Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

TITIK KRITIS DI PONDASI AWAL PERFORMA BROILER MODERN

Performa broiler modern dipengaruhi oleh performa di masa awal pemeliharaan (terutama di minggu pertama). (Foto: Infovet/Ridwan)

Karakter pertumbuhan broiler modern yang secara genetik dipacu untuk tumbuh cepat mempunyai konsekuensi logis yang harus diperjuangkan. Proses seleksi genetik yang dilakukan benar-benar memberikan dampak signifikan tidak hanya terhadap pola tumbuhnya saja, namun juga pada tingkat efisiensi pakan. Bagaimana tidak, pencapaian performa yang dihasilkan didukung oleh tingginya daya hidup ayam itu sendiri. Namun di sisi lain, broiler modern membutuhkan perlakuan yang spesial dan khusus agar potensi genetik bisa muncul secara optimal.

Sebagaimana diketahui, performa broiler modern dipengaruhi oleh performa di masa awal pemeliharaan (terutama di minggu pertama). Fase awal ini sangat menentukan pertumbuhan pada fase minggu berikutnya (lihat Tabel). Semakin tercapai performa minggu pertama maka akan sangat memberikan kontribusi signifikan (terutama pencapaian target berat ayam) pada saat ayam panen. Mengingat pada fase awal ini, terjadilah proses hiperplasi (pertambahan jumlah sel) di seluruh sel dari semua organ tubuh ayam. Berbeda dengan proses hipertropi (pembesaran ukuran sel), pada saat minggu pertama proses hiperplasi sangat dominan. Sementara pada minggu kedua sampai minggu ketiga antara proses hiperplasi dan hipertropi terjadi hampir seimbang. Sementara pada saat umur ayam sudah lebih dari tiga minggu, proses hipertropi akan mendominasi. Dari pemahaman ini, semakin jelas bahwa semakin besar proses hiperplasi di minggu pertama maka semakin optimal pula performa ayam pada fase pertumbuhan berikutnya. Hal ini jelas bisa dipahami bahwa semua sel-sel tubuh termasuk di saluran pencernaan, saluran pernapasan, sel-sel yang bertanggung jawab terhadap ketahanan tubuh (antibodi/respon vaksin) bahkan lebih vital lagi sel-sel sistem kardiovaskuler.

Pada sesi ini, akan dibahas secara umum titik kritis yang harus diperhatikan pada fase penting (minggu pertama). Secara umum dibagi menjadi tiga titik kritis, yakni pada saat kedatangan (day on arrival), saat 24 jam pertama dan pertumbuhan dari umur dua hari sampai tujuh hari.



1. Pada Saat Kedatangan (Day On Arrival) DOC di Kandang
Persiapan awal sebelum kedatangan DOC menjadi titik kritis yang harus diperhatikan. Kandang selayaknya sudah dipersiapkan sedemikian rupa, bahkan sejak proses pengeluaran pupuk, pencucian kandang sampai sekam dihampar dan persiapan brooding sebelum DOC datang. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2020

Eko Prasetio, DVM
Commercial Broiler Farm Consultant

JEPANG AKAN MEMUSNAHKAN 850.000 AYAM AKIBAT WABAH FLU BURUNG

Prefektur Kagawa di Jepang akan memusnahkan 850.000 ayam di dua peternakan setelah mendeteksi wabah flu burung pada awal November 2020.

Hal ini akan menjadi kasus flu burung keenam dan ketujuh di prefektur Kagawa bagian barat, dan pemusnahan terbesar yang pernah dilakukan sejak wabah flu burung pertama di Jepang dalam lebih dari dua tahun.

Ayam di dua peternakan di kota Mitoyo dinyatakan positif dalam pemeriksaan awal flu burung pada 19 November, setelah peternakan tersebut memberi tahu pemerintah prefektur tentang peningkatan jumlah ayam yang mati.

Pemerintah setempat mengatakan telah memastikan bahwa infeksi itu adalah jenis flu burung H5 yang sangat patogen dari tes genetik pada 20 November.

Prefektur Kagawa telah memusnahkan sekitar 460.000 ayam selama empat kasus terakhir.

Wabah flu burung terakhir di Jepang terjadi pada Januari 2018, ketika 91.000 ayam di sebuah peternakan di kota Sanuki, juga di prefektur Kagawa, dimusnahkan karena jenis flu burung H5N6. (Sumber thepoultrysite.com)

MEDIA BRIEFING RESISTENSI ANTIMIKROBA

Mikroorganisme resisten (superbugs), ancaman manusia di masa depan


Pekan Kesadaran Antimikroba Se-dunia (World Antibiotic Awareness Week) diperingati tiap minggu ke-3 sampai minggu  ke-4 di bulan November (18-24 November). Bertepatan dengan hari pertama pada minggu tersebut, FAO ECTAD Indonesia, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, dan Yayasan Orang tua Peduli menggelar Media Briefing melalui daring zoom. Media briefing dilakukan agar media dapat mengampanyekan mengenai pentingnya  resistensi  antimikroba kepada masyarakat.
 
Dalam beberapa puluh tahun terakhir, resistensi mikroorganisme terhadap antimikroba di seluruh dunia cenderung meningkat, sedangkan perkembangan jenis antimikroba baru yang ditemukan oleh manusia bisa dibilang tidak berkembang dengan baik. Hal itu disampaikan oleh Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Drh Fadjar Sumping Tjaturrasa dalam opening speech-nya mewakili Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berhalangan hadir.

"Berdasarkan model yang dibuat oleh WHO, kematian akibat resistensi antimikroba di seluruh dunia akan lebih tinggi jumlahnya ketimbang kanker. Ini sangat memprihatinkan dan berbahaya bagi umat manusia," tutur Fadjar.

Ia melanjutkan bahwa tidak hanya kesehatan manusia yang menjadi ancaman, kesehatan hewan dan lingkungan pun juga akan terancam. Oleh karenanya ia mengajak kepada seluruh kalangan yang bergerak di bidang medis agar berusaha semaksimal mungkin terutama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait penggunaan antimikroba secara bijak.

Dalam kesempatan yang sama Look Schooman Team Leader FAO ECTAD Indonesia mengatakan bahwa resistensi antimikroba disebabkan oleh penggunaan antimikroba yang serampangan baik pada manusia dan hewan.

"Produk pangan asal hewan berpotensi menyebarkan bakteri yang resisten antimikroba kepada manusia. Oleh karena itu pangan asal hewan harus terus diawasi keamanannya. Selama ini kami bersama stakeholder Indonesia berusaha semaksimal mungkin berkolaborasi akan hal ini," tutur Luuk.

Bukan hanya keamanannya saja, keberlangsungan produksi pangan juga akan terdampak akibat resistensi antimikroba. Oleh karenanya Luuk Menyebut bahwa isu ini resistensi antimikroba merupakan isu yang krusial dan mendunia. (CR)


UK MENGUMUMKAN ZONA PENCEGAHAN AI NASIONAL

Chief Veterinary Officer Inggris telah memperkenalkan Zona Pencegahan Flu Burung di seluruh Inggris Raya menyusul kasus ketiga yang terjadi pada peternakan komersial dan burung liar.

Tindakan tersebut secara hukum mengharuskan semua pemilik unggas di Inggris, Skotlandia dan Wales untuk mengikuti langkah-langkah keamanan hayati yang ketat untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut.

Sebelumnya telah dikonfirmasi wabah patogen tinggi H5N8 pada ayam broiler di sebuah peternakan dekat Leominster, Herefordshire. Awal November 2020 ini, kasus H5N8 serupa ditemukan di Frodsham, Cheshire dan kasus H5N2 patogenik rendah dikonfirmasi di Deal, Kent. Kasus H5N8 juga telah ditemukan pada unggas liar yang mati di Devon, Dorset dan Gloucestershire serta County Derry di Irlandia Utara.

Zona Pencegahan mengharuskan semua pemelihara unggas, termasuk peternak rumahan dan hobi di Inggris Raya untuk:

  • Lakukan tindakan pencegahan terhadap transfer kontaminasi virus antar situs atau tempat, termasuk pembersihan dan desinfeksi alas kaki, kendaraan, dan peralatan.
  • Pastikan area tempat unggas dipelihara tidak menarik bagi burung liar.
  • Memberi makan unggas di area tertutup untuk mencegah burung liar.
  • Minimalkan pergerakan orang masuk dan keluar dari kandang.
  • Bersihkan dan disinfeksi alas kaki serta pertahankan area tempat tinggal unggas agar bersih dan rapi.
  • Kurangi kontaminasi yang ada dengan membersihkan dan mendisinfeksi area beton dan memagari area basah atau berawa.
  • Lakukan pengendalian hewan pengerat di area tempat unggas dipelihara.
  • Catat semua kendaraan dan orang yang bersentuhan dengan unggas.
  • Pastikan kandang dirawat dengan baik, kebocoran air atau jalur kontaminasi diperbaiki.

Untuk unggas free range, peternak harus memagari dan mengamankan semua area luar ruangan untuk memastikan bahwa tidak ada kotoran dari burung liar yang mencemari. Akses ke air terbuka atau genangan dibatasi, pakan dan air disimpan di dalam ruangan, unggas tidak boleh bersentuhan dengan unggas di sekitarnya, dan jalur beton serta jalan setapak harus didesinfeksi secara teratur.

SWEDIA MEMUSNAHKAN LEBIH DARI 3.000 KALKUN

Swedia telah memusnahkan 3.200 kalkun setelah menemukan flu burung di sebuah peternakan. Pemusnahan dan langkah-langkah keamanan hayati berikutnya secara efektif menghentikan ekspor unggas Swedia ke pasar di luar Uni Eropa setidaknya selama tiga bulan.

Pemusnahan itu menyusul serangkaian wabah flu burung di Eropa dalam beberapa minggu terakhir, dengan unggas liar diduga menjadi penyebar penyakit.

Flu burung yang ditemukan di wilayah selatan Swedia di Skane, telah membunuh sekitar 1.400 kalkun di peternakan sebelum pemusnahan dimulai pada Selasa 17 November 2020.

Sementara itu Jerman sedang mempertimbangkan untuk memusnahkan sebanyak 70.000 ayam setelah menemukan virus AI di sebuah peternakan. Kasus lain telah dilaporkan di Prancis, Belanda, Denmark dan Inggris.

Pihak berwenang Swedia sedang memantau dengan cermat peternakan lain untuk mencari tanda-tanda virus dan telah meminta masyarakat untuk melaporkan penampakan unggas yang mati di alam liar.

SEKILAS BIOSEKURITI 3 ZONA: PRODUKSI MAKSIMAL DAN STABIL

Menurut Drh Yunita Widayati dalam webinar HATN ke 10 pada 18/11/2020, dalam konsep biosekuriti 3 zona, peternakan dibagi menjadi 3 zona yaitu zona hijau, zona kuning, dan zona merah.

Zona merah adalah area di luar peternakan, merupakan area kotor yang meliputi di antaranya kantor, halaman, mess karyawan, dan tempat parkir. Di area ini kendaraan yang masuk disanitasi, juga menjad tempat penerimaan dan sanitasi box dan rak telur.

Seluruh area di luar peternakan ini adalah area kotor, yang penuh dengan kuman dan bakteri yang mematikan bagi ayam.

Zona hijau adalah area peternakan dimana tidak sembarang orang boleh masuk. Yang boleh ada di area peternakan adalah peralatan yang khusus dipakai di kandang, kendaraan yang khusus dipakai di peternakan, dan pekerja kandang yang ditugaskan.

Sebelum masuk pekerja harus berganti pakaian dan alas kaki khusus di peternakan. Area ini harus sangat dilindungi bahkan egg tray dari luar pun tidak boleh masuk.

Zona kuning adalah zona perantara antara zona merah dan hijau. Sebelum masuk ke zona ini orang harus didesinfeksi, dan mandi bila perlu, berganti baju kerja dan alas kaki khusus untuk peternakan.

Zona kuning juga menjadi tempat untuk loading barang, dan tempat penyimpanan box dan rak telur yang sudah disanitasi di zona merah.

Yang boleh memasuki zona kuning juga dibatasi, hanya untuk orang yang berkepentingan. Juga kendaraan dan peralatan yang benar-benar diperlukan.

Penerapan biosekuriti yang baik akan menjadikan produksi maksimal dan stabil, ayam terlindungi dari penyakit. Lingkungan di sekitar peternakan pun jadi lebih aman dan nyaman. (NDV)

SUKSES DIGELAR: WEBINAR GIZI AYAM DAN TELUR, BIOSEKURITI DAN PROSPEK BISNIS PERUNGGASAN

Webinar “Gizi Ayam dan Telur, Biosekuriti dan Prospek Bisnis Perunggasan” yang dilaksanakan di hotel Mercure, Samarinda (18/11/2020), dibuka dengan sambutan dari Zamroni Yusro, Ketua Wilayah Pinsar Kalimantan Timur (Kaltim). Kemudian dilanjutkan oleh Ricky Bangsaratoe mewakili Ketua Pinsar Indonesia.

Zamroni Yusro

Ricky Bangsaratoe

Sementara itu I Gusti Made Jaya, Kabid Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim, dalam sambutannya mengatakan ayam dan telur adalah komoditi yang sangat penting di Kaltim. Ikut mewarnai tingkat inflasi di Kaltim dan perlu perlu dijaga kestabilan suplai dan harganya.

I Gusti Made Jaya juga menjadi pembicara pertama, membawakan materi “Pentingnya Ayam dan Telur Untuk Meningkatkan Imunitas Tubuh”. Dijelaskannya bahwa produksi dan konsumsi ayam di Kaltim selalu meningkat, bahkan produksinya surplus. Sedangkan produksi telurnya lebih sedikit dari konsumsi, namun perlahan-lahan ditingkatkan agar Kaltim bisa memenuhi kebutuhan telurnya sendiri.

I Gusti Made Jaya

"Telur adalah salah satu sumber protein yang baik bagi tubuh. Bisa meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung asam folat, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, dan selenium," kata I Made Gusti Jaya. Lanjut dia, "COVID-19 tidak bisa diprediksi siapa yang terpapar dan siapa yang bakal menularkan. Maka imunitas dan protokol kesehatan harus selalu dijaga."

Pembicara berikutnya adalah Alfred Kompudu, National Technical Advisor - Commercial Poultry, FAO ECTAD Indonesia. Alfred membawakan tema “Gizi Ayam dan Telur Tingkatkan Imunitas”.

Alfred Kompudu

Diantaranya Alfred menjelaskan manfaat makan 2 butir telur ayam setiap hari yaitu dapat menurunkan risiko kanker, menurunkan risiko pernyakit kardiovaskular, menyehatkan tulang dan gigi, dan melindungi otak.

Sedangkan menurutnya manfaat makan daging ayam adalah terhindar dari anemia, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menjaga keseimbangan kolesterol, memperkuat tulang dan menambah massa otot, dll.

Bambang Suharno

Narasumber lainnya dalam webinar ini adalah Drh Yunita selaku perwakilan Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Fasilitator Nasional, serta hadir juga Pimpinan Redaksi Majalah Infovet, Ir Bambang Suharno. (NDV)

BROODING: FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PEMELIHARAAN

Memaksimalkan fase brooding, agar hasil memuaskan. (Foto: Istimewa)

Dalam manajemen pemeliharaan ayam terutama broiler, ada satu fase yang sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan. Brooding, tidak ada peternak yang tidak mengetahuinya. Nyatanya, di lapangan kegagalan pada fase ini masih sering dialami oleh peternak.

Setelah menetas, DOC yang baru mengenal dunia luar harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Jangan lupa bahwa ayam broiler zaman now merupakan sebuah mesin biologis atau bisa dibilang “monster”. Betapa tidak, dalam sebulan broiler dapat melipatgandakan bobot tubuhnya hingga 20 kali lipat, dengan catatan potensi genetiknya dapat termaksimalkan.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, dibutuhkan perhatian khusus dalam masa brooding. Masa brooding mutlak dibutuhkan DOC. Brooding dimulai sejak DOC tiba di kandang sampai mereka mencapai umur serta bobot tertentu dan tidak memerlukan pemanas lagi. Pada dasarnya lama brooding tidak bisa kita samakan antar satu peternakan dengan yang lain. Standarnya berada di kisaran 10-14 hari untuk anak ayam yang dipelihara di kandang terbuka (open house) dan 7-8 hari untuk di kandang tertutup (closed house). Namun bisa bertambah lebih lama tergantung kondisi.

Memenuhi Kebutuhan Dasar
Beberapa praktisi perunggasan mengatakan bahwa pada tujuh hari pertama di masa brooding adalah masa-masa kritis yang butuh perhatian lebih. Seperti diutarakan Drh Christina Lilis dari PT Medion, bahwa pada fase ini DOC ditargetkan naik bobotnya sebanyak 4,5-5 kali lipat dari bobot lahir. Misalkan bobot DOC 40 gram, maka pada akhir minggu pertama diharapkan bobotnya mencapai 180-200 gram.

Brooding ini kan fase yang terjadi adalah perbanyakan sel tubuh (hyperplasia), oleh karena itu jika kita gagal dalam fase perbanyakan sel terutama sel-sel pembentuk otot, maka nanti pertumbuhannya akan terganggu,” tutur Lilis.

Terkait FCR (Feed Convertion Ratio) dan tingkat kematian, Lilis mengatakan pada fase itu  seharusnya FCR berkisar antara 0,85 dengan feed intake sekitar 150 gram dengan tingkat kematian 1%.

“Oleh karena itu untuk mencapai standar segitu kita harus memenuhi kebutuhan dasar brooding yang baik,” ucapnya.

Kebutuhan yang dimaksud yakni mulai dari pakan, air minum, suhu dan cahaya, serta kualitas udara yang baik. Kelima faktor tersebut tidak boleh dipandang sebelah mata jika hendak menyukseskan program brooding.

Pakan serta Air Minum yang Cukup dan Sesuai
Sesaat setelah menetas DOC masih membawa sisa kuning telur yang berfungsi sebagai cadangan energi. Pada fase awal pun biasanya DOC tidak akan langsung makan, tetapi baru akan “belajar makan”.

Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Sumiati, mengatakan bahwa di lapangan memang biasanya ketika DOC chick-in peternak hanya memberi air gula, atau air minum yang dicampur vitamin dan mineral saja. Padahal menurutnya, early feeding atau pengenalan pakan sejak awal sangatlah penting.

“Beberapa penelitian mengatakan bahwa semakin awal ayam diberi pakan, maka akan lebih baik performanya. Terutama perkembangan ususnya, stimulasi sistem imunnya dan pertumbuhan bobotnya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa kuning telur yang tersisa akan terserap lebih cepat 15-20% dari yang tidak diberikan pakan lebih awal,” tutur Sumiati.

Oleh karenanya peternak sangat disarankan agar melakukan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2020 (CR)

PROSPEK BISNIS PERUNGGASAN KALIMANTAN TIMUR

Pada webinar HATN ke 10, 18 November 2020, Zamroni Yusro Ketua Pinsar Wilayah Kaltim memaparkan prospek bisnis perunggasan di Kalimantan Timur.

Menurutnya data Pinsar menunjukkan populasi kandang broiler di Kaltim masih bisa ditambah sebesar 15%. Peternak idealnya beralih ke kandang semi closed house atau closed house. Hal ini untuk menambah kekurangan populasi dan mencapai kestabilan performance.

Sementara itu kebutuhan telur Kaltim 40%-nya masih didatangkan dari Surabaya dan Sulawesi. Jadi Kaltim punya potensi konsumi ayam dan telur yang cukup tinggi.

Namun sayangnya di Kaltim tidak ada satu pun pabrik pakan ternak. Sehingga selama ini 99% kebutuhan pakan dikirim dari luar Kaltim.

RPA berskala besar juga berpotensi dibangun di Kaltim. Sebab sebagai contoh ayam beku untuk memenuhi konsumen katering, hotel, restoran, dsb masih mendatangkan dari luar Kaltim. (NDV)

LSP KESWAN DAN IPB TRAINING TANDATANGANI PERJANJIAN KERJASAMA


Penandatangan kerjasama antara LSP Keswan dan IPB Training

Jumat 13 November 2020 di Rumah Sakit Hewan Pendidikan IPB University, Bogor digelar acara penandatanganan perjanjian kerjasama antara IPB Training dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Kesehatan Hewan (LSP Keswan).

Dalam sambutannya Prof Srihadi AgungPriyono selaku Dekan FKH IPB menyampaikan bahwa dirinya sangat mendukung kerjasama yang terjalin antara LSP Keswan dan IPB Training, mengingat profesi dokter hewan sangat membutuhkan pelatihan dan sertifikasi untuk mendukung kegiatan dalam beberapa bidang pekerjaannya. 

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Ketua Umum PDHI Drh Muhammad Munawaroh, dirinya menyampaikan bahwa saat ini PB PDHI melalui LP Keswan baru memiliki 3 skema sertifikasi diantaranya adalah bidang karantina, Hewan laboratorium, dan Juru sembelih halal. Ia melanjutkan, bahwa sebenarnya masih ada bidang lain yang membutuhkan skema sertifikasi dari LSP Keswan. 

"Kami berharap agar kerjasama ini  dapat membuka penyusunan skema sertifikasi baru mengingat FKH IPB University memiliki banyak pakar dan ahli di bidang kailmuan kedokteran hewan," tuturnya.

Munawaroh juga menyebut bahwa IPB Training memiliki banyak sumberdaya dalam hal publikasi melalui media masa digital maupun konvensional yang dapat menjangkau banyak orang sehingga informasi tentang pelatihan dan sertifikasi dapat disebarkan dengan luas dan massif. IPB training juga dapat menjadi wadah pelatihan bagi dokter hewan yang ingin mengikuti program sertifikasi dan LSP keswan-lah yang akan menjadi asesor dan mengeluarkan sertifikat sesuai kompetensinya masing masing.

‘’Diharapkan kedepannya FKH IPB dapat menjadi penunjang dalam menyediakan sarana dan prasarana terkait pelatihan yang dilakukan oleh IPB Training dan kerjasama seperti ini akan dilakukan dengan beberapa institusi pendidikan kedokteran hewan di Indonesia untuk menunjang kemajuan profesi keodokteran hewan’’ ujar direktur LSP Keswan Drh Mulyanto. (INF/CR)



EPIDEMI AI MEMBURUK DI RUSIA DAN KAZAKHSTAN

Jutaan unggas telah dimusnahkan di Rusia dan Kazakhstan setelah beberapa kali terjadi wabah flu burung yang sangat patogen (HPAI) dalam beberapa minggu terakhir.

Kazakhstan telah kehilangan 1,2 juta unggas di 3 peternakan unggas industri. Angka ini akan lebih tinggi jika peternakan rumahan diperhitungkan. Sejauh ini, virus terutama menyerang peternakan layer.

Pers lokal melaporkan bahwa wabah AI menyebabkan kekurangan telur di ibu kota negara, Nursultan, meskipun pihak berwenang belum mengkonfirmasi pernyataan ini. Karena suhu rata-rata di daerah yang terkena dampak turun di bawah nol, wabah virus diperkirakan akan melambat dalam beberapa bulan mendatang.

Pada tahun 2020, epidemi AI membunuh 1,5 juta unggas di Rusia. Saat ini, penyakit tersebut menyebar di Siberia, menyerang industri dan peternakan rumahan. Penyakit ini juga telah menyebar ke bagian Eropa Rusia, meskipun sebagian besar wabah masih dilaporkan di Siberia.

Wabah di Oblast Kostromskaya mematikan lebih dari 14.000 unggas dan menyebabkan pemusnahan sisa kawanan 283.000 ekor. Beberapa pelaku pasar menyatakan keprihatinan bahwa berlanjutnya epidemi AI dapat berdampak pada pertumbuhan ekspor unggas Rusia, yang diperkirakan akan mencapai setidaknya dua digit tahun ini.

MENGGAGAS LUMBUNG PANGAN DAN SWASEMBADA DAGING 2026

Bincang Peternakan: Food Estate dan Swasembada Daging 2026. (Foto: Istimewa)

Keberadaan sektor pertanian di Indonesia sangat penting mengingat peranannya dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk. Lemahnya permodalan dan teknologi pada sektor pertanian khususnya pada sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu kendala bagi peningkatan produksi pangan Indonesia. 

Dalam hal pemenuhan pangan dari sumber hewani, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya mewujudkan swasembada daging sapi 2026. Kini, upaya untuk mewujudkan swasembada tersebut tidak sebatas hanya pada kemampuan penyediaan daging yang cukup bagi masyarakat, namun juga harus disertai dengan peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal.

Hal itu dibahas dalam Bincang Peternakan: Food Estate dan Swasembada Daging 2026, melalui sebuah aplikasi daring pada Minggu (15/11/2020). Webinar diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran (Fapet Unpad), Panitia Musyawarah Nasional XVI Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Seluruh Indonesia (ISMAPETI) dan Indonesia Livestock Alliance (ILA).

Kegiatan menghadirkan tiga narasumber penting yakni Ir Sugiono (Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH) yang membawakan materi cara memperkuat lumbung pangan nasional, kemudian Dr Ir Andre Rivianda Daud SPt MSi IPM (Akademisi Fapet Unpad) yang membawakan materi swasembada daging di 2026, serta Dr Ir Rochadi Tawaf MS (Sekjen Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia) yang membawakan materi ketersediaan daging nasional.

Dihadiri sekitar 170 peserta, bincang peternakan tersebut menjadi wahana bagi para peserta untuk dapat mengetahui, memahami dan mendalami program pemerintah yaitu food estate dan swasembada daging 2026, serta dapat menjadi bekal bagi para generasi muda yang akan berkecimpung di dunia peternakan.

Dalam kesempatan itu, Rochadi menjelaskan bahwa ketersediaan daging sapi dapat disiapkan dari produksi daging domestik dan juga impor, baik ternaknya maupun dagingnya.

“Namun yang harus dikritisi adalah impor daging kerbau asal India berdampak negatif terhadap program ketersediaan daging domestik,” kata Rochadi.

Ia mengharapkan, ketersediaan daging sapi domestik bisa difokuskan pada program breeding yang terarah.

“Pola kluster kawasan pengembangan vilagge breeding center (VBC) dan kemitraan peternak dengan industri menjadi pendukung dalam ketersediaan daging domestik ini,” katanya. (IN)

DUA MINGGU PERTAMA PEMELIHARAAN BROILER MASA KINI

Lokasi dan jumlah pemanas perlu diperhatikan saat brooding. (Foto: Infovet/Ridwan)

Membudidayakan ayam pedaging pada saat ini, tidak bisa dengan cara sambilan bila ingin mendapatkan hasil sesuai potensi genetik ayam yang dipeliharanya. Pengetahuan cara beternak dan kesungguhan dalam melaksanakan pembudidayaan ayam pedaging mutlak diperlukan, apalagi untuk mendapatkan ayam yang berproduksi baik bukanlah sesuatu yang instan, tetapi perlu usaha konsisten dan berkesinambungan, tidak kenal putus asa, serta diperlukan kreativitas tertentu.

Memang ada beberapa faktor yang menentukan pencapaian hasil akhir dari proses pemeliharaan, seperti bibit (DOC), cara pemeliharaan/tata laksana/manajemen, kesehatan dan pakan. Dimana masing-masing faktor tersebut tidak sama dalam memberi kontribusi pengaruhnya terhadap hasil akhir/performance maupun terhadap biaya pokok produksi.  Saat ini kontribusi pakan adalah jelas paling tinggi, yaitu ± 70%, kesehatan ± 6%, tata laksana/manajemen ± 12% dan bibit/DOC ± 12%.


Ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan bila memelihara ayam pedaging saat ini, diantaranya:

1. Pemeliharaan Minggu Pertama
Manajemen selama tujuh hari pertama terutama selama tiga hari pertama adalah kunci dalam pencapaian bobot badan terbaik di minggu pertama. Manajemen broiler terutama selama tujuh hari pertama dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, kualitas udara (kadar amonia), kualitas litter/sekam (kelembapan) dan perilaku ayam. Ada beberapa penelitian yang dapat dipakai sebagai pedoman agar pemeliharaan ayam pada minggu pertama lebih serius lagi yaitu bahwa ayam-ayam berumur muda yang kekurangan pemanas selama 45 menit, maka akan kehilangan bobot badan 135 gram pada umur 35 hari. Jika satu bagian flok mengalami kondisi tersebut maka tingkat keseragaman yang dihasilkan akan rendah.

Sebaliknya, pemanasan berlebih pada ayam-ayam berumur muda akan menekan laju pertumbuhan dan menurunkan bobot badan umur tujuh hari. Dengan perlakuan senada, jika pemanasan berlebih terjadi di satu bagian flok, maka akan dihasilkan tingkat keseragaman yang rendah pula. Kunci manajemen selama tujuh hari pertama adalah observasi dan respon terhadap kebutuhan ayam. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap bobot umur tujuh hari tersebut sangat penting karena mampu menurunkan konsumsi pakan. Bila ayam mengalami penundaan masuk dalam brooding sehingga ayam terlambat diberi pakan, bila penundaan itu selama 24 jam, maka pada usia 14 hari ada perbedaan pencapaian bobot ± 110 gram. Bila ayam umur tujuh hari bobotnya ± 60 gram dari standar, maka saat panen usia 42 hari juga akan berbeda dari standar ± 60 gram. Berikut ini adalah faktor-faktor utama manajemen yang mempengaruhi pencapaian bobot badan umur tujuh hari:… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2020 (MAS-AHD)

IRAN MELARANG EKSPOR AYAM

Kementerian Pertanian Iran, bersama dengan Kementerian Perindustrian, Pertambangan, dan Perdagangan, telah melarang ekspor ayam karena pasar domestik menghadapi kekurangan.

Awal 2020, karena kelebihan produksi ayam, Iran untuk sementara waktu mengurangi bea ekspor ayam, yang mengakibatkan sebagian besar produksi unggas negara itu keluar dari Iran, dan meningkatkan harga domestik. Peternak unggas Iran memiliki potensi untuk meningkatkan ekspor hingga 500.000 mt daging per tahun, tetapi faktor-faktor seperti sanksi AS dan kekurangan pakan tetap menjadi kendala terbesar.

Saat ini, Iran swasembada unggas dan telur dan memiliki efektivitas produksi tertinggi di Asia Barat. Tiga negara tujuan ekspor teratas untuk ekspor unggas dalam 3 bulan pertama tahun ini adalah Afghanistan (4.116 mt), Irak (2.523 mt) dan Venezuela (246 mt). (Via poultryworld.net)

MENGHENTIKAN JALUR KOLESTEROL DAPAT MENGURANGI PENYEBARAN PENYAKIT MAREK

Para peneliti menemukan produksi dan transportasi kolesterol memainkan peran penting dalam bagaimana Marek disease virus (MDV) menginfeksi sel unggas.

Para peneliti juga menyadari bahwa menghambat protein yang terlibat dalam jalur ini dapat mengurangi replikasi dan penyebaran virus antar sel, yang dapat membuka jalan bagi antivirus dan vaksin yang mengganggu jalur kolesterol untuk mencegah virus merusak unggas.

Penyakit yang diperkirakan merugikan industri unggas global lebih dari US $ 1 miliar per tahun ini menyebabkan kanker dan penekanan sistem kekebalan. Para peneliti di Pirbright Avian Immunology Group, Inggris, meneliti secara mendalam bagaimana MDV membajak jalur kolesterol sel unggas untuk bereplikasi. Temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Virology, menunjukkan bahwa MDV meningkatkan kandungan kolesterol sel dan meningkatkan regulasi protein yang disebabkan oleh lysosomal associated membrane protein 1+ (LAMP-1), yang mengangkut kolesterol ke seluruh sel.

Para ilmuwan juga menunjukkan bahwa LAMP-1 berinteraksi dengan protein MDV yang dikenal sebagai glycoprotein B, yang merupakan bagian integral dari replikasi virus. Ketika gen untuk LAMP-1 dimatikan, replikasi MDV dan penyebaran sel-ke-sel berkurang, mengindikasikan LAMP-1 memainkan peran penting dalam infeksi MDV. (Via poultryworld.net)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer