-->

KANDANG AYAM MODERN: MASA DEPAN INDUSTRI PETERNAKAN AYAM

kandang ayam closed house modern
Teknologi kandang ayam modern terus berkembang pesat. (Foto: Canva)

Menurut Sofin Faiz, representatif Fancom BV di Indonesia, kriteria kandang ayam modern adalah kandang yang bisa memaksimalkan potensi genetik dari strain ayam. Dimana saat potensi genetik tercapai optimal, produksi pasti baik bahkan outstanding.

Kriteria lain adalah memiliki sistem otomatisasi yang dipandu oleh computer controller yang baik, sehingga bisa mengorganisir kebutuhan ayam yang dipelihara. Mekanisasinya sudah dikendalikan oleh controller dan sensor-sensor, manusia bertugas untuk mengamati jalannya sistem, tidak terus menerus mengintervensi setting. Parameter yang bisa diukur adalah keseragaman udara, air dan pakan.

Dengan demikian bentuk kandang modern saat ini untuk ayam adalah kandang closed house. Dimana kandang ayam closed house modern biasanya memiliki kriteria-kriteria di atas.

Manfaat dan Keunggulan Kandang Ayam Modern

“Potensi genetik ayam jelas lebih mudah dioptimalkan dan lebih stabil, dibandingkan dengan kandang tradisional,” kata Sofin. “Banyaknya kuantitas ayam juga bukan lagi menjadi hal yang menyusahkan, karena di kandang modern lingkungan memang lebih mudah dikondisikan.”

Selain itu kandang ayam closed house modern minim komplain dari masyarakat, karena iklim dalam kandang terkondisi, sehingga amonia jelas diminimalisir dan tidak mengundang banyaknya lalat yang berdatangan.

Juga mampu memelihara ayam dengan kepadatan yang lebih tinggi namun dengan mortalitas rendah, sehingga akan menguntungkan bagi peternak.

Sofin menambahkan, dengan menggunakan sistem yang tepat, contohnya sistem ventilasi dari Fancom bisa memberikan efisiensi listrik 60% dari kandang closed house pada umumnya.

Secara genetik ayam-ayam modern sebenarnya sudah menuntut penerapan kandang modern. Data terakhir yang didapatkan Sofin dari salah satu produsen genetik terkemuka di dunia, ayam broiler mereka sudah butuh kecepatan angin di atas 3m/s.

Kekurangan Kandang Ayam Modern

Tentu kandang modern membutuhkan cost investasi yang lebih tinggi daripada untuk membangun farm tradisional. Ini menjadi kendala tersendiri bagi peternak yang modalnya tipis.

Selain itu orang yang mengoperasikan sistem di kandang modern juga harus berkompeten. Kenyataannya, menurut Sofin, banyak terjadi di lapangan SDM kandang mengaplikasikan pemahaman lama (kandang tradisional) ke mesin modern. Akibatnya yang seharusnya semua bisa serba otomatis malah menjadi manual kembali.

“Perlu proses edukasi yang bertahap dan proper, karena tanpa proses edukasi yang baik, setingan sistem di kandang modern akan kembali diset ke tradisional,” jelas Sofin. “Selain itu perlu maintenance yang baik dan tepat, karena saat mode otomatis sistem bekerja berdasarkan indikator sensor dan mekanisasi otomatis, yang semuanya perlu dijaga keakuratannya.”

Minimum Populasi Agar ROI Bagus

Meski tergantung dari cara peternak memahami tentang investasi secara holistik, namun secara umum semakin banyak populasi akan semakin mempercepat ROI kandang modern. Tapi memang ada batasan-batasan terkait dimensi perkandangan yang sudah umum di Indonesia. 

Contoh kandang broiler dengan ukuran  120 m x 12 m x 2,2 m bisa menampung 20.000 ekor dengan asumsi kepadatan 1:15 dengan bobot maksimal per ekor adalah 2,2 kg. Jika kandang tersebut ditingkat maka populasi bisa menjadi 40.000 ekor, tentu kuantitas yang bertambah akan mempercepat ROI.

Namun jika kandang modern digunakan pada farm dengan populasi rendah justru bisa mendatangkan kerugian.

“Imbangan cost investasinya terlalu timpang dengan hasilnya, tentunya kita lihat dari jenis ayam yang dipelihara dulu ya,” kata Sofin. “Pada ayam breeding rata-rata dengan ukuran 120 m x 12 m hanya diisi 10.000 ekor saja. Asumsinya 10% jantan sudah termasuk di dalamnya. Namun dari 10.000 ekor tersebut, ada berapa ribu final stock (FS) yang dihasilkan? Tentunya dengan cost efiesiensi yang lebih tinggi hasilnya juga menyesuaikan.”

Perkembangan Teknologi Kandang Ayam

Di Eropa dan Amerika kebanyakan sudah menggunakan AI dan robotik. Sedangkan di Indonesia masih pada tahap beralih dari open-tradisional ke mekanisasi dan dari tahap mekanisasi ke otomatisasi.

Ke depannya manusia akan semakin bertambah banyak, maka semakin banyak protein hewani yang dibutuhkan. Sofin memperkirakan otomatisasi di farm akan menjadi hal yang umum pada 5 tahun kedepan. Bahkan teknologi AI dan robotik kemungkinan akan masuk ke Indonesia lebih cepat. Hal itu juga dipengaruhi dari cara berpikir peternak-peternak milenial dan Gen-Z yang sudah mulai melek tentang investasi, berorientasi pada efektif efisien, dan berpikir lebih jauh ke depan.

Sofin Faiz
Sofin Faiz

“Dunia livestocks industry ini terus berkembang risetnya dan sangat dinamis. Saat kita berkunjung ke Eurotier tahun lalu misalnya, ada ratusan booth dari segala penjuru dunia yang menyediakan pengembangan teknologi dan inovasi di dunia peternakan,” Sofin menceritakan. “Sebagai contoh dari sudut pandang kamera, sudah ada kamera yang tentunya di-support oleh AI yang bertungas menghitung jumlah ternak, memantau bobotnya, bahkan mengetahui apakah ternak kita sedang sakit.”

Semakin hari teknologi peternakan akan semakin berkembang dan berinovasi. Akan tiba saatnya transparansi data adalah keniscayaan, dimana owner atau manager akan benar-benar disuguhi data real yang ada di farm mereka.

Seberapa Penting Peran Ventilasi

Sistem kandang ayam modern sangat berkaitan erat dengan sistem ventilasi yang tepat. Maka ventilasi sangat penting, karena berperan untuk melakukan microclimate-engineering, agar ayam merasa nyaman dan memaksimalkan potensi genetiknya.

“Saat ini ventilasi MTT Fancom masih yang ter-up to date dibanding sistem lainnya di Indonesia,” menurut Sofin. “Sistem combi tunnel standard sudah hadir lebih lama di Indonesia, namun pada pelaksanaannya masih banyak yang belum proper sehingga mendatangkan banyak persoalan pada masa produksi. Sistem MTT ventilasi menyempurnakannya, karena memberikan fase transisi yang mana ini tidak ada di sistem combi tunnel. Konsep MTT Ventilasi ini diujikan di Indonesia tahun 2023 lalu, dan mendapatkan feedback yang baik, produksi yang sangat optimal.” (NDV)

MENCERMATI LAGI PERKEMBANGAN AI

Virus AI telah berulang kali mengalami mutasi, menjadi tantangan bagi sektor peternakan. (Sumber: finddx)

Tahun kemarin kasus AmPV dan CRD banyak dilaporkan yang kemungkinan besar masih banyak dialami oleh para peternak sampai saat ini. Kendati demikian, peternak tetap perlu waspada dengan adanya berita outbreak Avian influenza (AI) di Selandia Baru pada Desember 2024, yang diindikasikan HPAI dengan varian H7N6.

Migrasi burung dari daerah setempat yang terjadi outbreak AI saat memasuki musim dingin dan bermigrasi ke tempat yang hangat menjadi salah satu pemicu daerah yang disinggahi akan terdampak penyakit AI. Dimana penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksius pada unggas yang bersifat zoonotik dan menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi.

Penyakit AI disebabkan oleh virus yang tergolong dalam family Orthomyxoviridae tipe A, virus influenza A diklasifikasikan berdasarkan antigenitas dari glikoprotein hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) yang diekspresikan pada permukaan partikel virus. Virus AI mempunyai 18 subtipe HA dan 11 subtipe NA (Tong et al., 2012; Tong et al., 2013; Wu et al., 2014; Heider et al., 2015).

Berdasarkan patogenisitasnya, virus AI dibedakan menjadi highly pathogenic avian influenza (HPAI) menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan sering menimbulkan wabah dan low pathogenic avian influenza (LPAI) menyebabkan gejala ringan atau tidak memiliki gejala pada unggas yang terinfeksi.

Unggas dapat menunjukkan gejala klinis maupun tidak menunjukkan gejala (subklinis). Gejala-gejala seperti penurunan produksi telur, hemoragis pada permukaan serosa dan mukosa organ visceral, terutama hemoragis pada jaringan lemak koroner dan otot jantung (epikardium) dapat mengarahkan diagnosis disebabkan oleh virus AI (Swayne, 2008).

Gejala penyakit berupa penurunan produksi telur yang tidak menimbulkan kematian besar sering kali diabaikan peternak karena tidak menimbulkan kerugian ekonomis yang berarti. Meskipun demikian keberadaan peternakan tersebut dapat membahayakan bagi unggas di daerah sekitarnya karena dapat merupakan sumber penularan infeksi AI bagi ayam lainnya dan kemungkinan juga pada manusia terutama petugas kandang yang bekerja di peternakan tersebut.

Team Veterinary Representatif PT Romindo dalam tiga bulan terakhir telah menangani kasus AI sebanyak sembilan kasus. Kasus yang dilaporkan menunjukkan penurunan produksi telur tidak drastis, tetapi diikuti kematian yang terus-menerus dengan presentasi tidak besar dalam 1.000 ekor ayam terdapat kematian lima ekor. Melalui pemeriksaan di BBVet Maros dari 30 sampel yang diperiksa menunjukkan 96,6% hasil positif terhadap AI H5 clade 2.3.2.

Bagaimana mencermati kondisi di lapangan terhadap perkembangan AI sehingga peternak bisa terhindar oleh kerugian-kerugian yang diakibatkannya? Seperti diketahui bersama bahwa virus AI telah berulang kali mengalami mutasi. Hal ini tentu menjadi tantangan bersama bagi pihak yang intens berkecimpung di dunia peternakan, terutama dalam pengendalian penyakit, baik pada penerapan biosekuriti maupun program vaksinasi.

Menurut WOAH (2018), melakukan kegiatan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departement Manager
PT Romindo Primavetcom
0812-8644-9471

POTRET DINAMIKA PENYAKIT UNGGAS 2024

Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. (Foto: Andrew Skowron/Open Cages/thehumaneleague)

Seperti tahun-tahun sebelumnya, di 2024 industri perunggasan Indonesia menghadapi sejumlah tantangan terkait penyakit yang dapat mengancam aspek kesehatan hewan dan kesejahteraan peternak. Penyakit, merupakan salah satu makanan sehari-hari yang tentu dihadapi peternak. Pasalnya ketika penyakit menyerang, akan dibutuhkan cost tambahan dalam biaya produksi.

Baik penyakit yang sifatnya infeksius maupun non-infeksius semuanya bisa jadi biang keladi kerugian bagi peternak. Menarik untuk dicermati ragam penyakit yang menghampiri di tahun ini dan bagaimana prediksinya ke depan.

Penyakit yang Mendominasi
Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam memprediksi dinamika penyakit unggas, perlu pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya.

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Melalui Global Protection Services (GPS), Ceva rutin melakukan monitoring dan surveilans untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit yang paling mendominasi sektor perunggasan. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia Drh Fauzi Iskandar.

“Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana di situ ada program yang namanya GPS. Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.

Lebih lanjut dijabarkan mengenai data penyakit unggas yang terjadi di 2024. Dimana Ceva rutin mengunggahnya di website mereka secara berkala setiap bulan sehingga dapat memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, bahkan khalayak umum untuk mengaksesnya.
 
Di 2024 dicatat beberapa penyakit unggas yang menjadi ancaman utama bagi industri ini. Berdasarkan laporan dari Ceva, penyakit yang paling banyak dilaporkan meliputi CRD kompleks, CRD, infectious bronchitis (IB), newcastle disease (ND), heatstroke, coccidiosis, AI H9, coryza, gumboro, dan mycotoxicosis. Penyakit-penyakit ini mencakup sekitar 72% dari keseluruhan laporan penyakit unggas yang diterima Ceva sepanjang 2024. Untuk broiler, CRD kompleks, IB, dan coccidiosis mendominasi laporan, sementara pada layer penyakit seperti CRD, ND, dan coryza sering dilaporkan.

Ia melanjutkan, penyebaran penyakit unggas dapat dipengaruhi berbagai faktor. Infeksi saluran pernapasan yang disebabkan virus atau bakteri sering terjadi secara bersamaan, memicu komplikasi yang lebih parah. Di antaranya infeksi saluran pernapasan yang melibatkan beberapa virus dan bakteri dapat memperburuk kondisi ayam, sehingga penting bagi peternak melakukan vaksinasi lengkap guna menjaga integritas saluran pernapasan ayam.

Selain itu, manajemen yang kurang tepat seperti ketidakmampuan dalam mengantisipasi... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

PERKEMBANGAN PENYAKIT VIRAL DI LINGKUNGAN KANDANG DAN CARA PENCEGAHANNYA

Ilustrasi ternak ayam broiler. (Foto: Konrad Lozinski/thehumaneleague)

Unggas seperti ayam menjaga suhu tubuhnya pada rentang normal dengan melakukan homeostatis secara terus-menerus sebagai makhluk homoioterm. Walaupun demikian, tubuh ayam memiliki kondisi yang unik dengan tidak memiliki kelenjar keringat serta tubuhnya dipenuhi bulu yang berakibat mereka tidak bisa melepaskan panas seperti makhluk lain yang memiliki kelenjar keringat.

Ayam melepaskan panas dengan cara radiasi (melebarkan sayap), konduksi (kontak langsung dengan benda padat lain bersuhu lebih rendah), koveksi (melalui udara atau air), dan evaporasi (panting).

Namun demikian pada kandang komersil yang suhunya sangat tergantung pada kondisi luar dan terbatasnya gerak akibat kepadatan kandang, pelepasan suhu ini menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu, apabila kondisi cuaca cepat berubah (panas dan dingin terjadi ekstrem), terutama pada musim pancaroba seperti sekarang ini, maka ayam dapat lebih mudah stres.

Selain dari fisik ayam sendiri, kondisi pancaroba juga dapat memengaruhi hal-hal lain yang mendukung perkembangan agen penyakit seperti bakteri dan jamur akibat kelembapan yang tinggi. Suhu lingkungan yang ekstrem dari musim kemarau ke musim hujan berperan penting terhadap timbulnya penyakit, sehingga perlunya langka preventif untuk pencegahan penyakit pada ayam.

Hal-hal tersebut muncul dari tahun ke tahun dan menjadi poin penting untuk diperhatikan dalam membudidayakan ayam yang sehat dan bebas penyakit.

Kunci keberhasilan usaha peternakan tidak terlepas dari upaya kontrol penyakit. Kontrol penyakit ternak dilakukan untuk efisiensi biaya, baik untuk pengobatan maupun kerugian akibat penurunan produksi.

Manajemen perkandangan dan kontrol populasi, program vaksinasi, pemberian antibiotik dan vitamin, manajamen pemberian pakan dan pengelolaan gudang pakan, serta disinfeksi, merupakan langkah penting untuk diterapkan guna menurunkan angka kejadian penyakit.

Hal pertama yang harus dilakukan dalam penanganan kasus penyakit ayam adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2024. 

USAHA YANG MEMBUAHKAN HASIL

Peternakan penghasil telur wajib memiliki sertifikat NKV, dimana di dalamnya terdapat bagian dari penerapan biosekuriti. (Sumber: veterinariadigital.com)

Ada peribahasa yang berbunyi "Apapun yang kamu perbuat maka ia akan kembali kepadamu." Dalam semua aspek tentu hal ini akan berlaku, termasuk biosekuriti. Banyak hal baik yang didapat dari aplikasi biosekuriti yang konsisten dan berkesinambungan.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, apapun caranya. Dalam aplikasinya terserah kepada masing-masing peternak. Namun karena alasan budget rata-rata peternak abai terhadap aspek biosekuriti.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010), yakni kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flock, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air, dan kontrol limbah peternakan.

Hewan Produktif, Manusia Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Sebagai contoh, Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung dimana FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan di Lampung sedang menyosialisasikan biosekuriti tiga zona pada peternak layer.

Kusno Waluyo, seorang peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, bercerita mengenai keputusannya menerapkan konsep biosekuriti tiga zona. Peternak berusia 46 tahun ini memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya cukup memuaskan, namun Kusno masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini, saya coba ikuti saja. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Namun begitu, ia enggan bercerita mengenai modal yang dikeluarkan dalam pembangunan fasilitas biosekuriti miliknya. Tetapi dengan sejumlah uang yang digelontorkan, menurutnya hasil yang diperoleh benar-benar menguntungkan.

Kusno mengungkapkan, salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah saat ayam di kandangnya menginjak usia sekitar 29 minggu, produksi telurnya stabil di angka 90% lebih. Selain itu dalam data juga disebutkan bahwa tingkat kematian ayam di peternakannya sangat rendah, hanya 1% dari 30.000 ekor populasi.

“Di farm sini per hari enggak melulu ada yang mati mas, enggak seperti sebelumnya,” ucap dia.

Faktanya, sebenarnya konsep biosekuriti tiga zona yang ramai digalakkan bersama FAO merupakan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MEMAHAMI PERAN KRUSIAL BIOSEKURITI

Penerapan biosekuriti merupakan salah satu cara efektif meningkatkan performa ternak. (Foto: Istimewa)

Banyak peternak memandang bahwa biosekuriti adalah barang mahal. Padahal harga yang dibayar merupakan investasi jangka panjang dalam perbaikan manajemen peternakannya.

Biosekuriti Murah, Komitmennya Berubah Mahal
Baik peternak skala besar maupun skala kecil, seharusnya bisa menerapkan biosekuriti secara sederhana. Guru Besar SKHB IPB University, Prof I Wayan Teguh Wibawan, mengemukakan bahwa semakin sederhana suatu farm, konsep biosekuriti yang diterapkan bisa disederhanakan pula.

“Kita punya konsep biosekuriti tiga zona yang sudah lama dipopulerkan oleh FAO, konsep ini harusnya bisa diaplikasikan peternak, dan seharusnya mereka tahu kalau konsep ini bisa disesuaikan dengan budget, hitung-hitung investasi lah,” katanya.

Prof Wayan yang sudah berpengalaman sebagai konsultan perunggasan mengatakan bahwa konsep biosekuriti tiga zona merupakan salah satu cara efektif meningkatkan performa.

Sehingga menurutnya, yang mahal bukanlah biaya dari pengaplikasian biosekuritinya melainkan komitmen dari peternak untuk mau merubah cara beternak dan konsisten dalam menjalankan aplikasi biosekuriti di kandangnya.

“Asal konsep yang diberikan dijalankan, komitmen dari seluruh karyawan tentang kesehatan hewan kuat, bisa kok pasti. Sudah begitu, investasi yang dikeluarkan juga enggak mahal dan bisa berlangsung lama, ini juga akan menghemat budget dari sektor obat-obatan,” jelas dia.

Peternak Bisa Jadi Agen Perubahan
Nyatanya tidak semua peternak saklek dan betah dengan manajemen beternak yang “begitu-begitu saja”. Bambang Sutrisno contohnya, ia merupakan salah satu peternak layer binaan FAO di Desa Kopeng, Semarang, yang mengimplementasikan biosekuriti tiga zona.

“Saya dapat informasi dari peternak lain, dinas, sama FAO sendiri yang waktu itu sedang kampanye... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

BIOSEKURITI, MUDAH DIUCAPKAN SULIT DITERAPKAN

Celup kaki, tindakan biosekuriti paling sederhana. (Sumber: feedsandpullets.co.uk)

Biosekuriti, suatu kata yang mudah diucapkan namun sulit untuk diterapkan. Pada kenyataannya, di Indonesia banyak peternak yang menyesuaikan praktik biosekuriti sesuai budget yang dimiliki alias seadanya.

Tentu hal tersebut bukan salah peternak, karena banyak juga permasalahan lain yang semakin memusingkan peternak, terutama peternak mandiri di era ini. Terlebih dengan disrupsi yang terjadi dan efek buruk menahun yang disebabkan fluktuasi harga sapronak, livebird, dan telur.

Namun begitu, yang perlu digarisbawahi adalah biosekuriti merupakan suatu hal yang wajib dikerjakan. Suka atau tidak, biosekuriti menjadi salah satu instrumen pendukung kesuksesan dalam usaha budi daya peternakan.

Menyamakan Persepsi
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Prof Drh Michael Haryadi Wibowo, pernah berujar bahwa biosekuriti didefinisikan sebagai segala macam upaya untuk mencegah masuk dan keluarnya bibit penyakit ke dalam suatu area peternakan, agar ternak yang dipelihara di dalamnya bebas dari ancaman infeksi penyakit.

Biosekuriti juga berfungsi agar suatu penyakit tidak menulari peternakan lain dan lingkungan sekitar, juga tidak menularkan penyakit kepada manusia di dalamnya.

“Jadi apapun upaya pencegahan seperti misalnya vaksinasi ternak atau disinfeksi, melarang orang asing keluar masuk peternakan, semua itu masuk ke dalam definisi biosekuriti. Jadi memang wajib, sudah jadi makanan sehari-hari,” tutur Prof Michael.

Ia melanjutkan bahwasanya dalam benak peternak, biosekuriti itu membuat gerbang besar, semprotan otomatis, ruang mandi, fumigasi, dan sebagainya. Inilah yang menjadi salah kaprah di kalangan peternak sampai hari ini.

“Kalau bentuk dan upayanya itu baru yang disesuaikan dengan budget, misalnya mau pakai vaksin ND namun budget terbatas, kan varian produknya banyak, yang murah sampai mahal bisa kita pakai. Yang penting itu jangan sampai enggak divaksin. Disinfektan juga banyak, dari yang pabrikan sampai yang racikan, bisa dipakai buat kandang. Yang penting dilakukan, murah atau mahalnya tergantung peternak, tapi yang penting adalah aplikasinya,” tambahnya.

Jadi menurut Michael apapun yang peternak lakukan selama dasar ilmiahnya benar, sumber dan aplikasinya benar, maka upaya itu boleh dilakukan. Karena ia memahami bahwa tidak semua peternak mampu bermewah-mewahan dalam mengaplikasikan biosekuriti di peternakannya.

Butuh Komitmen dan Konsistensi
Dosen FKH UGM dan konsultan kesehatan unggas, Prof Charles Rangga Tabbu, mengatakan bahwa biasanya kendala dari penerapan biosekuriti di lapangan adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

SMOKLIN: ASAP INOVATIF PEMBASMI JAMUR

SMOKLIN Blue adalah fungisida berbasis enilconazole dengan moda asap yang tidak memerlukan fogger. SMOKLIN Blue tersedia dalam kemasan tabung bersumbu yang dapat disulut sehingga sangat praktis dan ekonomis untuk digunakan dalam proses disinfeksi ruangan tertutup seperti inkubator, kandang, feed silo, container, laboratorium, dan ruangan lain dengan ventilasi yang baik.



ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer