-->

PERSOALAN SEKAM DAN PENYAKIT PERNAPASAN AYAM, INI SOLUSINYA

Sekam yang diolah dengan baik dapat dimanfaatkan berulang kali, khususnya untuk kandang closed house. (Foto: Dok. Infovet)

Sekam lantai kandang pada ayam broiler, merupakan upaya untuk menjaga kesehatan dan mendongkrak produktivitas. Oleh karena itu, situasi dan kondisi yang kotor dan mengandung aneka gas buang yang berasal dari kotoran (feses), tumpahan pakan yang bercampur dengan air, harus semaksimal mungkin bisa ditekan.

Untuk meminimalisir hal tersebut pada kenyataannya memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Menurut konsultan perunggasan, Dhanang Purwantoro, feses cenderung terkumpul dan menumpuk, yang pada akhirnya menimbulkan persoalan.

“Hal itulah yang menyebabkan ayam rentan menderita gangguan kesehatan, terutama penyakit pernapasan,” katanya kepada Infovet saat ditemui pada suatu acara pertemuan peternak broiler closed house di Malang, April lalu.

Dhanang menjelaskan, persoalan sekam pada ayam potong saat ini semakin serius dan harus segera dicarikan solusinya. Apalagi sekarang harga sekam semakin mahal dan kadang sulit didapat. Belum lagi ongkos bongkar dan pembuangan pasca panennya. Untuk itu, kata dia, diupayakan mengelola sekam menjadi lebih baik dan sehat, khususnya kandang closed house.

Sebab, sekam yang kotor merupakan sumber utama agen penyakit untuk berkembang biak dan menyebar, selain menyebabkan bau tak sedap dan mencemari lingkungan sekitar kandang. Lebih lanjut, ada beberapa jenis gas yang muncul dan bersifat destruktif terhadap kesehatan ayam, seperti amonia (NH3), asam sulfida (H2S) dan jenis gas lainnya, serta aneka mikroorganisme patogen.

“Gas buang itu semakin meningkat volumenya seiring dengan bertambahnya umur ayam. Ini menjadi pemantik awal terdegradasinya stamina ayam. Apabila peternak lalai dan membiarkan lantai sekam kotor, muncul potensi aneka gangguan kesehatan dan berbagai sergapan penyakit,” jelasnya.

“Berbeda jika peternak mau mengelola dan mengolah sekam dengan baik, umumnya ayam akan tumbuh sehat dan performanya relatif lebih baik.”

Mengolah Sekam
Mengolah dan mengelola sekam kini menjadi tren yang tengah dikembangkan tim Agrikencana Perkasa Klaten, Jawa Tengah. Dari beberapa keluhan peternak, dilakukan kajian mendalam mengenai pengolahan sekam. Hasilnya terbukti sekam dapat digunakan lebih dari 10 kali periode pemeliharaan ayam.

Menurut Dhanang, peternak hanya perlu melakukan penyemprotan pada lantai sekam menggunakan probiotik yang berisi mikroorganisme tertentu. Hal itu dilakukan sejak chick in, masa pemeliharaan, hingga pasca panen. Maksud dari pengolahan sekam tersebut membantu... (iyo)


Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi Juni 2019.

SIASAT PETERNAK JUAL AYAM DI PINGGIR JALAN

Peternak menjual ayam langsung ke konsumen di pinggir jalan kawasan Klaten, Boyolali, Salatiga (Foto: bisnis.com)


Menjual ayam di pinggir jalan demi menyiasati rendahnya harga ayam hidup, menjadi langkah yang ditempuh peternak. Seperti diketahui, harga ayam di tingkat peternak saat ini Rp 8.000-Rp 10.000/kg atau hanya separuh dari Harga Pokok Produksi (HPP) yang mencapai Rp 18.500/kg.

Upaya menjual langsung ke konsumen ini, diharapkan peternak bisa mendapatkan harga yang lebih tinggi meskipun tetap belum menguntungkan.

“Jika HPP saja 18.500, harga ayam selayaknya Rp20.000/kg. Tapi sekarang ini dengan HPP saja berada jauh di bawahnya," terang Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) wilayah Jawa Tengah (Jateng), Parjuni, Minggu (23/6/2019).

Saat ini, menurut Parjuni, para peternak mandiri sudah menanggung kerugian cukup besar sejak enam bulan terakhir. Selain harga yang rendah, jumlah stok ayam di kandang pun melimpah karena terjadi over produksi. Terkait hal ini sejak beberapa hari terakhir, para peternak pun mulai melakukan aksi di jalan, yaitu dengan menjual hasil panen kepada konsumen langsung dengan harga murah.

"Informasi yang kami terima, kemarin [Sabtu (22/6)] di Salatiga ada, di Blitar ada, juga di Klaten dan Boyolali. Mereka membawa ayam dengan mobil kemudian menjualnya di pinggir jalan dengan harga murah. Rata-rata dijual Rp25.000/ekor dengan bobot sekitar dua kilogram. Kalau normal harga 
Rp40.000/ekor," kata dia.

Biasanya para peternak menjual menjual hasilnya kepada pedagang atau broker. Sedangkan mengenai jumlah produksi, dia mengatakan saat ini total di Jateng ada over produksi sekitar 40%.

Parjuni mengatakan untuk produksi di Jateng sekitar 40 Juta-42 juta ekor per pekan.

Adapun pada rapat analisa kondisi perunggasan di Kantor Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada 13 Juni lalu, yang merumuskan akan adanya penarikan 30% bibit unggas untuk mengendalikan oversupply.

Kebijakan itu rencana diterapkan pada 24 Juni ini. Namun Parjuni masih menyangsikan hal itu terealisasi. Sebab menurut informasi yang dia terima, masih ada rapat finalisasi kebijakan sebelum diterapkan.

Harga daging ayam potong di pasaran masih di atas Rp30.000/kg. Berdasarkan informasi yang diunggah di Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi, PIHPS Jateng, harga daging ayam potong di Solo pada 21 Juni sekitar Rp31.000/kg. Jika dibandingkan harga ayam hidup di tingkat peternak ada selisih minimal Rp21.000/kg. (Sumber: bisnis.com)


SUMBER UNGGAS INDONESIA BUKA PENETASAN DI JAMBI

Setelah sukses mendirikan penetasan ayam kampung di Bali pada bulan Februari lalu, PT Sumber Unggas Indonesia kini membuka penetasan di Jambi. Lokasi penetasan ayam kampung ini berada di  Desa Tangkit, Kab. Muaro Jambi, Jambi. Tetasan perdana pada tanggal 20 Juni 2019 dengan jumlah menghasilkan produksi DOC ayam kampung sebanyak 12.000 ekor.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita saat diminta pendapatnya mengatakan bahwa pemerintah menyambut baik kehadiran pabrik penetasan ayam lokal di Jambi ini. “Sebagai pabrik penetasan ayam lokal terbesar di Sumatera, hadirnya PT Sumber Unggas Indonesia di Jambi akan membantu para peternak untuk mendapatkan anak ayam lokal yang murah,” ungkapnya.

PT SUI Semakin mengembangkan sayap ke seluruh Indonesia (FOTO : PT SUI)

Semantara itu Direktur Utama PT Sumber Unggas Indonesia Naryanto menjelaskan, PT Sumber Unggas Indonesia memilih pabrik penetasan di Jambi karena pelanggan paling banyak berada di Jambi dan wilayah sekitarnya seperti Riau, Palembang, Sumatera Utara dan Aceh. “Kehadiran pabrik penetasan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya peternak di wilayah Jambi, Pekanbaru, Kepulauan Riau, Bengkulu, Sumbar, Sumut dan Aceh,” ungkapnya.

Berdirinya penetasan ayam lokal di daerah pengguna merupakan langkah yang sangat tepat mengingat ongkos kirim cargo yang semakin tinggi. Harga anak ayam saat ini di Bogor mencapai di harga Rp 7.300 per ekor atau Rp 730.000 per kotak. Satu kotak berisikan 102 ekor. Sementara itu, ongkos kirim anak ayam ke wilayah Sumetara berkisar Rp 1.500-Rp 2.500 per ekor. Jika peternak membeli anak ayam sebanyak 3 ribu ekor maka biaya pengiriman mencapai Rp 4,5 juta – Rp 7,5 juta.

Lebih lanjut, Naryanto mengatakan pembukaan pabrik penetasan anak ayam kampung (DOC) merupakan strategi Sumber Unggas Indonesia untuk meringankan harga anak ayam lokal kepada peternak-peternak di wilayah Sumatera. “Peternak-peternak banyak mengeluh harga anak ayam kampung yang makin tinggi diakibatkan naiknya ongkos kirim melalui cargo bandara, kehadiran kami diharapkan menurunkan beban tersebut” tutupnya. (SUI)

BIOSEKURITI TIGA ZONA, ALTERNATIF AMPUH NAIKKAN PERFORMA


Biosekuriti, aspek yang penting diaplikasikan dalam peternakan namun kurang dimaksimalkan oleh para peternak di Indonesia. Sejak beberapa tahun silam, FAO ECTAD giat mengkampanyekan sistem biosekuriti tiga zona, seperti apakah biosekuriti tiga zona?

Prinsip paling mendasar dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan. Penerapannya terserah kepada masing – masing peternak, namun begitu karena alasan budget rerata peternak abai terhadap aspek biosekuriti. Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010) yakni : (1) kontrol lalu lintas, (2) vaksinasi, (3) recording flok (4) menjaga kebersihan kandang, (5) kontrol kualitas pakan,(6) kontrol air dan (7) kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk diimplementasikan.

Mengganti alas kaki pada tiap zona, wajib hukumnya (Foto : CR)

3 Warna, 3 Zona

Kekhawatiran akan implementasi biosekuriti yang buruk di peternakan unggas Indonesia sudah lama dikhawatirkan oleh FAO ECTAD Indonesia. Terlebih lagi ketika AGP telah dilarang penggunaannya dalam pakan, bayang – bayang anjloknya performa makin menghantui peternak. Untungnya, kerumitan konsep biosekuriti bagi peternak berhasil disederhanakan oleh FAO ECTAD menjadi sistem biosekuriti tiga zona. Alfred Kompudu selaku National Technical Advisor FAO ECTAD memaparkan bahwa selama ini peternak kesulitan dan tidak memahami dengan baik konsep biosekuriti, sehingga abai akan hal tersebut.

“Kami sudah beberapa tahun ini melakukan pendekatan kepada para peternak dengan cara yang lebih santai dan casual, kami tidak ajak mereka seminar atau workshop atau yang lain – lain, kami ajak mereka agar mau menambah keuntungan, akhirnya pelan – pelan mereka mau,” papar Alfred.

Dalam konsep biosekuriti tiga zona. suatu peternakan dibagi menjadi tiga wilayah yakni zona merah, kuning dan hijau. Zona merah berada di area luar peternakan yang menjadi batas antara media kontaminan dan peternakan. Zona kuning adalah zona peralihan yakni perantara zona merah dan hijau. Dalam zona ini orang yang masuk ke peternakan harus didesinfeksi bila perlu mandi dan berganti baju kerja, termasuk alas kaki. Sementara zona hijau adalah lokasi peternakan dan pekerja/individu yang sudah steril.

“Kalau diperhatikan, sederhana ya sebenarnya ini penggabungan aspek kontrol lalu lintas dan hygiene personal saja. Namun hal ini kami rasa cukup efektif, karena beberapa data yang kami kumpulkan, metode ini dapat mengurangi penggunaan antibiotik sebesar 40% dan reduksi penggunaan desinfektan sebesar 30%,” kata Alfred. Selain itu Alfred juga mengklaim bahwa investasi yang dikeluarkan untuk pengaplikasian sistem ini dapat menghasilkan keuntungan hingga 1:10.” Ada peternak yang mengeluarkan modal Rp. 10 juta dalam membangun sarana biosekuriti 3 zona, dan dia untung sebesar Rp. 100 – Rp. 120 juta,” kata Alfred.

Fakta di Lapangan

Infovet berkesempatan mengunjungi Subadio, peternak layer asal Kecamatan Purbolinggo, Lampung yang sudah menerapkan biosekuriti tiga zona di peternakannya. Dirinya mengaku tertarik mengaplikasikan biosekuriti tiga zona karena dinilai menguntungkan. “Di Lampung ada pendampingan dan penyuluhan bagi peternak yang ingin mengaplikasikan sistem ini, kami dibimbing langsung oleh Dinas Peternakan setempat, FAO ECTAD, UNILA, Technical Service produsen pakan dan PPN (Pinsar Petelur Nasional) Lampung,” tutur Subadio.

Tanpa pikir panjang Subadio membangun fasilitas seperti yang disarankan oleh para mentornya. Walhasil, kandang layernya yang baru setahun enam bulan berdiri mengalami banyak kemajuan. “Kandang saya sebelumnya bukan yang di sini mas, ini kandang baru tetapi produksi, performa dan nilai rupiah yang di dapat sangat menjanjikan,” tukas Subadio kepada Infovet. Pernyataan Subadio tadi didukung oleh data yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya saja kini disaat ayam di kandangnya menginjak usia sekitar 29 minggu produksinya stabil di angka 90% lebih. Selain itu dalam data juga disebutkan bahwa tingkat kematian ayam di peternakannya sangat rendah, hanya 1% dari 30.000 ekor populasi. “Di farm sini per hari enggak melulu ada yang mati mas, enggak kaya di farm saya yang satunya yang belum saya bangun biosekuriti tiga zona,” pungkas Subadio.

Ketika ditanya mengenai penyakit dan wabah AI, Subadio juga mengatakan bahwa belum pernah kandang tersebut terjangkit wabah mematikan semisal AI. “Paling penyakit cuma nyekrek – nyekrek (CRD) saja mas, kalau AI mah engak pernah kan lihat sendiri tadi recording saya, kalau bisa jangan sampai kena AI deh,” tukas Subadio. Ia juga mengaku bahwa ketika terjadi penyakit, petugas kesehatan di farm-nya hanya memberikan terapi suportif berupa pemberian vitamin beserta suplemen pemacu sistem imun. “Kasus yang agak parah kemarin sih ada beberapa ekor yang kena fowl pox, sudah dibakar yang mati, terus sisanya kita pisahkan, isolasi dan kita vaksin ulang sambil diberikan terapi suportif mas,” kata Subadio.

Perihal dana yang dikeluarkan, Subadio enggan menyebut nominal angka yang ia gelontorkan untuk membangun sistem tersebut. “Yang jelas enggak sampai seratus juta mas untuk sistemnya saja, kurang dari itu deh. Tapi hasil yang saya dapatkan Alhamdulillah sudah bailk modal itu biaya pembuatan sistemnya dalam dua bulanan,” papar Subadio.

Hal yang berbeda nampak pada kandang milik peternak layer lainnya, H. Tumino yang berasal dari daerah yang sama. H. Tumino yang telah menjadi peternak sejak tahun 1988 tidak mengaplikasikan sistem biosekuriti tiga zona di kandang miliknya. Hasilnya tentu bisa ditebak, performa dari layer miliknya tidak sebaik milik Subadio. 

Biaya menjadi alasan utama bagi H. Tumino yang tidak meng-upgrade kandangnya dengan sistem biosekuriti tiga zona. “Anak saya ada tujuh mas, masih sekolah tiga, kalau saya keluarkan uang buat kandang nanti mereka bisa terhambat sekolahnya,” tutur H. Tumino. Walaupun begitu, H. Tumino mengakui bahwa dirinya juga mendapatkan pendampingan dan penyuluhan dari pihak yang sama terkait penerapan biosekuriti tiga zona, hanya saja H. Tumino belum bisa mengaplikasikan hal tersebut. “Mungkin nanti ketika anak saya sudah pada selesai sekolahnya, baru saya rehab ini kandang, sebenarnya saya tertarik mas, tapi memang masih mentok kalau dalam hitungan saya,” tukas H. Tumino.
           
Penyuluhan Berkelanjutan

Terlepas dari memiliki niat atau tidaknya peternak di Lampung dalam mengaplikasikan sistem biosekuriti tiga zona, hal yang dilakukan para stakeholder peternakan unggas di Lampung patut diapresiasi. Pemerintah Daerah di Lampung mencanangkan provinsi Lampung sebagai zona bebas flu burung pada tahun 2021. Salah satu upaya dalam mengendalikannya yakni dengan penerapan biosekuriti tiga zona pada peternakan ayam yang ada di Lampung. Selain itu dalam menjamin food safety & security bagi konsumen, peternak layer di Lampung diwajibkan memiliki NKV.

Drh Madi Hartono sebagai pendamping dari UNILA lebih jauh menjelaskan program yang ada di Lampung. “Nantinya farm yang sudah punya sistem biosekuriti tiga zona ini akan diwajibkan memiliki NKV. Syaratnya NKV kan salah satunya punya sistem biosekuriti yang bagus kan?. Dengan adanya NKV kan peternak nyaman, konsumen aman mas,” tukas pria alumni FKH UGM tersebut.

Madi menyebutkan bahwa dalam mendapatkan NKV, peternak akan dibimbing dan didampingi oleh PPN Lampung, Dinas Peternakan, Produsen Obat Hewan dan Sapronak, FAO dan UNILA dari awal sampai NKV tersebut terbit. “Pertama kita survey dulu kandangnya, kita bantu buatkan denah, sistem, dan cek kelayakan lainnya. Beberapa waktu kita pantau, dan kalau sudah layak kita minta Dinas Provinsi untuk datang dan mengaudit, ketika ada koreksi dan penyesuaian dari Dinas tetap kita damping sampai NKV-nya terbit,” tutur Madi.

Dalam pengurusan NKV, peternak tidak dipungut biaya sepeser pun oleh Dinas. Hal ini dikemukakakn oleh Drh Anwar Fuadi Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung. “Kita enggak pungut biaya sama sekali, karena kita sadar bahwa dengan begitu kita juga membantu peternak. Kalau peternak lebih semangat, punya NKV, produksinya meningkat, kualitasnya bagus, kan kita juga bangga, kalau bisa semua peternak di sini punya NKV,” pungkas Anwar.

Data dari PPN Lampung menyebutkan bahwa jumlah populasi layer di Lampung sekitar 4 juta ekor, dengan produksi telur 200 ton perhari, dengan jumlah peternak mencapai kurang lebih 1.000 peternak yang tersebar di 8 Kabupaten dan populasi terbanyak di Lampung Selatan dan Lampung Timur. Sebanyak 20 persen dari produksi tersebut telah dipasarkan ke Jakarta.

Sertifikasi NKV merupakan upaya pemerintah dalam memberikan jaminan persyaratan kelayakan dasar dalam sistem jaminan keamanan pangan dalam aspek hygiene & sanitasi, dengan adanya sertifikat NKV, suatu unit usaha dinilai layak dari aspek keamanan pangan sebagai produsen pangan asal hewan.

Selain itu NKV juga menjadi bukti bahwa produk milik peternak memiliki daya saing dalam perdagangan baik nasional maupun internasional. Anwar berharap kedepannya peternak di Lampung semakin peduli dan concern dalam mendapatkan sertifikat NKV, karena nilai jual produk akan semakin bertambah. “Untuk mendapatkan NKV, biosekuriti harus baik, minimal mengadopsi sistem biosekuriti tiga zona, makanya saya berterimakasih atas apa yang dilakukan oleh teman – teman di lapangan dalam membantu dan membimbing peternak – peternak kita di Lampung ini,” tutup Anwar. (CR)

MANAJEMEN PAKAN UNGGAS LOKAL

Bisnis unggas lokal kian diminati masyarakat. (Sumber: Istimewa)

Unggas lokal makin diminati masyarakat, terlebih setelah adanya gerakan pelestarian ternak lokal oleh organisasi pertanian dunia (WHO) sejak 2017 lalu, yang ditandai dengan adanya deklarasi Interlaken, Swiss.

Unggas lokal sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, terlebih di pedesaan, ia menjadi sumber protein hewani keluarga yang relatif murah dan mudah didapat. Preferensi konsumen modern pun kini cenderung mengarah ke konsumsi daging ayam lokal.

Unggas lokal kini menjadi ceruk pasar khsusus dalam bisnis komoditi unggas. Harga jual satuannya pun menempati harga yang lebih tinggi dari unggas lain, seperti ayam broiler atau layer. Hal inilah yang menyebabkan kini makin banyak masyarakat yang berminat berbisnis unggas lokal. 

Namun masalah utama bisnis unggas lokal adalah produktivitasnya yang rendah bilsa dibanding ayam modern. Terlebih dalam suatu usaha intensif unggas lokal, komponen pakan menempati porsi biaya 70% lebih dari total biaya produksi. Itulah sebabnya komponen pakan menjadi sangat penting untuk diperhatikan demi keberlangsungan bisnis unggas lokal.  Apalagi saat ini harga pakan senantiasa meningkat dari waktu-ke-waktu. Para ahli nutrisi dan pakan pun mencari solusi atas hal ini, dan beberapa diantaranya yakni upaya peningkatan mutu genetika produktivitas unggas lokal, baik petelur maupun pedaging unggul, tanpa harus meninggalkan ciri khas ke-daerahannya.

Menurut pakar unggas lolal dari Balai Penelitian Ternak, Sofjan Iskandar, ada tiga factor utama yang memengaruhi tingkat konsumsi pakan unggas, yakni tingkat produktivitas, lingkungan dan kualitas pakan. Suhu kandang yang netral adalah pada 24-26°C, dimana suhu ayam berkisar pada 41°C. Jika suhu kandang kurang dari 24°C, maka ayam akan mengonsumsi pakan lebih banyak, dan jika suhu lingkungan lebih dari 26° C, ayam akan mengurangi konsumsi makannya.

Perilaku ayam yang seperti ini disebabkan pakan yang dikonsumsi akan menimbulkan panas di tubuhnya, sehingga dalam mengonsumsi pakan, ayam akan menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan pada saat itu. Selain itu, saluran pencernaan ayam relatif pendek, hanya 100-150 cm, tidak memiliki gigi, namun ada tembolok dan rempela sebagai tempat penyimpanan pakan.

Faktor lain penghambat konsumsi pakan yakni dalam hal gangguan kenyamanan, seperti adanya kelembaban terlalu tinggi, aliran udara yang terlalu keras, suara bising atau binatang asing yang lalu lalang di sekitar kandang. Status kesehatan ayam juga sangat berpengaruh dalam hal ini, ayam yang sakit akan berkurang nafsu makannya.

Kebutuhan Nutrisi Ayam Lokal

Nutrisi
Umur ayam (minggu)
0-4
(starter)
5-12 (grower 1)
13-18 (developer)
18 ke atas (layer)
Bibit
Konsumsi (g/e/h)
5-40
45-60
65-90
100
100
Energi (kkal/kg)
2900
2800
2800
2750
2750
Protein kasar (%)
17
17
15
17
17
Lemak kasar (%)
4-5
4-7
4-7
5-7
5-7
Serat kasar (%)
4-5
4-5
7-9
7-9
7-9
Kalsium (%)
0,9
1-1,2
1-1,2
3,5
3,5
Fosfor (%)
0,4
0,4
0,3
0,4
0,4
Lisin (%)
0,9
0,6
0,5
0,7
0,7
Metionin (%)
0,4
0,4
0,3
0,3
0,3
Sumber: Balitbangtan (2019).

Mutu pakan menjadi faktor penting dalam budidaya ayam lokal. Jika pada manusia terdapat lebih dari 9.000 ujung syaraf perasa, maka pada ayam, memiliki 40 ujung syaraf perasa. Hal ini menyebabkan ayam tidak terlalu memilih pakan dalam hal cita rasanya. Namun ukuran partikel pakan harus diperhatikan, ayam kecil enggan mengonsumsi partikel pakan berukuran besar, dan sebaliknya ayam besar enggan mengonsumsi partikel pakan berukuran kecil.

Untuk mekanisme pengaturan pola makan, pada prinsipnya adalah ayam akan merasa kenyang pada waktu pemberian pakan yang pendek. Kadar glukosa darah pada ayam yang meningkat, merupakan tanda bagi otak untuk berhenti makan. Pada kadar energi ransum yang tinggi, ayam akan makan sedikit saja. Ayam akan mengatur konsumsi ransum 1% setiap terjadi perubahan 1° C suhu kandang. Adapun yang berkaitan dengan serat kasar, untuk peningkatan 10% serat kasar, ayam lokal petelur akan meningkatkan konsumsinya sebanyak 9,5% dan waktu makan meningkat 22% (Iskandar, 2019).

Saran Penanganan Penyimpanan Pakan
Dalam pembuatan ransum untuk pakan ayam lokal, kualitas pakan harus terjaga agar performa ayam mencapai optimal sesuai dengan kemampuan genetikanya. Ransum dengan kualitas yang baik bisa dilihat dari kondisi ayamnya. Jika performa ayam baik, yakni tidak kurus (bisa diperiksa dari ada-tidaknya tonjolan tulang dada yang meruncing), kemudian ayam juga tidak terlalu gemuk (bobot badannya atau bisa dilihat kondisi bagian perut). Jika kualitas ransum sudah sesuai, maka performa dan produktivitas ayam pun akan seperti yang diharapkan.

Untuk mempertahankan kualitas pakan yang disimpan, kadar air sebelum disimpan maksimal adalah 13% dengan kemasan penyimpanan dalam karung plastik yang kedap udara. Ruang penyimpanan juga sebaiknya memiliki cukup ventilasi, penerangan, dengan suhu maksimal 25°C dan kelembaban maksimal 75%.

Sebelum dilakukan penyimpanan, semprot terlebih dahulu bagian luar kemasan dengan isektisida dan lakukan fumigasi ruang penyimpan pakan dengan bahan kimia fumigan, seperti methyl bromide, carbon disulphide, atau hydrocianic acid. Langkah fumigasi ini sebaiknya dilakukan berulang dan rutin, disertai pemeriksaan adanya kerusakan atau patogen, jamur, maupun serangga pengganggu.

Ketika dilakukan penyimpanan pakan yang sudah dimasukkan dalam karung, sediakan gudang kering berventilasi, sediakan palet dengan jarak palet dan dinding setidaknya 30 cm, mudah dibongkar muat dan terapkan prinsip pakan yang pertama datang harus digunakan terlebih dahulu (FIFO/First In First Out). ***

Kerusakan Pakan Saat Penyimpanan
Kadar air bahan
Perubahan dalam ukuran hari
Di atas 45%
Biji cepat berkecambah, dedak cepat busuk, rumput busuk
18-20%
Terjadi fermentasi disebabkan tumbunya jamur dan bakteri
12-18%
Jamur, bakteri dan serangga tumbuh
8-9%
Kehidupan serangga dan patogen gudang terhambat
4-8%
Kondisi aman untuk penyimpanan baha pakan
Sumber: Balitbangtan (2019)

Andang S. Indartono,
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi
dan Pakan Indonesia (AINI)

WARGA BOYOLALI MERIAHKAN HARI SUSU NUSANTARA 2019


Peringatan Hari Susu Nusantara 2019 di Boyolali dibuka dengan minum susu bersama (Foto: Istimewa) 

Menyemarakkan Hari Susu Sedunia/Susu Nusantara atau World Milk Day yang jatuh setiap tanggal 1 Juni, digelar even Pameran Produk Peternakan dan berbagai rangkaian acara meriah lainnya. Acara dibuka oleh Wakil Bupati Boyolali, M Said Hidayat.

Pembukaan acara oleh Wakil Bupati Boyolali ditandai dengan pemotongan pita 

Bertempat di Balai Sidang Mahesa Boyolali, even memperingati Hari Susu Nusantara ini berlangsung selama dua hari, Jumat-Sabtu (21-22/6/2019).

Selain pameran produk peternakan, agenda acara lainnya antara lain kegiatan sosial donor darah bersama PMI, lomba olahan susu, M.I.L.K Photography Contest, grand final pemilihan PPIB Boyolali 2019 “Susu Emas Putih”, GERIMIS (Gerakan Minum Susu) 1000 Anak, festival jajanan, lomba mewarnai (TK/SD), serta talkshow.

“Talkshow menghadirkan narasumber dari Ditjen PKH,” tutur Drh Dhian Mujiwiyati, Kepala Bidang Usaha Peternakan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, dihubungi Infovet, Jumat (21/6/2109). 

Antusiasme warga Boyolali maupun dari luar daerah sangat tinggi, terlihat dari banyaknya pengunjung yang datang ke acara peringatan Hari Susu Nusantara 2019.

Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Boyolali, CV Nuar Jaya selaku event organizer, serta dukungan sponsor seperti JAPFA, Medion, Bank BRI, dan lainnya. (NDV) 

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer