Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ternak Ayam | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MENJAJAL KHASIAT SEDIAAN HERBAL PADA TERNAK

Sediaan herbal dapat digunakan sebagai terapi kesehatan hewan ternak, termasuk ayam broiler. (Foto: Dok. Infovet)

Sejak zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai negara yang memanfaatkan tumbuhan (herbal) sebagai obat. Misalnya saja jamu, yang merupakan perpaduan berbagai jenis tanaman obat yang memiliki khasiat baik bagi tubuh. Kini herbal tidak hanya digunakan pada manusia, namun juga hewan ternak dengan berbagai macam pengembangan dan khasiat.

Ada sekitar 40.000 spesies tanaman di dunia dan sekitar 30.000 diantaranya ada di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan sekitar 9.600-an spesies tanaman telah terbukti memiliki khasiat sebagai obat. Sedangkan 1.000-an diantaranya dimanfaatkan sebagai obat herbal tradisional oleh masyarakat Indonesia.

Kini tren gaya hidup manusia semakin berubah, akibat pandemi COVID-19, masyarakat semakin peduli pada aspek kesehatan. Tren back to nature kian menjamur, dalam hal ini mengonsumsi obat-obatan herbal dan jamu demi menunjang kesehatan seperti sebuah keharusan.

Begitupun dengan hewan, kenyataannya sediaan herbal dapat digunakan sebagai terapi kesehatan hewan ternak maupun hewan peliharaan. Berdasarkan data yang dirilis Medion (2018), sebanyak 30,49% ayam petelur dan pedaging di Indonesia pernah menggunakan sediaan herbal.

Bukan Melulu Jamu
Jamu mungkin sudah sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia. Penggunaannya juga tidak terbatas hanya pada manusia saja, tetapi juga pada hewan. Sering kali terdengar bahkan terlihat ketika ada kontes ternak, karapan sapi, atau event sejenisnya, pemilik hewan kerap memberikan jamu untuk ternaknya agar kondisinya lebih prima saat kontes.

Namun sebenarnya sedian herbal bukan melulu jamu. Menurut Product Management dari PT Medion, Apt Retnoningtyas SFarm, ada beberapa kategori sediaan berdasarkan pengelompokkannya, yakni… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2023. (CR)

TERBUKTI, KOLABORASI “MAKHLUK HALUS” DAN “CAIRAN SAKTI” BISA TINGKATKAN EFISIENSI

Pemberian probiotik pada ayam meningkatkan nafsu makannya. (Foto: Istimewa)

Makanan merupakan persoalan hidup dan mati bagi semua makhluk hidup. Tidak cukup hanya “tersedia”, kualitas nutrisi yang terkandung dalam makanan pun menjadi unsur penting kedua yang menentukan keberlangsungan hidup.

Dengan mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi, makhluk hidup dapat berkembang lebih pesat dan sehat dibanding banyak makan tetapi nutrisi yang dapat diserap tubuh hanya sedikit. Logika yang sama juga berlaku untuk hewan ternak, dalam hal ini ayam dan bebek.

Pemberian suplemen pada ransum atau pakan bukan hal baru, bahkan menjadi kewajiban untuk memastikan agar unggas dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya agar tumbuh secara optimal. Selain melengkapi mikronutrisi yang dibutuhkan tubuh unggas, suplemen prebiotik dan probiotik juga dapat memberikan manfaat dengan meningkatkan kesehatan pencernaan. Dengan begitu, penyerapan nutrisi berjalan optimal dan bau kotoran dapat ditekan.

Kebutuhan Nutrisi Bebek dan Ayam Pedaging
Sebelum memutuskan menambah suplemen, peternak perlu mengetahui kadar nutrisi yang terdapat dalam pakan. Nilai atau kadar nutrisi yang paling umum dijadikan patokan dalam menentukan terpenuhinya kebutuhan nutrisi ternak adalah energi termetabolis (EM) dan protein kasar (CP). Kedua nutrisi tersebut dihitung berdasarkan jumlah dan dibandingkan terhadap jumlah pakan secara keseluruhan. Energi metabolisme pada pakan berfungsi memberi tenaga bagi tubuh unggas agar metabolisme tubuh berjalan lancar. Adapun protein berfungsi vital untuk perkembangan jaringan, organ dan daging unggas.

Dalam dunia peternakan unggas jenis pedaging, istilah grower maupun finisher tak asing didengar. Secara umum, fase grower adalah masa ketika unggas masih berusia harian hingga mencapai usia dimana organ dalamnya sudah berkembang dengan lebih sempurna. Untuk fase finisher merupakan masa terakhir pemeliharaan sebelum panen.

Sementara bagi bebek pedaging, masa starter dimulai saat bebek berusia harian atau dalam istilah lainnya yaitu DOD (day old ducks) hingga berusia sekitar 2-3 minggu. Fase ini paling krusial dalam pertumbuhan organ dalam bebek. Keterlambatan berkembang dalam fase grower akan berdampak besar pada pertumbuhan selanjutnya. Setelah melalui fase grower, bebek memasuki fase finisher, dimana organ dalam tubuh sudah lebih sempurna. Dalam fase ini perlakuan bebek lebih difokuskan pada penggemukan hingga waktu panen.

Kebutuhan nutrisi yang berbeda pada... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2023. (MFR/RA)

PILAH-PILIH HERBAL AGAR PERFORMA OPTIMAL

(Foto: Istimewa)

Suplemen pakan juga dikenal sebagai feed aditive atau pemacu pertumbuhan dalam bentuk antibiotik telah digunakan secara tradisional dalam pakan ternak pertanian sejak pertengahan 1940-an untuk menjaga lingkungan usus yang sehat dan meningkatkan kinerja (Dibner dan Richards, 2005). Didorong oleh peraturan yang lebih ketat mengenai perlindungan kesehatan manusia, kesejahteraan hewan dan lingkungan di satu sisi dan peningkatan permintaan protein hewani di sisi lain, membuat adaptasi alternatif diperlukan untuk produksi hewan yang berkelanjutan.

Karena meningkatnya larangan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGPs) di seluruh dunia pada pakan, sehubungan dengan kekhawatiran perkembangan resistensi antimikroba dan selanjutnya transfer gen resistensi antibiotik dari mikrobiota hewan ke manusia (Castanon, 2007; Steiner dan Syed , 2015), tren saat ini di kalangan produsen unggas adalah beralih dari penggunaan AGP dalam ransum unggas.

Aditif pakan yang berasal dari tumbuhan dikenal sebagai Phytogenic Feed Additives (PFAs), yang terdiri dari tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah, essential oil (EO), ekstrak tumbuhan dan komponennya telah menjadi kelas aditif pakan yang berkembang untuk pakan hewan, karena preferensi konsumen untuk produk hewani alami dan bebas antibiotik.

Potensi PFA untuk meningkatkan performa dikaitkan dengan kemampuannya menjaga lingkungan usus yang sehat (Windisch et al., 2008). Dalam sejumlah besar studi ilmiah, essential oils yang mengandung sebagian besar zat aktif tanaman telah dilaporkan meningkatkan kesehatan dan meningkatkan kinerja zootechnical dengan meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk hewan karena efek antioksidan dan antiinflamasinya, modulasi mikrobiota usus, bermanfaat berdampak pada kualitas usus yang menghasilkan kinerja yang lebih baik (Diaz-Sanchez et al., 2015; Upadhaya dan Kim 2017; Luna et al., 2019), meningkatkan kecernaan nutrisi (Jamroz et al., 2003; Jamroz et al., 2005) dan kesehatan usus (McReynolds et al., 2009) pada broiler dan unggas.

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa melengkapi diet broiler dengan PFA menghasilkan efek… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

HERBAL, PAHAMI DAN APLIKASIKAN DENGAN TEPAT

Pemberian obat herbal harus dilakukan dengan dosis dan aturan pakai yang tepat, baik dilarutkan melalui air minum atau dicampur pada ransum. (Foto: Istimewa)

Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan flora yang begitu beragam. Pemanfaatan dari beragam flora ini salah satunya digunakan sebagai obat. Ya, masyarakat Indonesia sudah sejak dahulu kala menggunakan berbagai flora sebagai pengobatan, dimana orang awam sering menyebutnya sebagai jamu.

Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, Apakah Sama?
Ketiganya sama-sama tergolong sebagai obat tradisional atau obat herbal. Obat tradisional ini bisa diartikan sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan mineral, bahan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka menjadi tiga kriteria obat tradisional yang diklasifikasikan berdasarkan keterbuktian dan standarisasi khasiat, keamanan dan mutu.

1. Jamu
Adalah obat tradisional Indonesia. Pembuktian ilmiah atas khasiat dan keamanannya hanya berdasarkan bukti-bukti secara empiris atau turun-temurun. Biasanya sediaan ini hanya campuran yang sederhana. Bahan baku yang digunakan untuk jamu tidak wajib dilakukan standarisasi, namun tetap harus memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan (farmakope atau peraturan kepala badan).

2. Obat herbal terstandar
Berbeda dengan jamu, obat herbal terstandar (OHT) merupakan sediaan alami yang khasiat dan keamanannya telah terbukti secara ilmiah (uji toksisitas dan farmakodinamika) dengan uji pra klinik. Bahan baku yang digunakan juga telah dilakukan standarisasi, yaitu dilakukan kontrol kualitas. Kontrol kualitas ini dilakukan untuk memastikan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2023.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support-Research and Development
PT Mensana Aneka Satwa

AI KEMBALI MELANDA, SEMUA PIHAK DIIMBAU WASPADA

(Sumber: iSIKHNAS)

Avian Influenza (AI) kembali mewabah, hampir di seluruh belahan dunia. Bahkan di Amerika Serikat, wabah AI mengganggu keseimbangan supply dan demand produk perunggasan mereka.

Merebak di Seluruh Dunia
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencatat bahwa AI mulai mengalami kenaikan kasus sejak pertengahan 2021. Kemudian kasus AI semakin menjamur di berbagai negara di seluruh dunia, mulai dari Eropa dan Asia.

Di Perfektur Ibaraki Jepang, sebanyak 930.000 ekor unggas harus dimusnahkan akibat wabah AI. Bahkan di Jepang pada 2022, tercatat bahwa ada 9,8 juta unggas dimusnahkan, Ini merupakan rekor tertinggi suatu pemusnahan unggas di negara tersebut.

Tidak hanya menyerang unggas, AI juga menyerang manusia. di Tiongkok dan Hongkong kejadia AI H5N6 banyak terjadi pada manusia. Kurang lebih 83 kasus di China terjadi sejak 2022. Yang terbaru di Kamboja, seorang anak berusia 11 tahun meninggal dunia akibat AI.

Dari serangkaian hasil uji anak tersebut terinfeksi AI H5N1 clade 2.3.2 1c (Nidom, 2023). Dalam sebuah webinar yang digelar melalui daring, Guru Besar FKH Unair, Prof CA Nidom, mengatakan bahwa clade virus tersebut sudah lama beredar di Kamboja, yakni sejak 2014-2016.

“Kejadian ini tentunya semakin mengancam Indonesia yang masih satu region dengan Kamboja. Dimana Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi unggas terbesar di Asia Tenggara bersama Thailand,” tutur Nidom.

Sementara menurut Konsultan Perunggasan, Tony Unandar, mewabahnya AI beberapa tahun belakangan ini terutama di negara maju tak lepas dari adanya peternakan dengan konsep… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2023. (CR)

PT BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA GELAR SEMINAR IB PROTECTION

Hybrid seminar PT Boehringer Ingelheim Indonesia, Selasa (14/3/2023). (Foto: Dok. Infovet)

Bertempat di Swissotel PIK Jakarta, Selasa (14/3/2023), PT Boehringer Ingelheim Indonesia menggelar seminar launching produknya secara luring dan daring “Maximazing Poultry Performance with The Right Choice of IB Protection.”

Seminar yang dimulai pukul 09:00 WIB diawali dengan sambutan dari Animal Health Director PT Boehringer Ingelheim Indonesia, Peter O. Martinez. Dilanjutkan dengan presentasi dari narasumber Poultry Consultant, Prof Dr Drh Michael Haryadi Wibowo MP dan Senior Technical Service Manager BIAH GSM Poultry, Dr Andrea Delvecchio.

Dalam pemaparannya, Prof Micheal berfokus pada virus Infectious Bronchitis (IB) yang kerap menyerang ternak broiler, dimana untuk menangani penyakit tersebut, peternak harus bisa mengenali terlebih dahulu karakter dari penyakit IB. “Seperti kalau mau perang kita harus kenali dulu musuh kita. Virus IB memiliki banyak varian di dunia ini dan beberapa menjadi concern di lapangan,” katanya.

Lebih lanjut disampaikan, serangan virus IB sangat luar biasa merugikan, dimana virus bisa menyerang semua organ, mulai dari pernapasan, intestinal, kerusakan pada otot bahkan sampai pada perusakan sistem imun. “Banyak terjadi di lapangan kasus IB diikuti oleh penyakit lain, misalnya mikoplasma atau penyakit lainnya,” ujar Prof Michael.

Sementara Dr Andrea mengemukakan solusi yang bisa dilakukan dalam menangani kasus IB di lapangan. Salah satunya melalui dua produk vaksin yang dimiliki PT Boehringer Ingelheim yang sekaligus juga dilakukan launching pada acara tersebut.

Ia mengatakan, penggunaan dua produk vaksin dari pihaknya diklaim mampu memberikan proteksi terhadap virus IB varian QX, Q1 dan varian 2 melalui trial yang sudah dilakukan.

Selain produk, PT Boehringer Ingelheim juga memberikan servis melalui peralatan vaksinasi yang disampaikan oleh Technical Service PT Boehringer Ingelheim Indonesia, Hari Wahjudi. “VTS/Vaccination, Technologies and Services. Kita memiliki peralatan vaksinasi yang merupakan servis dari kami. Jadi vaksin dari kami kita juga servis vaksinnya sampai ke dalam tubuh ayam. Ini bentuk servis kita untuk memudahkan bapak/ibu dalam melakukan vaksinasi,” kata Hari. (RBS)

MEMBUAT SALURAN PENCERNAAN BEKERJA OPTIMAL

Kepadatan kandang harus diperhatikan agar meminimalisir stres. (Foto: Dok. Infovet)

Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal akan mampu memaksimalkan nilai pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.

Dalam aspek pemeliharaan ayam, banyak sekali tantangan yang dihadapi peternak masa kini. Masalah pada saluran pencernaan kerap terjadi, baik yang bersifat infeksius maupun non-infeksius. Lebih berbahaya lagi ketika keduanya berkomplikasi.

Seperti yang pernah dialami peternak broiler kemitraan asal Rumpin, Kabupaten Bogor, Supendi. Ketika kebijakan pakan non-AGP mulai diberlakukan dirinya merasa performa ayam di kandangnya menurun cukup drastis. Hal ini semakin rumit karena juga diperparah cuaca ekstrem, sangat panas di siang hari dan dingin di malam hari.

“Awalnya ayam cuma diare, terus saya kasih obat anti-diare, nah setelah jalan dua hari bukannya sembuh enggak tahunya malah diare berdarah. Gimana enggak panik? Saya langsung telepon TS obat, besoknya dateng konsultasi dan ternyata ayam saya kena koksi,” tutur Supendi.

Saat itu untungnya ayam sudah berusia 25-an hari, walaupun bobot badannya di bawah standar, Supendi langsung melakukan panen dini ketimbang merugi lebih dalam. Ia langsung berbenah mencari tahu penyebabnya.

“Pakan enggak bermasalah, air minum juga, semua aspek sudah saya penuhi. Tetapi memang mungkin saya teledor di cara pemeliharaan, memang beda ya ketika AGP sudah enggak boleh lagi digunakan, cara pelihara juga harus berubah,” ungkap dia.

Merubah Mindset, Benahi Manajemen
Dilarangnya AGP memang kerap dijadikan kambing hitam. Tidak semua orang seperti Supendi, memiliki pemikiran positif dan mau merubah tata cara budidayanya. Di luar sana masih banyak peternak yang sangat yakin bahwa AGP adalah “dewa” yang harus hadir di setiap pakan unggasnya.

Nutrisionis PT Farmsco Indonesia, Intan Nursiam, mengakui bahwa saat ini mindset peternak harus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2023. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer