Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ayam Petelur | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

HARGA JAGUNG NAIK, PETERNAK AYAM PETELUR TERCEKIK

Peternak Ayam Petelur Mengeluhkan Harga Jagung Yang Melambung

Peternak ayam petelur di Jawa Timur terus menjerit akibat harga pakan khususnya harga jagung yang melambung tinggi. Dampaknya, biaya produksi yang tinggi sedangkan harga jual telur murah membuat peternak defisit.

Salah satu peternak Jatim Arum Sabil menyebut bencana untuk peternak telur lokal sudah terjadi berbulan-bulan. Bencana terjadi karena jagung yang menjadi bahan baku utama pakan ayam harganya terus melambung tinggi.

"Sekarang seluruh peternak ayam petelur se-Indonesia sudah terkapar betul. Jagung sebagai pakan utama harganya melambung tinggi yang mengancam terjadinya kebangkrutan massal bahkan bencana bagi peternak telur lokal," kata Arum Sabil saat dikonfirmasi, Senin (22/1/2024).

Dampak dari bencana ini, lanjut Arum, seluruh peternak ayam petelur bisa-bisa mengalami kebangkrutan massal dan tidak ada produksi telur dalam negeri.

Peternak asal Jember tersebut ingin agar kondisi ini tidak dibiarkan oleh pemerintah. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian kepada peternak dengan mengambil kebijakan yang adil agar memberi keseimbangan harga jagung supaya tidak terjadi kegaduhan bisnis dan tetap menghasilkan produksi telur yang sehat dan aman dikonsumsi.

"Saya kira sudah jelas bahwa Presiden Jokowi itu memberikan perintah kepada seluruh pemangku kebijakan untuk melindungi peternak. Perintah presiden ini harus dijalankan dengan baik oleh para menteri dan pemangku kebijakan lainnya. Jika ditemukan penyelewengan yang dilakukan pihak-pihak tertentu, maka pemerintah wajib menindak tegas. Terapkan sistem reward and punishment. Kami peternak tidak egois karena semua harus seimbang," tambahnya.

Arum membeberkan saat ini terjadi kelangkaan jagung karena Indonesia baru saja mengalami kekeringan panjang atau El Nino. Hal ini membuat pemerintah melakukan impor jagung. Sayangnya, di bagian distribusi, jagung impor tidak disalurkan kepada pihak-pihak yang benar-benar membutuhkan.

"Jadi kalau jagung impor, prioritaskan ke peternak telur lokal dulu. Jangan sampai diprioritaskan kepada pabrikan atau perusahaan besar. Bagaimana pun peternak lokal itu menjadi roda perekonomian di desa," jelasnya.

Arum mengusulkan agar jagung impor diprioritaskan untuk peternak lokal. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya persaingan antara peternak lokal dan perusahan pabrik pakan.

"Ini harus diseimbangkan. Kalau perlu jangan sampai jagung lokal dikuasai oleh pihak tertentu. Negara harus hadir. Bulog harus terlibat dengan distribusi ke peternak agar harga seimbang," ucapnya.

Arum juga meminta pemerintah untuk membuat regulasi yang mengatur bahwa pabrik pakan tidak boleh mendirikan ternak ayam. Satu sisi mereka punya pabrik pakan dan satu sisi punya kandang ayam telur yang besar membuat peternak lokal tersisih.

"Akibatnya peternak kecil akan mati. Pertenak kecil dibunuh sedangkan perusahaan besar dihidupkan. Kalau perusahaan besar mereka bisa tutup, tapi peternak kecil mereka lah yang tetap konsisten dan memberikan keseimbangan," kata Arum.

"Kalau ingin melindungi konsumen telur, maka lindungilah peternaknya. Karena kalau sampai nanti para peternak kita mati, maka menjadi ancaman yang tidak baik terhadap sumber protein yang murah yang berasal dari peternakan rakyat," tambahnya.

Idealnya, kata Arum, harga telur saat ini berada di kisaran 35-45 ribu rupuah per Kg karena bahan baku pakan sangat mahal. Peternak tidak ingin harga mahal tapi harga yang seimbang dengan biaya produksi agar usahanya tetap berjalan dengan baik.

"Masyarakat harus diberi edukasi oleh pihak berwenang. Jangan mudah menganggap dan memberikan penilaian sepihak bahwa telur mahal. Masyarakat juga punya tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan ini semua. Jangan sampai isu kemahalan harga pangan mematikan sumber pangan itu sendiri. Masyarakat harus diedukasi tentang sumber pangan yang sehat dikonsumsi," tegasnya.

Arum juga mengimbau ke masyarakat agar mewaspadai telur infertil atau telur gagal tetas yang beredar. Sebab, telur infertil memiliki dua bahaya yakni untuk kesehatan konsumen, dan kesehatan bisnis peternak.

Arum menyebutkan, tingginya tingkat peredaran telur infertil di pasaran membuat peternak menjerit. Telur infertil ini biasanya dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibanding telur biasa. Padahal, menurut Peraturan Kementerian Pertanian atau Permentan Nomor 32 tahun 2017, telur infertil dan telur tertunas dilarang diperjualbelikan sebagai telur konsumsi.

"Telur ayam infertil memiliki usia layak konsumsi yang sangat pendek, karena itulah telur ayam infertil tidak direkomendasikan untuk dijual. Satgas pangan dan aparat penegak hukum harus terus melaksanakan tugasnya memberantas beredarnya telur infertil," ungkapnya.

"Tak sedikit masyarakat yang minim literasi kesehatan pangan terpaksa membeli telur yang murah, padahal belum tentu sehat dan aman dikonsumsi. Itulah sebabnya kami harap pemerintah memberi policy untuk kebijakan jagung agar diprioritaskan kepada peternak lokal yang selama ini memang menghasilkan produk telur terbaik," tandas Arum Sabil. (INF)



RAGAM PENYAKIT YANG MENGHAMPIRI & BAGAIMANA PREDIKSINYA

Ayam mengalami gangguan akibat serangan penyakit. (Foto: Istimewa)

Banyak masalah yang merintangi budi daya perunggasan, mulai dari cost pakan hingga kesehatan hewan. Penyakit merupakan salah satu makanan sehari-hari yang tentu dihadapi oleh peternak unggas. Pasalnya ketika penyakit menyerang, akan dibutuhkan cost tambahan dalam biaya produksi.

Baik penyakit yang sifatnya infeksius maupun non-infeksius semuanya bisa jadi biang keladi kerugian bagi peternak. Menarik untuk dicermati ragam penyakit yang menghampiri di tahun ini dan bagaimana prediksinya ke depan.

Yang Terjadi Bisa Diprediksi
Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam menerka dinamika penyakit unggas, perlu digunakan pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya.

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Mereka rutin menyajikan data dan memprediksi penyakit unggas dalam beberapa tahun terakhir di negara tempat mereka beroperasi, salah satunya Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar.

“Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana di situ ada program yang namanya GPS (Global Protections Services). Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer Ceva dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.

Lebih lanjut dijabarkan mengenai data penyakit unggas yang terjadi di 2023. Dimana Ceva secara rutin mengunggahnya di website mereka sehingga dapat memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, bahkan khalayak umum dapat mengaksesnya. Data tersebut diunggah secara berkala setiap bulannya.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan Ceva melalui program GPS, sampai Desember 2023 setidaknya ada lima penyakit yang dominan menjangkiti peternakan ayam broiler maupun petelur. Kelima penyakit tersebut yakni IBD (gumboro) 12%, chronic respiratory disease (CRD) 11%, dan newcastle disease (ND) 11%.

Pada ternak broiler, serangan ND masih mendominasi sebanyak 14% kasus, IBD 12%, dan CRD 12%. Sedangkan pada ayam petelur kejadian kasus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MELAWAN TRADISI “NGASREP” DENGAN TELUR

Telur ayam merupakan sumber gizi yang sangat baik dan dibutuhkan bagi kaum ibu yang baru melahirkan atau sedang masa menyusui. (Foto: Istimewa)

Ngasrep atau hanya makan nasi putih masih menjadi tradisi sebagian orang di desa-desa. Meski edukasi tentang nutrisi digencarkan, namun tak mudah menghilangkan lelakon yang sudah jadi tradisi.

Dina Nuraini merasa khawatir dengan kondisi bayinya yang baru berumur tiga bulan. Maklum sejak lahir, berat badan anaknya hanya bertambah 1 ons. Air susu ibu (ASI) yang diberikan tak terlalu banyak. Meski secara fisik terlihat sehat dan ia termasuk ibu muda, namun produksi ASI-nya tergolong kurang.

Usut punya usut, ternyata warga Kampung Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini sedang menjalani tradisi ngasrep. Tradisi yang hanya mengonsumsi nasi putih tanpa lauk sama sekali. Kalaupun ditambah lauk, porsinya sangat sedikit.

Kepada Infovet Dina menceritakan sudah tiga bulan lebih dirinya hanya makan nasi putih dan jarang sekali mengonsumsi lauk, baik ikan, daging, ataupun sayur-sayuran. Lelakon ngasrep ini ternyata bukan kemauan Dina sendiri. “Ini yang suruh ibu saya, masih ngikutin kebiasaan orang zaman dulu di kampung sini. Katanya sudah tradisi orang-orang di sini sejak dulu,” tuturnya.

Lantaran tak tahan tiap hari ngasrep, Dina mensiasati agar tetap bisa menikmati menu lainnya. Perempuan berusia 29 tahun ini mengaku sering “kucing-kucingan” dengan ibunya soal urusan makanan. Contohnya saat sang ibu tak ada di rumah, Dina kerap mengambil lauk dan memakannya.

Sebab ia mengaku sering lemas dan produksi ASI-nya tak sebanyak ibu-ibu lain yang juga baru melahirkan. Agar bayinya tak menangis karena haus, Dina memberikan susu formula sebagai tambahan. Ini pun juga atas saran dari sang ibu.

Penasaran dengan tradisi ngasrep, Infovet mencoba mengorek informasi dari warga lainnya di kampung tempat tinggal Dina. Ada seorang tukang pijat bayi, Sumiyati (70), yang menceritakan bahwa ngasrep sudah menjadi tradisi di lingkungannya untuk perempuan yang baru melahirkan. “Tapi enggak semua orang mau jalani tradisi ini. Ada juga yang makan bebas, enggak ada pantangan,” ujarnya.

Menurut perempuan yang sudah menekuni profesi tukang pijat bayi selama 10 tahun lebih ini, ngasrep tidak selalu hanya makan nasi putih saja. Tetapi bisa juga diganti dengan singkong atau ubi. Yang pasti tidak memakan lauk. “Orang zaman dulu nyebutnya mutih, makan makanan yang warna putih,” ungkapnya.

Sumiyati mengaku tidak tahu persis sejak kapan tradisi ngasrep berlaku di kampungnya. Ia hanya menyebut sudah turun-temurun. Meski demikian, seiring perkembangan zaman, tradisi ngasrep perlahan makin sedikit yang menjalaninya. Hanya orang-orang yang masih percaya saja yang melakoninya. “Sekarang zamannya beda, orang sekarang pada pinter soal urusan makanan. Tapi masih tetap ada yang jalani tradisi ini,” ucapnya.

Jika ditelisik asal mula tradisi ngasrep yang juga masih terjadi di beberapa daerah, ternyata ini ada kaitannya dengan masa penjajahan Belanda di Indonesia. Banyak literatur yang menuliskan riwayat tradisi ngasrep.

Seperti diketahui, penjajah Belanda dikenal licik dalam mengelabuhi rakyat Indonesia. Konon, tradisi ngasrep merupakan taktik penjajah yang diterapkan kepada rakyat Indonesia. Setiap wanita yang baru melahirkan hanya disuruh makan nasi, singkong, atau ubi saja. Tidak diperbolehkan mengonsumsi sayuran atau makanan lainnya yang bergizi.

Tujuannya jelas, dengan ngasrep maka asupan gizi anak-anak pada masa itu sangat sedikit. Pertumbuhan anak hingga dewasa menjadi kurang dan tubuh menjadi lemah. Dengan begitu, generasi muda Indonesia pada masa itu mudah dikalahkan pasukan penjajah Belanda.

Sayangnya, taktik tersebut malah menjadi tradisi oleh sebagian masyarakat hingga sekarang. Mungkin saja ini ada kaitannya dengan orang-orang Indonesia zaman dulu yang sedang lelakon untuk ilmu yang berkaitan dengan supranatural. Untuk mencapai puncak kekuatan fisiknya (bisa dibilang sakti) salah satu syaratnya adalah puasa dan berbuka hanya dengan ngasrep. Puasa ngasrep, begitu orang zaman dulu menyebutnya.

Mitos Ngasrep
Yang pasti tradisi ngasrep ini sungguh miris. Di era yang sudah maju dan informasi seputar gizi mudah didapat, mengonsumsi makanan minim gizi masih berlaku bagi sebagian masyarakat. Semestinya masyarakat yang masih bersikeras menjalankan tradisi ini mulai sadar bahwa kebutuhan gizi tidak bisa dianggap sepele.

Apalagi bagi kaum ibu yang baru saja melahirkan, ini akan berbahaya bagi pertumbuhan sang anak yang membutuhkan asupan gizi cukup. Tradisi ngasrep ini tak cuma mengganggu pertumbuhan, namun bisa menimbulkan efek kesehatan bagi anak dan ibunya.

Anak bisa mengalami masalah stunting atau kekerdilan pertumbuhan. Daya tahan atau imun juga akan rendah karena terbatasnya asupan gizi. Sementara ibunya juga akan sedikit produksi ASI-nya.

Ada mitos kuat yang masih berlaku di kampung ini, tentang seorang ibu menjalani tradisi ngasrep. Sumiyati juga sempat menyebutkan dengan ngasrep maka bayinya akan keliatan putih bersih kulitnya.

Selain itu, jika sang ibu mengonsumsi telur dikhawatirkan anak akan bisulan. Begitu juga kalau makan lauk lainnya, seperti daging ayam, daging sapi, ikan, atau lauk lainya, akan berdampak buruk bagi bayinya. Ini benar-benar pemahaman yang sungguh keliru.

Telur dan daging ayam merupakan sumber gizi yang sangat baik dan dibutuhkan bagi kaum ibu yang baru melahirkan atau sedang masa menyusui. Fakta membuktikan, konsumsi telur ayam bagi wanita yang baru melahirkan membuat produksi ASI melimpah.

Konsumsi telur ayam juga sangat diperlukan, khususnya untuk wanita yang baru saja melahirkan melalui bedah sesar. Fungsinya untuk mempercepat penyembuhan bekas luka jahit dan lainnya.

Harga telur ayam masih di bawah harga makanan lainnya yang kandungan gizinya sangat minim. (Foto: Dok. Infovet)

Mitos Bisul
Mitos tentang konsumsi telur bisa mengakibatkan bisul pada anak-anak juga terkadang diperparah oleh pendapat segelintir dokter anak yang “mengiyakan” mitos tersebut. Dokter anak yang masih menganut pemahaman keliru macam ini sudah selayaknya segera diluruskan.

Menurut dokter spesialis anak, dr Triza Arif Santosa, kekhawatiran munculnya bisul pada anak bukan semata-mata karena mengonsumi telur. Diakui, memang ada beberapa anak yang alergi terhadap telur. “Tapi bukan semata-mata karena konsumsi telur, lalu keluar bisul,” ujarnya dalam Diskusi secara online tentang “Pentingnya Nutrisi dan Pertumbuhan Anak”.

Ahli gizi ini menjelaskan, pemberian telur satu butir setiap hari pada bayi usia 6-9 bulan dapat mencegah gangguan pertumbuhan dan stunting. Penelitian dari Washington University, bayi-bayi dengan rentang usia tersebut yang diberikan satu butir telur setiap hari, kadar kolin dan DHA-nya lebih tinggi dibandingkan pada bayi-bayi yang tidak diberikan telur.

Konsumsi telur untuk ibu menyusui juga berkhasiat untuk menjaga daya tahan tubuh. Vitamin A, B12, dan selenium di dalam telur penting untuk sistem pertahanan tubuh. Nutrisi ini penting agar ibu menyusui tidak mudah sakit meski harus sering begadang mengurus bayi.

Di zaman yang sudah maju sekarang ini sudah seharusnya para orang tua tak lagi memercayai mitos-mitos yang tak jelas sumbernya. Sekali lagi, telur merupakan sumber nutrisi penting yang dibutuhkan oleh anak balita dengan harga terjangkau.

Jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga makanan lainnya yang kandungan gizinya sangat minim. Edukasi tentang pentingnya mengonsumsi telur dan daging ayam kepada masyarakat tampaknya masih harus terus digalakkan. Maraknya bergam jenis kuliner berbahan daging ayam dan telur mestinya menjadi media edukasi yang efektif. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet, tinggal di Depok

SEMINAR AYAM PETELUR BERGENGSI KEMBALI DIGELAR

Para Pembicara di Layer QFeed Quality Conference

Untuk kesekian kalinya Buletin Asian Agribiz kembali menyelenggarakan seminar tahunan terkait manajemen pemeliharaan ayam petelur yakni Layer Feed Quality Conference. Pada edisi 2023 kali ini, acara tersebut diselenggarakan di Hilton Garden Inn, Jakarta Barat pada 27-28 November 2023 yang lalu. Kali ini tema yang dibahas mengenai pullet management, heat stress, dan berbagai tren kekinian dalam pakan ayam petelur. 

David Faulkner selaku Chairman Asian Agribiz menyatakan dalam sambutannya bahwa acara tahunan ini digelar untuk mengikuti isu - isu kekinian di bidang ayam petelur. Ia juga bilang bahwa dalam seminar tersebut diharapkan peserta dapat mengetahui isu - isu kekinian di bidang manajemen pemeliharaan ayam petelur dan menjadi ajang berdiskusi terutama di bidang teknis antar peserta dan pembicara. 

Pada hari pertama acara tersebut ada tiga sesi yang dibahas yakni pemahaman mengenai nutrisi yang tepat pada fase pullet dan produksi, formulasi yang tepat untuk menunjang produksi telur, dan titik kritis serta manajeen yang tepat agar produksi tetap optimal. 

Para pembicara yang dihadirkan juga merupakan expert di bidangnya misalnya saja Erwan Julianto, Technical Service Manager Hendrix Genetics Indonesia dan Filipina, Doug Korver seorang konsutlan dari Alpine Poultry Nutrition sekaligus Profesor Emeritius dari University of Alberta, dan Xabier Arbe, dan lain sebagainya. 

Para peserta yang hadir dalam seminar tersebut kebanyakan berasal dari kalangan formulator dan nutrisionis dari produsen pakan terkemuka di Indoensia, banyak juga peternak mandiri yang ikut hadir dalam acara tersebut untuk memperoleh informasi, bertanya, dan bahkan berkonsultasi tentang dinamika yang dihadapinya di farm agar lebih efektif dan efisien. (CR)

CARA EFEKTIF MENCEGAH SALMONELLOSIS


Salmonellosis merupakan isu penting dan menjadi perhatian utama dalam keamanan pangan. Unggas dan produk turunannya sering dikaitkan dengan wabah salmonellosis dan dianggap menjadi penyebab penyebaran kasus penyakit.

Pengendalian penyakit dengan mengandalkan antibiotik bisa menimbulkan residu pada telur dan daging unggas, sehingga penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan juga tidak diperbolehkan lagi.

Pada unggas, ada dua jenis salmonella yaitu Salmonella pullorum (menyebabkan penyakit pullorum) dan Salmonella gallinarum (menyebabkan penyakit fowl typhoid). Kejadian kasus pada ayam muda ditemukan gejala diare berwarna putih seperti pasta, tidak doyan makan, dehidrasi, lemah, dan kematian. Kejadian kasus penyakit salmonellosis dapat menular ke individu unggas lainnya atau penularan di antara indukan betina (horizontal transmission), sehingga mengakibatkan penurunan produksi telur dan menyebabkan telur gagal menetas. Selain itu, salmonellosis juga bisa ditularkan dari induk ke telur atau pada DOC keturunannya (vertical transmission) sehingga sangat merugikan peternak. Oleh sebab itu, maka semua perusahaan pembibitan harus tersertifikasi bebas pullorum.

Investigasi kasus dengan pola holistik membuktikan bahwa... Simak cerita selengkapnya di kanal YouTube Majalah Infovet:


Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silakan kunjungi:
Subscribe, Like, dan Share. Anda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

STUNTING VS KONSUMSI TELUR DAN DAGING AYAM

Ilustrasi telur. Foto: Getty Images/iStockphoto/fcafotodigital)

Langit Kota Surakarta, Jawa Tengah, pagi hari pertengahan September lalu tampak cerah. Ribuan ibu-ibu berduyun-duyun mendatangi Gedung Graha Sabha Buana yang berada di Jl. Letjen Suprapto. Mereka terdiri dari ibu-ibu hamil, ibu menyusui, para calon pengantin, bidan, kader, hingga penyuluh KB di lima kecamatan di Surakarta.

Mereka datang ke tempat ini bukan untuk unjuk rasa, kedatangan mereka ingin mendapat pencerahan tentang pencegahan stunting 1.000 hari pertama kehidupan anak. Masalah stunting saat ini memang sedang menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Stunting adalah masalah kesehatan serius yang terjadi ketika pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak terhambat karena gizi buruk dan perawatan yang tidak memadai. Stunting memiliki dampak jangka panjang, termasuk gangguan perkembangan mental dan fisik yang dapat berlangsung sepanjang hidup.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan tingkat stunting yang tinggi, telah berkomitmen untuk mengatasi masalah ini dengan serius. Salah satu upaya terpenting dalam hal ini adalah edukasi dan membangun kesadaran masyarakat.

Acara ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kota Surakarta melalui BKKBN Provinsi Jawa Tengah dan Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) adalah salah satu langkah strategis dalam upaya pencegahan stunting di Indonesia.

“Stunting kini menjadi masalah serius bagi pemerintah, mengingat bisa mengganggu pertumbuhan anak. Mereka punya masa depan yang panjang, makanya yang perlu diedukasi lebih dulu adalah orang tuanya, terutama ibu-ibunya,” ujar dr RR. Ratih Dewanti Sari, saat menyampaikan materi edukasi di acara ini.

Penyebab terjadinya stunting pada anak, umumnya disebabkan oleh dua persoalan. Pertama, pemahaman orang tua tentang gizi di masa kehamilan. Kedua, pemenuhan gizi pada anak setelah kelahiran. Masih banyak kaum ibu yang kurang memperhatikan pentingnya asupan gizi saat masa kehamilan.

Masih banyak kaum ibu terutama di daerah-daerah, yang menganggap gizi yang baik untuk pertumbuhan janin harus dengan makanan yang mahal. Semisal harus konsumsi daging sapi, ikan seperti salmon, susu kemasan untuk kehamilan, dan lainnya.

Pemahaman ini tentu keliru, karena untuk mendapatkan gizi yang baik tak harus dengan mengonsumsi makanan mahal. “Ini disebabkan karena kurangnya edukasi yang baik kepada mereka, sehingga yang dianggap makanan bergizi adalah makanan yang mahal,” sebut Ratih.

Pilihlah Telur dan Daging Ayam
Dalam acara yang juga diselingi pemberian donasi berupa paket makanan bergizi bagi para ibu-ibu yang hadir, pembicara mengulas tentang pentingnya memahami jenis makanan bergizi namun dengan harga terjangkau.

Telur dan daging ayam, serta ikan menjadi imbauan Ratih untuk bisa dikonsumsi kaum ibu hamil dan menyusui. Selain murah, kandungan gizi dalam sebutir telur sangat bermanfaat bagi pertumbuhan janin di dalam kandungan maupun anak balita demi mencegah stunting.

Inilah salah satu alasan pentingnya edukasi kepada masyarakat mengenai konsumsi makanan yang menjadi sumber protein hewani, seperti telur dan daging ayam. Edukasi soal konsumsi kedua protein hewani tersebut sangat perlu dilakukan dan kampanyenya juga harus terus digaungkan.

Terkait dengan kandungan gizi telur, Jurnal American Heart Asociation menyebutkan manfaat telur rebus untuk ibu hamil adalah dapat meningkatkan kualitas ASI. Wanita hamil membutuhkan minimal 450 mg kolin. Sementara wanita yang sedang menyusui membutuhkan sekitar 550 mg kolin. Selain untuk ASI, telur juga meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak kandungan.

Telur ayam merupakan sumber protein dan nutrisi lainnya yang tergolong murah. Dibandingkan daging sapi, dengan takaran yang sama, harga telur jauh lebih murah namun memiliki kandungan gizi luar biasa. Perbedaan konsumsi daging dan telur hanya pada “gengsi” saja.

Kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Sebab itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai makanan pendamping air susu ibu sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu menyusui bayinya hingga anaknya mengonsumsi makanan padat.

Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor. Kandungan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang “si kecil”. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.

Peran Swasta 
Acara edukasi ini merupakan rangkaian dari kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) GPFI yang digelar di Kota Solo, Jawa Tengah, pada 7-9 September 2023. Dalam Rakernas ini banyak yang dibahas berkaitan dengan perkembangan industri farmasi Indonesia, termasuk produk-produk kesehatan untuk pencegahan stunting bagi anak Indonesia.

Kerja sama edukasi stunting ini mencakup berbagai kegiatan, salah satunya program edukasi yang dirancang untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya gizi, perawatan, dan stimulasi yang baik selama 1.000 hari pertama kehidupan anak.

Selanjutnya, Donasi Gerakan Bersama Bebas Stunting diserahkan secara simbolis oleh GPFI yang diwakili Sekjen GPFI Andreas Bayu Aji, kepada Kaper BKKBN Jawa Tengah Eka Sulistia, yang kemudian diserahkan secara simbolis kepada warga perwakilan lima kecamatan di Surakarta.

Kerja sama antara Pemerintah Kota Surakarta melalui BKKBN Provinsi Jawa Tengah dan GPFI adalah contoh nyata dari bagaimana sektor swasta dapat berkontribusi pada upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melalui edukasi dan kesadaran diharapkan dapat mencegah stunting dan membantu anak-anak Indonesia tumbuh menjadi individu yang sehat dan berkembang. Anak-anak Indonesia adalah generasi harapan masa depan Bangsa Indonesia.

Persoalan stunting ini berkait erat dengan kondisi kemiskinan masyarakat. Apalagi saat ini muncul istilah “Kemiskinan Ekstrem” yang berarti mereka tidak memiliki penghasilan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehari-hari.

Dalam sebulan terakhir, media-media nasional memberitakan bahwa pemerintah saat ini sedang memprioritaskan dua hal, yakni penurunan angka stunting dan penghapusan kemiskin ekstrem yang ditargetkan tidak ada lagi atau nol persen, serta stunting-nya harus dicapai 14% pada 2024 mendatang.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting di Provinsi Jawa Tengah masih di angka 20,8%. Angka itu tidak jauh dari rata-rata nasional 2022 sebesar 21,6%. Ini bukan angka yang kecil untuk wilayah Jawa Tengah yang kini berjumlah lebih dari 37 juta jiwa.

Bahaya Stunting 
Pada kegiatan edukasi tersebut, juga dipaparkan tentang bahaya stunting. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Stunting dapat memiliki dampak luas yang mencakup berbagai faktor. Bahkan stunting memengaruhi anak-anak dalam efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Dalam jangka pendek, akan terlihat pengaruhnya terhadap tinggi badan dan perkembangan anak.

Pertama, gangguan kognitif. Anak dengan stunting memiliki kemampuan kognitif yang lebih buruk. Stunting sering dikaitkan dengan penurunan IQ pada usia sekolah. Hal ini membuktikan bahwa stunting juga dapat memengaruhi perkembangan otak anak selain perkembangan fisiknya.

Kedua, anak mengalami kesulitan belajar. Tingkat fokus anak juga dapat terpengaruh karena mengidap stunting. Pasalnya, anak-anak yang stunting akan mengalami kesulitan berkonsentrasi yang membuat mereka kesulitan belajar.

Ketiga, anak rentan mengalami penyakit tidak menular. Salah satu dampak stunting terhadap kesehatan anak adalah membuat anak lebih rentan terhadap penyakit tidak menular saat dewasa nanti. Penyakit tidak menular tersebut antara lain obesitas, penyakit jantung, dan hipertensi. Kendati demikian, para ahli masih meneliti hubungan stunting dengan penyakit tidak menular ini.

Keempat, imunitas anak stunting lebih rendah. Kekebalan yang menurun terkait dengan malnutrisi yang terjadi pada stunting. Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan, sehingga membuat anak lebih rentan terhadap mengidap penyakit berulang yang sama.

Kelima, anak stunting mengalami hilangnya produktivitas. Saat anak beranjak dewasa, stunting juga dapat memengaruhi produktivitas dan kinerja di tempat kerja. Orang dewasa dengan riwayat stunting terbukti kurang produktif, yang pada akhirnya memengaruhi pendapatan mereka.

Untuk itulah kegiatan edukasi pencegahan stunting lebih awal untuk 1.000 hari pertama kehidupan menjadi penting. Selain itu, bantuan pemenuhan gizi bagi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan juga perlu dilakukan, agar anak-anak bisa tumbuh sehat dan tidak terperangkap stunting. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet, tinggal di Depok

PAHAMI DISTRIBUSI AGAR BISNIS TELUR TIDAK MERUGI


Telur ayam merupakan salah satu bahan pangan dengan kepadatan nutrisi tinggi dan lengkap karena mengandung protein, vitamin, karbohidrat, dan kalori. Dengan kandungan nutrisi komplit, manfaat yang beragam, sebagai sumber nutrisi penting, serta untuk mengatasi stunting pada anak anak, sudah sewajarnya telur mendapatkan posisi harga yang harmonis dan pantas.

Pada peternakan ayam petelur komersial, waktu pungut telur dilakukan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Telur ditaruh di dalam egg trey plastik, dikumpulkan di dalam gudang telur, tersusun rapi sesuai asal kandangnya. Setelah selesai pencatatan, telur ditimbang dan dikemas menggunakan trey kertas atau peti masing-masing berisi 15 kg telur dan siap didistribusikan.

Selama penyimpanan menunggu terdistribusikan, telur secara alami akan... Simak cerita selengkapnya di kanal YouTube Majalah Infovet:


Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silakan kunjungi:
Subscribe, Like, dan Share. Anda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer