur ceplok, dadar, atau sambal balado, cobalah berganti menjadi aneka olahan negara tetangga. Beda olahan, asupan gizi telur tetap didapat.

Siapapun tahu bahwa telur memiliki kandungan protein tinggi. Telur juga menjadi menu favorit bagi masyarakat untuk memenuhi asupan gizi setiap hari. Selain praktis dalam mengolahnya, protein hewani ini juga tak sulit untuk didapatkan. Di warung, minimarket, hingga supermarket menyediakan.

Mengolah telur juga banyak ragamnya, sesuai selera. Ada yang senang diceplok, direbus, ada juga yang gemar dijadikan omelet. Kepintaran seorang ibu dalam menyajikan menu yang bervariasi menjadi kunci anak-anaknya tak mudah bosan mengonsumsi telur.

Olahan telur yang monoton bukan hanya membuat anak bosan, namun juga memicu anak enggan menyantap dan mulai beralih ke menu makanan lain yang bisa jadi kandungan gizinya di bawah telur. “Memberi asupan protein dari telur untuk anak tidak harus untuk lauk, tapi juga bisa dibuat kue,” tutur Irmayanti, seorang ibu rumah tangga di Depok, Jawa Barat.

Menurut wanita paruh baya yang pintar masak ini, banyak varian makanan yang bisa diolah dengan menggunakan telur sebagai bahannya. Dalam seminggu, setidaknya tiga hari ia menyiapkan menu telur untuk keluarganya. Olahnya berganti-ganti, mulai dari telur bulat sambal balado, dadar Jawa, kadang dibuat gulai telur. “Kadang kalau hari libur, saya siapkan kue berbahan telur. Anak-anak saya paling suka,” tambahnya.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, Prof Dr Ir Ali Khomsan, juga berpendapat sama. Variasi dalam mengolah telur penting dilakukan agar anak-anak tak mudah bosan mengonsumsi, seperti dibuat omelet, atau dicampur dengan bahan makanan lain, sehingga lebih nikmat dan tidak membosankan. Dengan cara membuat variasi sajian, maka asupan protein dari telur juga bisa menjadi lebih baik.

“Sesuatu yang dimakan secara rutin setiap hari memang membosankan, kecuali makan nasi. Tapi kalau makan telur setiap hari bisa bosan,” ujarnya.

Menurut Ali Khomsan, kebosanan konsumsi telur bisa dihindari jika diselingi dengan sumber protein lainnya. Misal, dalam seminggu divariasi dengan ikan, daging, atau sumber protein lainnya. “Menurut saya, kuliner Indonesia cukup bagus dalam mengolah telur dengan variasi penyajiannya, sehingga tidak membosankan,” tambahnya.

Bijak Konsumsi Telur
Di zaman serba digital saat ini mencari informasi teknik membuat varian menu berbahan telur ayam tidaklah sulit. Cukup banyak portal kuliner, bahkan media sosial, yang menyuguhkan tutorial lengkap memasak makanan berbahan baku telur. Kadang, dilengkapi dengan foto hasil olahan yang menggoda selera.

Jika keluarga bosan dengan sajian telur yang itu-itu saja, tak ada salahnya jika mencoba berganti olahan ala menu negara luar. Misalnya, menu Masala asal India, Huevos Rancheroz dari Meksiko, atau Oeoufs Au Plat Bressane ala Perancis semacam roti yang dipanggang dengan krim dan telur, atau lainnya.

Panduan teknik mengolahnya bisa didapatkan di internet. Cukup ketik “varian menu telur”, dijamin akan muncul puluhan resep pilihan. Dengan tutorial yang lengkap dan mudah, para ibu rumah tangga pasti tak terlalu sulit membuatnya.Varian olahan telur semacam ini akan lebih menarik perhatian anak untuk menyantapnya. Bentuk olahannya beda, namun kandungan gizi dalam telur tetap didapat.

Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, asupan gizi dari protein hewani dalam telur sangat dibutuhkan. Kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Bagaimana dengan orang dewasa, benarkah sebaiknya dibatasi mengonsumsi telur setiap hari?

Bagi sebagian orang, mengonsumsi telur setiap hari tidak masalah. Namun ada juga yang khawatir terkena kolesterol. Menurut Ali Khomsan, meskipun nikmat, namun menikmati telur juga harus diperhatikan jumlahnya. “Kita mesti bijak dalam mengonsumsi,” ujarnya.

Ahli gizi ini menjelaskan, sebutir telur ayam mengandung sekitar 250 mg kolesterol. Sedangkan dalam sehari, dianjurkan mengonsumsi kolesterol tidak lebih dari 300 mg. Artinya, kalau dalam sehari mengonsumsi dua butir telur, kita telah mengonsumsi 500 mg kolesterol.

Bagi masyarakat di beberapa negara, seperti Amerika, tidak takut dengan kolesterol. Tapi mereka lebih takut kepada lemak, karena orang Amerika sudah sangat tinggi konsumsi lemaknya. “Lah kalau di Indonesia, saya tidak ingin menakut-nakuti orang makan telur, karena kenyataannya orang Indonesia belum cukup banyak makan telur. Kalau makan telur itu menjadi isu negatif, justru akan membuat masyarakat takut makan telur,” ucapnya.

Menurut dia, untuk orang Indonesia mengonsumsi telur lebih dari satu butir sehari tidak masalah, karena tingkat konsumsi pangan hewan lainnya masih rendah. Tingkat konsumsi susu dan daging pun masih sangat rendah, maka konsumsi telur menjadi alternatif karena harganya lebih murah.

Selain murah, telur juga menjadi sumber protein yang sangat mudah didapatkan. Ali Khomsan menyarankan, kekhawatiran terhadap kandungan  kolesterol pada telur tidak perlu digembar-gemborkan. “Tapi memang kalau setiap hari secara terus-menerus mengonsumsi telur lebih dari satu butir itu kurang bijak. Yang relatif bijak ya satu butir sehari,” ungkapnya.

Varian olahan menu telur. (Sumber: Google)

Kampanye Harus Gencar
Rendahnya tingkat konsumsi telur oleh masyarakat Indonesia selama ini menjadi pemberitaan dari tahun ke tahun. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian tahun 2016, menunjukkan rata-rata konsumsi telur ayam ras per kapita per tahun 99.796 butir.

Tahun ini, dibandingkan dengan Malaysia, tingkat konsumsi telur di Indonesia juga masih lebih rendah. Konsumsi telur di Indonesia baru 125 butir per kapita per tahun, sementara Malaysia sudah 340 butir.

Menurut Ali Khomasan, upaya peningkatan konsumsi telur ayam (termasuk daging ayam) harus jadi upaya semua pihak secara massif, terstruktur dan terpadu. Sebab itu, kampanye konsumsi telur perlu ditingkatkan lagi.

“Di level masyarakat kampanye ini bisa dilakukan melalui posyandu (pos pelayanan terpadu), di level Nasional paling tidak Direktorat Jenderal Peternakan atau Menteri Pertanian yang mengkampanyekan,” ujarnya.

Jumlah penduduk yang banyak ditambah kemampuan daya beli tinggi, namun tingkat konsumsi rendah tentunya tidak bisa dianggap remeh. Konsumsi daging ayam dan telur seyogyanya menjadi satu diantara pemenuhan kebutuhan protein bagi kesehatan. Otomatis, muaranya adalah peningkatan kualitas manusia sebagai imbas dari tercukupnya konsumsi gizi.

Kampanye gizi dan edukasi kepada masyarakat harus digencarkan. Publik perlu terus diedukasi bahwa daging ayam dan telur merupakan sumber protein hewani yang ekonomis. Jika dilihat perbandingan harga per gram protein antara daging ayam dan telur terhadap daging sapi, susu, domba, kambing, ikan dan lainnya, maka daging ayam dan telur itu lebih murah harganya per kilogram protein. (Abdul Kholis) 

Rupiah Terus Melemah, Daging Ayam Melambung

Kurs dolar menguat terhadap rupiah pengaruhi harga daging ayam


Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS sedari 8 Mei lalu hingga hari ini berada di angka Rp 14.025, membawa dampak naiknya harga pakan ternak. Kenaikan harga pakan ini merembet hingga harga daging ayam dan telur pun ikut melambung.

Kementerian Pertanian menyatakan harga daging ayam ras segar mengalami kenaikan karena dipengaruhi naiknya harga pakan ternak yang dipicu penguatan kurs dolar terhadap rupiah.

Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendardi mengakui terjadi kenaikan harga untuk dua komoditas pangan tersebut pada 2-3 hari belakangan ini.

Hal tersebut dikemukakan Agung pada Diskusi Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kementerian Kominfo Jakarta, Jumat (11/5/2018). Dia menegaskan komoditas pangan menjelang Ramadhan tidak mengalami kenaikan harga, kecuali daging ayam dan telur.

"Saya akui daging ayam dan telur naik karena harga pakan juga naik. Karena dolar menguat, harga pakan naik mencapai 100 sampai 150 rupiah per kilogram," kata Agung.

Ia memaparkan naiknya harga pakan ternak, khususnya dari konsentrat yang masih impor, menyebabkan kenaikan ayam DOC (day old chicken) sebesar Rp 500 per ekor. Kenaikan daging ayam ras dari Rp 32.000 per kg menjadi Rp 36.000 per kg.

Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga telur naik sekitar Rp300 per Kg dari dua hari lalu, yakni semula Rp25 ribu per Kg menjadi Rp25.300 per Kg. Pada 3 Mei 2018 lalu, harga telur ayam masih Rp24.200 per Kg.

Data PIHPS Nasional per 11 Mei 2018, harga rata-rata nasional daging ayam ras segar mencapai 35.700 per kg. Harga terendah terdapat di Sulawesi Selatan sebesar Rp27.100 per kg, sedangkan 
harga tertinggi daging ayam ras segar di Kepulauan Bangka Belitung mencapai Rp47.150 per kg.

Sementara itu, harga rata-rata telur ayam ras segar per 11 Mei 2018, sebesar Rp25.250 per kg. Harga terendah telur terdapat di Sumatra Utara sebesar Rp19.650 per kg, sedangkan harga tertinggi di Papua mencapai Rp36.150 per kg.

Dalam menstabilkan harga dan pasokan, Agung menambahkan, sjumlah langkah sinergis yang dilakukan Kementan bersama Bulog dan Kementerian Perdagangan. Langkah tersebut antara lain menggelar bazar pasar murah, monitoring harian, dan pasar e-commerce bahan pangan pokok. (NDV/berbagai sumber).



Stok Pangan Aman Jelang Puasa dan Lebaran

Dirjen PKH, I Ketut Diarmita. (Foto: Ridwan)

Melalui Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita, pemerintah menegaskan ketersediaan telur dan daging ayam cukup menjelang Puasa dan Idul Fitri 2018. Hal tersebut ia sampaikan saat konferensi pers di kantornya, Jumat (11/5).

Ia menyampaikan, berdasarkan prognosa ketersediaan, produksi daging ayam 2018 sebesar 3.565.495 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi sebesar 3.047.676 ton, sehingga terjadi surplus sebanyak 517.819 ton. “Khusus untuk bulan Puasa dan Lebaran yang jatuh pada Mei dan Juni 2018, diperoleh ketersediaan daging ayam sebanyak 626.085 ton dengan kebutuhan konsumsi sebanyak 535.159 ton, sehingga terjadi surplus sebanyak 90.926 ton,” kata Ketut.

Ia melanjutkan, sama halnya dengan ketersediaan telur ayam yang juga kelebihan pasokan nasional sebesar 202.195 ton, karena produksi 2018 sebanyak 2.968.954 ton dengan jumlah kebutuhan konsumsi 2.766.760 ton. Khusus untuk ketersediaan telur selama bulan Puasa dan Lebaran terdapat produksi sebesar 521.335 ton dan jumlah kebutuhan sebanyak 485.831 ton. “Sehingga ada kelebihan stok sebanyak 35.504 ton. Dan kita harapkan harganya stabil terjangkau, jika naik pun diharapkan tidak terlalu tinggi,” tambahnya.

Dalam konferensi yang dihadiri oleh beberapa pelaku usaha ini, Ketut meminta kerjasama untuk menjaga kestabilan harga, agar tercipta iklim usaha yang sehat dan suasana tenang. Para pelaku usaha juga meyakinkan pemerintah tidak ada kenaikan harga DOC FS dan kenaikan harga ayam, daging ayam, maupun telur selama bulan Puasa dan Lebaran. Adapun Isu kelangkaan dan kenaikan harga DOC FS karena ulah oknum yang memanfaatkan situasi.

Menurut Ketua Peternak Layer Nasional (PLN), Musbar, pelaku usaha siap mendukung dan ikut menjaga harga daging dan telur ayam tetap stabil menjelang hari besar keagamaan. “Ketersediaan telur cukup untuk memenuhi kebutuhan selama Puasa dan Lebaran,” katanya.

Sementara, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono, mengimbau untuk bisa bersinergi bersama-sama dalam memajukan industri perunggasan. “Para pelaku usaha dan asosiasi perunggasan bisa berperan aktif menjaga stabilitas harga dan ketersediaan, sehingga masyarakat dapat beribadah dengan tenang dan khusyuk,” ucapnya. Pihaknya juga sudah mempersiapkan beberapa titik operasi pasar yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha untuk ikut memperlancar distribusi dan mendukung stabilisasi harga.

Selain daging dan telur ayam, sebelumnya Kementan juga memastikan pasokan daging sapi menjelang Puasa dan Idul Fitri aman terkendali. Pasokan daging dipenuhi dari sapi bakalan siap potong yang tersedia sebanyak 165.228 ekor atau setara 31.491 ton daging. Kemudian impor daging sapi dari Australia, New Zaeland, Amerika Serikat dan Spanyol sudah tersedia 12.531 ton, lalu stok daging kerbau India sebanyak 3.948 ton di Bulog. “Jadi setelah di total (Mei-Juni) kita surplus ketersediaan daging sebesar 7.034 ton,” kata Ketut, Selasa (8/5).

Ia menambahkan, “Selain itu, kita juga sudah merekomendasikan Bulog untuk impor daging kerbau sebanyak 50 ribu ton, tinggal menunggu implementasinya. Dan dengan hadirnya impor itu kita sudah sangat aman (Puasa dan Lebaran)”.

Soal keamanannya, lanjut ketut, pihaknya bekerjasama dengan Satgas Pangan Mabes Polri untuk menjaga situasi hari besar keagamaan. “Agar umat muslim bisa menjalankan ibadah dengan tenang dan nyaman,” pungkasnya. (RBS)

MENGENAL BERBAGAI MACAM MESIN TETAS TELUR

Mesin tetas telur semi otomatis.

Dalam usaha peternakan, khususnya peternakan unggas, proses penetasan telur merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan usaha. Salah satu faktor lambatnya produksi telur karena peternak masih menggunakan metode konvensional dalam menetaskan telur. Sebagian besar peternak beranggapan bahwa alat mesin tetas masih mahal dan sulit digunakan. Namun kenyataannya mesin tetas tradisional dan semi modern merupakan jenis mesin tetas yang sesungguhnya mudah dioperasikan dan keuntungannya mampu mempercepat laju produksi, serta memberikan berbagai kemudahan bagi peternak.

Masalah utama dalam penetasan telur secara alami, dalam arti dierami oleh induk unggas betina, terletak pada keterbatasan jumlah telur yang dieraminya. Sebagai contoh, indukan ayam hanya mampu mengerami sebanyak 20-40 butir dari 100 butir telur yang dihasilkan setiap periode bertelurnya. Begitu pula indukan itik/bebek umumnya hanya mampu mengerami 40% dari total jumlah telur yang diproduksi. Oleh karena itu, bila mengandalkan pengeraman secara alami maka persentase keberhasilan telur yang menetas alias “daya tetas” (hatchability) hanya sekitar 50-60%, di mana kegagalan ini dapat disebabkan ketidakstabilan kondisi lingkungan, sehingga embrio ayam dalam telur tidak berkembang sempurna, yang berbuntut pada kerugian bagi peternak.

Sejarah Alat Penetas Telur
Salah satu alat penetas telur buatan yang paling pertama di dunia tercatat dibuat manusia muncul di Kota Fayum, Mesir, sekitar 3000 tahun lalu, dengan wujud sebuah rumah yang terbuat dari tumpukan batu bata yang ditempeli lumpur, berbentuk persegi panjang dan disekat menjadi kamar-kamar kecil dengan oven disetiap ruangannya. Jalan akses masuk terletak di bagian tengah rumah, berbentuk memanjang yang membagi dua ruangan disebelah kiri dan kanannya. Pada masa itu karyawan benar-benar hidup dan tidur di bangunan tersebut. Ruang penetasan di gubuk lumpur itu juga memiliki rak-rak untuk membakar jerami, kotoran dan arang yang berfungsi sebagai sumber penghangat. Lubang ventilasi yang terletak di ruangan berfungsi mendinginkan telur dan mengeluarkan asap pembakaran. Orang Mesir kuno ternyata sudah mengetahui bahwa embrio akan menempel pada bagian dalam telur bila posisi telur tidak rutin diubah, sehingga mereka sehari sekali membalikkan telur. Untuk mengontrol kelembaban terutama disaat akhir masa pengeraman, di mana kelembaban harus dinaikkan maka mereka menempatkan karung goni basah pada telur tersebut. Bahkan hingga saat ini, tradisi penetasan kuno Mesir di kota Fayum masih tetap dipertahankan dan meneruskan tradisi inkubasi tersebut karena tingkat keberhasilan penetasan cukup tinggi yaitu 90%, di mana dari 40.000 telur mereka berhasil menjual lebih dari 32.000 anak ayam per minggu sepanjang tahun.

Pada pertengahan 1600-an bangsa Eropa mulai menyadari bahwa teknik bangsa Mesir tidak praktis dan mustahil diterapkan di Eropa yang bermusim dingin/bersalju, sehingga bangsa Eropa yang dirintis oleh ilmuwan Perancis bernama De Beamur menciptakan mesin penetas dengan menggunakan panas dari fermentasi dan termometer sederhana. Selanjutnya pada pertengahan abad ke-20, sejalan dengan perkembangan bidang elektronika ditemukan termostat dan berbagai perangkat teknolagi lainnya, yang diikuti dengan meningkatnya permintaan akan unggas serta produknya, maka menggiring manusia pada peralatan mesin penetas telur modern. Mesin tetas modern diciptakan ilmuwan peternakan Amerika, yang memiliki ruangan dengan suhu terkontrol dan kelembaban sempurna untuk memastikan penetasan berjalan optimal, serta rak raksasa yang diputar dengan sistem komputer setiap satu jam sekali. Model mesin tetas ini mampu menampung puluhan ribu telur ayam dan jauh lebih mudah pengoperasiannya.

Di Indonesia sendiri salah satu perusahaan unggas di daerah Bandung, yang sejak tahun 1950-an sudah menggunakan mesin penetas modern dan membuat mesin penetas sederhana berkapasitas 100-500 butir telur untuk dijual. Dan pada tahun 1970-an mulailah banyak perusahaan peternakan ayam ras yang menggunakan mesin tetas yang lebih canggih dan manajemen peternakan profesional, baik yang berstatus PMDN maupun PMA yang mendorong peningkatan pesat perunggasan di Indonesia.

Macam-macam Mesin Tetas
Mesin tetas dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan sistem kerja, kapasitas tampung telur dan kelengkapan komponennya, sebagai berikut:
a. Mesin tetas tradisional: Mesin tetas tipe ini bekerja dengan sistem yang masih sederhana, di mana sebagian besar terdiri dari ruangan/wadah tempat telur dan sumber panas tanpa komponen lainnya yang sangat cocok untuk skala produksi anak ayam/itik (DOC/DOD) dalam jumlah kecil atau rumah tangga. Biasanya berkapasitas sekitar 200-500 butir telur per unit. Sumber panas biasanya berasal bahan sederhana dengan biaya terjangkau, seperti lampu minyak atau petromak yang berbahan bakar  minyak tanah atau tungku api yang berbahan bakar sekam padi, di mana sistem pengontrolan kualitas telur masih dilakukan secara manual dengan membuka tutup ruang penetasan untuk pemeriksaan setiap hari di samping proses pemutaran telur (turning of egg) dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan.
b. Mesin tetas semi otomatis: Mesin ini merupakan pengembangan dari mesin tetas tradisional, di mana komponen dan perlengkapannya lebih unggul daripada mesin tetas tradisional termasuk kapasitasnya lebih besar (sekitar 200-700 butir telur) dan dilengkapi wadah telur yang dipasangi tuas pemutar manual. Bahkan ada peternak  yang menggunakan tipe mesin tetas ini dengan kapasitas lebih besar lagi mencapai 1.000-1.200 butir telur, yang dilengkapi alat pengatur suhu dan kelembaban. Ada pula mesin tetas semi otomatis yang lebih lengkap lagi, yakni dengan memakai pemanas kawat buatan pabrik.
c. Mesin tetas otomatis: Mesin tetas ini memiliki sistem kerja dan kelengkapan komponen yang lebih mutakhir dibandingkan dengan kedua mesin tetas terdahulu, di mana terdapat pengatur suhu dan kelembaban yang bekerja digital dan serba otomatis, di samping bagian dalam mesin sudah ada pembeda antara setter (ruang pengeraman) dan hatcher (ruang penetasan). Kapasitas mesin tetas otomatis 1.000-5.000 butir telur per unit.

Keunggulan Penggunaan Mesin Tetas
Penggunaan mesin tetas memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan  penetasan secara alami (dierami oleh induk ayam/itik), antara lain ruang mesin tetas lebih luas dan lebar sehingga dapat menempatkan telur dalam jumlah banyak, yang berarti mampu meningkatkan keuntungan usaha dibanding dengan secara alami. Selain daripada itu, keunggulan lainnya ialah: 
• Tingkat keberhasilan telur yang menetas lebih besar, yaitu 80% (secara alami hanya 50-60%).
• Penetasan telur dapat dilakukan terus-menerus tanpa terganggu oleh perubahan cuaca, karena telur ditempatkan di ruang khusus.
• Daya hidup anak ayam/itik hasil penetasan dengan mesin tetas lebih tinggi disebabkan perubahan suhu dari dalam telur ke lingkungan luar telur tidak terlalu ekstrim.
• Indukan ayam/itik dapat terus-menerus melakukan produksi dan reproduksi tanpa perlu terganggu dengan kewajiban mengerami dan memelihara anakannya.
• Kontrol terhadap kualitas telur lebih mudah dilakukan, di samping kontaminasi bakteri dan jenis kuman lainnya lebih kecil karena sebelum di masukkan ke dalam mesin tetas terlebih dulu telur disimpan di ruang pendingin khusus.

Perbedaan Masa Pengeraman Berbagai Unggas
Masa pengeraman dari berbagai jenis unggas tidaklah sama, tergantung pada ukuran besar telurnya. Semakin besar ukuran telur maka semakin lama masa pengeramannya, seperti pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1: Masa Pengeraman Telur Berbagai Jenis Unggas
No.
Jenis Unggas
Lama Pengeraman
1
Puyuh
16 hari
2
Ayam
21 hari
3
Itik
28 hari
4
Entok (itik Manila)
35 hari
5
Angsa
40 hari
6
Burung unta
60 hari

Sumber: Abdul Wakhid, “Membuat Sendiri Mesin Tetas Praktis” (2017).

Telur berbagai unggas membutuhkan syarat lingkungan yang sesuai untuk penetasannya, antara lain faktor suhu dan kelembaban. Embrio akan berkembang cepat bila suhu
lingkungan lebih dari 32,22oC dan kelembaban di atas 60%. Embrio akan berhenti berkembang bila suhu ≤ 26,66oC. Setelah mengalami pengeraman sesuai jenis unggasnya tersebut, maka telur akan menetas jadi anakan, yang kemudian anakan akan diasuh induknya (bila dierami secara alami) selama 1-2 bulan dan kemudian baru disapih induknya.

Faktor yang Mempengaruhi Daya Tetas
Bila terjadi daya tetas telur rendah tidak sesuai dengan standar pada penggunaan mesin tetas otomatis, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari farm (peternakan pembibitan) atau proses di penetasan (hatchery), seperti pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2: Faktor yang Perlu Dikontrol pada Kasus Daya Tetas Rendah pada Mesin Tetas Otomatis
Faktor yang Dikontrol
Farm
Hatchery
Pakan Breeder
Sanitasi
Penyakit
Penyimpanan telur
Infertil
Kerusakan telur
Kerusakan telur
Proses inkubasi (management setter & hatcher
Sanitasi telur
Penanganan DOC
Penyimpanan telur


Sumber: Cobb Hatchery Management Guide (2002).

Demikianlah sekilas pengenalan tentang mesin tetas suatu produk kemajuan teknologi yang sangat penting peranannya dalam menunjang pengembangan perunggasan tanah air. Semoga para peternak dapat memilih salah satu jenis mesin tetas tersebut sesuai dengan skala usahanya, sehingga tidak berdampak menjadi merugikan. (SA)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer