-->

ASOHI JATIM GELAR OUTLOOK BISNIS PERUNGGASAN, BAHAS STRATEGI DAN PROYEKSI INDUSTRI PROTEIN HEWANI

Outlook Bisnis Perunggasan Jawa Timur 2026. (Foto: Istimewa)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Jawa Timur (Jatim), bekerja sama dengan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), menyelenggarakan konferensi strategis bertajuk “Outlook Bisnis Perunggasan Jawa Timur 2026”.

Acara berlangsung di Hotel Mövenpick Surabaya, Rabu (10/12/2025), menghadirkan para pakar, akademisi, dan pemimpin asosiasi untuk membedah proyeksi ekonomi dan tantangan kesehatan di sektor unggas dan peternakan.

Acara yang dimulai pukul 08:00-17:00 WIB ini dibuka secara resmi dengan sambutan dari tokoh kunci, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur DR Ir Indyah Aryani MM, serta Drh Suyud dan Drh Akhmad Harris Priyadi dari ASOHI.

Indyah yang juga merupakan salah satu pembicara utama memaparkan “Potensi Peternakan Jawa Timur & Kebijakan Pemda yang mendorong Kemajuan Perunggasan di Jawa Timur", memberikan panduan strategis mengenai dukungan pemerintah daerah.

Selain itu, aspek kesehatan juga menjadi fokus utama dengan kehadiran dua pakar terkemuka, yakni Ketua Umum ASOHI Akhmad Harris Priyadi yang menyajikan “Potret Bisnis Industri Obat Hewan 2025 & Outlook 2026”, serta Guru Besar FKH UGM Prof Dr Drh Michael Haryadi Wibowo MP membahas “Review Penyakit Unggas 2025 dan Prediksi Kasus Penyakit 2026”, yang dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif.

Konferensi berlanjut dengan presentasi dari para pimpinan asosiasi yang mengupas kinerja industri secara rinci, ada dari DR Drh Desianto Budi Utomo MPhil PhD (Ketua Umum GPMT), Ir Achmad Dawami (Ketua Umum GPPU), dan Hidayaturrahman SE (Ketua PINSAR Provinsi Jawa Timur).

Sesi penutup yang sangat dinantikan disampaikan oleh DR Werner R. Murhadi SE MM CSA CIB CRP, selaku Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis UBAYA. Ia memberikan pandangan menyeluruh mengenai “Outlook Ekonomi 2026 dan Analisa Bisnis Bahan Pangan Protein Hewani Jawa Timur”, memberikan kerangka ekonomi yang diperlukan bagi para pelaku usaha untuk menyusun strategi di tahun mendatang.

Acara yang dikoordinasikan oleh Recto Indah ini ditutup dengan sesi resume dan penutup, menegaskan komitmen para pelaku industri untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan potensi besar sektor perunggasan di Jawa Timur. (YR)

SEMINAR NASIONAL OUTLOOK BISNIS PETERNAKAN ASOHI 2026: SINERGI MEMBANGUN KETAHANAN DAN KEAMANAN PANGAN

Pemukulan gong oleh Dirkeswan Hendra Wibawa didampingi Ketua Umum ASOHI Akhmad Harris Priyadi membuka Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan ASOHI 2026. (Foto: Rubella)

Selasa (16/12/2025), mengambil tempat di Menara 165 Jakarta dan melalui daring, Asosisai Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali menghelat agenda tahunan Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan 2026 "Sinergi Membangun Ketahanan & Keamanan Pangan Berbasis Peternakan yang Maju Berkelanjutan."

Meningkatnya kebutuhan pangan nasional dan tekanan global yang terus berubah, menjadi tantangan bagi bisnis peternakan Tanah Air. Seminar ini menjadi ruang strategis untuk membaca sinyal penting industri, mulai dari proyeksi pertumbuhan, risiko kesehatan ternak, hingga tantangan keamanan pangan yang semakin kompleks.

"Tahun depan masih banyak tantangan. Tentunya ASOHI sebagai pilar peternakan dan kesehatan hewan, kami mendukung usaha bersama untuk menciptakan industri peternakan dan kesehatan hewan yang kuat," ujar Ketua Umum ASOHI, Drh Akhmad Harris Priyadi, dalam sambutannya.

Berbagai tantangan mulai dari urusan produksi, perdagangan global, penyakit, isu antimicrobial resistance (AMR), hingga peluang dari program Makan Bergizi Gratis untuk keberlanjutan industri menyeruak dalam seminar ini.

"Salah satunya terkait isu AMR ini tahun depan harus terus kita lakukan edukasi kepada peternak (soal penggunaan yang sesuai aturan) untuk meminimalisir kejadian AMR," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, yang diwakili Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan), Drh Hendra Wibawa MSi PhD, menyoroti jalannya program MBG sebagai peluang untuk meningkatkan industri yang berkelanjutan.

"Dengan adanya MBG yang bersumber dari protein nabati dan juga hewani, kita berusaha menjadikan peternakan dan kesehatan hewan maju berkelanjutan bagi masyarakat. Makna berkelanjutan ini sangat penting agar setiap program kita dimulai dan bisa berlanjut, serta manfaatnya bisa dirasakan masyarakat," kata Hendra.

Adapun beberapa upaya dilakukan khususnya dalam mendukung MBG melalui penjaminan kesehatan hewan di antaranya pencegahan, pengendalian, penanganan, hingga pemberantasan penyakit hewan, penguatan fungsi pelayanan kesehatan hewan, peningkatan penyediaan obat hewan dan alat kesehatan hewan yang berkualitas, serta monitoring status dan layanan kesehatan hewan. Hal ini untuk menciptakan tersedianya protein hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).

Selain itu, ia juga menyinggung soal industri obat hewan yang saat ini masih dihadapkan oleh berbagai masalah seperti pandemi penyakit yang bisa muncul kapan saja, atau penyakit yang muncul akibat pemakaian antibiotik yang tidak sesuai penggunaannya.

"Pengawasan obat hewan terkait penggunaan, peredaran obat hewan termasuk obat hewan ilegal harus kita perketat, tentunya dengan bantuan dari bapak dan ibu semua agar bermafaat bagi masyarakat," ucapnya.

Kendati demikian, jika melihat peluang industri obat hewan ke depan, Hendra optimis sebab ekspor obat hewan tiap tahun trennya mulai meningkat. Dari data yang ia paparkan, tahun ini data realisasi ekspor obat hewan hingga Maret 2025 mencapai nilai 374.989.279,7 USD, dimana angka tersebut lebih besar dibanding total ekspor obat hewan pada 2024.

"Outlook obat hewan ke depan cukup cerah, kita jadikan momentum ini untuk bergerak bersama-sama mewujudkan industri yang lebih kuat dan berpihak kepada rakyat. Semoga masukan dari seminar ini bisa kita jadikan modal utama dalam menghadapi tantangan ke depan," tukasnya.

Foto bersama. (Foto: Infovet/Ridwan)

Pada kesempatan tersebut, ASOHI juga mengundang narasumber dari bidang peternakan dan pangan yang turut memaparkan tantangan sekaligus peluang bisnis ke depan, di antaranya Ketua Umum GPPU Achmad Dawami, Ketua Umum GPMT Desianto Budi Utomo, Ketua Umum ASOHI Akhmad Harris Priyadi, Ketua PPSKI Nanang Purus Subendro, perwakilan Pinsar Indonesia Chandra P. Rakhman, Wakil Ketua Bidang Stadarisasi dan Mutu Keamanan Pangan APKEPI Asep Rusmana, serta pemaparan dari ekonom CELIOS Nailul Huda. Seminar pun berjalan dinamis dan menarik antusiasme para peserta dengan beberapa pertanyaan di sesi Q&A.

Dengan melibatkan pelaku usaha, asosiasi, regulator, akademisi, dan investor, seminar ini menjadi forum paling komprehensif untuk membaca peta bisnis peternakan Indonesia sebelum memasuki 2026. ASOHI menempatkan agenda ini bukan sekadar sebagai evaluasi tahunan, melainkan sebagai upaya menyusun arah bersama di tengah pertumbuhan, risiko, dan tuntutan keberlanjutan yang kian menguat. (RBS)

DAFTAR SEGERA! SEMINAR NASIONAL OUTLOOK BISNIS PETERNAKAN 2026 – ASOHI


Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) akan kembali menyelenggarakan agenda tahunannya
Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan 2026 bertajuk “Sinergi Membangun Ketahanan & Keamanan Pangan Berbasis Peternakan yang Maju Berkelanjutan.”

Seminar akan dilaksanakan pada:
Hari         : Selasa, 16 Desember 2025
Pukul : 08:00-15:00 WIB
Lokasi : Menara 165 Cilandak Jakarta Selatan
Pendaftaran : Rp 750.000/peserta

Menghadirkan narasumber:
Ketua Umum GPPU
Ketua Umum GPMT
Ketua Umum PINSAR INDONESIA
Ketua Umum PPSKI
Ketua Umum ASOHI
• Dua narasumber tamu: Nailul Huda & Dr Drh Denny Widaya Lukman
• Moderator: ASOHI

DAFTARKAN SEGERA!

Link pendaftaran https://bit.ly/SBP_2026
Aidah : 0818-0659-7525
No. Rek         : 126.0098041451 Bank Mandiri Cab. Pasar Minggu Pejaten a.n ASOHI  
Kirim bukti transfer : asohipusat@gmail.com

ASOHI PERIODE 2025-2029 RESMI DILANTIK, SIAP DUKUNG PENGAWASAN OBAT HEWAN YANG LEBIH BAIK

Foto bersama pengurus ASOHI periode 2025-2029, bersama jajaran pemerintah. (Foto-foto: Infovet/Ridwan)

Prosesi pelantikan pengurus ASOHI Pusat periode masa bakti 2025-2029, dilaksanakan pada senin (1/12/2025), di Hall D Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta.

Acara diawali dengan prosesi serah terima kepengurusan Ketua Badan Pengawas (BPA) ASOHI periode 2025-2029 dari Gani Harijanto kepada Drh Gowinda Sibit, dilanjutkan dengan pelantikan pengurus ASOHI periode 2025-2029 sekaligus pembacaan Pakta Integritas yang dipimpin oleh Ketua Umum (Ketum) ASOHI 2025-2029, Drh Akhmad Harris Priyadi.

Pembacaan Pakta Integritas dipimpin oleh Ketum ASOHI.

Usai seremonial, Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Drh Hendra Wibawa, mewakili Dirjen PKH, menyampaikan apresiasi atas terlaksananya pelantikan pengurusan ASOHI yang baru.

"Selamat atas pelantikannya, semoga menjadi organisasi yang lebih baik dan terus menjadi mitra pemerintah dalam mendukung program-program strategis," kata Hendra dalam sambutannya.

Lebih lanjut disampaikan, upaya kolaborasi dan kerja sama ini untuk menggalang visi dalam pembangunan peternakan dan kesehatan hewan menjadi lebih baik. "Karena bisnis obat hewan ini merupakan pilar utama dalam menjaga kesehatan ternak, sekaligus lingkungan dan masyarakat," ucapnya.

Foto bersama dalam acara pelantikan pengurus ASOHI periode 2025-2029. 

Ia juga berharap, ASOHI dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam membantu membangun sektor obat hewan di Tanah Air.

"Kebijakan yang adil hadir melalui dialog, oleh karena itu ASOHI kita libatkan dalam berbagai kesempatan untuk ikut berkontribusi mendukung regulasi dalam meningkatkan industri obat hewan maupun menjawab isu-isu strategis salah satunya isu AMR yang saat ini menjadi perhatian global," harapnya.

Serah terima jabatan Ketua BPA yang baru.

Harapan senada juga disampaikan oleh Ketua BPA, Gowinda Sibit, yang menyampaikan bahwa kepengurusan ASOHI yang baru bisa mendukung industri obat hewan yang dinamis, sekaligus mendorong anggota untuk memenuhi ketentuan regulasi dari pemerintah terkait CPOHB, registrasi, distribusi, dan lain sebagainya, serta terus bersinergi bersama pemerintah.

"Ini demi keberlanjutan industri obat hewan yang lebih baik, semoga ketua ASOHI yang baru bisa mengemban tugas mulia ini dan mendapat ridho dalam memajukan industri obat hewan," katanya.

Seremonial penyerahan bendera kepada Ketum ASOHI baru.

Dukung Pengawasan Obat Hewan
Ketum ASOHI, Harris Priyadi, dalam paparannya menyatakan kesiapannya dalam mendukung peningkatan industri, salah satunya melalui pengawasan obat hewan di Indonesia. "Kalau dari peraturan yang ada kita ikut terlibat dalam pengawasan obat hewan di tiap perusahaan," ujarnya.

Selain itu, dari dalam organisasi pihaknya juga terus melakukan konsolidasi dan pembinaan terhadap anggotanya dalam hal pengawasan, di antaranya menyoal permasalahan produk-produk yang tidak/belum teregistrasi, terkait penyimpanan dan peredaran obat hewan yang tidak CDOHB, pemakaian produk obat hewan tidak sesuai label atau produk yang sudah dilarang, kemudian penggunaan obat hewan yang berisiko (resistansi dan residu obat), serta penyimpanan dan peredaran obat keras, maupun penggunaan obat manusia untuk hewan. (RBS)

Susunan Pengurus ASOHI Pusat Periode 2025-2029:
Ketua Umum: Drh Akhmad Harris Priyadi
Wakil Ketua Umum: Drh Almasdi Rahman
Sekretaris Jenderal: Rivo Ayudi Kurnia SPt
Bendahara Umum: Sigit Purwadi
Ketua Bidang Organisasi: Drh Almasdi Rahman
Ketua Bidang Antar Lembaga: Drh Sri Murwati
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri: Drh Khalida Noor
Ketua Bidang Peredaran: Drh Andi Wijanarko

Susunan Badan Pengawas ASOHI Periode 2025-2029:
Ketua: Drh Gowinda Sibit
Sekretaris: Ir Bambang Suharno
Anggota:
Gani Harijanto
Drh Fadjar Sumping Tjaturrasa PhD
Drh Irawati Fari
Drh Rakhmat Nuriyanto MBA
Peter Yan

MUNAS IX ASOHI, HARRIS PRIYADI RESMI JABAT KETUA UMUM PERIODE 2025-2029, GOWINDA SIBIT KETUA BADAN PENGAWAS

Foto bersama Munas IX ASOHI. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) resmi menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) IX pada Kamis (23/10/2025), di IPB Convention Center (IICC) Bogor, Jawa Barat, dengan mengusung tema “Bersama ASOHI, Sinergi Kuat, Industri Meningkat.”

Munas kali ini menjadi momentum strategis untuk memperkuat fondasi industri obat hewan yang sehat, mandiri, dan berdaya saing global, sekaligus bersama-sama menyatukan visi dan meneguhkan profesionalisme industri obat hewan nasional.

Sejak berdiri pada 25 Oktober 1979, ASOHI telah menjadi mitra penting pemerintah dalam memajukan kesehatan hewan dan peternakan Indonesia. Kini, memasuki usia ke-46, organisasi ini kian menegaskan perannya sebagai pilar utama pengembangan industri veteriner di Tanah Air melalui tata kelola organisasi yang profesional, etika bisnis yang kuat, dan jejaring nasional yang solid.

“ASOHI telah menempuh perjalanan panjang dalam memperkuat industri obat hewan Indonesia. Melalui Munas IX ini kami ingin memastikan sinergi yang lebih kuat antara pelaku usaha, regulator, akademisi, dan masyarakat profesi,” ujar Ketua Panitia Pelaksana MUNAS IX ASOHI, Drh Almasdi Rahman.

Sementara itu, Ketua Umum ASOHI periode 2015-2021 dan 2021-2025, Drh Irawati Fari, menambahkan bahwa konsistensi menjadi kunci dalam memperkuat sinergi. “Konsistensi adalah kunci keberlanjutan. Selama dua periode kepemimpinan kami terus menjaga agar ASOHI menjadi organisasi yang bukan hanya solid secara internal, tetapi juga relevan terhadap dinamika nasional dan global,” tuturnya.

Menurutnya, industri obat hewan kini tidak lagi berorientasi pada produksi, tetapi juga pada kualitas, keamanan, dan tanggung jawab sosial. “Kita sedang memasuki era baru industri veteriner, dimana keberhasilan tidak diukur hanya dari volume, tetapi dari nilai keberlanjutan, inovasi, dan kontribusi nyata terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan hewan,” tambahnya.

Ia juga menegaskan, keberadaan ASOHI selama 46 tahun adalah bukti nyata kolaborasi lintas sektor yang kuat antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan profesi veteriner.

“ASOHI akan terus menjadi jembatan antara regulasi, inovasi, dan implementasi di lapangan. Sinergi dengan Kementerian Pertanian, akademisi, dan para pelaku usaha akan memastikan Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara lain dalam tata kelola industri obat hewan yang bermutu dan berdaya saing tinggi,” ucapnya.

Oleh karena itu, dengan terlaksananya Munas IX ASOHI, bukan hanya sekadar momentum pergantian kepengurusan, tetapi wujud komitmen bersama untuk memastikan industri obat hewan Indonesia tumbuh secara berkelanjutan.

"Melalui kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung ASOHI. Ini saatnya kita membuka lembaran baru, semoga ke depan ASOHI menjadi asosiasi yang lebih adaptif, inklusif, dan terus memberikan kontribusi secara nyata. Diharapkan kepengurusan yang baru nanti, kita juga menjadi lebih solid dan dapat menjalankan amanah serta program ASOHI lebih baik lagi," harapnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian yang diwakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Drh Agung Suganda, mengatakan bahwa ASOHI merupakan mitra strategis pemerintah dalam membantu menjaga kesehatan hewan dan ketahanan pangan Indonesia.

"Termasuk dalam melindungi masyarakat dari ancaman penyakit zoonosis dan resistansi antimikroba (AMR). Saya juga berharap ASOHI menjadi mitra yang dapat membantu menyediakan obat hewan yang terjangkau bagi masyarakat," ujar Agung.

Agung Suganda meresmikan pembukaan Munas IX ASOHI.

Dengan terlaksananya Munas ASOHI, melalui kepengurusan dan program kerja yang baru, diharapkan dapat terus bersinergi untuk saling bertukar informasi dan menyelesaikan berbagai kendala yang ada di industri obat hewan.

"Saya minta minimal sebulan sekali kita ada forum dengan ASOHI untuk saling bertukar informasi. Karena ASOHI merupakan jembatan penghubung antara pemerintah dan industri obat hewan supaya ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi. Dengan sinergi yang kuat tentu harus dibarengi dengan kolaborasi yang lebih kuat lagi agar industri tumbuh dan meningkat," tukasnya.

Harris Priyadi Ketua Umum ASOHI Baru, Gowinda Sibit Ketua Badan Pengawas 
Sebagai forum tertinggi organisasi, Munas IX dihadiri oleh pengurus pusat, pengurus daerah dari 16 provinsi, perwakilan anggota, instansi pemerintah, asosiasi lintas sektor, hingga mitra strategis.

Adapun agenda utama meliputi pengesahan laporan pertanggung jawaban pengurus ASOHI 2021-2025; penyempurnaan AD/ART dan kode etik organisasi; penyusunan program kerja 2025-2029, pemilihan ketua umum ASOHI periode 2025-2029, serta pembahasan rekomendasi dan arah kebijakan strategis organisasi.

Dari hasil vote secara luring dan daring, Harris Priyadi resmi terpilih menjadi Ketua Umum ASOHI yang baru periode 2025-2029.

Harris Priyadi (ketiga kiri) resmi terpilih sebagai Ketum ASOHI periode 2025-2029 dan Gowinda Sibit (kedua dari kiri) sebagai Ketua Badan Pengawas.

Adapun Visi yang diusung adalah mewujudkan ASOHI yang lebih inovatif, fasilitatif, dan lebih kuat dengan seluruh pemangku kepentingan untuk kemajuan industri peternakan dan kesehatan hewan Indonesia.

Harris juga mengusung Misi (Catur Krida). Pertama, Bersama ASOHI: Mendorong interaksi dan komunikasi transparan, pelaporan terjadwal kepada anggota, pemanfaatan teknologi informasi, serta database untuk pemutakhiran data industri, lama ASOHI (sosmed).

Kedua, ASOHI Sinergi: Meningkatkan kolaborasi efektif dengan pemerintah dan mitra strategis lokal dan regional, fokus solusi pengembangan industri obat hewan, peternakan, dan kesehatan hewan.

Ketiga, ASOHI Kuat: Menguatkan peran, profesionalitas, dan kemandirian ASOHI Daerah, pembentukan ASOHI Jakarta-Banten, atensi dan kunjungan interaksi pusat dan daerah, serta kaderisasi anggota.

Keempat, Industri Meningkat: Melanjutkan peran aktif ASOHI pada kemajuan industri obat hewan serta peternakan dan kesehatan hewan Indonesia, mendukung kearifan lokal obat hewan, peternakan dan kesehatan hewan, AMR, TKDN, ASUH, serta mengacu pada roadmap pengembangan obat hewan Indonesia.

"Insyaallah saya siap menjalankan amanah dengan baik dan profesional, khususnya terhadap program-program kerja yang sudah kita buat untuk kebaikan bersama. Saya terbuka terhadap saran dan masukan. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya," ujar Harris dalam sambutannya usai pemilihan Ketua Umum ASOHI.

Munas kali ini juga menetapkan Drh Gowinda Sibit sebagai Ketua Badan Pengawas ASOHI (BPA) 2025-2029 menggantikan Gani Harijanto Ketua BPA 2021-2025. Pemilihan dan Penetapan BPA dilakukan oleh Presidium Sidang yang dipimpin oleh Tedy Candinegara. Berdasarkan AD/ART hasil Munas,  BPA merupakan badan yg bersifat kolektif kolegial dalam pengambilan keputusan. Pada Munas kali ini, ditetapkan juga 6 anggota BPA 2025-2029 yaitu Gani Harijanto,  Irawati Fari, Rakhmat Nuriyanto,  Fadjar Sumping Tjaturrasa, Peter Yan dan Bambang Suharno. 

Peluncuran Buku Roadmap Pengembangan Obat Hewan Indonesia.

Selain pemilihan ketua, Munas IX ASOHI juga dilengkapi dengan peluncuran Buku “Roadmap Pengembangan Obat Hewan Indonesia” yang memuat peta jalan pengembangan industri hingga 2035 mendatang, serta menghadirkan ceramah ekonomi dari pakar ekonomi nasional, Sondang Anggraini, yang memaparkan materi mengenai prospek ekonomi makro dan arah kebijakan industri peternakan ke depan. (RBS)

MUNAS ASOHI IX SIAP DIGELAR, KEMENTAN DORONG ASOHI TINGKATKAN EKSPOR OBAT HEWAN

Audiensi ASOHI bersama Dirjen PKH Kementan Agung Suganda. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan selalu menjalin sinergi dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI). Pengurus ASOHI Pusat melakukan pertemuan dengan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Agung Suganda di kantor Kementerian Pertanian, Rabu (8/10/2025). Pertemuan tersebut terkait penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) ke-IX.

Dalam kesempatan tersebut pengurus ASOHI berharap Dirjen PKH Agung Suganda dapat hadir dalam acara Munas IX ASOHI yang akan diselenggarakan pada Kamis, 23 Oktober 2025 di IPB Convention Center Botani Square, Bogor, Jawa Barat.

Agung yang pada kesempatan itu didampingi Direktur Kesehatan Hewan Hendra Wibawa dan Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan Arif Wicaksono,  mengungkapkan apresiasinya kepada ASOHI yang terus mendukung subsektor peternakan dan kesehatan hewan terus tumbuh. Ia pun mengungkapkan harapannya untuk bisa hadir dalam Munas tersebut. “Insyaallah saya akan usahakan hadir,” ujarnya.

ASOHI yang berdiri sejak 25 Oktober 1979, dan menaungi perusahaan-perusahaan produsen, eksportir, importir, distributor, serta pengecer obat hewan, dalam pertemuan tersebut, selain membahas terkait penyelenggaraan Munas IX juga menyampaikan perkembangan industri obat hewan nasional.

Ketua Umum ASOHI, Irawari Fari, mengungkapakan bahwa industri obat hewan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan signifikan dan sukses menembus pasar ekspor, dengan nilai ekspor mencapai Rp 3,7 triliun pada 2024 dan terus meningkat pada 2025.

“Saat ini telah berhasil menembus pasar ekspor ke lebih dari 30 negara,” ujarnya. Ia juga menyebutkan bahwa obat hewan lokal Indonesia tidak hanya untuk pasar dalam negeri, tetapi juga memiliki daya saing di pasar global, adapun beberapa pasar ekspor yakni China, Jerman, Mesir, dan Arab Saudi.

ASOHI berharap kerja sama dengan Kementan akan terus berlanjut dan semakin kuat, terutama dalam peningkatan standar mutu obat hewan, penguatan kompetensi pengujian, serta berbagai kegiatan yang mendukung pertumbuhan industri obat hewan dan ketahanan pangan nasional.

Dalam audiensi tersebut, Pemred Infovet, Bambang Suharno, juga turut hadir dalam kapasitasnya sebagai Sekretaris Badan Pengawas ASOHI. (INF)

SEMINAR INFOVET-ILDEX: BAHAS MANAJEMEN HOLISTIK PASCA PELARANGAN AGP

Foto bersama usai seminar. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Majalah Infovet kembali menjadi saksi pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan industri perunggasan nasional. Pada Rabu (17/9/2025), berlangsung Seminar Nasional bertajuk “Perkembangan Obat Hewan Pasca Pelarangan AGP” di Ruang Garuda 5A, ICE BSD. Acara ini dihadiri peternak, perusahaan obat hewan, breeding farm, perusahaan pakan, serta perwakilan berbagai asosiasi peternakan.

Seminar menghadirkan dua narasumber kompeten di bidangnya. Drh Rakhmat Nuriyanto MBA (Ketua Umum ASOHI periode 2010-2015), membahas perubahan signifikan di industri obat hewan sejak pelarangan antibiotic growth promoter (AGP) efektif diberlakukan pada 2018.

“Pasca pelarangan AGP, jenis obat alami dan suplemen penunjang kesehatan hewan cenderung meningkat. Industri beradaptasi dengan inovasi berbasis bahan alami dan teknologi biologis,” ujar Rakhmat.

Sementara itu, Drh Baskoro Tri Caroko (National Poultry Technical Consultant), memaparkan materi bertema “Manajemen Holistik: Solusi Efektif untuk Mitigasi dan Rehabilitasi Broiler & Layer.” Ia menekankan bahwa pelarangan AGP bukan akhir dari produktivitas peternakan, melainkan momentum untuk bertransformasi.

Dua narasumber, Rakhmat Nuriyanto (kiri) dan Baskoro Tri Caroko (kanan).

“Kuncinya ada di manajemen holistik. Pendekatan ini mencakup aspek pakan, lingkungan, kesehatan, hingga mental pekerja kandang. Ini sudah terbukti berhasil di lapangan,” ungkapnya.

Beberapa peternak binaan Baskoro dari Pandeglang, Banten, turut hadir dan berbagi pengalaman keberhasilan menerapkan konsep manajemen holistik dalam menghadapi tantangan pasca AGP. Antusiasme peserta juga tampak tinggi, terutama ketika sesi tanya jawab dibuka dan banyak peternak ingin mengetahui cara praktis penerapan di lapangan.

Menutup paparannya, Baskoro menyampaikan ajakan terbuka, “Saya siap membantu peternak yang ingin memahami dan mempraktikkan manajemen holistik. Silakan hubungi Infovet untuk informasi lebih lanjut.”

Suasana seminar Infovet di ILDEX Indonesia 2025.

Seminar ini menjadi bukti bahwa sinergi antara praktisi, akademisi, dan pelaku industri menjadi kunci dalam menciptakan sistem peternakan yang sehat, produktif, dan berkelanjutan pasca pelarangan AGP. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer