Jagung merupakan salah satu bahan baku
pakan sumber energi dalam formulasi pakan unggas. Hingga kini Indonesia masih
berusaha meningkatkan produksi jagung dalam negeri dengan berbagai cara,
termasuk memberantas hama perusak jagung.
Salah
satu hama perusak tanaman jagung yakni Fall
Armyworm (Ulat Grayak Jagung). Serangga hama ini menyerang, merusak bahkan
menghancurkan tanaman seperti jagung dan tanaman lainnya hanya dalam semalam.
Ulat Grayak Jagung mampu bermigrasi (menyebar) ratusan kilometer dan menjadi
peringatan bagi petani kecil bahwa mata pencahariannya terancam. Namun demikian
Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menegaskan bahwa kerusakan yang
diakibatkan oleh Ulat Grayak Jagung dapat dikurangi.
Fall Armyworm pertama kali terdeteksi di Indonesia
pada bulan Maret 2019 di Provinsi Sumatra Barat. Dalam waktu 4 bulan, mereka telah
menyebar ke dua belas provinsi di Indonesia yaitu di Pulau Sumatra, Jawa dan
beberapa wilayah Kalimantan. Kementerian Pertanian telah menghimpun informasi
tentang kerugian dari tanaman yang terinfeksi oleh hama tersebut.
Direktorat
Perlindungan Tanaman di Kementerian Pertanian menghimbau semua provinsi untuk mewaspadai
serangan Ulat Grayak jenis baru dari spesies Spodoptera frugiperda. Di lapangan, petugas Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan (POPT) berupaya meningkatkan kesadaran petani di daerah
yang terkena dampak, dan bersama-sama mereka memantau perkebunan yang dirserang.
“Kami
memantau dengan seksama pergerakan Fall Armyworm di Indonesia. Petugas POPT,
dan kami telah bekerja di lapangan bersama para penyuluh untuk memberi edukasi,
saran dan solusi kepada petani tentang cara melindungi tanaman serta mengurangi
tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan ini. Kami mengantisipasi bahwa
serangan Ulat Grayak ini akan menginfeksi pertanaman jagung di seluruh
Indonesia dalam beberapa bulan mendatang”, kata Edy Purnawan, Direktur
Perlindungan Tanaman.
![]() |
Ulat Grayak Menyerang Jagung |
Invasif, Ganas dan Terus Berkembang
Biak.
Aslinya,
Fall Armyworm adalah hama tanaman
dari Amerika. Namun, sejak 2016 mereka telah bergerak agresif ke arah timur,
menyapu Afrika, dan mendarat pertama kali di Asia pada pertengahan 2018 di
India. Sejak itu mereka menyebar ke Bangladesh, Cina, Myanmar, Sri Lanka,
Thailand sebelum tiba di Indonesia. Dalam kasus serangan yang terjadi di Sri
Lanka, ada laporan bahwa hingga 40.000 hektar perkebunan telah diserang,
merusak sekitar 20% tanamannya. Cina yang juga produsen jagung terbesar di
Asia, dan produsen terbesar kedua di dunia juga dibuat ketar – ketir dengan
serangan Ulat Grayak tersebut.
Sementara
itu kerugian ekonomi di belahan bumi lainnya termasuk negara-negara Asia belum
dihitung, diperkirakan kerusakan ekonomi akibat serangan hama tersebut di
Afrika berkisar antara US $ 1-3 miliar. Menanggapi serangan Fall Armyworm yang datang tiba-tiba di
Asia, FAO telah mengadakan pertemuan dengan para pejabat dari berbagai Negara
di seluruh wilayah pada bulan Maret, dan membawa para pakar yang telah
menangani hama di Afrika dan Amerika Latin dan mempelajari cara-cara untuk
membatasi kerusakannya.
Di
Indonesia, FAO mendukung Pemerintah untuk menanggapi wabah dan mencari strategi
tepat untuk merespons serangan dengan mengerahkan sumber daya secara optimal.
“Pemerintah akan mengorganisir lokakarya nasional bekerjasama dengan FAO pada
akhir Juli untuk menyepakati tindakan lintas stakeholder paling efektif untuk menanggapi serangan ini. Kami
memanfaatkan pelajaran dari negara-negara lain ketika menanggapi serangan di
negara mereka sendiri sebagai praktik
terbaik untuk memperlambat penyebaran dan membatasi kerusakan" kata
Stephen Rudgard, Perwakilan FAO di Indonesia.
Setelah
serangan hama terverifikasi dengan baik, pemerintah akan memperkuat upaya untuk
terus meningkatkan kesadaran dan memantau keberadaan dan penyebaran Fall
Armyworm pada jagung dan tanaman lainnya.
Praktik Terbaik untuk
Mengurangi Kerusakan
Hingga
kini, FAO telah bekerja dengan otoritas terkait untuk memprakarsai program
kesadaran yang menginformasikan dan melatih petani tentang teknik pengelolaan
hama terpadu yang akan sangat bermanfaat untuk mengendalikan Ulat Grayak jenis baru.
Terrmasuk di dalamnya mengidentifikasi musuh alami dari Fall Armyworm, meningkatkan kontrol biologis alami dan kontrol
mekanis, seperti menghancurkan massa telur dan menggunakan penggunaan
biopestisida.
Untungnya
Indonesia memiliki banyak musuh alami hama ini dalam mengurangi infestasi lebih
lanjut. Satu studi dari Ethiopia menemukan bahwa ada satu parasit tawon yang
dapat membunuh hampir setengah dari populasi Ulat Grayak dalam waktu dua tahun
sejak kedatangannya di negara tersebut. Tentunya ini akan coba dimaksimalkan
dalam teknink pengendalian hama Ulat Grayak.
Penggunaan
pestisida kimia perlu dipertimbangkan dengan sangat hati-hati, mengingat bahwa
ulat terlindung dari semprotan karena mereka bersembunyi jauh di dalam dedaunan
tanaman. Selain itu perlu dipikirkan bahwa pestisida kimia apapun itu dapat
memiliki efek negatif pada musuh alami dan bahkan kesehatan manusia serta hewan
lainnya.
Jika
langkah-langkah efektif diberlakukan, efek negatif dari serangan Fall Armyworm dapat dikurangi dengan jumlah
populasi dipertahankan pada level yang cukup rendah untuk membatasi kerusakan
ekonomi dan mata pencaharian petani. (FAO/CR)