Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Jagung | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PEMERINTAH MENGAMANKAN PASOKAN JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK

Jagung untuk pakan ternak. (Foto: Infovet/Ridwan)

Berbagai langkah koordinasi telah dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) dalam rangka mengamankan ketersediaan jagung khususnya untuk industri pakan dan peternak.

Menurut Direktur Pakan Ternak, Ditjen PKH, Sri Widayati, Ditjen PKH telah berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian, Ditjen Tanaman Pangan, Badan Ketahanan Pangan, Pinsar, Dewan Jagung Nasional dan instansi terkait dalam rangka memastikan pasokan jagung untuk industri pakan dan peternak.

“Berdasarkan hasil koordinasi dengan Ditjen Tanaman Pangan, dapat kita sampaikan bahwa pertanaman Jagung dilakukan pada periode September-Oktober 2019 telah siap untuk penyediaan jagung periode Januari-Maret 2020,” kata Widayati melalui keterangan tertulisnya, Minggu (19/1/2020).

Saat ini, Ditjen PKH selalu memantau penyerapan jagung lokal terkait pembelian, stok, kecukupan dan harga oleh pabrik pakan secara online menggunakan aplikasi SIMPAKAN. Berdasarkan laporan tersebut, stok jagung per akhir Desember 2019 sebesar 852.424 ton dan sampai awal 2020 ini harganya stabil.

“Stok yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi pakan selama 45 hari ke depan. Stok ini akan bertambah saat masa panen jagung pada awal Februari,” jelas dia.

Selama satu tahun, lanjut dia, biasanya ada tiga kali panen raya jagung, yakni pada Februari-April, Juli-Agustus dan November-Desember. Berdasarkan prognosa Kementan, produksi jagung sepanjang 2020 diperkirakan mencapai 24,16 juta ton. Hal ini membuat stok jagung aman sepanjang tahun ini.

Terkait produksi pakan, pada 2020 diperkirakan produksi pakan mencapai 21,53 juta ton atau tumbuh sekitar 5% dibanding produksi pakan di 2019 (20,5 juta ton). Proyeksi kebutuhan jagung pada 2020 untuk pabrik pakan sebesar 8,5 juta ton dan untuk peternak sebesar 3,48 juta ton. Oleh karena itu, diharapkan pada 2020 Indonesia bisa surplus jagung.

Dalam rangka menjaga kontinuitas pasokan jagung bagi industri pakan dan peternak mandiri, Widayati menyampaikan bahwa Ditjen PKH sedang membangun sarana pendukung pasca panen seperti silo dan dryer di sentra peternakan unggas di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

“Diharapkan silo dan dryer tersebut dapat digunakan untuk menyimpan dan mengawetkan jagung lebih lama, sehingga ketersediaan jagung dapat terus terjaga,” pungkasnya. (INF)

MENGANDUNG BAKTERI BERBAHAYA, BENIH JAGUNG ASAL INDIA DIMUSNAHKAN

Ali Jamil PhD didampingi pejabat dari Direktorat Perbenihan,Ditjen Tanaman Pangan dan instansi terkait di Instalasi Karantina Hewan Bandara Soekarno Hatta (Foto: Humas Kementan)


Sebanyak 3,1 ton benih jagung asal India ini dimusnahkan Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Tanjung Priok. Setelah melewati pemeriksaan laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, benih jagung tersebut positif mengandung bakteri Pantoea ananatis.

Bakteri ini termasuk dalam kategori Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A2 Golongan 1 artinya bakteri tidak dapat diberi perlakuan, sehingga harus dimusnahkan. "Benih ini sangat berbahaya, bisa mengancam pertumbuhan maupun produksi  jagung nasional kita. Sesuai prosedur kita musnahkan," kata Ali Jamil PhD, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) saat lakukan pemusnahan di Instalasi Karantina Hewan Soekarno Hatta di Tanggerang, Banten, Rabu (31/7).

Pemusnahan benih berbakteri ini dilakukan dengan cara dibakar menggunakan alat bersuhu tinggi, incenerator. "Harus kita pastikan benih ex-impor yang tidak memenuhi quarantine requirements ini musnah. Sangat beresiko, karena ada kemungkinan membawa patogen tular benih atau seed borne disease," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Tanjung Priok, Purwo Widiarto, menyampaikan bahwa  pemeriksaan fisik terhadap benih impor ini dilakukan di Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) CDC Banda, Tanjung Priok pada tanggal 1 Juli 2019. 

Komoditas impor ini masuk dalam 3 varietas masing-masing Drogon 66, Bond dan Dragon 77 sementara  pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik PCR. "Terbukti tidak memenuhi persyaratan teknis Sanitary and Phytosanitary, SPS, dengan mengandung bakteri berbahaya benih ini kemudian direkomendasikan untuk dimusnahkan," jelas Purwo.

Berdasarkan data tindakan pengawasan dan penindakan di Karantina Pertanian Tanjung Priok hal yang sama juga dilakukan pemusnahan benih jagung ex India sebanyak 6,1 ton pada Maret 2019 lalu. Sementara tindakan penahanan, penolakan dan pemusnahan periode Januari hingga Juni 2019 diseluruh Karantina Pertanian Indonesia masing-masing adalah penahanan sejumlah 1.201 kali, penolakan sejumlah 644 kali dan pemusnahan sejumlah 688 kali.

Tindakan pemusnahan kali ini turut dihadiri dan disaksikan langsung oleh seluruh jajaran instansi terkait dan pemilik barang, PT Masco Agro Genetics.

Barantan segera melayangkan notifikasi ketidaksesuaian atau notification of non-compliance, NNC kepada otoritas karantina di India selaku NPPO focal.

Hal yang sama juga akan dilakukan negara mitra dagang, jika produk pertanian yang diekspor dengan berbekal PC dari Barantan selaku otoritas Karantina Pertanian namun tidak memenuhi persyaratan SPS, akan ditolak masuk bahkan juga dimusnahkan.

Sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia di tahun 2045, penguatan sistem perkarantinaan termasuk laboratorium menjadi fokus kebijakan strategis di Barantan."Sebagai fasilitator perdagangan komoditas pertanian, membangun trust mitra dagang sangat penting. Pemeriksaan karantina yang cepat, tepat dan akurat sangat menentukan agar produk kita dapat diterima di pasar global," tandas Jamil. (Rilis/INF)

INDONESIA SIAP TEMPUR HADAPI FALL ARMYWORM

Jagung merupakan salah satu bahan baku pakan sumber energi dalam formulasi pakan unggas. Hingga kini Indonesia masih berusaha meningkatkan produksi jagung dalam negeri dengan berbagai cara, termasuk memberantas hama perusak jagung.

Salah satu hama perusak tanaman jagung yakni Fall Armyworm (Ulat Grayak Jagung). Serangga hama ini menyerang, merusak bahkan menghancurkan tanaman seperti jagung dan tanaman lainnya hanya dalam semalam. Ulat Grayak Jagung mampu bermigrasi (menyebar) ratusan kilometer dan menjadi peringatan bagi petani kecil bahwa mata pencahariannya terancam. Namun demikian Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menegaskan bahwa kerusakan yang diakibatkan oleh Ulat Grayak Jagung dapat dikurangi.

Fall Armyworm pertama kali terdeteksi di Indonesia pada bulan Maret 2019 di Provinsi Sumatra Barat. Dalam waktu 4 bulan, mereka telah menyebar ke dua belas provinsi di Indonesia yaitu di Pulau Sumatra, Jawa dan beberapa wilayah Kalimantan. Kementerian Pertanian telah menghimpun informasi tentang kerugian dari tanaman yang terinfeksi oleh hama tersebut.

Direktorat Perlindungan Tanaman di Kementerian Pertanian menghimbau semua provinsi untuk mewaspadai serangan Ulat Grayak jenis baru dari spesies Spodoptera frugiperda. Di lapangan, petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) berupaya meningkatkan kesadaran petani di daerah yang terkena dampak, dan bersama-sama mereka memantau perkebunan yang dirserang.

“Kami memantau dengan seksama pergerakan Fall Armyworm di Indonesia. Petugas POPT, dan kami telah bekerja di lapangan bersama para penyuluh untuk memberi edukasi, saran dan solusi kepada petani tentang cara melindungi tanaman serta mengurangi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan ini. Kami mengantisipasi bahwa serangan Ulat Grayak ini akan menginfeksi pertanaman jagung di seluruh Indonesia dalam beberapa bulan mendatang”, kata Edy Purnawan, Direktur Perlindungan Tanaman.

Ulat Grayak Menyerang Jagung


Invasif, Ganas dan Terus Berkembang Biak.

Aslinya, Fall Armyworm adalah hama tanaman dari Amerika. Namun, sejak 2016 mereka telah bergerak agresif ke arah timur, menyapu Afrika, dan mendarat pertama kali di Asia pada pertengahan 2018 di India. Sejak itu mereka menyebar ke Bangladesh, Cina, Myanmar, Sri Lanka, Thailand sebelum tiba di Indonesia. Dalam kasus serangan yang terjadi di Sri Lanka, ada laporan bahwa hingga 40.000 hektar perkebunan telah diserang, merusak sekitar 20% tanamannya. Cina yang juga produsen jagung terbesar di Asia, dan produsen terbesar kedua di dunia juga dibuat ketar – ketir dengan serangan Ulat Grayak tersebut.

Sementara itu kerugian ekonomi di belahan bumi lainnya termasuk negara-negara Asia belum dihitung, diperkirakan kerusakan ekonomi akibat serangan hama tersebut di Afrika berkisar antara US $ 1-3 miliar. Menanggapi serangan Fall Armyworm yang datang tiba-tiba di Asia, FAO telah mengadakan pertemuan dengan para pejabat dari berbagai Negara di seluruh wilayah pada bulan Maret, dan membawa para pakar yang telah menangani hama di Afrika dan Amerika Latin dan mempelajari cara-cara untuk membatasi kerusakannya.

Di Indonesia, FAO mendukung Pemerintah untuk menanggapi wabah dan mencari strategi tepat untuk merespons serangan dengan mengerahkan sumber daya secara optimal. “Pemerintah akan mengorganisir lokakarya nasional bekerjasama dengan FAO pada akhir Juli untuk menyepakati tindakan lintas stakeholder paling efektif untuk menanggapi serangan ini. Kami memanfaatkan pelajaran dari negara-negara lain ketika menanggapi serangan di negara mereka sendiri  sebagai praktik terbaik untuk memperlambat penyebaran dan membatasi kerusakan" kata Stephen Rudgard, Perwakilan FAO di Indonesia.

Setelah serangan hama terverifikasi dengan baik, pemerintah akan memperkuat upaya untuk terus meningkatkan kesadaran dan memantau keberadaan dan penyebaran Fall Armyworm pada jagung dan tanaman lainnya.

Praktik Terbaik untuk Mengurangi Kerusakan

Hingga kini, FAO telah bekerja dengan otoritas terkait untuk memprakarsai program kesadaran yang menginformasikan dan melatih petani tentang teknik pengelolaan hama terpadu yang akan sangat bermanfaat untuk mengendalikan Ulat Grayak jenis baru. Terrmasuk di dalamnya mengidentifikasi musuh alami dari Fall Armyworm, meningkatkan kontrol biologis alami dan kontrol mekanis, seperti menghancurkan massa telur dan menggunakan penggunaan biopestisida.

Untungnya Indonesia memiliki banyak musuh alami hama ini dalam mengurangi infestasi lebih lanjut. Satu studi dari Ethiopia menemukan bahwa ada satu parasit tawon yang dapat membunuh hampir setengah dari populasi Ulat Grayak dalam waktu dua tahun sejak kedatangannya di negara tersebut. Tentunya ini akan coba dimaksimalkan dalam teknink pengendalian hama Ulat Grayak.

Penggunaan pestisida kimia perlu dipertimbangkan dengan sangat hati-hati, mengingat bahwa ulat terlindung dari semprotan karena mereka bersembunyi jauh di dalam dedaunan tanaman. Selain itu perlu dipikirkan bahwa pestisida kimia apapun itu dapat memiliki efek negatif pada musuh alami dan bahkan kesehatan manusia serta hewan lainnya.

Jika langkah-langkah efektif diberlakukan, efek negatif dari serangan Fall Armyworm dapat dikurangi dengan jumlah populasi dipertahankan pada level yang cukup rendah untuk membatasi kerusakan ekonomi dan mata pencaharian petani. (FAO/CR)

KEMENTAN GENCARKAN UPSUS JAGUNG UNTUK KEBUTUHAN PAKAN



Ilustrasi jagung dan ayam (Foto: Pixabay)

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) terus meningkatkan produksi ayam potong untuk mendukung akselerasi ekspor dan ketahanan nasional. Salah satu upayanya dengan menggencarkan program upaya khusus (Upsus) Jagung untuk kebutuhan pakan ternak.

Terkait hal ini peternak mandiri ayam broiler asal Cianjur, Jawa Barat, Andi Sugimin mengaku merasakan betul upaya pemerintah dalam penyediaan dan bantuan pakan ternak. Khusus untuk bantuan, Andi menyebutnya sebagai bukti hadirnya pemerintah saat petani menghadapi kesulitan.

Menurut Andi, salah satu kehadiran pemerintah yang sangat dirasakan peternak adalah bantuan jagung selama musim paceklik beberapa bulan lalu. Bantuan itu, kata dia, merupakan suplemen bagi peternak untuk menjaga semangat produksi. 

"Peternak kecil bisa jadi gulung tikar jika saat itu kondisi jagung tetap langka. Tapi kita berterima kasih pada pemerintah atas bantuan penyediaan jagung, sehingga kami bisa melanjutkan produksi. Semoga ke depan bantuan jagung terus bertambah," katanya.

Andi berharap pemerintah membatasi perijinan kuota perusahaan asing yang dinilai tidak seimbang baik dari sisi permodalan maupun alat yang digunakan. Menurutnya dalam hal ini pemerintah harus berani menolak ijin usaha tersebut, sembari mengucurkan bantuan yang ada untuk peternak kecil. (Sumber: wartaekonomi.co.id)

MENJAGA MUTU BAHAN PAKAN TERNAK

Bahan pakan ternak wajib dijaga agar kualitasnya terjamin dan tidak membahayakan ternak. (Foto: Infovet/Ridwan)

Bahan pakan ternak di Indonesia sebagian besar masih berkualitas rendah dan sangat bervariasi. Hal itu disebabkan karena adanya pengolahan yang tidak benar, serta pemalsuan. Kenyataan ini sangat memengaruhi kualitas ransum yang dihasilkan.

Dalam memproduksi pakan, produsen wajib menghasilkan dan mempertahankan kualitas ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak dan sesuai dengan yang tercantum dalam label pakan. Produsen juga harus menjaga agar ransum yang dihasilkan tidak membahayakan kesehatan ternak dan manusia sebagai konsumen produk  peternakan, serta menjamin bahwa semua bahan baku telah memenuhi standar kualita, dan tidak terdapat benda asing pada bahan baku atau ransum.

Untuk menjamin mutu pakan yang dihasilkan tersebut, maka dapat dilakukan dengan pengawasan mutu (quality control) pada tiap tahap proses produksi. Pengawasan mutu dilakukan pada setiap aktivitas dalam memproduksi pakan, mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga pengemasan, penyimpanan dan pengiriman.

Bahan baku yang digunakan sebagai input dalam industri pakan ternak diperoleh dari berbagai sumber dan mempunyai kualitas yang bervariasi. Penyebab beragamnya mutu bahan baku umumnya dikarenakan variasi alami (natural variation), pengolahan (processing), pencampuran (adulteration) dan penurunan kualitas (damaging and deterioration).

Itulah sebabnya mengapa secara berkala bahan baku pakan harus perlu dievaluasi, setidaknya dilakukan empat jenis evaluasi, yakni evaluasi fisik, biologi, kimia dan mikrobiologi:

1. Evaluasi fisik, pengujian bahan pakan secara fisik merupakan analisis pakan dengan cara melihat kondisi fisik bahan baku pakan. Pengujian secara fisik bahan pakan dapat dilakukan baik secara langsung (makroskopis) maupun dengan alat bantu (mikroskopis). Pengujian secara fisik, disamping dilakukan untuk mengenali bahan pakan secara fisik, juga berguna untuk mengevaluasi bahan pakan secara kualitatif. Namun, sebenarnya analisis secara fisik saja tidak cukup, karena adanya variasi antara bahan, sehingga diperlukan analisis lebih lanjut, seperti analisis secara kimia, biologis atau kombinasi keduanya.

2. Evaluasi biologis, tujuan evaluasi bahan pakan secara biologis untuk mengetahui kecernaannya. Pengujian biologis sangat penting terutama untuk mengetahui nilai konversi pakan (FCR/feed conversion ratio). Namun demikian, nilai tersebut sebenarnya tidak merupakan angka mutlak, karena FCR tidak hanya ditentukan oleh kualitas, tetapi juga dipengaruhi faktor-faktor lain, diantaranya jenis ternak, umur ternak dan lain sebagainya. Semakin kecil nilai konversi pakan, berarti semakin baik kualitas pakan, karena akan semakin ekonomis. Untuk mengetahui nilai konversi pakan, perlu dilakukan pengujian lapangan dalam berbagai percobaan.

3. Evaluasi kimia, dimaksudkan untuk mengetahui persentase kandungan suatu zat yang terdapat pada suatu bahan pakan. Dari evaluasi itu, dapat diketahui kandungan gizi dari bahan pakan tersebut, misalnya kadar protein, lemak, karbohidrat, abu, serat dan kadar air. Hasil evaluasi kimia dapat dijadikan acuan untuk menentukan formulasi ransum, yaitu seberapa banyak bahan baku pakan tersebut akan digunakan dalam campuran formulasi ransum.

4. Evaluasi mikrobiologi, dalam uji mikrobiologi, sebuah mikroorganisme dipilih yang dikenal untuk menentukan nutrient yang ada. Jika nutrien yang akan diuji tidak ada, maka mikroorganisme yang dipilih tidak akan tumbuh.

Begitulah penjelasan mengapa perlunya bahan baku pakan melalui empat tahap evaluasi, agar aman dan terjamin kualitasnya.

Kemudian, pengolahan bahan baku yang tidak benar juga dapat menyebabkan kandungan zat pakan menjadi berubah. Bahan baku pakan yang terkontaminasi atau sengaja dicampur dengan benda-benda asing, dapat menurunkan kualitasnya, sehingga perlu dilakukan pengujian secara fisik untuk menentukan kemurniannya.

Penurunan kualitas bahan baku pakan dapat terjadi karena penanganan, pengolahan atau  penyimpanan yang kurang tepat. Penanganan bahan baku yang tidak benar dapat menyebabkan kerusakan sebagai akibat adanya serangan jamur (karena kadar air tinggi), ketengikan (bau) dan serangan serangga.



Ransum Berkualitas Baik
Menurut Ketua Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI), Prof Nahrowi, ciri ransum yang baik harus memenuhi beberapa hal, diantaranya ransum harus seimbang, yakni mempunyai semua nutrien dalam jumlah yang benar sesuai kebutuhan ternak. Pembuatan ransum juga harus memerhatikan aspek lingkungan kandang, seperti suhu dan kelembaban lingkungan. Kemudian, ransum juga semestinya yang palatable atau disukai ternak, serta harga yang bersaing. Selain itu, ransum yang baik juga ditandai dengan pencampuran bahan bakunya yang merata, baik dari bahan micronutrients maupun feed additives-nya, serta tidak mengandung unsur berbahaya bagi ternak.

Untuk meminimalkan variasi kualitas ransum yang dihasilkan, AINI menyarankan beberapa langkah, diantaranya:
• Mengetahui asal-usul bahan pakan yang akan digunakan.
• Melakukan uji fisik dan kimia terhadap bahan pakan sebelum formulasi ransum.
• Penanganan yang baik untuk bahan pakan yang akan disimpan.
• Meminimalisasi kesalahan selama proses pembuatan pakan, termasuk saat proses pencampuran.
• Menerapkan SOP terhadap pembelian, penerimaan, pengolahan dan pengiriman pakan.

Agar tidak terjadi variasi kualitas ransum yang terlalu berlebihan, maka sebaiknya dalam pengadaan bahan baku pakan dilakukan secara terorganisir, misalnya dengan satu organisasi khusus atau koperasi. Langkah lainnya adalah dengan melakukan prosedur standar sampling dan inspeksi sebagai upaya meminimalisir variasi bahan pakan. ***


Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi
dan Pakan Indonesia (AINI)

ATASI SOAL PAKAN, JAWA TIMUR TANAM JAGUNG SEPANJANG TAHUN

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa bersama Dirjen Tanaman Pangan (Foto: Istimewa)

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menargetkan Provinsi Jawa Timur sebagai kawasan yang lahannya dipenuhi jagung sepanjang tahun. Target ini dikeluarkan untuk mengatasi keluhan peternak ayam petelur di Jawa Timur.

“Kita targetkan Jawa Timur bisa menanam jagung sepanjang tahun. Sehingga tidak ada kelangkaan jagung dan tidak ada kesulitan akses peternak ayam pada ketersediaan jagung,” ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa didampingi Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Sumarjo Gatot Irianto di Gedung Grahadi, Selasa (12/3/2019).

Masalah kelangkaan jagung yang sempat dikeluhkan peternak ayam petelur Jawa Timur bakal segera teratasi. Pemprov Jawa Timur akan mendapatkan benih jagung dari Kementan untuk ditanam di lahan pertanian Jawa Timur.

"Kita sama-sama mendengar peternak ayam petelur terutama dari Blitar mengeluhkan ada kesulitan akses jagung, sementara jagung itu 50 persen bahan pakan ayam," kata Khofifah usai pertemuan dengan Dirjen Tanaman Pangan.

Dari pertemuan tersebut, Dirjen Tanaman Pangan memberikan solusi antisipasi agar kelangkaan jagung di Jawa Timur tidak terulang dan dapat diselesaikan. Caranya yaitu dengan memperbanyak penanaman jagung di area persawahan.

“Benihnya akan disiapkan dirjen tanaman pangan. Nantinya saya akan koordinasikan dengan bupati-bupati di Madura dan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) untuk pemetaan kita butuh lahan berapa yang bisa ditanami jagung,” imbuhnya. 

Dia menjelaskan, masa tanam jagung hanya tiga bulan. Artinya dalam waktu 90 hari saja petani sudah bisa memanen jagung yang ditanam. Melalui proses yang cepat, seharusnya Jatim ke depan aman stok jagungnya.

Khofifah menargetkan, paling lambat pekan depan benih dari Kementan sudah diterima petani jagung di Jatim.

Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, menanam jagung sepanjang tahun di Jatim sangat memungkinkan. Sebab masa tanam jagung itu mulai Januari hingga Desember.

Potensi lahan pertanian Jawa Timur sebesar 1,1 juta hektar. Dalam hal ini, pihaknya siap memberikan benih jagung langsung ke orang siapa dan alamat sawahnya dimana untuk bisa segera ditanami jagung.

“Produksi jagung Jatim hitungannya memang surplus. Tetapi Jatim menjadi daerah penyangga kebutuhan daerah lain, bahkan nasional,” katanya.

Menurut Gatot, menambah tanaman jagung saat ini justru waktu yang tepat. Pasalnya sedang musim hujan dan tanahnya basah. “Wilayah yang basah, termasuk bekas banjir segera ditanami jagung.  Sehingga 90 hari ke depan sudah bisa dipanen,” pungkasnya. (Rilis/NDV)

GPMT INGATKAN PEMERINTAH, HARGA JAGUNG MASIH TINGGI

GPMT mengingatkan pemerintah untuk antisipasi kebutuhan jagung. (Foto: Antara)

Pengusaha pakan ternak mengatakan harga jagung untuk pakan saat ini masih tinggi. Ini sekaligus membantah klaim Kementan tentang penurunan harga jagung.

Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) mengatakan harga jagung untuk sektor pakan ternak masih tinggi. Hal ini sekaligus membantah klaim Kementerian Pertanian harga jagung sudah turun menjadi sekitar Rp 3.000 per kilogram (kg).

Harga jagung saat ini masih berada di kisaran Rp 4.800 per kilogram (kg). Angka ini jauh lebih tinggi dibanding klaim Kementan maupun harga jagung normal menjelang panen  sebesar Rp 3.500 per kg.

Dewan Pembina GPMT Sudirman mengingatkan pemerintah supaya mengantisipasi kebutuhan jagung yang meningkat. “Di Jawa Timur harga masih tinggi, belum sampai harga Rp 3.000 per kg seperti Kementerian Pertanian,” kata Sudirman dalam pernyataannya, Kamis (21/2/2019).

Kondisi harga sebesar Rp 4.800, harga tersebut menurutnya sudah dalam level tinggi. Sebab, harga jagung acuan di tingkat petani dalam kondisi normal tinggi sebesar Rp 3.150 per kg.  Harga tersebut bahkan telah mempertimbangkan keuntungan petani dan kewajaran penerimaan pabrik pakan.

Kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan ternak tahun ini diperkirakan tumbuh 17,6% menjadi 10 juta ton dibandingkan tahun lalu.

Dengan harga jagung yang masih tinggi juga membuat petani enggan menurunkan harga jual kepada pabrik pakan. Sebab, pasokan jagung belum terlalu banyak karena panen jagung baru saja dimulai dan belum mencapai masa puncak yang diprediksi berlangsung pada Maret hingga Mei.

Ke depan, GPMT meminta pemerintah memperhatikan suplai jagung pada masa paceklik, yaitu November sampai Januari. “Saat panen, Bulog mesti mengisi stok supaya ketika tidak panen, Bulog bisa membantu pabrik pakan,” ujar Sudirman.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengaku pemerintah harus menjadi penghubung kebutuhan petani jagung dan peternak. Dia mencatat, jagung  berkontribusi sekitar 40%-50% terhadap industri pakan ternak, sehingga ketersediaan produk jagung sangat berpengaruh terhadap usaha peternakan.

Kebutuhan industri pakan tahun 2019 bakal mencapai 11,5 juta ton, lebih tinggi daripada kebutuhan tahun 2018 sebanyak 10,3 juta ton.

“Kesepakatan pembelian jagung petani oleh peternak, dengan Bulog berada di tengahnya diharapkan dapat mengatur penyerapan jagung dan pasokan,” kata Diarmita.

Dia menjelaskan dasar aturan yang digunakan sebagai pedoman harga jagung adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018. Aturan menetapkan acuan harga pembelian jagung di tingkat petani dengan kadar air 15% sebesar Rp. 3.150 per kilogram dan harga acuan penjualan di industri pengguna (sebagai pakan ternak) Rp 4.000 per kilogram. (Sumber: katadata.co.id)

Panen Raya Jagung, Petani Siap Suplai Kebutuhan Peternak

Jagung untuk kebutuhan pakan ternak. (Foto: Infovet/Ridwan)

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, menghadiri acara panen raya jagung di Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, Rabu (6/2). Kabupaten Lamongan merupakan salah satu sentra pertanaman jagung di wilayah Jawa Timur.

Dengan tibanya masa panen jagung ini, Mentan Amran berharap para petani dapat mensuplai kebutuhan jagung peternak.

“Kami harap Bulog dapat membantu menyerap jagung petani, sehingga dapat menjadi buffer stock,” kata Menteri Amran.

Untuk memenuhi kebutuhan peternak, utamanya wilayah Kabupaten Blitar yang merupakan sentra ternak ayam petelur, Mentan secara spontan berinisiatif membuat kesepakatan antara kedua Kabupaten. Kesepakatan pembelian jagung ini akan menjembatani keduanya, dengan Bulog berada di tengah untuk mengatur penyerapan jagung dan pasokan dari Lamongan ke Blitar.

“Ini model baru, enggak usah pulang ambil stempel. Kertas kesepakatan ini tolong masing-masing dibawa pulang. Traktor dan dryer kami bantu kirim ke sini, hasilnya kirim ke Blitar,” ungkap Amran.

Untuk memperlancar kesepakatan tersebut, Mentan Amran menyiapkan minimal 20 dryer dengan kekuatan 10 ton per 8 jam. Kendali mesin ada di Dinas Pertanian dan Bulog, sehingga dapat dipastikan jagung petani diserap Bulog dan hasilnya dikirim ke peternak di wilayah Blitar. Selain dryer, Mentan juga memastikan pemerintah memberikan bantuan 10 traktor roda empat serta lima unit alat panen.

“Ini semua untuk rakyat, bukan tengkulak. Kami tidak ingin dipermainkan. Ini solusi konkret dan permanen,” tegasnya. 

Pada kesempatan yang sama, Wakil Bupati Lamongan, Kartika Hidayati, menyampaikan, panen raya jagung ini sebagai wujud syukur memasuki musim panen. “Kami berterima kasih kepada Menteri Pertanian karena petani kami pada tahun 2018 telah banyak dibantu untuk pengembangan jagung,” katanya.

Sepanjang 2018, Kementerian Pertanian telah memberikan bantuan berupa UPPO (Unit Pengolah Pupuk Organik) sebanyak 17 unit, dryer UV sebanyak 10 unit dan rice milling unit (RMU) modern. 

Dari laporan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Lamongan, memperkirakan panen jagung di Kabupaten Lamongan hingga pekan ketiga Februari 2019 seluas 11.395 hektar. Titik lokasi panen berada di Kecamatan Modo, Bluluk, Ngimbang, Sambeng, Sukorame, Mantup dan Solokuro.

Luas lahan jagung di Kecamatan Modo sendiri 1.627 hektar yang dimiliki oleh beberapa kelompok tani dengan rata-rata kepemilikan 0,5 ha per orang. Sedangkan luas hamparan jagung di lokasi panen saat ini mencapai 496 hektar.

Menurut Wakil Bupati Lamongan, Kartika, harga jagung di tingkat petani saat ini untuk tongkol berkisar antara Rp 2.000-2.200 per kg, sementara pipilan basah Rp 3.500-3.800 per kg dan pipilan kering Rp 4.800-5.000 per kg.

Ia menyebut, saat ini pihaknya memiliki program inovasi tanam Jagung dan peternakan yang terkenal dengan sebutan Tersapu Jagat (Ternak Sapi Usaha Jagung Meningkat).
“Berkat inovasi ini, kita manfaatkan kotoran sapi menjadi pupuk organik untuk tanaman jagung, sehingga jagung yang dihasilkan menjadi dua kali lipat provitasnya menjadi rata-rata sebanyak 10,3 ton per hektar, yang biasanya hanya rata-rata 5-6 ton,” pungkasnya. (INF)

Dua Ribu Ton Jagung Diberikan untuk Peternak Ayam Kendal dan Solo

Ilustrasi jagung (Foto; Pixabay)

Sebanyak dua ribu ton jagung disalurkan untuk seluruh peternak ayam petelur di Kabupaten Kendal dan Solo. Direktorat Jenderal Pertanian dan Kesehatan Hewan bersama Bulog langsung turun menyerahkan bantuan.

Seperti informasi yang dirangkum dari suaramerdeka.com, Selasa (29/1/2019) Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bantuan tersebut bisa membantu para peternak ayam untuk mendapatkan pakan dengan harga terjangkau. Sementara, untuk daerah di Jateng yang menjadi lumbung jagung, bisa dengan intervensi dari kepala daerah masing-masing.

“Jeritan dari para peternak itu adalah jagung. Kemarin saya bertemu dengan para peternak ayam secara informal, dan mereka menyampaikan jagungnya masih kemahalan. Maka, kita perlu untuk segera mencari dan mendukung para peternak ini, agar harga ternaknya juga tidak tinggi. Nah, sementara posisi luar negeri itu memang murah dan sekarang yang dibutuhkan adalah ada di mana jagung di dalam negeri ini. Termasuk yang di Jawa Tengah, maka di Grobogan masih ada atau tidak,” kata Ganjar, dilansir dari Radio Idola.

Dua daerah di Jateng yang merupakan sentra produksi peternakan ayam mmperoleh bantuan pakan ternak berupa jagung. Kabupaten Kendal mendapat 160 ton dan Solo Raya 140 ton di tahap pertama.

Bantuan itu diberikan, untuk memfasilitasi pemenuhan jagung bagi peternak mandiri sampai akhir Februari 2019 mendatang. (Inf/suaramerdeka.com)

Perluasan Areal Tanam Baru Memicu Peningkatan Produksi

Dirjen Tanaman Pangan, Sumarjo Gatot Irianto saat bertemu wartawan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Berdasarkan data nasional 2018, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa produksi jagung dan beberapa komoditas pertanian cukup tinggi akibat adanya perluasan areal tanam baru.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Sumarjo Gatot Irianto, mengungkapkan produksi jagung sepanjang 2018 mencapai 30,05 juta ton pipilan kering. “Sedangkan kebutuhan hanya sekitar 15,58 juta ton, jadi masih ada surplus 14 juta ton pipilan kering,” ujar Gatot dalam sebuah acara bincang pertanian, Jumat (11/1).

Ia menambahkan, walau produksi jagung cukup baik dan terjadi surplus secara nasional, namun secara spesifik per daerah dan periode tertentu masih ada yang mengalami kekurangan. Kendati demikian hal itu dapat ditutupi oleh daerah yang memiliki kelebihan jagung.

“Surplus secara nasional bukan berarti tidak ada defisit di beberapa tempat. Ada daerah yang surplus dan defisit, ini perlu dipahami,” katanya.

Gatot menyebut, keberhasilan tersebut merupakan hasil dari upaya khusus padi, jagung dan kedelai (Upsus PJK) sejak 2015 lalu. Dari upaya tersebut, luas tanam ketiga komoditas tersebut meningkat tajam. “Dengan begitu produksi 2019 diproyeksikan bakal meningkat lebih baik lagi dari tahun sebelumnya,” ungkapnya.

Potensi produksi tersebut, lanjut Gatot, diupayakan melalui pengembangan lahan rawa, lahan kering, tumpang sari, hingga perbaikan benih, pupuk dan penanganan pasca panen. “Dengan adanya program ini, salah satunya kita upayakan lahan rawa, dapat meningkatkan indeks pertanaman menjadi dua kali setahun dari yang sebelumnya hanya satu kali,” kata Gatot.

Sementara untuk budidaya tumpang sari, Gatot mengungkapkan, pada 2019 ditargetkan luas areal tanam mencapai 1,05 juta hektar atau setara luas pertanaman 2,1 juta hektar. “Tumpang sari menjadi solusi mengatasi persaingan komoditas. Selain itu, budidaya tumpang sari bisa memperoleh keuntungan yang lebih besar, selain meningkatkan luas tanam dan produksi, serta efisiensi usaha pertanian,” ucapnya.

Hal itu mendapat apresiasi dari pengamat pertanian, Siswono Yudo Husodo, yang turut hadir. Menurutnya, perluasan areal tanam baru, seperti lahan rawa dan lahan kering, merupakan terobosan yang sangat baik.

Siswono yang juga mantan Menteri Transmigrasi menegaskan, perluasan areal tanam baru tersebut merupakan upaya pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi kekurangan produksi. 

“Ini perlu disambut oleh gubernur atau bupati. Seperti contoh di Dompu, bupatinya komitmen sehingga mampu menjadikan kabupaten miskin menjadi sejahtera karena masyarakatnya bisa bertumpu pada perluasan tanam, salah satunya jagung yang sampai masuk ke hutan,” katanya. (RBS)

Kementan Targetkan Produksi 119,8 Ton, Asosiasi Petani Jagung Optimis


Target 119,8 ton Pajale (padi, jagung, dan kedelai) pemerintah mendapat dukungan dari Solahudin, Ketua Asosiasi Petani Jagung. Solahudin meyakini target itu akan tercapai pada tahun 2019.

"Pada dasarnya kami sepakat dengan pemerintah bahwa target itu harus jelas dan dicapai. Maasalah nanti di lapangan kurang tercapai karena faktor tikus atau faktor alam, itu kan kondisi alam. Tapi kalau berbicara tahun ini saya yakin tercapai," kata Solahudin, Senin (17/12/2018).

Menurut Solahudin, tidak banyak yang bisa memahami pemikiran Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman terkait target pemerintah itu.

"Sebab yang memahami pemikiran pak Amran selaku menteri ini belum banyak. Beliau ini luar biasa, dia single fighter dalam melakukan perlawanan pada serangan musuh, dia masih perang sendirian," kata Solahudin.

Karena itu, dia mengharap masing-masing pihak duduk bersama dan berpikiran dewasa mendiskusikan permasalahan yang ada. Banyaknya kritik yang masih diterima pemerintah, sebaiknya disikapi sesuai dengan motto Presiden Jokowi : Kerja, Kerja, Kerja.

Solahudin berpendapat, keberhasilan dan pencapaian pemerintah bisa dinilai dari luasan pertanaman dengan luasan panen, dikalikan dengan produksi. Adanya luasan panen yang dianggap mark up karena tidak ada lahannya, menjadi tugas BPS sebagai institusi yang mengeluarkan data.

"BPS juga harus bisa mempertanggungjawabkan karena Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementan juga menggunakan data BPS. Kalau saya, selaku petani meyakini 100 persen keberhasilan pemerintah," kata Solahudin.

(Sumber: finance.detik.com)

Pengusaha Pakan Ternak Ganti Jagung dengan Umbi-umbian

Foto: wattagnet


Harga jagung yang masih tinggi, membuat para pengusaha paka ternak mengambil langkah lain dengan menggunakan bahan baku karbohidrat lain seperti singkong dan umbi-umbian.

Hal tersebut dikemukakan Vice President Feedtech PT Charoen Pokpand Indonesia, Dr Desianto Budi Utomo, seperti dilansir dari laman finance.detik.com.

Desianto mengatakan pengurangan jagung untuk bahan baku pakan ternak sudah dilakukan sejak awal tahun. Langkah ini dilakukan seiring harga jagung yang naik dari Rp 3.500/kilogram (kg) menjadi Rp 6.000/kg.

Dia menjelaskan pengurangan jagung tersebut sebesar 35-40%. Sebelumnya jagung digunakan 50% dalam pakan ternak. "Pemakaian terbatas mungkin 35% sampai 40%. Biasanya itu 50% kita pakai," ujarnya di Jakarta, Kamis (13/12/2018).

Pihaknya mengaku akan menggunakan kembali komposisi jagung sebanyak 50%, apabila pasokan dan harga telah kembali normal. (NDV)

Lokakarya Perhimpunan Layer Nasional Bahas Solusi Melambungnya Harga Pakan

Foto: Shutterstock

“Mekanisme harga telur yang melonjak di pasar karena biaya produksi meningkat. Biaya produksi tersebut berasal dari biaya pakan ternak. Salah satu bahan baku pakan adalah jagung yang juga mengalami kenaikan dan mengalami kelangkaan. Semua ini adalah rentetan dari harga telur yang naik,” kata Presiden Perhimpunan Layer Nasional (PLN) , Ki Musbar Mehdi dalam lokakarya bertema “Mencari Solusi Ditengah Melambungnya Harga Pakan Ternak Ayam” yang diadakan di Hotel Allia, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (29/11).

Harga atas dan bawa telur ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 18-20 ribu. Namun peternak dinilai masih rugi karena tidak berimbang dengan tingginya biaya produksi akibat harga pakan yang tinggi.

Jagung yang harganya menembus Rp 5.300 per kg diduga disebabkan minimnya stok. Sedangkan permintaan jagung untuk pakan ternak mencapai 780.000 ton tiap bulannya. Peternak pun meminta pemerintah agar perhatian terhadap masalah harga dan stok ini.

Memasuki September-Oktober harga telur menurun, berlanjut hingga pertengahan September dan minggu pertama November. Meski peternak masih mendapat keuntungan tapi jumlahnya tipis.

Seperti biasa di akhir tahun, menjelang Natal dan Tahun Baru harga kebutuhan pokok termasuk telur kerap naik. Namun Musbar mengungkapkan ternyata tingginya harga telur belakangan ini di sejumlah pasar juga disebabkan oleh naiknya harga jagung. Karenanya ia berharap pemerintah menjaga kestabilan dan ketersediaan pakan.

Menurut Musbar, tersedianya pakan dan terjangkaunya harga pakan oleh para peternak sangatlah penting. Jika pakan sulit didapat karena harganya tinggi akan berefek pada naiknya harga telur.

“Dimana bahan pakan penting harganya bisa dijangkau masyarakat. Bicara soal produksi tidak ada yang proteksi umum. Kepentingan masyarakat umum itu sama denga kepentingan nasional. Biaya pakan 50 persen itu dari jagung,” jelasnya.

Musbar pun berharap jagung yang diimpor agar datang secepatnya. “Apabila tiba di Indonesia pada awal tahun 2019, bisa tidak dapat terserap oleh peternak mandiri karena bersamaan dengan panen raya, di mana harga jagung di petani lebih murah.”

Menurut Direktur Aneka Kacang dan Umbi (AKABI) Ir  Ali Jamil PhD, permasalahan impor jagung 
yang belakangan ramai diberitakan, karena keputusan pemerintah untuk mengimpor 100 ribu ton jagung, dilakukan di tengah perhitungan produksi jagung tahun 2018 yang diperkirakan surplus hingga 12,98 juta ton.

Karenanya, pemerintah melalui Kementan tetap mendorong peningkatan produksi pertanian dalam negeri, yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan khususnya petani lokal. Ali juga menyampaikan, dalam kondisi tertentu impor boleh jadi dilakukan.

Pihaknya menjelaskan, keputusan ini diambil sebagai bentuk usaha penyelamatan peternak ayam mandiri, serta menjaga stabilitas harga ayam dan telur.

“Sebagai upaya melindungi masyarakat konsumen dengan menjaga harga pasokan bahan pangan dan stabilitas harga di pasar. Sehingga angka inflasi terjaga sebagaimana yang ditargetkan Pemerintah” ucapnya.

Sementara itu Kasatgas Kordinasi dan Solusi, Satgas Pangan, Kombes Pol Krisnandi mengatakan, pihaknya akan selalu melakukan komunikasi, kordinasi dan kolaborasi dengan kementerian, asosiasi dan peternak dan petani untuk menjaga stabilitas harga jagung dan telur di Tanah Air.

“Stabilitas harga jagung, merupakan peran dari petani jagung, perusahaan pakan ternak dan pemangku kepentingan yakni Kementan, Kemendagri dan Perum Bulog. Tak hanya itu juga akan mengawasi kelancaran distribusi mulai dari hulu ke hilir sehingga tercipta ketersediaan jagung pakan dan harga jagung yang stabil,” ucap Krisnandi. (Berbagai sumber)

Refleksi: Rupiah Limbung, Harga Pakan Melambung

Stok jagung melimpah tetapi peternak kesulitan mendapatkannya. (Sumber: fajarsumatera.com)

Industri peternakan ayam di dalam negeri tidak henti-hentinya menghadapi cobaan berat. Para pelaku usaha di sektor ini berharap adanya keseriusan pemerintah dalam menjalankan kebijakan yang sudah dibuat.


Ada kisah dunia khayalan yang belakangan sedang terjadi di dunia nyata. Kisah ini dikemas dalam film pendek animasi Superman versus Gatotkaca dan tengah menjadi viral di media sosial. Kedua pahlawan ini bertarung mempertahankan jati diri masing-masing. Gatotkaca berusaha sekuat tenaga untuk melawan Superman, namun akhirnya ia ambruk juga. Gatotkaca terkapar.

Pertarungan dalam film animasi ini mengilustrasikan bagaimana kondisi nilai tukar rupiah dalam beberapa bulan terakhir terhadap dolar Amerika. Media menuliskan dolar makin perkasa. Nilai tukarnya melampaui angka Rp 15.000 lebih per dolar, bahkan sempat mencapai Rp 15.283 per dolar.

Pelemahan rupiah yang terus berlanjut itu tampaknya sesuai prediksi mantan Menko Perekonomian, Rizal Ramli, pada 3 Oktober lalu. “Apakah Rp 15.000 ini sudah akhir? Ini baru permulaan,” ujarnya kepada awak media di kompleks DPR RI, Jakarta, waktu itu.

Makin tingginya nilai tukar rupiah tak hanya membuat situasi politik Indonesia kian gaduh, tapi juga berimbas berat terhadap usaha peternakan unggas. Harga bahan baku pakan ternak yang masih impor, seperti bungkil kedelai dan lainnya, mau tak mau makin melambung.

Yang memprihatinkan, pada pertengahan Oktober lalu, para peternak kesulitan mendapatkan jagung untuk bahan pakan ternak. Padahal, 22 Juni lalu, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa stok jagung nasional melimpah, bahkan surplus, begitu kata Mentan.

Mentan menjamin tidak akan ada impor jagung pada tahun ini. Bahkan karena stok melimpah, Indonesia dapat mengekspor jagung ke Filipina dan Malaysia. Menurut data Kementan, tingkat produksi jagung di dalam negeri meningkat dalam lima tahun terakhir. Jumlah produksi pada 2016 mencapai 23.578.413 ton meningkat menjadi 28.924.009 ton pada 2017 dan pada tahun 2018 mencapai 30.043.218 ton.

Tapi fakta di lapangan, empat bulan berikutnya, para peternak ayam kesulitan mendapatkan jagung untuk pakan ternaknya. Ada apa?

Sukarman, Ketua PPRN (Paguyuban Peternak Rakyat Nasional) memiliki dugaan yang cukup kuat. “Fakta di lapangan, jagung ternyata sebagian besar diserap perusahaan feedmill lewat pedagang saat panen di sentra-sentra produksi, sehingga peternak kesulitan memperoleh jagung dengan harga yang wajar,” ungkapnya saat menggelar aksi unjuk rasa di Pendopo Pemerintah Kabupaten Blitar, 15 Oktober lalu.

Selain sulit didapat, harganya pun tinggi. Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Herry Darmawan, menyebut harga jagung di Jawa Timur mencapai Rp 5.100 per kg, sementara di Jawa Tengah dan Jawa Barat harga jagung dipatok sebesar Rp 5.000 per kg.

Harga tersebut jauh dari acuan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, yaitu Rp 3.150  di tingkat petani dan Rp 4.000 di tingkat peternak. “Dengan harga yang melambung, peternak harus merogoh modal lebih besar lagi untuk bisa bertahan,” ujar Herry kepada Infovet.

Derita para peternak ayam tak sampai di sini. Di tengah kelangkaan dan tingginya harga jagung, dalam beberapa minggu di bulan Oktober harga telur dan daging ayam broiler justru merosot. Dari data yang dihimpun Infovet, pada Selasa (9/10), harga telur ayam pada kisaran Rp 16.000-Rp16.300 per kg, jauh bila dibandingkan harga acuan yang baru yakni Rp 18.000-Rp20.000 per kg di tingkat peternak. Kondisi ini menjadi pukulan telak bagi para peternak ayam di dalam negeri.

Soal langkanya jagung di pasaran, pemerintah memiliki argumen yang berbeda. Kementan berdalih, rantai pasok jagung yang tak sempurna sempat 'mengecoh' pasokan dan harga. “Mereka (petani dan peternak) tidak tahu informasi jagung sebenarnya ada. Ini masalah komunikasi dan distribusi saja. Jagungnya memang ada, tapi masalah komunikasi dan distribusi,” kata Sekretaris Jenderal Kementan, Syukur Iwantoro, kepada media di Jakarta, 24 Oktober lalu.

Peternak Menuntut
Lazimnya pelaku usaha di sektor lainnya, para pelaku usaha peternakan yang makin terjepit dengan kondisi ini pun makin terusik. Bagi mereka, tak ada jalan lain untuk menyuarakan kepentingannya, selain melalui aksi unjuk rasa. Pada 15 Oktober, PPRN menggelar aksi demonstrasi di Pendopo Pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Para pengunjuk rasa menuntut agar Mentan Amran turun dari jabatannya. PPRN juga menuntut pemerintah menyediakan jagung yang cukup dengan harga yang wajar sesuai aturan Kemendag.

Cara peternak bersuara melalui aksi demo memang tergolong “cespleng”. Sehari setelah didemo, pemerintah merespon aspirasi peternak. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita dan Dirjen Tanaman Pangan (TP), Sumardjo Gatot Irianto dan tim dari Kementan langsung turun ke lapangan, melakukan pertemuan dengan peternak ayam petelur mandiri di Kabupaten Blitar, (16/10).

Sebelumnya, tuntutan yang sama juga muncul dari para peternak ayam petelur mandiri di Kendal dan Cepu. Namun di dua kota ini, Dirjen PKH dan tim sudah terlebih dahulu melakukan dialog dengan peternak. Tak ada gejolak massa.

Sebagai langkah cepat jangka pendek, Kementan merespon permintaan tersebut dengan menghimbau agar para perusahaan pabrik pakan ternak membantu para peternak mandiri mendapatkan jagung dengan harga terjangkau, yaitu Rp 4.500-4.600 per kg dari harga pasar saat ini sebesar Rp 5.000-5.200.

“Sehingga ada subsidi Rp 500-600 per kg. Subsidi ini bisa disisihkan dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan pabrik pakan ternak,” kata Ketut saat merespon tuntutan peternak.

Merespon hal tersebut, beberapa perusahaan akan memberikan bantuan jagung dengan harga subsidi ke Kabupaten Kendal oleh PT Sidoagung (100 ton) dan Kabupaten Blitar antara lain PT Charoen Pokhphand (50 ton), PT Japfa Comfeef (40 ton), PT Panca Patriot (100 ton), PT Malindo (20 ton), BISI (2 ton), CV Purnama Sari (10 ton) dan perusahaan lain. 

Butuh Keseriusan Pemerintah
Persoalan melemahnya nilai tukar rupiah, banyaknya persoalan yang dihadapi oleh pelaku usaha peternakan di dalam negeri, hingga “paceklik” jagung pakan ternak, merupakan bagian dari “nilai” rapor Pemerintahan Presiden Jokowi dan Jussuf Kalla selama empat tahun terakhir. Para pelaku bisnis di berbagai sektor memiliki pendapat yang beragam soal rapor Jokwi -JK. Ada yang menilai bagus, ada juga yang menilai jeblok.

Ketua Bidang Peternakan dan Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton J. Supit, seperti yang dikutip Kontan.co.id, mengapreasiasi kinerja Pemerintahan Jokowi -JK selama empat tahun berkuasa. Ada sejumlah hal positif yang terlaksana, seperti pembangunan infrastruktur hingga percepatan perizinan melalui Online Single Submission (OSS). Tapi beberapa sektor ia nilai masih kedodoran.

Salah satunya swasembada pangan masih menjadi pekerjaan rumah. Ada yang bilang berhasil surplus, tapi faktanya jagung untuk pakan ternak susah dicari. Ia mengatakan, masalah ini harus segera diselesaikan. Jika dibiarkan, bisa membingungkan investor.

Ketua Gopan, Herry Dermawan, berpendapat, industri peternakan ayam di dalam negeri tidak henti-hentinya menghadapi cobaan berat. “Sebelumnya kita dihadapkan persoalan ancaman masuknya ayam Brazil, sekarang kita dihadapkan persoalan tingginya harga jagung dan langka,” kata Herry.

Menurut dia, adanya ide untuk menggantikan jagung dengan gandum impor kurang tepat. Jika dipaksakan peternak menggunakan gandum sebagai pengganti jagung, maka performa ayam akan berubah. “Ayam kita sudah terbiasa makan jagung, performa akan berubah kalau diganti dengan gandum,” katanya.

Menyikapi persoalan krisis jagung yang belakangan menjadi poelmik, Herry menegaskan, dari sisi kebijakan pemerintah sudah bagus. Hanya saja, pelaksanaanya masih membutuhkan keseriusan. Tanpa adanya keseriusan, maka sebagus apapun kebijakan yang dibuat akan sia-sia.

Sementara, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), Desianto Budi Utomo, mengusulkan agar pemerintah lebih memaksimalkan peran Bulog. Lembaga ini bukan hanya berurusan dengan beras semata, namun jagung seharusnya juga menjadi “wilayahnya”.

“Salah satu tugas Bulog juga menstabilkan harga jagung, jangan sampai terlalu mahal atau terlalu murah,” kata Desianto kepada Infovet.

Menurutnya, harga jagung yang ideal berkisar antara Rp 3.500-3.700 per kg. Dengan harga yang ideal, pabrik pakan bisa menyerap produksi jagung dengan baik pula saat panen raya tiba. Ia merinci kebutuhan jagung 87 produsen pakan ternak yang tergabung dalam GPMT diperkirakan rata-rata 500-600 ribu ton per bulan. Saat ini, serapannya hanya 200-300 ribu ton jagung, akibat kurangnya pasokan dan mahalnya harga. 

Akibatnya, “Stok jagung di pabrik pakan ternak yang dulunya bisa dua bulan, sekarang hanya 25 hari, bahkan belasan hari,” ungkap Desianto. Dengan kondisi kelangkaan jagung, anggota GPMT akan mencari jalan melalui substitusi dengan bahan baku lokal atau bahan baku impor, misalnya dengan mengganti gandum.

“Namun bagi feedmill, kalau memang kondisinya sedang tidak ada jagung, harga berapapun pasti akan dibeli. Seperti pada tahun lalu, harga jagung sempat Rp 7.000 per kg. Tapi kalau terpaksa menggunakan gandum untuk bahan baku pengganti, yang kasihan adalah pabrik-pabrik kecil yang belum memiliki teknologi pengolahannya,” pungkasnya.

Akankah kelangkaan jagung masih akan berimbas pada usaha peternakan unggas di tahun 2019? Semoga saja tidak. (Abdul Kholis)

Kementan Kawal Distribusi Jagung, Peternak Beri Apresiasi

Penyaluran bahan baku pakan disalurkan Kementan di beberapa titik Pulau Jawa (Foto: Dok Kementan)


Langkah cepat Kementerian Pertanian dalam mendistribusikan bahan pakan untuk ayam petelur, disambut baik peternak ayam di wilayah Provinsi Jawa Barat khususnya Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Pengawalan distribusi ini dilakukan untuk menanggulangi keluhan para peternak atas kebutuhan bahan pakan ternak.

Pengalokasian distribusi jagung yang diberikan untuk Provinsi Jawa Barat total berjumlah 500 ton. Dari total tersebut secara bertahap akan disalurkan, tahap awal masing-masing tiba hari ini sekitar 100 ton untuk Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, Minggu (11/11/2018).

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian Syamsul Ma’arif mengatakan, Kementan bergerak cepat atas keluhan peternak. Pasalnya, jagung dibutuhkan agar peternakan tidak mati dan produk unggas tetap stabil. Dengan demikian, peternak merasakan kehadiran Pemerintah di tengah-tengah mereka.

“Kejadian mengenai jagung maupun pakan ini diharapkan tidak memberikan trauma terhadap peternak muda, karena pemerintah tidak melepas begitu saja terhadap kesulitan para peternak,” kata Ma'arif dalam keterangan tertulisnya yang diterima Infovet.

Ma'arif menjelaskan, pendistribusian jagung untuk Kabupaten Cianjur diangkut mengunakan 10 truk yang langsung diserahkan kepada kelompok peternak ayam petelur yang tergabung dalam Koperasi Sarana Satwa dan 10 truk untuk Kabupaten Sukabumi diterima oleh PT Inti Prima Satwa Sejahtera.

Pendistribusian jagung dilakukan serentak di sejumlah provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Selain Kabupaten Cianjur dan Sukabumi, sebelumnya Kabupaten Bogor juga telah menerima 75,5 ton jagung yang juga dikawal oleh Kementan dan didistribusikan langsung kepada para peternak.

Andi, penerima bantuan yang berasal dari Desa Jamali, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur merasa senang atas hadirnya pemerintah di tengah kesulitan mereka. “Alhamdulillah Kementerian Pertanian sekarang sangat responsif terhadap kesulitan peternak kecil seperti kita. Saya sangat berterima kasih sekali untuk bantuan ini,” ujarnya usai menerima jagung dari Kementan.

Lebih jauh Andi menuturkan jagung yang ada saat ini harganya mencapai Rp4.500 sampai dengan 5 ribu per kilogram, hal ini sangat merugikan peternak kecil.

Peternak dari PT Inti Prima Satwa Sejahtera di Sukabumi, Robby mengucapkan terima kasih kepada pemerintah atas perhatiannya kepada peternak. "Kami sangat berterima kasih sekali kepada pemerintah khususnya Bapak Menteri Pertanian, telah membantu dengan gerak cepat menyalurkan jagung langsung kepada kami peternak ayam,” tutur Robby.

Pendistribusian jagung yang dilakukan oleh Kementan seluruhnya total mencapai 12 ribu ton yang didistribusikan ke wilayah Jabar, Jateng, dan Jatim yang ditujukan untuk mengamankan stabilitas produksi ayam di peternak. (NDV)

Krisis Pakan, Kementan Bergerak Salurkan Jagung ke Peternak

Kementan melalui Ditjen PKH kawal pendistribusian jagung kepada peternak. (Foto: Dok. Kementan)

Sebanyak 12.000 ton jagung pipilan secara serentak didistribusikan ke peternak rakyat di sejumlah sentra ayam petelur, khususnya di beberapa titik di Pulau Jawa.

Bantuan ini sebagai bentuk langkah nyata Kementerian Pertanian (Kementan) dalam memfasilitasi distribusi jagung dari industri pakan ternak, untuk kebutuhan peternak rakyat di berbagai sentra ayam petelur, Jumat (9/11/2018).

Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Indonesia menyatakan sangat menghargai atas support yang sudah diberikan oleh Kementan.

"Kami mewakili teman-teman peternak rakyat berterima kasih atas program yang sudah dilakukan untuk menolong pada saat krisis kali ini," kata Ketua Pinsar Indonesia Hartono dalam keterangan tertulis Infovet terima.

Foto: Dok Kementan

Hartono sendiri mengatakan itu saat penyaluran jagung untuk peternak di Bogor, Jumat (9/11/18). Dia berharap ke depannya, harga pakan ternak dapat menyesuaikan lagi atau terjangkau.

Selain di Bogor, penyaluran pakan ternak juga dilakukan Kementan di Blitar, Jawa Timur.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Sugiono yang memimpin langsung penyaluran jagung ke peternak mengatakan, salah satu alasan Kementan mendistribusi ke sana karena daerah tersebut adalah salah satu sentra utama peternakan.

Sementara itu, Bupati Blitar Rijanto menyambut positif upaya Kementan dalam memfasilitasi penyaluran jagung ke peternak rakyat yang jumlahnya sekitar 4.400 peternak.

Adapun jumlah jagung yang didistribusikan ke Blitar kurang lebih 400 ton. Rijanto berharap penyaluran jagung ini bisa menjadi solusi awal bagi para peternak.

Setelah Bogor dan Blitar, penyaluran jagung untuk peternak terjadi di Malang. Dalam keterangan tertulisnya Kementan mengatakan, sebanyak 4 truk atau 100 ton jagung langsung didistribusikan ke peternak.

Pengiriman dengan nominal sebanyak itu atas dasar permintaan peternak di Malang yang mengajukan kebutuhan 2000 ton jagung untuk ayam layer dan 200 ton buat ayam broiler.

Pada hari yang sama jagung disalurkan pula ke sentra peternak ayam di Jawa Tengah. Salah satu titiknya ada di Kabupaten Kendal. Bantuan jagung diterima oleh para peternak petelur secara bertahap.

Dengan rincian, dimulai Jumat (9/11/2018) sebanyak 50 ton, lalu Sabtu (10/11/2018) 100 ton dan selanjutnya sampai dengan jumlah keseluruhan 500 ton.

Direktur Pakan, Ditjen PKH Sri Widayati yang hadir di Kendal, Jawa Tengah mengatakan bahwa peternak menyambut positif gerak cepat ini.

"Untuk wilayah lainnya, yaitu Solo dan sekitarnya akan segera menyusul,” ujar Sri.

Potong Jalur Distribusi

Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan bahwa penyaluran jagung untuk pakan ternak bertujuan memotong jalur distribusi yang selama ini mengakibatkan kelangkaan pakan ternak.

“Ini bukti bahwa ketersediaan pakan jagung cukup untuk memenuhi kebutuhan para peternak lokal,” ungkap Amran.

Dalam kurun waktu tahun 2014-2017 produksi jagung terus meningkat. Pada 2014, produksi jagung di Indonesia sebesar 19,0 juta ton, dan meningkat 19,6 juta ton pada 2015.

Adapun pada 2016 produksi jagung kembali meningkat 23,6 juta ton, demikian juga tahun 2017 mencapai 28,9 juta ton.


"Dengan kerja keras dan upaya khusus yang terus dilakukan Kementan pada 2018 ini diperkirakan potensi produksi jagung lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 30 juta ton," jelas Amran. (NDV)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer