Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini pakan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

JANGAN SAMPAI LAYER KEKURANGAN NUTRISI

Penuhi Kebutuhan Nutrisi Agar Performa Optimal


Memenuhi kecukupan nutrisi ayam layer merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh peternak agar performa ternaknya maksimal. Namun sayangnya tidak semua peternak paham dan dapat memenuhi nutrisi ternaknya, ancaman penyakit dan performa yang anjlok pun kerap menghantui peternak akibat tidak terpenuhinya nutrisi.

Dengan tujuan untuk mengedukasi dan menambah wawasan di bidang tersebut, PT Medion melangsungkan technical education melalui daring instagram secara livestreaming pada Rabu (6/10). bertindak sebagai narasumber yakni Hindro Setiawan dan dimoderatori oleh Drh Amir Muhammad.

Dalam presentasinya Hindro Setiawan dari dvisi technical education & consultation PT Medion memaparkan beberapa hal penting terkait komponen nutrisi yang mutlak harus dipenuhi oleh peternak agar ternaknya sehat dan produksinya maksimal.

Ia juga menyinggung beberapa unsur esensial yang luput dipenuhi kebutuhannya dalam pakan seperti Ca, Mg, dan vitamin D. Akibatnya ayam yang mengalami defisiensi akan menunjukkan kelainan pada kualitas telur.

"Kadang kalau kualitas telur menurun, kerabang tidak sempurna, kita sudah curiga duluan dengan penyakit EDS, AI, dll. Padahal yang sering luput adalah kurangnya nutrisi terutama mineral dan vitamin D, ini sering kita temui di lapangan," tutur Hindro.

Ia juga menyinggung terkait kualitas bahan baku pakan yang bisa saja tercemar toksin. Untuk itu dirinya menghimbau kepada peternak agar tidak segan mengujikan sampel pakan maupun bahan bakunya ke laboratorium Medion agar lebih terjamin kualitasnya.

Sesi tanya jawab pun berjalan sangat interaktif dimana para peserta dapat lebih memahamai permasalahnnay dengan mudah dan solutif. Selain itu Medion juga membagikan doorprize menarik bagi para peserta yang beruntung. (CR)


PENGARUH WARNA PAKAN PADA PERFORMA BROILER



Unggas, termasuk ayam, dapat melihat dalam rentang spektrum warna yang luas, dan beberapa warna dapat menjadi rangsangan bagi mereka. Sebuah studi dilakukan oleh Joseph P Gulizia dan Kevin M Downs di School of Agriculture di Middle Tennessee State University di AS, untuk menentukan apakah pakan berwarna dapat merangsang ayam broiler untuk mengkonsumsi lebih banyak pakan.

Ayam memiliki penglihatan trikromatik yang berkembang dengan baik, memungkinkan mereka untuk melihat semua bagian dari spektrum cahaya yang tampak dan beberapa ultraviolet. Telah dilaporkan bahwa aktivitas ayam seperti mematuk, dapat dipengaruhi oleh warna dan dapat digunakan untuk meningkatkan minatnya pada makanan tertentu.

Meskipun agak tidak konsisten, penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa warna pakan berpotensi meningkatkan atau menurunkan konsumsi pakan pada ayam broiler, sehingga mempengaruhi pertambahan bobot badan selama masa pertumbuhan. H Khosravinia mengamati bahwa ayam broiler mengkonsumsi pakan secara signifikan lebih banyak dengan pencahayaan hijau dan pakan hijau dibandingkan kombinasi cahaya dan pakan lainnya.

Selain itu, JB Cooper mengeksplorasi warna pakan pada kalkun dan melaporkan bahwa unggas lebih menyukai warna hijau, seperti yang ditunjukkan oleh penerimaan mereka yang kuat terhadap pakan hijau. White Leghorn diuji responnya terhadap warna pakan merah, kuning, hijau, dan biru, hasilnya paling menyukai pakan biru dan kurang menyukai pakan merah yang secara signifikan mengurangi konsumsi pakan. Sebaliknya, Leslie menemukan bahwa ketika anak ayam broiler diberi pilihan antara pakan yang tidak berwarna dan berwarna, mereka lebih memilih pakan yang tidak berwarna.

Untuk memperluas pengetahuan dasar terkait dengan pewarnaan pakan unggas, penelitian dilakukan untuk menilai bagaimana perubahan warna pakan dapat mempengaruhi kinerja ayam broiler yang tumbuh hingga usia 21 hari. Warna yang dipilih untuk penelitian mewakili warna primer dan sekunder, dan mewakili panjang gelombang yang lebih panjang (merah, oranye, kuning, hijau) dan lebih pendek (biru dan ungu).

2 percobaan dilakukan di School of Agriculture di Middle Tennessee State University untuk menentukan efek warna pakan pada kinerja ayam pedaging:

  • Percobaan 1 meliputi 4 treatment yaitu kontrol (diet starter ayam pedaging lengkap), merah, hijau, dan biru.
  • Percobaan 2 meliputi 4 treatment, yaitu kontrol, oranye, kuning, dan ungu.

Perlakuan warna makanan terdiri dari pewarna bubuk human food grade non nutrisi. Diet kontrol tidak memiliki inklusi pewarna. Setiap tratment (60 ekor/treatment) diberikan kepada 240 ekor ayam broiler Cobb 500 jantan selama 21 hari pembesaran, dan data dianalisis.

Untuk Percobaan 1, ditemukan sedikit efek warna pakan pada performa ayam. Pakan merah dan hijau menekan AFCR hari 1 sampai 21 masing-masing sebesar 3,2 dan 2,4%, dibandingkan dengan pakan kontrol. Efek serupa dari pakan merah terlihat untuk AFCR antara hari 1 dan 14, dengan peningkatan 2,6% dibandingkan dengan pakan kontrol.

Ayam yang mengonsumsi pakan biru memiliki AFCR yang sama dengan ayam kontrol pada setiap periode waktu. Namun, tidak ada parameter kinerja lain yang berbeda di seluruh treatment dalam percobaan ini. Seperti hasil Percobaan 1, Percobaan 2 menunjukkan sedikit pengaruh pakan oranye, kuning, atau ungu pada performa ayam secara keseluruhan dibandingkan dengan pakan kontrol.

Namun, beberapa efek menarik terdeteksi. BWG antara hari ke 1 dan ke 14 unggas yang diberi pakan ungu 6,4% lebih tinggi dibandingkan unggas yang diberi pakan kuning.

Hasil kinerja ayam pedaging dari penelitian ini menunjukkan bahwa efek warna pakan tidak konsisten, tetapi tidak menunjukkan keengganan terhadap warna tertentu. (via poultryworld.net)

OPTIMALISASI SBM SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN

Memaksimalkan penggunaan SBM untuk pakan yang lebih efisien

Pakan merupakan komponen penting dengan cost tertinggi dalam usaha budidaya peternakan termasuk unggas. Hampir 70% komposisi biaya dalam beternak berasal dari pakan, oleh karena itu sangat penting untuk menekan cost pakan agar budidaya lebih efisien.

Namun begitu tidak mudah rasa – rasanya mengefisienkan harga pakan dikala pandemi kini. Terlebih lagi banyak keluhan dari para produsen pakan terkait kenaikan harga beberapa jenis bahan baku pakan misalnya Soybean Meal (SBM) yang umum digunakan dalam formulasi pakan di Indonesia.

PT Agrimara Cipta Nutrindo selaku distributor dari Industrial Tecnica Pecuaria SA, perusahaan yang berpengalaman selama 50 tahun di bidang teknologi pakan, mengadakan webinar untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam memaksimalkan SBM. Webinar tersebut dihelat pada 10 Februari 2021 lalu melalui daring Zoom meeting.

Bertindak sebagai narasumber yakni Dr Josep Mascarell, BD Director ITPSA dan webinar tersebut dimoderatori oleh Prof Komang G Wiryawan dari departemen ilmu nutrisi dan teknologi pakan, Fakultas Peternakan IPB University.

Sebagai pembuka, Prof Komang kembali mengingatkan pada kita akan fungsi SBM sebagai sumber nutrisi (asam amino). Namun begitu jika tidak termanfaatkan dengan baik oleh ternak, sisa protein dalam SBM akan menghasilkan gas yang akan berbahaya karena Non-Starch Polisacharide (NSP) yang tersisa, ini akan dicerna bakteri patogen sehingga mengancam kesehatan saluran pencernaan ternak.

Hal tersebut diamini oleh Josep, berdasarkan hasil riset asam amino yang terkandung dalam SBM lebih seimbang dan beberapa diantaranya tidak dapat ditemukan dalam tanaman lain. Selain itu Josep menilai bahwa utilisasi dari SBM dalam sebuah formulasi pakan belum termaksimalkan dengan baik. Terlebih lagi di masa sekarang ini dimana efisiensi adalah sebuah keharusan dan peternak dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dalam budidaya.

“Tantangan di masa kini semakin kompleks, produsen pakan pun harus berlomba – lomba dalam menciptakan pakan yang murah, efisien, tetapi juga berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan kustomisasi yang tepat dalam formulasi untuk melakukannya,” tutur Josep.

Di kawasan Asia mayoritas formulasi pakan ternak didominasi oleh jagung, tepung gandum, dan SBM sebagai bahan baku utama. Dalam SBM ternyata terdapat kandungan zat anti nutrisi berupa α-galaktosidase (αGOS). Zat tersebut dapat menyebabkan timbunan gas dalam perut, penurunan absorpsi nutrient, peradangan pada usus, dan rasa tidak nyaman pada ternak.

Hal ini tentunya akan menyebabkan ternak stress dan menyebabkan turunnya sistem imun. Energi dari pakan yang seharusnya dapat dimaksimalkan untuk performa dan pertumbuhan malah terbuang untuk menyusun sistem imun yang menurun. Oleh karena itu dibutuhkan substrat yang dapat menguraikan α-galaktosidase untuk memaksimalkan utilisasi energi dari SBM.

Menurut Josep, di masa kini penggunaan enzim dalam formulasi pakan adalah sebuah keniscayaan. Penambahan enzim eksogen dapat membantu meningkatkan kualitas pakan,meningkatkan kecernaan nutrient (NSP, protein, dan lemak), memaksimalkan utilisasi energi pakan, dan yang pasti mengurangi biaya alias efisiensi formulasi.

ITPSA telah melakukan riset selama 20 tahun lebih dalam hal ini. Setelah melalui serangkaian riset dihasilkanlah produk enzim serbaguna yang dapat membantu memaksimalkan formulasi pakan terutama yang berbasis jagung, tepung gandum, dan SBM yakni Capsozyme SB Plus™. Produk tersebut memiliki bahan aktif kombinasi antara enzim α-galaktosidase dan xylanase yang sudah terbukti dan teruji dapat mengefisienkan formulasi pakan.

Berdasarkan trial pada ransum broiler dan babi pada tahun 2019, Capsozyme SB Plus™ terbukti dapat meningkatkan perfoma pada broiler dan babi. Selain itu, Capsozyme SB Plus™ juga terbukti dapat meningkatkan kecernaan dan menjaga kesehatan saluran pencernaan, sebagaimana terlihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Peningkatkan Kecernaan Pada Broiler (penggunaan Capsozyme SB Plus)


Tabel 2. Peningkatkan Kecernaan Pada Babi (penggunaan Capsozyme SB Plus)


Josep juga mengatakan bahwa Capsozyme SB Plus™ aman digunakan dan dikombinasikan dengan berbagai jenis feed additive lainnya. Dengan menambahkan Capsozyme SB Plus™ dalam formulasi pakan, tentunya akan dihasilkan performa ternak yang baik, meningkatkan kesehatan saluran pencernaan, dan tentunya akan lebih menguntungkan. (CR)



DAMPAK BURUKNYA MANAJEMEN KELEMBABAN DI FEED MILL


Pellet sering dipilih karena menawarkan homogenitas dan keseragaman nutrisi. Beberapa spesies lebih menyukai pelet daripada bentuk pakan lain seperti crumble atau meal. Pellet bisa lebih mudah dimakan, lebih mudah dicerna dan meningkatkan berat badan serta FCR.

Tetapi penyusutan, daya tahan pellet, dan jamur (semua dipengaruhi oleh tingkat kelembaban) dapat berdampak negatif pada kualitas pellet.

Ayam pedaging, misalnya, lebih menyukai pelet utuh dan akan menyingkirkan remah dari feeder, yang menyebabkan limbah pakan. Ayam yang lebih besar sering berkerumun di tempat makan dan hanya menyisakan remah untuk ayam yang lebih kecil. Remah tersebut tidak seimbang secara nutrisi.

Efisiensi Feed Mill

Penyusutan

Sering pellet memiliki kadar air di bawah 11%, sedangkan kadar air optimal pakan unggas biasanya antara 12% dan 14%. Pabrik yang mengurangi efek penyusutan, melalui manajemen kelembaban, dapat menghasilkan lebih banyak pakan hingga 3% dari volume bahan baku yang sama.

Pellet Durability Index

Kelembaban memengaruhi gelatinisasi pati, yang merupakan kunci dari pellet durability index (PDI). PDI yang terlalu tinggi membuang energi dan mengorbankan throughput. Pellet dengan PDI yang terlalu rendah, lebih mungkin rusak selama proses pelleting, selama pengangkutan dan penyimpanan. Di pabrik, remah yang terjadi memperlambat produksi, bahan halus yang berlebihan menyerap kelembapan dan merangsang pertumbuhan jamur.

Kualitas Pakan

Jamur dapat tumbuh dalam pakan yang kelembapannya tidak dikelola dengan baik. Pertumbuhan jamur sering terjadi karena:

  • Bahan yang terlalu lembab
  • Adanya remah halus yang berlebihan yang menyerap kelembapan dan merangsang pertumbuhan jamur
  • Pakan yang belum didinginkan dengan benar
  • Kondensasi dalam kantong pakan memungkinkan perkembangan populasi jamur

Setiap pakan yang disimpan, jika tidak segera digunakan, beresiko tumbuh jamur. Jika pakan yang terkontaminasi diberikan kepada ayam, akibatnya performa ayam menjadi rendah, dan timbul masalah kesehatan yang terkait dengan kontaminan seperti mikotoksin. (Sumber: Anitox)

APA ITU PALM KERNEL MEAL DALAM PAKAN? GRATIS...IKUTI WEBINAR INI

Indonesia merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas areal perkebunan mencapai 12,3 juta hektar. Dalam proses produksinya, industri kelapa sawit menghasilkan berbagai produk hasil samping, salah satunya yaitu Palm Kernel Meal (PKM) yang produksinya mencapai 5,8 juta ton/tahun.

Berdasarkan kandungan nutrisinya, PKM berpotensi sebagai sumber energi dan protein, namun memiliki constraint kandungan serat yang tinggi sehingga tidak cocok dengan saluran pencernaan hewan monogastrik.

Berbagai teknologi diterapkan untuk memperbaiki kualitas nutrisi PKM diantaranya melalui perlakuan fisik, kimia dan enzimatik.

Pada Zoominar AINI ke-8 yang diselenggarakan oleh @ainifeednutrition ini akan dibahas mengenai "Optimalisasi Pemakaian Palm Kernel Meal dalam Pakan Unggas, Babi dan Ikan", yang akan diselenggarakan pada
Kamis, 1 Oktober 2020 pukul 09.00-11.10

Acara ini gratis dengan kuota terbatas
Silakan segera mendaftar pada link bit.ly/ZOOMINARAINI8

Acara ini didukung oleh media partner: @majalahinfovet;
@livestockreview; @majalahtrobos; @poultryindonesia; @agropustaka; @majalahagrina

KENAPA SREEYA MEMBUAT PAKAN DENGAN EKSTRAK NANAS?


Tantangan bisnis perunggasan ada 4 yaitu penyakit, performa, manajemen. Terakhir adalah pemerintah menetapkan non AGP, sehingga pakan tidak memakai AGP dan berefek performa di kandang menurun. Meskipun ada solusi seperti prebiotik namun jatuhnya lebih mahal.

Menjawab tantangan terkait pakan tersebut Sreeya Sewu Indonesia bekerjasama dengan GGP memproduksi pakan yang diberi ekstrak nanas.

Ekstrak nanas mengandung enzim bromelain yang sebenarnya adalah enzim protease. Enzim yang membuat pencernaan ayam menjadi sehat sehingga penyerapan nutrisi di usus jadi lebih baik

Enzim tersebut secara alami ada di pankreas jadi tidak berbahaya bagi tubuh. Selain itu kandungan vitaminnya tinggi dan mempunyai efek anti peradangan.

Sreeya telah mengaplikasikan pakan ekstrak nanas di kandang internal. Dimulai pada populasi kurang dari 1000 ekor kemudian ditingkatkan pada populasi yang lebih besar. Akhirnya pada Juni 2020 lalu mulai diaplikasikan ke free market.

Pada saat dicoba pada populasi kecil, hasilnya dalam 7 hari bobot ayam lebih tinggi, tapi sampai panen berat cenderung sama dengan pakan standar. Lalu dilakukan percobaan dalam skala besar, dan berat pada umur 21 hari ke atas lebih tinggi dari standar.

Feed intake lebih tinggi yang menunjukkan ayamnya sehat dan FCR lebih rendah. Tes yang dilakukan pada usus menunjukkan penyerapan nutrisi lebih baik. Di tingkat konsumen ayam yang diberi pakan ekstrak nanas cenderung lebih disukai secara aroma, tekstur, dan rasa.

(Sumber: Kelvin Mosara, Senior Manager Business Improvement/CRM, PT Sreeya Sewu Indonesia)

SOLUSI LOGISTIK JAGUNG UNTUK PAKAN

Sistem logistik jagung sebaiknya dibangun berbasis klaster, yaitu dengan mengelompokkan lokasi produksi jagung dan lokasi pabrik pakan yang berdekatan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Logistik melibatkan kegiatan terkait penyediaan, keamanan, penanganan material, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, distribusi, pemulangan, penggantian dan pembuangan barang. Untuk melakukan hal-hal tersebut, maka diperlukan biaya-biaya, termasuk biaya logistik.

Sistem produksi atau budidaya jagung dan pemanfaatan serta penggunaan jagung bukan bagian dari sistem logistik atau dengan kata lain, di luar masalah logistik. Adapun biaya logistik, merujuk pada biaya sumber daya riil publik dan swasta untuk mengangkut dan memindahkan barang, orang dan informasi dari satu lokasi ke lokasi lain, biasanya dari tempat produksi ke tempat pembelian atau konsumsi. Sedangkan yang dimaksud dengan tataniaga suatu komoditi adalah rantai transaksi atau bertemunya produsen dengan pembeli sampai kepada konsumen akhir.

Hal itu dijelaskan oleh Direktur Pakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan periode 2010-2015, Dr Mursyid Ma'sum, dalam acara seminar online Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) bertajuk “Strategi Ketahanan Pakan Lokal”.

Seminar yang diselenggarakan pada Kamis (18/6/2020) dibuka secara resmi oleh Ketua Umum AINI, Prof Nahrowi, serta dihadiri narasumber penting lain, yakni Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Dr Luki Abdullah dan Direktur PT Agriniaga Indonesia, Ismunandar.

Mursyid memaparkan, dalam membahas logistik jagung, maka harus dilihat dari perspektif yang lebih luas, yaitu logistik sebagai subsistem dari sistem tata niaga jagung ataupun supply chain jagung. Dengan kata lain, sistem logistik jagung harus “diletakkan” di antara persoalan segmen hulu, yakni petani dan sistem budi daya dan produksinya, serta segmen hilir, yakni industri pakan dan pengguna jagung lainnya. Hal ini untuk memperoleh sistem ataupun model logistik jagung yang holistik dan komprehensif.

“Atau dengan kata lain hal ini untuk menghindari penyelesaian secara parsial persoalan jagung sebagai bahan  pakan,” kata Mursyid sembari menyarankan, sistem logistik jagung sebaiknya dibangun berbasis klaster, yaitu dengan mengelompokkan lokasi produksi jagung dan lokasi pabrik pakan yang berdekatan dalam satu wilayah tertentu.

Dengan pendekatan berbasis klaster tersebut maka sistem logistik jagung akan dapat memperpendek rantai tata niaga antara produsen jagung dan pengguna. Sehingga hal ini dapat mengurangi biaya logistik, biaya transaksi dan illegal cost. Jika hal itu dapat diwujudkan, maka diharapkan dapat terjadi distribusi margin keuntungan yang lebih adil dan proporsional antara produsen, pedagang perantara, agen dan distributor jagung.

“Hal ini penting agar petani terus termotivasi untuk menanam jagung sebagai pilihan utamanya setelah tanaman padi,” pungkasnya. (IN)

DE HEUS ANIMAL NUTRITION MEMPERKUAT POSISINYA DI INDONESIA

PT Welgro dan PT Wirifa Sakti berhasil diakuisisi oleh De Heus Animal Nutrition

Tepat pada tanggal 2 Juni 2020 yang lalu, De Heus Animal Nutrition (De Heus) menyelesaikan proses akuisisi pabrik pakan miliki Neovia Indonesia (PT Welgro Feedmill dan PT Wirifa Sakti). Dengan selesainya proses akuisisi dua pabrik pakan yang berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur ini semakin memperkuat posisi De Heus di Indonesia.

Pada tahun 2019 volume penjualan kedua pabrik tersebut mencapai 125.000 ton, sebagaimana kita ketahui juga bahwa Welgro dan Wirifa berfokus pada pakan unggas, aqua dan babi. Bagi De Heus Indonesia, akuisisi ini adalah langkah penting dalam mewujudkan ambisinya untuk menjadi pemain terkemuka di pasar pakan ternak Indonesia.

Gabor Fluit, Business Group Director De Heus Asia mengatakan bahwa proses akuisisi ini dapat mempercepat strategi pertumbuhan De Heus di Indonesia.

"Kami berhasil melakukan penetrasi di sini (Indonesia) pada tahun 2018 melalui akuisisi PT Universal Agribisnisindo (UAB), dengan selesainya proses ini kami melihat adanya potensi meningkatkan peluang yang sangat baik untuk memperluas posisi kami di area peternakan dan satwa aquatik, tentunya juga kami ingin lebih dekat dengan pelanggan baru kami yang sudah ada di kedua daerah tersebut dan terus mengembangkan potensi kami," tuturnya.

Gabor juga berujar meskipun dampak dari wabah Covid-19 menyebabkan permintaan pakan ternak turun, bukan berarti tidak akan kembali normal. De Heus percaya situasi akan kembali normal dan pasar akan kembali pulih. De Heus sendiri tidak berpikir dalam jangka pendek, mereka juga konsisten dalam menerapkan teknologi baru dan mengaplikasikannya pada customer sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan.

"Sejak akuisisi UAB, De Heus telah mereplikasi cara pendekatan pasarnya yang kemudian berhasil dikembangkan di negara-negara Asia Tenggara lainnya, kami berusaha mendukung profesionalisasi lebih lanjut dari peternak independen di sektor peternakan dan aquatik dengan produk-produk pakan ternak berkualitas prima dan pendampingan teknis yang mumpuni. Selain itu, kami telah meningkatkan proses produksi, berinvestasi dalam pelatihan teknis personil dan memulai konstruksi jalur produksi baru untuk pakan ternak di pabrik pakan UAB yang ada, " urai Gabor.

Sementara itu Kay De Vreese, Presiden Direktur De Heus Indonesia juga menyatakan kegembiraannya dengan proses akuisisi tersebut.

"Kami sangat senang bahwa fokus kami pada peningkatan kualitas produk dan berbagi praktik terbaik diakui dan dihargai oleh pelanggan yang tumbuh secara signifikan di Indonesia. Kami akan terus menerapkan rencana investasi kami di tahun-tahun mendatang," tuturnya.

Ia melanjutkan bahwa pihaknya dengan senang hati menyambut Welgro dan Wirifa sebagai rekan baru di De Heus di Indonesia. 

"Kami telah mengenal Welgro dan Wirifa sebagai perusahaan yang dinamis dengan fokus pada peningkatan yang berkelanjutan, budaya ini sangat sesuai dengan budaya perusahaan De Heus," pungkasnya.

Bisnis pakan ternak sendiri tetap ramai, diperkirakan bahwa market size pakan ternak di Indonesia akan meningkat dan terus berkembang dari 19 juta ton pada 2019 menjadi 22 juta ton pada 2022. Dengan populasi Indonesia saat ini adalah 273 juta penduduk, tentunya ini menjadikan Indonesia sebagai pasar terbesar bagi protein hewani di Asia Tenggara. Permintaan protein hewani akan terus meningkat selama tahun-tahun mendatang karena pertumbuhan pendapatan dan populasi yang cepat, serta perubahan preferensi konsumen. (CR)

MENGAMANKAN SALURAN PENCERNAAN

Pentingnya menjaga kualitas pakan. (Sumber: Istimewa)

Ada sebuah pepatah yang berbunyi “Perut merupakan sumber segala penyakit”. Mungkin pepatah tersebut ada benarnya, bukan hanya pada manusia tetapi juga hewan.

Mengapa saluran pencernaan memegang peran yang penting? Karena hakikatnya makhluk hidup memang butuh makan. Bahkan jika diingat kembali ke masa sekolah dulu, salah satu ciri dari makhluk hidup adalah butuh makan dan minum. Makan dan minum tentunya dilakukan dalam rangka memperoleh nutrisi untuk menunjang keberlangsungan hidup.

Mempengaruhi Efisiensi
Dalam dunia perunggasan sudah dipahami bahwa pakan memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidup, baik ayam maupun peternaknya. Seringkali didengar dalam seminar, kolokium dan lain sebagainya, bahwa persentase terbesar dalam bisnis perunggasan berasal dari pakan, yakni sekitar 60-70%. 

Kembali penulis mengingatkan bahwa siapa yang paling efisien dalam biaya pakan maka dialah yang akan mendapat margin terbesar. Hal tersebut juga sering ditemui dalam program-program kemitraan bisnis unggas, plasma berusaha seefisien mungkin untuk menghasilkan performa terbaik dengan pakan. 

Dari kacamata lain, juga tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan genetik ayam di masa kini sangat pesat. Jika pada masa awal perkembangannya, ayam broiler baru bisa dipanen dalam kurun waktu dua bulan, kini mereka sudah bisa dipanen dalam waktu separuhnya. Hal yang hampir serupa juga terjadi pada ayam petelur yang genetiknya sudah berkembang sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan telur yang sangat banyak dalam kurun waktu tertentu.

Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Prof Nahrowi, ketika ditemui oleh Infovet dalam suatu acara mengamini pernyataan di atas. Menurutnya, kini ayam memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, namun begitu ayam modern memiliki kekurangan.

“Perkembangan ternak ayam terutama pedaging ini sangat luar biasa, mereka boleh saja kita sebut monster, sebab pada waktu berumur sehari bobotnya masih 40-an gram lalu dalam waktu kurang dari sebulan bobotnya bisa mencapai lebih dari 1 kilogram, itu artinya naik lebih dari 20 kali lipat,” ujarnya. 

Pun begitu, Nahrowi mengakui bahwa walaupun pertumbuhannya cepat, keluhan-keluhan peternak terutama masalah penyakit kerap kali datang menyerang. “Ayam modern bisa dibilang mudah stres kalau tidak dipelihara dengan baik pasti sakit, pakannya tidak cocok juga sakit, begitupun jika kandang kondisi kurang layak ayam juga sakit, lalu mati berjamaah,” jelasnya.

Oleh karenanya perlu diterapkan manajemen yang baik dalam pemeliharannya terutama pakan. “Karena makhluk hidup itu nutrisinya dari situ, kualitas pakan juga harus terjaga, coba lihat kalau nutrisinya tidak mendukung, pasti stres ayam, gampang terkena penyakit karena itu. Belum lagi kalau pakannya terkontaminasi oleh zat yang bahaya seperti mikotoksin, tentunya akan makin parah,” ucap dia.

Nahrowi juga tidak memungkiri bahwa... (CR) Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2019.

PT CARGILL INDONESIA LUNCURKAN PAKAN BEBAS ANTIBIOTIK

Ivan Hindarko saat memaparkan produk terbaru Cargill, Selasa (20/8/2019). (Foto: Infovet/Ridwan)

PT Cargill Indonesia resmi meluncurkan produk pakan untuk ayam petelur terbarunya yang menawarkan nutrisi tepat sesuai kebutuhan ayam dan bebas dari antibiotik.

Country Director PT Cargill Indonesia, Ivan Hindarko, mengatakan, peluncuran pakan ayam petelur ini merupakan seri tertinggi atau platinum yang digadang-gadang mampu menjadi solusi pakan secara menyeluruh.

“Kami meluncurkan Qmax Series yang merupakan seri tertinggi untuk solusi kebutuhan pakan. Kami hadirkan nutrisi dan teknologi terbaik untuk peternak, agar produk yang dihasilkan berkualitas dan tentunya efisien bagi peternak,” kata Ivan dalam konferensi pers yang digelar PT Cargill Indonesia, Selasa (20/8/2019), di Jakarta.

Selain memiliki benefit bagi peternak, lanjut Ivan, produk terbarunya ini bebas dari penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan/AGP yang saat ini sudah dilarang oleh pemerintah, namun masih dapat membantu mengurangi permasalahan kesehatan ayam.

“Kami mematuhi aturan dari pemerintah, inilah yang mendorong kami mengembangkan pakan ternak tanpa antibiotik yang masih dapat mengatasi masalah kesehatan ayam sekaligus meningkatkan produktivitas untuk membantu peternak mencapai hasil optimal,” ungkapnya.

Sebab setelah AGP dilarang, peternak dihadapkan dengan persoalan penyakit dan cost pemeliharaan yang meningkat. “Disini kami memberikan efisiensi bagi peternak sekaligus memberikan kualitas telur yang baik bagi konsumen. Itu sesuai dengan spirit kami, yaitu nutrisi lebih baik untuk hidup lebih baik,” ucapnya.

Sementara, Business Development Manager PT Cargill Indonesia, Adi Widyatmoko, menjelaskan secara detail keunggulan Qmax Series, diantaranya seri Rearing meliputi fase starter, grower dan developer, serta seri Laying untuk fase bertelur.

Dijelaskan, untuk rearing merupakan fase penentu penting dalam menghasilkan pullet berkualitas. Disini program pemberian pakan sesuai genetik ayam akan membantu membentuk fungsi organ pencernaan yang bekerja secara optimal dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta mengantarkan pullet siap mencapai target produksi. Sementara seri laying diperuntukan bagi ayam yang siap menginjak fase produksi.

“kami percaya akan nutrisi yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik. Inilah cara kami membantu peternak meningkatkan produktivitas, keberlanjutan dan kesehatan, serta kesejahteraan hewan,” pungkasnya. (RBS)

KEMENTAN GENCARKAN UPSUS JAGUNG UNTUK KEBUTUHAN PAKAN



Ilustrasi jagung dan ayam (Foto: Pixabay)

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) terus meningkatkan produksi ayam potong untuk mendukung akselerasi ekspor dan ketahanan nasional. Salah satu upayanya dengan menggencarkan program upaya khusus (Upsus) Jagung untuk kebutuhan pakan ternak.

Terkait hal ini peternak mandiri ayam broiler asal Cianjur, Jawa Barat, Andi Sugimin mengaku merasakan betul upaya pemerintah dalam penyediaan dan bantuan pakan ternak. Khusus untuk bantuan, Andi menyebutnya sebagai bukti hadirnya pemerintah saat petani menghadapi kesulitan.

Menurut Andi, salah satu kehadiran pemerintah yang sangat dirasakan peternak adalah bantuan jagung selama musim paceklik beberapa bulan lalu. Bantuan itu, kata dia, merupakan suplemen bagi peternak untuk menjaga semangat produksi. 

"Peternak kecil bisa jadi gulung tikar jika saat itu kondisi jagung tetap langka. Tapi kita berterima kasih pada pemerintah atas bantuan penyediaan jagung, sehingga kami bisa melanjutkan produksi. Semoga ke depan bantuan jagung terus bertambah," katanya.

Andi berharap pemerintah membatasi perijinan kuota perusahaan asing yang dinilai tidak seimbang baik dari sisi permodalan maupun alat yang digunakan. Menurutnya dalam hal ini pemerintah harus berani menolak ijin usaha tersebut, sembari mengucurkan bantuan yang ada untuk peternak kecil. (Sumber: wartaekonomi.co.id)

ATASI SOAL PAKAN, JAWA TIMUR TANAM JAGUNG SEPANJANG TAHUN

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa bersama Dirjen Tanaman Pangan (Foto: Istimewa)

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menargetkan Provinsi Jawa Timur sebagai kawasan yang lahannya dipenuhi jagung sepanjang tahun. Target ini dikeluarkan untuk mengatasi keluhan peternak ayam petelur di Jawa Timur.

“Kita targetkan Jawa Timur bisa menanam jagung sepanjang tahun. Sehingga tidak ada kelangkaan jagung dan tidak ada kesulitan akses peternak ayam pada ketersediaan jagung,” ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa didampingi Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Sumarjo Gatot Irianto di Gedung Grahadi, Selasa (12/3/2019).

Masalah kelangkaan jagung yang sempat dikeluhkan peternak ayam petelur Jawa Timur bakal segera teratasi. Pemprov Jawa Timur akan mendapatkan benih jagung dari Kementan untuk ditanam di lahan pertanian Jawa Timur.

"Kita sama-sama mendengar peternak ayam petelur terutama dari Blitar mengeluhkan ada kesulitan akses jagung, sementara jagung itu 50 persen bahan pakan ayam," kata Khofifah usai pertemuan dengan Dirjen Tanaman Pangan.

Dari pertemuan tersebut, Dirjen Tanaman Pangan memberikan solusi antisipasi agar kelangkaan jagung di Jawa Timur tidak terulang dan dapat diselesaikan. Caranya yaitu dengan memperbanyak penanaman jagung di area persawahan.

“Benihnya akan disiapkan dirjen tanaman pangan. Nantinya saya akan koordinasikan dengan bupati-bupati di Madura dan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) untuk pemetaan kita butuh lahan berapa yang bisa ditanami jagung,” imbuhnya. 

Dia menjelaskan, masa tanam jagung hanya tiga bulan. Artinya dalam waktu 90 hari saja petani sudah bisa memanen jagung yang ditanam. Melalui proses yang cepat, seharusnya Jatim ke depan aman stok jagungnya.

Khofifah menargetkan, paling lambat pekan depan benih dari Kementan sudah diterima petani jagung di Jatim.

Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, menanam jagung sepanjang tahun di Jatim sangat memungkinkan. Sebab masa tanam jagung itu mulai Januari hingga Desember.

Potensi lahan pertanian Jawa Timur sebesar 1,1 juta hektar. Dalam hal ini, pihaknya siap memberikan benih jagung langsung ke orang siapa dan alamat sawahnya dimana untuk bisa segera ditanami jagung.

“Produksi jagung Jatim hitungannya memang surplus. Tetapi Jatim menjadi daerah penyangga kebutuhan daerah lain, bahkan nasional,” katanya.

Menurut Gatot, menambah tanaman jagung saat ini justru waktu yang tepat. Pasalnya sedang musim hujan dan tanahnya basah. “Wilayah yang basah, termasuk bekas banjir segera ditanami jagung.  Sehingga 90 hari ke depan sudah bisa dipanen,” pungkasnya. (Rilis/NDV)

KERAKAS SAWIT SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA KECIL

Kerakas sawit yang sudah di parut. (Dok. pribadi)

Indonesia sebagai penghasil minyak sawit terbesar dunia mempunyai luasan kebun sawit yang sangat besar. Dengan luasan kebun sawit, menghasilkan limbah kebun sawit atau kerakas sawit yang sangat banyak. Kerakas yang dimaksud adalah pelepah sawit beserta daunnya, yang memiliki potensi sebagai sumber serat kasar bagi ternak ruminansia, walau memiliki kandungan lignin yang tinggi yang bisa menyebabkan kecernaan menjadi rendah.

Kendati demikian, pemanfaatan kerakas sawit sudah banyak dilakukan dengan adanya program integrasi sapi-sawit. Tetapi pemanfaatan kerakas sawit untuk ternak ruminansia kecil masih belum banyak. Hal ini dikarenakan kapasitas rumen ternak ruminansia kecil lebih minim dan kadar serat kasar kerakas sawit yang tinggi (mencapai 46%), sehingga perlu perlakuan atau sentuhan teknologi sebelum memberikan kerakas sawit tersebut.

Dari penelitian sederhana yang pernah penulis lakukan, penulis mencoba membuat pakan komplit dengan sumber serat dari kerakas sawit yang sudah diparut. Kerakas sawit yang digunakan adalah kerakas sawit kering. Kerakas yang sudah di parut dicampur dengan konsentrat ruminansia dan selanjutnya difermentasikan menggunakan inokulan mikrobia selulolitik. Inokulan yang digunakan adalah Trichoderma harzianum. Proses fermentasi dilakukan  selama 14 hari secara anaerob, menggunakan kantong plastik besar untuk mendapatkan hasil yang baik.

Setelah 14 hari, pakan komplit telah terfermentasi dan berubah warnanya menjadi lebih cerah dengan bau harum khas fermentasi. Uji coba dilakukan pada kambing perah laktasi. Sebab, kambing memiliki karakter lebih suka pakan berupa rambanan atau daun-daunan daripada rumput, berbeda dengan domba yang menyukai kedua jenis pakan tersebut.

Ternyata adaptasi pakan komplit fermentasi berbasis kerakas sawit ini cukup lama. Kambing yang biasa diberi pakan daun-daunan memerlukan waktu lebih dari dua minggu untuk beradaptasi ketika diberikan pakan komplit fermentasi berbasis kerakas sawit. Adaptasi dilakukan dengan cara memberikan sedikit demi sedikit pada pakan  kambing yang terbiasa diberi daun-daunan. Adaptasi pakan harus dilakukan dengan sabar, kambing harus dipancing dengan dedak padi yang ditaburkan di atas pakan komplit fermentasi agar tertarik memakan pakan komplit fermentasi kerakas sawit tersebut.

Uji coba pakan komplit fermentasi ini diberikan pada kambing perah laktasi sejumlah enam ekor yang terbagi menjadi dua kelompok dengan rancangan simple cross over, dengan berat rata-rata kambingnya adalah 37,17 kg, umur rata-rata 3,03 tahun dan produksi susu 525 ml perhari. Pakan komplit fermentasi yang diberikan mempunyai kandungan kadar bahan kering  (BK) 91,02%, bahan organik (BO) 85,11%, protein kasar (PK) 12,42 %, lemak kasar (LK) 2,86 %, serat kasar (SK) 39,63 %, bahan ekstrak tanpa N (BETN) 30,2% dan TDN (Total Digestible Nutrient) 49,58%. 

Setelah melalui proses adaptasi pakan, kambing bisa diberikan pakan komplit fermentasi secara penuh. Dalam pengamatan penelitian, ternyata pemberian pakan komplit fermentasi  memberikan konsumsi bahan kering yang lebih tinggi dibanding kelompok yang diberi pakan hijauan berupa daun niponan, daun karet dan daun kelapa sawit segar. Pemberian pakan komplit fermentasi ini juga memberikan konsumsi protein kasar dan konsumsi serat kasar yang lebih tinggi dibanding yang diberi pakan hijauan, tetapi tidak memberikan hasil yang berbeda pada konsumsi bahan organik dan lemak kasar.

Produksi susu kambing juga tidak mengalami perbedaan signifikan antara kelompok yang diberi pakan komplit fermentasi dengan kelompok kambing yang diberi pakan hijauan, walaupun ada kecenderungan produksi susu pada kelompok yang diberi pakan komplit fermentasi memberikan produksi susu yang lebih tinggi. 

Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa pemanfaatan limbah kelapa sawit (bahkan yang sudah kering) sebagai pakan ternak ruminasia kecil sangat mungkin bisa dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan konsumsi bahan kering, protein kasar dan serat kasar untuk pakan komplit fermentasi, serta tidak adanya perbedaan terhadap produksi susu kambing perah laktasi yang digunakan dalam penelitian.

Kerakas sawit setelah menjadi pakan komplit fermentasi. (Dok. pribadi)

Proses fermentasi dengan menggunakan bakteri selulolitik akan menurunkan kadar  selulosa yang terkandung di dalam kerakas kelapa sawit. Dengan kandungan selulosa yang mencapai 46% di dalam pelepah sawit, merupakan potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan pakan ruminansia. Bakteri selulolitik akan menghasilkan enzim selulase yang mampu menghidrolisis ikatan β-1,4-glikosidik di dalam selulosa. Enzim selulase yang diproduksi oleh bakteri selulolitik biasanya merupakan enzim komplek dan bekerja sesuai fungsinya, sehingga mampu memecah selulosa menjadi produk akhir glukosa.

Bakteri selulolitik secara alami ada di dalam rumen ruminansia dan memang hanya ternak ruminansia yang mampu memanfaatkan selulosa secara efisien sebagai bahan pakan, karena keberadaan bakteri selulolitik tersebut. Bahan pakan yang tinggi kandungan selulosa, apalagi dengan kandungan  lignin yang juga tinggi, seperti kerakas sawit, akan susah dicerna oleh bakteri selulolitik di dalam rumen. Pemanfaatan teknologi fermentasi diharapkan mampu membantu kerja bakteri selulolitik di dalam rumen, sehingga kecernaan pakan berserat tinggi akan meningkat. Banyak penelitian membuktikan bahwa proses fermentasi bahan pakan berserat menghasilkan penurunan kadar serat kasarnya. 

Hal yang cukup menarik dari hasil penelitan ini adalah, dari hasil produksi susu yang tidak berbeda nyata, walaupun ada kecenderungan pemberian pakan komplit fermentasi lebih tinggi produksinya, ternyata terdapat perbedaan warna dari susu yang dihasilkan. Susu yang diproduksi dari kambing yang diberi pakan hijauan terlihat lebih kuning dibandingkan dengan susu yang dihasilkan dari kambing yang diberi pakan komplit fermentasi, yang susunya terlihat berwarna putih.

Produksi susu sangat ditentukan dari laju sel sekretori mengubah nutrien dari darah menjadi komponen susu. Hal ini sangat dipengaruhi nutrisi yang dikonsumsi ternak berkaitan dengan prekursor pembentuk susu dan ketersediaan energi. 

Perbedaan warna susu yang diproduksi oleh kelompok kambing percobaan diduga karena pakan komplit fermentasi yang berbasis limbah sawit, menggunakan limbah sawit yang sudah kering, sehingga kadar beta karotennya sudah sangat rendah dibanding pemberian pakan hijauan segar. Beta karoten terdapat dalam hijauan segar dan akan berubah menjadi vitamin A ketika di dalam tubuh. Kadar beta karoten akan sangat berkurang karena proses pengeringan dengan sinar matahari. Senyawa karotenoid ini yang memberikan warna kuning pada susu. Pada bahan pakan yang sudah kering, kandungan beta karotennya sudah rendah sehingga menyebabkan warna susu menjadi putih.

Dari penelitian ini, diharapkan bahwa pemanfaatan kerakas sawit yang sudah kering sebagai pakan ternak ruminansia bisa diaplikasikan untuk ruminansia kecil. Pemanfaatan limbah sawit untuk pakan ruminansia kecil selama ini terbatas pada daun sawit yang masih segar, tetapi dengan teknologi fermentasi dan dibuat menjadi pakan komplit ini bisa memanfaatkan pelepah dan daunnya (kerakas) yang sudah kering untuk pakan ruminansia kecil. Kelemahan terhadap produk susu akibat penggunaan pakan komplit fermentasi yang berbasis kerakas sawit kering bisa diantisipasi dengan suplementasi bahan pakan sumber vitamin A dalam ransumnya. ***

Dr Lilis Hartati, SPt
Penulis adalah pengajar di Jurusan Peternakan, 
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

PETERNAK MENUNTUT HARGA PAKAN DAN DOC TURUN

Demonstrasi peternak unggas rakyat yang tergabung dalam PPRPN di depan Istana Negara, Selasa (5/3). (Foto: Infovet/Ridwan)

Ribuan peternak ayam broiler yang tergabung dalam Sekber Penyelamatan Peternak Rakyat dan Perunggasan Nasional (PPRPN) menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Negara, Selasa (5/3).

Sebagian tuntutan dari peternak yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia ini meminta harga DOC dan pakan turun, agar biaya produksi tak membengkak.

"Harapan kita hari ini pemerintah mendengar apa yang menjadi keinginan peternak rakyat, yakni harga ayam harus naik di tingkat peternak. Sebab DOC dan pakan, serta sapronak lain yang kita beli di perusahaan tinggi harganya, ini memicu peternak rakyat bangkrut. Padahal kita hanya ingin menikmati hasil dari budidya kita," ujar Sugeng Wahyudi, salah satu koordinator aksi saat ditemui Infovet.

Hal senada juga diungkapkan oleh beberapa perwakilan peternak rakyat dari daerah, diantaranya Lampung, Jawa Timur, Kalimantan, Bandung, Medan, yang meminta harga bibit serta pakan ternak turun dan harga jual ayam tidak ambruk di bawah hpp (Harga Pokok Produksi).

"Turunkan harga bibit dan pakan, jika tidak kita bakar saja. Pemerintah itu kalo kita jual (ayam) di atas hpp, pemerintah bertindak, tapi kalo harga jual turun di bawah hpp pemerintah diam saja," ujar perwakilan peternak Kalimantan saat menyampaikan aspirasinya.

Harga pokok produksi yang sudah diatur saat ini mencapai Rp 19-20 ribu/kg (live bird). Namun beberapa tahun terakhir harga jual ayam selalu berada di bawah hpp. Sementara adapun kenaikan harga DOC yang mencapai Rp 1.595/ekor dan pakan sebesar Rp 850/kg. Kenaikan terjadi sebanyak enam kali sepanjang 2018. Melonjaknya harga pakan disebabkan kenaikan harga jagung dalam negeri dan penguatan dollar. Sedangkan kenaikan harga DOC dipicu kenaikan harga pakan dan kenaikan biaya depresiasi akibat kosongnya kandang induk pasca pemangkasan produksi.


Aksi demonstrasi peternak rakyat yang meminta perlindungan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Selain itu, ditambahkan perwakilan peternak daerah Lampung, yang meminta budidaya dikembalikan seutuhnya kepada peternak mandiri. "Budidaya itu milik rakyat, kita juga ingin besar. Tolong perhatikan nasib kami (peternak). Ini kita akan perjuangkan sampai titik darah penghabisan."

Ini tentunya menjadi indikasi lemahnya pemerintah mengawasi industri perunggasan. Hal itu juga yang disampaikan Haris Azhar dari Lokataru.

"Pemerintah tidak mau mendengar peternak yang tiap hari gulung tikar dan merugi, mereka lebih peduli terhadap perusahaan besar, kita tidak bisa biarkan ini. Kita harus tuntut produksi peternakan milik peternak rakyat," katanya dihadapan para peternak. (RBS)

GPMT INGATKAN PEMERINTAH, HARGA JAGUNG MASIH TINGGI

GPMT mengingatkan pemerintah untuk antisipasi kebutuhan jagung. (Foto: Antara)

Pengusaha pakan ternak mengatakan harga jagung untuk pakan saat ini masih tinggi. Ini sekaligus membantah klaim Kementan tentang penurunan harga jagung.

Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) mengatakan harga jagung untuk sektor pakan ternak masih tinggi. Hal ini sekaligus membantah klaim Kementerian Pertanian harga jagung sudah turun menjadi sekitar Rp 3.000 per kilogram (kg).

Harga jagung saat ini masih berada di kisaran Rp 4.800 per kilogram (kg). Angka ini jauh lebih tinggi dibanding klaim Kementan maupun harga jagung normal menjelang panen  sebesar Rp 3.500 per kg.

Dewan Pembina GPMT Sudirman mengingatkan pemerintah supaya mengantisipasi kebutuhan jagung yang meningkat. “Di Jawa Timur harga masih tinggi, belum sampai harga Rp 3.000 per kg seperti Kementerian Pertanian,” kata Sudirman dalam pernyataannya, Kamis (21/2/2019).

Kondisi harga sebesar Rp 4.800, harga tersebut menurutnya sudah dalam level tinggi. Sebab, harga jagung acuan di tingkat petani dalam kondisi normal tinggi sebesar Rp 3.150 per kg.  Harga tersebut bahkan telah mempertimbangkan keuntungan petani dan kewajaran penerimaan pabrik pakan.

Kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan ternak tahun ini diperkirakan tumbuh 17,6% menjadi 10 juta ton dibandingkan tahun lalu.

Dengan harga jagung yang masih tinggi juga membuat petani enggan menurunkan harga jual kepada pabrik pakan. Sebab, pasokan jagung belum terlalu banyak karena panen jagung baru saja dimulai dan belum mencapai masa puncak yang diprediksi berlangsung pada Maret hingga Mei.

Ke depan, GPMT meminta pemerintah memperhatikan suplai jagung pada masa paceklik, yaitu November sampai Januari. “Saat panen, Bulog mesti mengisi stok supaya ketika tidak panen, Bulog bisa membantu pabrik pakan,” ujar Sudirman.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengaku pemerintah harus menjadi penghubung kebutuhan petani jagung dan peternak. Dia mencatat, jagung  berkontribusi sekitar 40%-50% terhadap industri pakan ternak, sehingga ketersediaan produk jagung sangat berpengaruh terhadap usaha peternakan.

Kebutuhan industri pakan tahun 2019 bakal mencapai 11,5 juta ton, lebih tinggi daripada kebutuhan tahun 2018 sebanyak 10,3 juta ton.

“Kesepakatan pembelian jagung petani oleh peternak, dengan Bulog berada di tengahnya diharapkan dapat mengatur penyerapan jagung dan pasokan,” kata Diarmita.

Dia menjelaskan dasar aturan yang digunakan sebagai pedoman harga jagung adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018. Aturan menetapkan acuan harga pembelian jagung di tingkat petani dengan kadar air 15% sebesar Rp. 3.150 per kilogram dan harga acuan penjualan di industri pengguna (sebagai pakan ternak) Rp 4.000 per kilogram. (Sumber: katadata.co.id)

BERAS BUSUK BULOG TAK LAYAK DIJADIKAN PAKAN AYAM

Ilustrasi ayam dan pakan (Foto: Google)

Kabar ditemukannya beras busuk di Ogan Komering Ulu Timur (OKU), Provinsi Sumatera Selatan, Ketua Presidium Peternak Layer (petelur) Nasional Ki Musbar Mesdi berkomentar.

Komentar Musbar membantah pernyataan Bulog yang menyebut beras busuk yang ditemukan di OKU Sumatera Selatan tidak akan digunakan untuk konsumsi masyarakat, melainkan akan dialihkan untuk pakan ternak.

Para peternak unggas menganggap, beras busuk bukan pakan yang tepat bagi ayam maupun unggas lainnya.

"Kami tidak mengenal beras busuk dipakai di ayam. Yang kami kenal adalah bekatul dan menir," kata Musbar dalam pernyataannya, seperti dikutip dari antaranews.com, (Rabu, 13/2).

Dia menambahkan, bekatul dan menir mengandung energi bagi unggas yang berasal dari minyaknya. Sementara itu, beras busuk sendiri dianggap tidak akan berguna apabila diberikan kepada ternak.

“Beras rusak itu enggak ada artinya bagi ayam. Vitamin sama karbohidratnya sendiri sudah rusak. Untuk ternak unggas, tidak direkomendasikan kalau beras busuk,” kata dia lagi.

Musbar menegaskan beras bukan merupakan bagian utama dari komponen pakan ternak unggas, apalagi komposisinya hanya sekitar 3-5 persen dari pakan yang ada.

Ia memastikan tidak ada peternak yang mau menampung beras busuk yang telah berkutu maupun terkena jamur untuk pakan ternak, karena sangat berisiko.

Oleh karena itu, Ki Musbar mempertanyakan wacana pemberian beras busuk sebanyak 6.000 ton yang ditemukan di salah satu gudang Bulog sebagai bahan makanan ternak.

Beras itu busuk karena berkutu atau berjamur juga menjadi teka-teki. Kalaupun karena hanya berkutu, Musbar meyakini tidak ada peternak yang mau mengambilnya dikarenakan bisa berisiko jika dimakan oleh unggas.

Jika berkutu, peternak mesti memberikan desinfektan atau obat antijamur guna bisa menghilangkannya. Apabila beras tersebut sudah bersih dan dikonsumsi oleh ternak, hal tersebut tetap saja sangat berisiko.

Menurut Musbar, pernyataan Bulog yang mengalihkan penggunaan beras busuk kepada ternak semata untuk mengurangi kerugian dan kesalahan manajemen gudang hingga menyebabkan busuknya beras. (Inf)


Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Pakan Ayam Kampung

Kotoran sapi yang diolah dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak ayam kampung dengan hasil yang cukup baik. (Sumber: Istimewa)

Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), merupakan salah satu ternak unggas yang umum dibudidayakan oleh masyarakat pedesaan. Namun, populasi ayam kampung di Indonesia pada 2015 sudah mencapai 285 juta ekor.

Permintaan daging dan telur ayam kampung juga semakin meningkat, walau harganya lebih tinggi dibandingkan ayam ras. Namun disayangkan, sebagian besar masyarakat  masih memelihara ayam kampung secara tradisional. Bahkan masih banyak masyarakat yang memelihara tanpa menyediakan kandang.

Salah satu alasan sebagian masyarakat memelihara ayam kampung dengan cara diumbar adalah mahalnya harga pakan, jika harus membudidayakan secara intensif. Padahal memelihara ayam kampung memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan, asalkan memenuhi persyaratan, yakni menggunakan bibit, vaksinasi secara intensif dan teratur, serta menggunakan pakan yang murah dan berkualitas.

Agar memperoleh formula pakan yang murah diperlukan kejelian untuk mencari bahan pakan alternatif, yaitu kotoran sapi dan domba/kambing yang bisa diolah. Fase layer (bertelur) merupakan masa produktif ayam petelur, termasuk ayam kampung, yaitu umur sekitar 20 minggu hingga afkir (90-100 minggu), di mana pada fase ini tidak 100% menggunakan pakan pabrikan, tetapi menggunakan konsentrat yang dicampur dengan jagung, dedak dan bungkil kelapa.

Sebagai contoh ramuan pakan ayam kampung petelur dengan komposisi sebagai berikut. Pakan A (25% konsentrat pabrikan, 40% jagung kuning giling, 35% dedak padi). Kemudian Pakan B (25% konsentrat pabrikan, 40% jagung kuning giling, 20% tepung kotoran sapi, 15% dedak padi). Sebaiknya pemberian dikombinasikan dengan probiotik 1 cc per liter air minum untuk meningkatkan produktivitas telur hingga 5-6% dibandingkan dengan pemberian pakan konvensional dan menghilangkan kemungkinan penurunan produksi.

Perbandingan Nutrisi
Komposisi nutrisi pakan A (konvensional) dan pakan B (dicampur tepung kotoran sapi), dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1: Perbandingan Komposisi Nutrisi Pakan A dan Pakan B, untuk Ayam Kampung Petelur
Jenis pakan
Komposisi (%)
Protein kasar
Serat kasar
Lemak
Kalsium
Fosfor
Energi (Kkal/Kg)
Pakan A
16,30
7,73
8,39
1,60
0,65
3.760
Pakan B
17,64
8,61
5,10
2,89
0,62
3.623

Sumber: Ir Suprio Guntoro (2018).

Dari Tabel 1 tersebut tampak bahwa kandungan protein kasar dan serat kasar Pakan B lebih tinggi dari pada Pakan A, ini disebabkan kandungan protein dan serat kasar pada tepung olahan kotoran sapi lebih tinggi dari pada dedak padi. Sedangkan kandungan energi Pakan B sedikit lebih rendah dari Pakan A, tetapi kandungan nutrisi lainnya (lemak, kalsium dan fosfor) secara umum tidak begitu signifikan.

Teknik Pengolahan Kotoran Sapi
Kotoran sapi perlu diolah dahulu melalui beberapa tahapan agar bisa menjadi bahan pakan bernutrisi, antara lain:

a. Persiapan bahan, pilih kotoran sapi/kerbau/domba/kambing yang masih segar atau sudah berumur tiga hari dan bebas dari campuran tanah. Kemudian jemur kotoran tersebut selama satu hari untuk mengurangi kadar airnya.

b. Persiapan inokulan, persiapkan peralatan (corong, wadah penampung) dan bahan inokulan (gula putih/merah atau mollase, bibit inokulan). Masukkan air bersih (bebas dari lumpur atau kaporit) ke dalam wadah, lalu campurkan irisan gula/mollase dengan perbandingan 1:100 dari bobot air, jadi untuk 100 liter air digunakan 1 kg gula/mollase, lalu aduk gula/mollase sampai larut. Masukkan bibit inokulan sebanyak 1 liter atau 1% dari volume air dan aduk kembali. Kemudian tutup wadah rapat-rapat, lalu diamkan 30-60 menit di tempat teduh.

c. Proses inokulasi, hamparkan kotoran sapi dalam kondisi setengah kering hingga setebal 3-4 cm di atas terpal. Siramkan cairan inokulan dengan menggunakan sprayer ke permukaan kotoran sapi sampai merata. Tebarkan lagi kotoran sapi setebal 3-4 cm di atas kotoran yang telah terinokulasi, lalu siram lagi dengan larutan inokulan. Ulangi hingga semua kotoran sapi terinokulasi.

d. Fermentasi, bungkus dan ikat rapat-rapat semua kotoran sapi yang terinokulasi dengan karung/plastik/terpal, lalu simpan dan tutup dalam bak khusus fermentasi selama 5-6 hari.

e. Pengeringan, setelah lima hari proses fermentasi, lalu kotoran sapi di bongkar dan dijemur di bawah sinar matahari selama 3-4 hari (bila di dataran rendah) atau 5-6 hari (bila di dataran tinggi).

f. Penepungan, setelah kotoran cukup kering, lakukan penepungan dengan menggunakan mixer. Tujuan penepungan agar bahan kotoran sapi lebih lembut, sehingga mudah dicampur dengan bahan pakan secara merata, lebih mudah dikonsumsi dan meningkatkan daya cerna.

Teknik Pencampuran
1. Untuk skala kecil, dapat dilakukan secara manual menggunakan tangan atau sekop, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Siapkan wadah bersih pencampur pakan seperti terpal, lembaran plastik yang dihamparkan di lantai.

b. Taburkan bahan yang jumlah persen komposisinya terkecil di atas hamparan tersebut, dalam hal ini dedak padi. Kemudian taburkan bahan yang komposisinya lebih besar (tepung kotoran sapi) di atas bahan pertama, lalu aduk secara merata. Di atas campuran kedua bahan tadi, taburkan bahan yang lebih besar komposisinya yaitu konsentrat pabrikan dan jagung secara merata.

c. Bagi bahan pakan tersebut menjadi empat bagian, aduk setiap bagian secara merata, lalu satukan kembali. Aduk kembali bahan pakan agar lebih merata menggunakan sekop/tangan.

2. Untuk skala besar, dilakukan dengan menggunakan mixer, sehingga lebih homogen dan efisien. Bahan pakan bisa langsung dimasukkan ke tabung mixer, diawali dengan bahan yang komposisinya terbesar. Pencampuran dilakukan dalam waktu 10-15 menit. Jangan lebih dari 15 menit karena bahan bisa terpisah lagi.

Keuntungan Penggunaan Tepung Kotoran Sapi

Berdasarkan hasil pengamatan Ir Suprio Guntoro (2018), ternyata terdapat beberapa keuntungan dari penggunaan tepung kotoran sapi, seperti disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2: Manfaat Penggunaan Tepung Kotoran sapi Terhadap Produksi Telur, Pendapatan dan Keuntungan Ayam Kampung
Jenis pakan
Konsumsi pakan (gr/ekor/hari)
Feed Convertion Ratio
Produksi telur (butir)
Pendapatan (Rp)
Keuntungan (Rp)
A
77.52
2,98
1.763
2.291.900
1.110.581
B
78,46
2,98
1.761
2.289.300
1.222.316
C
74,25
2,67
1.894
2.462.700
1.426.298
Sumber: Ir Suprio Guntoro (2018).
Keterangan:
Pakan A = Pakan campuran 25% konsentrat pabrikan + 40% jagung giling + 35% dedak padi.
Pakan B = Pakan campuran 25% konsentrat pabrikan + 40% jagung giling + 20% tepung kotoran sapi
Pakan C = Pakan campuran 25% konsentrat pabrikan + 40% jagung giling + 20% tepung kotoran sapi + 0,125 cc Probiotik/ekor/hari (dalam minuman).
Per ekor ayam kampung diberikan 125 cc probiotik per liter air dan per liter air minum untuk delapan ekor ayam.

Dari Tabel 2 tersebut tampak bahwa pakan C yang diberi probiotik dalam air minum mendapat banyak manfaat dan keuntungan, yaitu konsumsi pakan lebih sedikit, FCR lebih rendah, produksi telur meningkat, pendapatan naik dan bertambah. Jadi penggunaan tepung kotoran sapi untuk campuran pakan ayam kampung petelur tidak perlu diragukan lagi.

Demikianlah sekilas tentang penggunaan tepung kotoran sapi untuk menekan biaya produksi ayam kampung petelur yang selalu dibayangi naiknya harga bahan pakan, baik konsentrat pabrikan, jagung maupun dedak padi. Selamat mencoba. (SA)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer