![]() |
Teknologi kandang ayam modern terus berkembang pesat. (Foto: Canva) |
Menurut Sofin Faiz, representatif Fancom BV di Indonesia, kriteria kandang ayam modern adalah kandang yang bisa memaksimalkan potensi genetik dari strain ayam. Dimana saat potensi genetik tercapai optimal, produksi pasti baik bahkan outstanding.
Kriteria lain adalah memiliki sistem otomatisasi yang dipandu oleh computer controller yang baik, sehingga bisa mengorganisir kebutuhan ayam yang dipelihara. Mekanisasinya sudah dikendalikan oleh controller dan sensor-sensor, manusia bertugas untuk mengamati jalannya sistem, tidak terus menerus mengintervensi setting. Parameter yang bisa diukur adalah keseragaman udara, air dan pakan.
Dengan demikian bentuk kandang modern saat ini untuk ayam adalah kandang closed house. Dimana kandang ayam closed house modern biasanya memiliki kriteria-kriteria di atas.
Manfaat dan Keunggulan Kandang Ayam Modern
“Potensi genetik ayam jelas lebih mudah dioptimalkan dan lebih stabil, dibandingkan dengan kandang tradisional,” kata Sofin. “Banyaknya kuantitas ayam juga bukan lagi menjadi hal yang menyusahkan, karena di kandang modern lingkungan memang lebih mudah dikondisikan.”
Selain itu kandang ayam closed house modern minim komplain dari masyarakat, karena iklim dalam kandang terkondisi, sehingga amonia jelas diminimalisir dan tidak mengundang banyaknya lalat yang berdatangan.
Juga mampu memelihara ayam dengan kepadatan yang lebih tinggi namun dengan mortalitas rendah, sehingga akan menguntungkan bagi peternak.
Sofin menambahkan, dengan menggunakan sistem yang tepat, contohnya sistem ventilasi dari Fancom bisa memberikan efisiensi listrik 60% dari kandang closed house pada umumnya.
Secara genetik ayam-ayam modern sebenarnya sudah menuntut penerapan kandang modern. Data terakhir yang didapatkan Sofin dari salah satu produsen genetik terkemuka di dunia, ayam broiler mereka sudah butuh kecepatan angin di atas 3m/s.
Kekurangan Kandang Ayam Modern
Tentu kandang modern membutuhkan cost investasi yang lebih tinggi daripada untuk membangun farm tradisional. Ini menjadi kendala tersendiri bagi peternak yang modalnya tipis.
Selain itu orang yang mengoperasikan sistem di kandang modern juga harus berkompeten. Kenyataannya, menurut Sofin, banyak terjadi di lapangan SDM kandang mengaplikasikan pemahaman lama (kandang tradisional) ke mesin modern. Akibatnya yang seharusnya semua bisa serba otomatis malah menjadi manual kembali.
“Perlu proses edukasi yang bertahap dan proper, karena tanpa proses edukasi yang baik, setingan sistem di kandang modern akan kembali diset ke tradisional,” jelas Sofin. “Selain itu perlu maintenance yang baik dan tepat, karena saat mode otomatis sistem bekerja berdasarkan indikator sensor dan mekanisasi otomatis, yang semuanya perlu dijaga keakuratannya.”
Minimum Populasi Agar ROI Bagus
Meski tergantung dari cara peternak memahami tentang investasi secara holistik, namun secara umum semakin banyak populasi akan semakin mempercepat ROI kandang modern. Tapi memang ada batasan-batasan terkait dimensi perkandangan yang sudah umum di Indonesia.
Contoh kandang broiler dengan ukuran 120 m x 12 m x 2,2 m bisa menampung 20.000 ekor dengan asumsi kepadatan 1:15 dengan bobot maksimal per ekor adalah 2,2 kg. Jika kandang tersebut ditingkat maka populasi bisa menjadi 40.000 ekor, tentu kuantitas yang bertambah akan mempercepat ROI.
Namun jika kandang modern digunakan pada farm dengan populasi rendah justru bisa mendatangkan kerugian.
“Imbangan cost investasinya terlalu timpang dengan hasilnya, tentunya kita lihat dari jenis ayam yang dipelihara dulu ya,” kata Sofin. “Pada ayam breeding rata-rata dengan ukuran 120 m x 12 m hanya diisi 10.000 ekor saja. Asumsinya 10% jantan sudah termasuk di dalamnya. Namun dari 10.000 ekor tersebut, ada berapa ribu final stock (FS) yang dihasilkan? Tentunya dengan cost efiesiensi yang lebih tinggi hasilnya juga menyesuaikan.”
Perkembangan Teknologi Kandang Ayam
Di Eropa dan Amerika kebanyakan sudah menggunakan AI dan robotik. Sedangkan di Indonesia masih pada tahap beralih dari open-tradisional ke mekanisasi dan dari tahap mekanisasi ke otomatisasi.
Ke depannya manusia akan semakin bertambah banyak, maka semakin banyak protein hewani yang dibutuhkan. Sofin memperkirakan otomatisasi di farm akan menjadi hal yang umum pada 5 tahun kedepan. Bahkan teknologi AI dan robotik kemungkinan akan masuk ke Indonesia lebih cepat. Hal itu juga dipengaruhi dari cara berpikir peternak-peternak milenial dan Gen-Z yang sudah mulai melek tentang investasi, berorientasi pada efektif efisien, dan berpikir lebih jauh ke depan.
![]() |
Sofin Faiz |
“Dunia livestocks industry ini terus berkembang risetnya dan sangat dinamis. Saat kita berkunjung ke Eurotier tahun lalu misalnya, ada ratusan booth dari segala penjuru dunia yang menyediakan pengembangan teknologi dan inovasi di dunia peternakan,” Sofin menceritakan. “Sebagai contoh dari sudut pandang kamera, sudah ada kamera yang tentunya di-support oleh AI yang bertungas menghitung jumlah ternak, memantau bobotnya, bahkan mengetahui apakah ternak kita sedang sakit.”
Semakin hari teknologi peternakan akan semakin berkembang dan berinovasi. Akan tiba saatnya transparansi data adalah keniscayaan, dimana owner atau manager akan benar-benar disuguhi data real yang ada di farm mereka.
Seberapa Penting Peran Ventilasi
Sistem kandang ayam modern sangat berkaitan erat dengan sistem ventilasi yang tepat. Maka ventilasi sangat penting, karena berperan untuk melakukan microclimate-engineering, agar ayam merasa nyaman dan memaksimalkan potensi genetiknya.
“Saat ini ventilasi MTT Fancom masih yang ter-up to date dibanding sistem lainnya di Indonesia,” menurut Sofin. “Sistem combi tunnel standard sudah hadir lebih lama di Indonesia, namun pada pelaksanaannya masih banyak yang belum proper sehingga mendatangkan banyak persoalan pada masa produksi. Sistem MTT ventilasi menyempurnakannya, karena memberikan fase transisi yang mana ini tidak ada di sistem combi tunnel. Konsep MTT Ventilasi ini diujikan di Indonesia tahun 2023 lalu, dan mendapatkan feedback yang baik, produksi yang sangat optimal.” (NDV)
0 Comments:
Posting Komentar