Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Avian Influenza | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

VIRUS AI DAN RISIKO INFEKSI PADA MANUSIA

Ancaman virus AI sangat nyata. (Foto: Shutterstock)

Ancaman infeksi Avian Influenza (AI) atau flu burung pada peternakan ayam adalah nyata. Risiko infeksi pada manusia pun tetap terbuka meskipun belum ada infeksi penularan antar manusia. Pengendalian AI harus dilakukan oleh semua pemangku kepentingan di Indonesia dengan mengedepankan keselamatan, kesehatan dan jiwa manusia.

Klasifikasi Virus AI
“Kita tahu bahwa AI termasuk virus influenza. Mempunyai empat tipe, termasuk orthomyxoviridae artinya mengeluarkan ingus dari saluran pernapasan. Jadi kalau itu dihitung kira-kira ada sekitar 150 subtipe influenza yang beredar di dunia,” kata Guru Besar FKH Universitas Airlangga dan pendiri Profesor Nidom Foundation, Prof Chairul Anwar Nidom.

Dari perkembangan-perkembangan yang ada, virus AI mempunyai clade (varian). Clade 2.1 adalah yang pertama kali menginfeksi di Indonesia sekitar 2003-2004. Setelah itu muncul clade 2.3 yang menginfeksi bebek, subclade-nya adalah 2.3.2.1.

“Jadi penamaan-penamaan ini disebabkan karena kesepakatan, clade kalau di COVID itu varian. Kemudian varian-varian itu ada turunannya lagi tatkala dia mengalami perubahan struktur di dalam tubuhnya,” jelasnya.

Pada kesempatan lain, Nidom juga menjelaskan bahwa virus AI adalah virus RNA. Namun berbeda dengan virus RNA yang lain, virus AI terdiri dari delapan fragmen. Karena struktur seperti itulah maka secara alamiah AI bisa mengalami perubahan atau mutasi.

Mutasinya ada dua macam, yaitu mutasi titik (drift) yang terjadi di dalam fragmen itu sendiri yang disebut dengan antigenik. Lalu mutasi fragmen (shift) dimana terjadi pertukaran fragmen dengan virus lain yang kebetulan ada di dalam lingkungan yang sama sehingga membentuk subtipe baru.

Tipe Virus Influenza
Ada empat tipe virus influenza, yaitu tipe A, B, C, D, dimana tipe… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (NDV)

FAKTOR INFEKSI AI BERULANG PADA UNGGAS

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab berulangnya infeksi AI pada unggas. (Foto: Shutterstock)

Setidaknya ada empat yang menjadi faktor berulangnya infeksi Avian Influenza (AI) pada unggas. Yaitu dinamika virus AI itu sendiri, genetik ayam, lingkungan dan manajemen.

Dinamika Virus AI
“Kita mulai dari faktor dinamika virus, bahwa virus ini tadi mudah mutasi. Tetapi masalahnya adalah di lapangan itu ada high pathogenic avian influenza (HPAI) dan low pathogenic avian influenza (LPAI),” jelas Guru Besar FKH Universitas Airlangga dan pendiri Profesor Nidom Foundation, Prof Chairul Anwar Nidom, pada webinar mengenai AI beberapa waktu lalu.

HPAI memiliki gejala dan tingkat kematian yang jelas, sedangkan LPAI tidak terlihat gejala klinisnya sehingga bisa terkecoh antara LPAI dengan HPAI. Reseptor LPAI pada ayam hanya pada daerah trakea bawah, saluran pencernaan dan indung telur. Sementara reseptor HPAI sampai pada otak dan semua organ akan diserang.

Ketika ada unggas bersamaan terinfeksi LPAI dan HPAI bisa saja gejala klinisnya tidak terlihat. LPAI bisa meningkatkan infeksi H5N1, terkadang di laboratorium H5N1 tidak terdeteksi. Infeksi campuran antara LPAI, HPAI dan infeksi lain memungkinkan gejala klinis dan laboratoriumnya bisa keliru.

“Kemudian kalau LPAI bersama-sama dengan IB, virus IB meningkatkan gejala klinis H9. IB tidak terlihat tetapi H9 yang akan terlihat ayamnya mengalami depresi, bulu kusut, konjungtivitis dan lain-lain,” jelas Nidom.

Jika ayam terinfeksi LPAI dan ND, maka... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (NDV)

PENYAKIT BARU BERMUNCULAN, PERLU TINGKATKAN KEWASPADAAN

Sapi tertular LSD di Provinsi Riau. (Foto: ECTAD Indonesia)

Pasca pandemi COVID-19, globalisasi seakan berjalan kembali setelah hampir dua tahun lalu lintas dunia dihentikan. Dampak negatifnya, dunia peternakan di Indonesia diserang secara bertubi-tubi oleh penyakit lintas batas.

Kewaspadaan dini perlu ditingkatkan kembali mengingat masih banyak penyakit berdampak besar lain yang cepat atau lambat bisa masuk ke Indonesia, salah satunya Avian Influenza (AI) clade baru, juga Rabies yang juga masih ada di sekitar masyarakat. Semuanya adalah penyakit yang memiliki dampak besar, bahkan beberapa diantaranya bersifat zoonotik yang dapat mengancam manusia.

“Re-globalisasi” Pasca COVID-19 dan Munculnya Penyakit Baru
Pandemi COVID-19 telah memberikan keadaan darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berdampak serius bagi masyarakat. Setelah dua tahun terjadi, geliat ekonomi kembali muncul dengan dibukanya lagi akses transportasi dengan pelonggaran pembatasan lalu lintas. Artinya, globalisasi berjalan kembali yang dibarengi dengan segala macam dampaknya. Salah satunya adalah masalah kesehatan global.

Ancaman terhadap kesehatan global tidak hanya terjadi pada sektor kesehatan masyarakat saja, namun juga sektor peternakan dan kesehatan hewan. Penyakit hewan lintas batas atau transboundary animal disease menjadi fokus utama karena potensi penyebarannya yang sangat cepat dan luas, serta menyebabkan dampak sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat yang serius.

Dalam lima tahun terakhir, setidaknya ada tiga penyakit lintas batas yang masuk Indonesia... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023.

Ditulis oleh:
Drh Wahid Fakhri Husein 
Praktisi Manajemen Kesehatan Hewan dan One Health

AI KEMBALI MELANDA, SEMUA PIHAK DIIMBAU WASPADA

(Sumber: iSIKHNAS)

Avian Influenza (AI) kembali mewabah, hampir di seluruh belahan dunia. Bahkan di Amerika Serikat, wabah AI mengganggu keseimbangan supply dan demand produk perunggasan mereka.

Merebak di Seluruh Dunia
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencatat bahwa AI mulai mengalami kenaikan kasus sejak pertengahan 2021. Kemudian kasus AI semakin menjamur di berbagai negara di seluruh dunia, mulai dari Eropa dan Asia.

Di Perfektur Ibaraki Jepang, sebanyak 930.000 ekor unggas harus dimusnahkan akibat wabah AI. Bahkan di Jepang pada 2022, tercatat bahwa ada 9,8 juta unggas dimusnahkan, Ini merupakan rekor tertinggi suatu pemusnahan unggas di negara tersebut.

Tidak hanya menyerang unggas, AI juga menyerang manusia. di Tiongkok dan Hongkong kejadia AI H5N6 banyak terjadi pada manusia. Kurang lebih 83 kasus di China terjadi sejak 2022. Yang terbaru di Kamboja, seorang anak berusia 11 tahun meninggal dunia akibat AI.

Dari serangkaian hasil uji anak tersebut terinfeksi AI H5N1 clade 2.3.2 1c (Nidom, 2023). Dalam sebuah webinar yang digelar melalui daring, Guru Besar FKH Unair, Prof CA Nidom, mengatakan bahwa clade virus tersebut sudah lama beredar di Kamboja, yakni sejak 2014-2016.

“Kejadian ini tentunya semakin mengancam Indonesia yang masih satu region dengan Kamboja. Dimana Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi unggas terbesar di Asia Tenggara bersama Thailand,” tutur Nidom.

Sementara menurut Konsultan Perunggasan, Tony Unandar, mewabahnya AI beberapa tahun belakangan ini terutama di negara maju tak lepas dari adanya peternakan dengan konsep… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2023. (CR)

PAKAR : AVIAN INFLUENZA BERPELUANG JADI PANDEMI SELANJUTNYA

Tiongkok, Salah Satu Negara Yang Terkena Wabah Flu Burung 
(Sumber : Istimewa)

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, flu burung H5N1 berpotensi menjadi salah satu penyebab pandemi di masa depan. 

"Saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih berpendapat, risiko penularan flu burung ke manusia masihlah rendah, tetapi tentu kita harus tetap waspada," kata Tjandra Yoga Aditama dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu (15/2/2023).

Tjandra memperkirakan, saat ini terdapat tiga jenis penyakit yang berpotensi memicu pandemi lanjutan di dunia, di antaranya zoonosis yang bersumber dari binatang, berbagai jenis influenza, dan penyakit X. Ia mengatakan, flu burung memang berasal dari hewan yakni unggas, serta berjenis infuenza.

Walaupun belum menyerang manusia, kata Tjandra, tetapi sekarang flu burung sudah mulai menyerang bukan saja unggas, tetapi juga binatang menyusui.

"Jadi kini, sudah terjadi mutasi, dan kalau mutasi terus berkelanjutan maka tentu mungkin saja menular ke manusia, yang tentu sangat tidak kami harapkan," ujarnya.

Pada Rabu lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan peringatan atas insiden penularan virus flu burung ke satwa mamalia. Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, flu burung telah menginfeksi hewan cerpelai, berang-berang, hingga singa laut. (INF)

SPANYOL DIKEPUNG AI, ILMUWAN KETAR - KETIR AKAN HAL INI

Virus AI Menyebabkan Wabah di Sebuah Peternakan Cerpelai/Mink

Ketakutan akan pandemi flu burung yang berpotensi sangat merugikan meningkat dalam beberapa hari ini, terlebih setelah adanya wabah yang mengkhawatirkan pada spesies cerpelai. Ahli virologi top dari seluruh dunia membunyikan alarm darurat setelah hasil serangkaian tes memastikan bahwa virus AI jenis H5N1 menyebar diantara mamalia. Hal ini tentunya meningkatkan kemungkinan bahwa patogen ini dapat bermutasi ke arah yang memungkinkannya menyebar lebih mudah di antara manusia.

Seorang ilmuwan pelacak virus menggambarkan galur H5N1, yang terdeteksi di Spanyol, serupa dengan yang sengaja direkayasa untuk menginfeksi manusia dengan lebih baik dalam eksperimen laboratorium yang kontroversial.

Profesor Rupert Beale, pakar imunologi di Francis Crick Institute London yang terkenal di dunia, mengatakan bahwa seharusnya dunia sudah memiliki rencana darurat vaksin, seperti dilutip dari Daily Mail.

Hal serupa diutarakan Profesor Isabella Eckerle, seorang ahli virologi di Pusat Penyakit Viral yang Muncul di Universitas Jenewa yang menyebut temuan itu sangat mengkhawatirkan.

Pakar lain memperingatkan bahwa wabah AI pada spesies cerpelai dapat menyebabkan terjadinya rekombinasi, ketika dua virus saling bertukar dan mengganti materi genetik untuk membuat hibrida baru. Proses serupa diperkirakan telah menyebabkan krisis flu babi global tahun 2009 yang menginfeksi jutaan orang di seluruh planet.

Fenomena biologis yang sama juga terlihat selama pandemi Covid, seperti yang disebut Deltacron yakni kombinasi ulang Delta dan Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Prancis Februari lalu. Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa flu burung adalah pesaing yang paling mungkin memicu pandemi berikutnya.

Para ahli mengatakan ini karena ancaman rekombinasi, dengan tingginya tingkat galur flu manusia meningkatkan risiko manusia menjadi koinfeksi dengan flu burung. Hal itu bisa menyebabkan strain flu burung yang mematikan bergabung dengan flu musiman yang menular.

Wabah AI yang melanda peternakan cerpelai terjadi di sebuah peternakan di Galicia, barat laut Spanyol, pada bulan Oktober yang menampung 52.000 ekor hewan. Usai lonjakan tiba-tiba, empat persen populasi mati dalam satu minggu selama wabah, yang dinyatakan berakhir pada pertengahan November.

Dokter hewan peternakan mengambil sampel berupa swab dari saluran pernapasan cerpelai kemudian  dianalisis di laboratorium milik Pemerintah, di mana cerpelai yang mati dinyatakan positif H5N1.

Penemuan itu menyebabkan semua hewan dimusnahkan, pekerja peternakan diisolasi selama 10 hari dan meningkatkan langkah-langkah keamanan di peternakan di seluruh negeri termasuk mengenakan masker wajah dan baju terusan sekali pakai dan mandi sebelum meninggalkan tempat.

Analisis sampel yang diambil menunjukkan bahwa virus tersebut telah memperoleh belasan mutase, sebagian besar tidak pernah atau jarang terlihat sebelumnya pada jenis flu burung. Satu sebelumnya terlihat pada virus di balik pandemi flu babi global 2009.

Para ilmuwan yang menyelidiki sampel percaya bahwa hal itu dipicu oleh wabah H5N1 di antara burung laut di provinsi terdekat. Laporan tersebut, dari para ahli di Kementerian Pertanian, Perikanan dan Pangan Spanyol, bersama dengan beberapa dari Penasihat Urusan Pedesaan, menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya H5N1 menyebar di antara cerpelai di Eropa.

Mereka memperingatkan cerpelai dapat bertindak sebagai 'wadah pencampur potensial' untuk penularan H5N1 di antara burung, mamalia, dan manusia, seperti dengan menggabungkan kembali jenis tersebut dengan virus flu manusia, yang dapat menginfeksi manusia. (INF)

HARGA TELUR DI AS MELONJAK, KARENA AI ATAU PERMAINAN KARTEL?

Telur Ayam di AS, Harganya Meroket Lebih dari 100%

Kоmіѕі Pеrdаgаngаn Fеdеrаl (FTC) hаruѕ mеnyelidiki harga tеlur уаng melonjak hаrgа di perusahaan telur. Kеlоmроk реtеrnаkаn di AS berasumsi, kаrеnа orang Amеrіkа tеruѕ mеmbауаr lеbіh dаrі sebelumnya untuk bahan роkоk rumаh tаnggа. Oleh karenanya hal ini harus diselidiki.

Rеgulаtоr, petani, dan іnduѕtrі AS ѕеrіng berdebat dаlаm bеbеrара tahun terakhir tеntаng kеkuаtаn реruѕаhааn pertanian terkemuka untuk mеnеtарkаn hаrgа dan menaikkan ара yang dіbауаr konsumen untuk bahan mаkаnаn, ѕереrtі ketika harga dаgіng ѕарі mеrоkеt pada tаhun 2021.

Kеkhаwаtіrаn tеrbаru adalah tеlur, уаng hаrgаnуа nаіk 138% раdа Dеѕеmbеr dаrі tаhun sebelumnya, menjadi $4,25 реr luѕіn, mеnurut Biro Stаtіѕtіk Tеnаgа Kеrjа, dilansir dаrі Rеutеrѕ, Mіnggu 22 Jаnuаrі 2023.

Dераrtеmеn Pеrtаnіаn AS (USDA) mengatakan bahwa wаbаh flu burung ѕеbаgаі аlаѕаn tingginya harga.Tеtарі regulator аntі mоnороlі nеgаrа itu juga hаruѕ mеmеrіkѕа lаbа tertinggi dі perusahaan telur tеrаtаѕ, kata Fаrm Action pada hаrі Kаmіѕ melalui ѕurаt kераdа ketua FTC Lina Khаn.

Cаl-Mаіnе Fооdѕ (CALM.O) yang mеngеndаlіkаn 20% pasar tеlur есеrаn mеlароrkаn, реnjuаlаn triwulanan nаіk 110% dаn lаbа kоtоr nаіk lеbіh dari 600% dibandingkan triwulan yang ѕаmа pada tаhun fіѕkаl ѕеbеlumnуа, menurut pengajuan аkhіr Dеѕеmbеr dengan Sесurіtіеѕ аnd Exсhаngе Cоmmіѕѕіоn.

Secar data, prоdukѕі tеlur AS ѕеkіtаr menurun 5% lеbіh rendah раdа bulаn Oktоbеr dіbаndіngkаn tahun lalu, dаn реrѕеdіааn telur turun 29% pada bulan Desember dіbаndіngkаn dеngаn аwаl tahun.

Basel Musharbash, seorang pengacara di Farm Action mengatakan, Data USDA tеrbаru menunjukkan реnurunаn yang ѕіgnіfіkаn, tetapi mungkin tidak menjelaskan hаrgа tіnggі.

"Kami ingin FTC menggali dаn mеlіhаt apakah kоnѕumеn dicungkil harganya," kata Muѕhаrbаѕh.

Dаlаm ѕеbuаh pernyataan, Cal-Maine mеngаtаkаn bаhwа biaya рrоdukѕі уаng lеbіh tinggi, bersama dengan mewabahnya flu burung, menyebabkan  hаrgа melonjak lеbіh tinggi.

Amеrісаn Egg Bоаrd, ѕеbuаh kеlоmроk реmаѕаrаn telur, mengatakan dаlаm sebuah pernyataan, bаhwа hаrgа tеlur mеnсеrmіnkаn bеrbаgаі fаktоr dan harga grоѕіr tеlur mulаі turun.

Hampir 58 jutа ауаm dаn kalkun telah dibunuh оlеh flu burung аtаu untuk mеngеndаlіkаn реnуеbаrаn vіruѕ sejak аwаl tahun 2022. Menurut USDA, sеbаgіаn bеѕаr pada bulan Mаrеt dan Aрrіl, wаbаh terbesar ѕеbеlumnуа, раdа tаhun 2015, mеmbunuh 50,5 jutа burung. Sаhаm Cаl-Mаіnе telah jаtuh dаlаm bеbеrара minggu terakhir ѕеtеlаh nаіk hampir 50% tahun lalu. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer