Drh Ramdhany Iryanto, Sales Area Senior Manager, PT Sehat Cerah Indonesia, saat diwawancara Infovet mengatakan dalam 5 tahun terakhir peternak sudah sangat menyadari pentingnya biosekuriti dalam menunjang performa produksi. Termasuk pentingnya disinfeksi yang menjadi salah satu bagian dari biosekuriti.
“Peternak juga sudah menerapkan program disinfeksi yang cukup baik pada saat kosong kandang maupun pada saat produksi. Namun tetap dibutuhkan edukasi berkala mengenai kandungan disinfektan dan positioning-nya di farm,” kata Ramdhany.
Custom atau Broad Spectrum?
Raymundus Genty Laras, Head of Department – Technical PT Behn Meyer Chemicals, menjelaskan biasanya orang mendefinisikan disinfektan yang bagus artinya produk yang dikehendaki memiliki kemampuan broad spectrum dengan harga yang relatif murah. Namun broad spectrum kandungan bahan aktifnya biasanya lebih dari satu sehingga harganya lebih mahal dari yang mengandung satu bahan aktif saja.
Bila tidak keberatan dengan harga maka disinfektan broad spectrum bisa menjadi pilihan yang bagus. Namun jika memertimbangkan harga, disinfektan custom bisa menjadi pilihan karena disesuaikan dengan infektan yang dihadapi peternak di farm sehingga bisa lebih hemat.
Prosedur pemilihan disinfektan harus dilakukan berdasarkan diagnosa yang layak dan pantas mengenai keadaan farm. Baru kemudian bisa diputuskan untuk memilih produk disinfektan yang sangkil dan mangkus untuk kendala infektan yang dihadapi oleh farm tersebut.
Ada tiga pihak yang terlibat dalam penerapan disinfeksi sehingga didapatkan produk yang tepat. Pertama dokter hewan mendiagnosa infektan jenis apa saja yang ada di kandang. Juga kemungkinan infektan apa saja yang berasal dari lingkungan atau farm tetangga agar bisa menentukan disinfektan yang tepat.
Animal nutritionist/chemist betugas mendiagnosa klimat (suhu dan kelembaban), permukaan bangunan kandang (apakah banyak pori, sedikit pori, atau tidak berpori sama sekali), kualitas air (pH/air sadah, dll), keamanan kandang (vektor hewan, pekerja, logistik), keadaan lingkungan sekitar (sejarah penyakit, pakan, gudang pakan, dll), dan pendalaman terhadap produk (isi, bahan aktif, dll) agar bisa mencari disinfektan yang tepat.
Sedangkan animal production (farm manager/anak kandang/procurement) mendiagnosa di antaranya sapronak, higienisasi karyawan, dan cost in price atau informasi produk di market agar menemukan disinfektan yang tepat.
Kemudian agar benar-benar mendapatkan disinfektan yang bagus maka bisa dilakukan cross check pada produk.
”Langkah sederhana, menurut saya, bisa dimulai dengan melihat rekomendasi dari DEFRA, sebuah badan pemberi sertifikasi dari UK bagi produk-produk disinfektan yang beredar di dunia saat ini.” Raymundus menjelaskan.
“Kemudian cek juga substansi-substansi bahan aktif di dalamnya. Bila memiliki hanya satu bahan aktif umumnya bersifat specific spectrum (custom), namun bila memiliki sekumpulan substansi bahan aktif maka cenderung tergolong ke dalam broad spectrum disinfectant. Langkah terakhir kenali apakah disinfektan itu tergolong residual atau non residual, agar tidak keliru saat menggunakan produk-produk tersebut.”
Disinfektan adalah Bagian dari Cuci Kandang
Tergantung tantangan infektan yang dihadapi oleh peternak, makin banyak infektan (bakteri, jamur, virus, dll) maka diperlukan lebih dari satu jenis disinfektan. Hal yang penting diingat adalah disinfeksi hanyalah bagian dari cuci kandang.
Menurut Raymundus, langkah-langkah penerapan biosekuriti cuci kandang yang tepat pada tatalaksana budidaya perunggasan, adalah sebagai berikut:
- Dry clean (sapu ijuk, sapu lidi, kemoceng, kain lap, vacuum cleaner, dsb).
- Alkaline foaming detergent (kain pel + obat pel, dsb).
- Rinse (bilas). Setelah dibilas dicek kembali permukaan keringnya, bila ada debu/bahan organik yang masih menempel pada permukaan, maka kembali lakukan bilas ulang.
- Saluran air minum diberi disinfektan non residual sesuai dosis yang dianjurkan, pastikan bersih dari biofilm juga.
- Terapkan semprot basah (wet spray) menggunakan non residual disinfektan dengan dosis yang dianjurkan oleh pembuat produk.
- Terapkan residual disinfektan untuk penutup, bisa juga dilakukan dengan metode thermal fog.
Hal yang harus diingat adalah gunakan non residual disinfektan terlebih dahulu sebelum menerapkan residual disinfektan untuk menghindari resistansi infektan pada kandang.
Residual Chemistry
Raymundus menjelaskan, “Residual chemistry berarti sisa netto atau jumlah bersih bahan aktif atau saya biasanya pakai istilah biosida, yakni chlorine bebas atau chloramine atau chlorine dioxide dan atau ozone yang menjadi residu setelah proses disinfeksi usai dilakukan. Fungsinya tentu untuk memastikan proses reinfeksi menjadi lama untuk terjadi kembali. Hanya saja sisa molekul bebas ini karena sudah menurun dosisnya maka keampuhannya menjadi berkurang seiring waktu, hal inilah yang di kemudian hari mengakibatkan resistensi pada infektan.”
Untuk menangani resistensi infektan Raymundus menyarankan agar mengaplikasikan penggunaan non residual disinfektan sebelum residual disinfektan, tidak boleh terbalik. Dengan cara tersebut, sisa residual akan segera lenyap mengikuti prose lenyapnya non residual saat penerapan disinfeksi di kandang. Kalau langkahnya terbalik, maka akan menimbulkan resistensi pada infektan.
Waktu yang Tepat Melakukan Disinfeksi dan Penanganan Airborne Disease
Pada dasarnya disinfeksi adalah bagian dari biosekuriti. Filosofinya ada tiga saat menerapkan disinfeksi. Yaitu sebisa dan seharus mungkin mengurangi paparan infektan, sebisa dan seharus mungkin mengurangi kontak antara inang/ternak yang dibudidaya dengan infektan, sebisa dan seharus mungkin meningkatkan ketahanan inang terhadap infektan.
Kapan waktu yang tepat untuk menghindari sakit? Tentu dengan selalu menjaga kesehatan. Konsep ini juga berlaku pada peternakan.
Meskipun banyak yang tidak menyarankan, namun bila infektan hadir di masa produksi maka wajib cari dan pilih disinfektan yang aman diterapkan di masa produksi sesuai dosis yang disarankan. Bila tidak menemukan maka harus diingat bahwa vaksinasi, isolasi, karantina, kendali vektor hama, program suplementasi dan adisi juga bagian dari filosofi biosekuriti. Produk disinfektan hanya satu dari sekian senjata yang harus ada dalam konsep filosofi biosekuriti.
Untuk menangani airborne disease disinfeksi bisa diterapkan pada ventilator atau saluran udara kipas dengan catatan ternak sudah kenyang makan dan minum. Bisa juga diterapkan saat aplikasi misting (pengembunan) dengan jarak dua meter di atas ternak, tidak di-misting langsung ke ternaknya. Bisa menggunakan cold cell pad dengan sirkulasi berkesinambungan. Serta bisa menerapkan misting atap alias dari atas kandang dua kali sehari saat ternak terpapar infektan.
Disinfektan Seperti Apa yang Diinginkan Peternak?
“Jika dilihat dari sudut pandang peternak, pasti yang peternak inginkan adalah disinfektan yang aman bagi peternak, ternaknya dan lingkungannya,” jelas Ramdhany.
“Serta aplikasi yang mudah namun sangat efektif, apalagi jika bicara harga yang terjangkau namun efektif peternak pasti sangat suka. Namun jika bicara idealisme secara teori dan praktik ini yang masih harus diedukasikan kepada peternak secara berkala. Dan ini menjadi tugas kita semua sebagai stake holder di dunia peternakan.”
Produk-produk disinfektan yang beredar saat ini sudah banyak yang ramah lingkungan dan aman bagi penggunanya. Salah satunya adalah produk yang didistribusikan oleh SCI yaitu Neogen® Viroxide Super. (NDV)