-->

Pentingnya Sanitasi di Hatchery

Hatchery harus menerapkan program biosekuriti dan pemberian desinfektan yang tepat untuk menghasilkan DOC yang berkualitas. (Foto: Istimewa)

Kemajuan perunggasan Nasional tidak terlepas dari peran operasional di penetasan/hatchery yang tersebar di seluruh Tanah Air, karena dari sinilah awal dihasilkannya bibit (DOC) berkualitas dan bebas dari penyakit, sehingga dapat diharapkan menjadi produk unggas yang Halal, Aman, Utuh dan Sehat (HAUS). Terbukanya peluang ekspor produk unggas (daging dan telur) harus dimulai dari pembenahan sistem  higienitas  dan operasional hatchery yang sesuai dengan standar internasional.

Munculnya penetasan-penetasan kecil yang menggunakan mesin penetas manual/sederhana tidak dapat dipungkiri, namun perlu di-upgrade dalam masalah sanitasinya hingga tidak menimbulkan masalah penyakit di masa sekarang dan mendatang bagi produk yang dihasilkannya.

Hatchery ibarat “rumah bersalin” berperan sangat vital pada suatu peternakan pembibitan (breeding), baik tingkat GGPS (Great Grand Parent Stock), GPS (Grand Parent Stock) maupun PS (Parent Stock). Hal ini disebabkan hatchery merupakan awal munculnya kehidupan seekor ayam dan disaat yang sama berkembangnya berbagai mikroorganisme patogen (Salmonellosis, Chronyc Respiration Disease, Collibacillosis, Staphylococosis, Streptococosis, Aspergillosis dan sebagainya), serta merupakan salah satu sarana penting dalam operasional produksi anak ayam.

Oleh karena itu, hatchery dituntut untuk menerapkan sistem biosekuriti yang lebih ketat dibandingkan dengan perkandangan (farm). Akibat sistem biosekuriti yang asal-asalan akan menyebabkan kegagalan dalam pencapaian akhir usaha breeder, yaitu tidak menghasilkan DOC yang berkualitas, daya tetas yang rendah dan tidak tercapainya target jumlah yang diharapkan.

Hatchery adalah produk ilmu pengetahuan dan teknologi peternakan mutakhir, yang perlu ditunjang keterampilan dan disiplin para pelaku/petugas di lingkungan hatchery tersebut, sehingga operasional hatchery sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang digariskan. Sebab, suatu produk teknologi jika tidak ditunjang sumber daya manusia yang terampil dan disiplin, akan mengalami kegagalan dan berakhir dengan kerugian yang tidak sedikit.

Perhatikan Isolasi Hatchery
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada isolasi di hatchery, yaitu layout bangunan, isolasi, kualitas telur, penyimpanan telur, ventilasi ruangan, sistem pembuangan sampah penetasan dan pengenalan desinfektan.

1. Layout bangunan Hatchery (hatchery design). Hatchery harus dirancang agar setiap aktivitas yang bisa dilakukan  di ruang yang berbeda seperti ruang seleksi dan grading telur, ruang colling, ruang setter, ruang hatcher dan ruang cuci, dengan tujuan menghindari pencemaran antara ruangan. Juga dirancang jalur masuk dan keluar bagi petugas/orang dan barang di tempat yang berbeda.
2. Isolasi. Hatchery harus terisolasi dari berbagai penyakit ayam (free disease) yang dibawa oleh manusia/petugas, maupun kendaraan dan barang dari luar, dengan cara melewati shower berdesinfektan. Orang yang masuk diwajibkan mengganti pakaian setelah melalui shower tersebut.
3. Kualitas telur (egg quality). Dimana telur yang tiba di hatchery perlu diseleksi ulang baik tingkat kekotorannya, bobot dan bentuknya. Telur yang kotor dan tidak masuk standar segera diafkir dari lingkungan hatchery (dikonsumsi atau dimusnahkan).
4. Penyimpanan telur (eggs storage). Dimana telur yang sudah diseleksi dan di-grading disimpan dalam ruang pendingin (colling room) dengan suhu 18°C (65°F) dan RH (kelembaban relatif) 75%, dengan tujuan menahan kehilangan berat telur secara drastis.
5. Ventilasi ruangan (room ventilation), perlu diatur sesuai dengan fungsi tiap ruangan, seperti pada Tabel 1 berikut.


Tabel 1: Kebutuhan Ventilasi, Suhu dan Kelembaban Tiap Ruang di Hatchery
Area
Kecepatan Ventilasi
Temperatur
Relative Humidity
(cfm/1.000)
(m3/jam/1,000)
°C
%
Penerimaan dan penyimpanan telur
1
1,7
18-20
60-65
Ruang setter
5
8,5
24-27
55-62
Ruang hatcher
16
27
24-27
55-62
Ruang penyimpanan DOC
16
27
22-24
85-70
Ruang pengambilan DOC dan ruang cuci
16
27
22-24
65-70
Ruang cuci peralatan
0
0
22-24
N/A
Lorong (hallway)
0
0
24
N/A

Sumber: Cobb Hatchery Management Guide, USA, 2002.

6. Pembuangan sampah hatchery. Dimana bila daya tetas (hatchability 85%), maka sampah yang harus dibuang sebanyak 15% berupa telur yang tidak menetas (unhatch), kerabang telur, DOC afkir dan bulu-bulu halus DOC. Sampah-sampah tersebut harus segera dibuang dari lingkungan hatchery ke tempat sampah sementara. Bulu-bulu kecil DOC dibersihkan dengan cara disedot menggunakan vaccum atau disemprot dengan power spray kemudian dilakukan sanitasi.
7. Pengenalan desinfektan. Seluruh staf hatchery harus melakukan penyimpanan, penanganan dan pencampuran desinfektan yang dibutuhkan secara benar sesuai dengan petunjuk. Hatchery Manager harus merespon dan benar-benar mengenal setiap bahan desinfektan dan setiap petugas mengerti cara penggunaannya. Untuk itu diperlukan Specific Training untuk staf, mengenai bagaimana menggunakan desinfektan yang benar. Desinfektan harus sudah memperoleh izin dari instansi pemerintah yang berwewenang (BPMSOH). Pada Tabel 2 berikut disajikan karakteristik berbagai desinfektan kimiawi yang dipergunakan di hatchery.


Tabel 2: Karakteristik Berbagai Desinfektan Kimiawi Hatchery
Karakteristik
Hypoclorit & Chlorin
Quaternary Ammonium
Phenol
Formal dehid
Iodophors
Glutaral-
dehide
Paracetic
Acid
Cairan
Gas
Bactericidal
+
+
+
+
+
+
+
+
Sporicidal
+
-
±
+
+
+
+
+
Fungicidal
±
±
+
+
+
+
+
+
Virucidal
±
±
±
+
+
+
+
+
Toxic animals & human

±

-

+

+

+

-

±

-
Activity with
Organic Matter
-
-


-
-
±
±
Detergency
-
+
-
-
-
-
-
-
Staining
-
-
±
-
-
+
-
-
Corrosive
±
-
±
-
-
-
-
±
Sumber: Cobb Hatchery Management Guide, USA, 2002.

Keterangan: + = Karakter Positif                         - = Karakter Negatif                ± = Karakter Variasi

Program Higiene Hatchery
Suatu kenyataan bahwa tindakan higiene di penetasan masih jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu langkah-langkah berikut perlu diterapkan (Euribrid Netherland, 1984), antara lain:

1. Setiap tahun pekerja hatchery dan pekerja sexing DOC perlu diperiksa kondisi kesehatannya terutama paru-parunya untuk mengontrol ada tidaknya kuman Samonella. Bila terjadi kasus terdapat pekerja yang terkena “penyakit Influeza perut” maka perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan ekstra. Demikian pula karyawan/pekerja baru perlu diperiksa dahulu kondisi kesehatannya, jangan sampai menjadi “pembawa penyakit”.
2. Untuk menekan tingkat pencemaran maka wajib diterapkan sistem dan peraturan lalu lintas orang dan barang masing-masing satu jalur di ruang hatchery. Hindari lalu lintas silang.
3. Pintu-pintu di hatchery perlu selalu dalam kondisi tertutup.
4. Tembusan antara ruang inkubator (setter) dan ruang penetasan (hatcher) hanya dipakai untuk transfer (memindahkan) telur dan pintu selalu tertutup.
5. Sistem yang ideal adalah membagi hatchery menjadi tiga wilayah, dimana masing-masing wilayah memiliki warna pakaian dan sepatu pekerja yang berbeda.
6. Pada waktu memasuki hatchery baik pekerja maupun tamu wajib mandi, mengganti pakaian dan sepatu, serta mencuci tangan dengan cairan desinfektan.
7. Disetiap ruangan perlu tersedia fasilitas cuci tangan berdesinfektan dan lap/tisu sekali pakai.
8. Pakaian dan peralatan petugas sexer tidak boleh ikut terbawa keluar tempat tugasnya dan keluar-masuk wajib mandi dengan sabun antiseptik.
9. Setiap kali selesai suatu penetasan DOC maka tiap ruangan dibersihkan, dicuci dengan penyemprotan tegangan tinggi, serta didesinfeksi/fumigasi.
10. Kardus/boks DOC hanya boleh dipakai satu kali saja dan truk pengangkutnya harus didesinfeksi sebelum dimuat.
11. Hewan liar seperti anjing, kucing, tikus dan berbagai jenis serangga harus dicegah memasuki area hatchery.
12. Kantong pembungkus limbah hatchery harus memakai yang telah disediakan pihak hatchery sendiri, dilarang memakai pembungkus dari luar.
13. Telur yang dikirim ke hatchery harus didesinfeksi/difumigasi dulu di farm sebelum tiba di hatchery.
14. Lakukan vaksinasi Marek’s untuk DOC yang menetas dan sudah terseleksi.

Beberapa Peraturan Penting Desinfeksi
Diantara beberapa peraturan penting agar sanitasi dan desinfeksi  berhasil dengan baik, bisa dilakukan:

1. Pastikan bahwa semua peralatan sudah benar banar bersih.
2. Pergunakan deterjen dan desinfektan (lihat Tabel 2 diatas) yang cocok dengan tujuan sanitasi.
3. Bila memakai campuran deterjen dengan desinfektan (kombinasi), maka harus diyakini bahwa kombinasi tersebut tidak akan menambah efektivitas desinfektan.
4. Senyawa yang mengandung 25% Ammonium akan menjadi in-aktif apabila tercampur dengan residu sabun yang kontras dengan senyawa Chlorida.
5. Bacalah petunjuk yang ada pada kemasan desinfektan dan ikutilah dalam penggunaannya, seperti kadar kepekatan/konsentrasi, suhu, kelembaban dan lamanya waktu penggunaannya.
6. Perhatikan tindakan pengamanan bagi petugas seperti keharusan penggunaan masker, sarung tangan, topi, sepatu dan kacamata.
7. Gunakan sabun alkali untuk mencuci tangan.
8. Hindari pencemaran ulang (rekontaminasi).

Demikianlah sekilas tentang sanitasi di hatchery yang penting diketahui para pelaku perunggasan, sehingga bisa menambah wawasan menuju profesionalisme serta modernisasi khasanah perunggasan Indonesia. (SA)

Meninjau Kinerja Kipas dan Listrik di Kandang Closed House

Pembuatan kandang closed house. (Sumber: Istimewa)

“Betul, Pak. Gunakan kipas pabrik, jangan kipas rakitan seperti saya,” ujar Dina (bukan nama sebenarnya), seorang peternak dalam Focus Group Discussion lewat aplikasi Telegram yang diadakan oleh Asosiasi Peternak Ayam Indonesia (APAI).

Dina telah memulai usaha ayam broiler di Gorontalo. Awalnya, budidaya dilakukan dengan menggunakan kandang konvensional. Seiring dengan maraknya penggunaan closed house di kalangan peternak Indonesia, ia pun memberanikan diri untuk mengubah kandangnya, dari konvensional ke closed house. Sayang, usahanya di awal harus melewati ujian berat.

“Kendala saya di awal sudah banyak kematian ayamnya. Dari 15 ribu ekor yang dimasukkan, 12 ribu ekor mati dan yang terpanen hanya 3 ribu ekor. Pada panen kedua, ayam dipanen pada usia 26-30 hari. Masih ada hasil meskipun sedikit,” keluhnya.

Dari pengakuannya, Dina menggunakan kipas rakitan untuk menyuplai udara dalam kandang broiler dua lantainya yang berukuran 106 m x 8 m. Dengan daya listrik 16.500 watt, PLN mengaliri listrik ke kandang dengan kabel sepanjang 1.000 m. Karena jauh dari gardu listrik, kabel disangga menggunakan 25 tiang. “Dapat voltase 385. Namun, saat digunakan, voltasenya turun, listrik sering mati, sehingga blower tidak maksimal. Jadi merugi,” terangnya.

Namun, ada satu hal yang terus menggelayut dalam pikiran Dina. Dengan kemitraan yang berbeda, kandang closed house milik temannya lebih berhasil. Dari 5.300 ekor ayam, temannya mendapatkan bobot 10 ton atau rata-rata 1,8 kg per ekor. “Padahal menggunakan blower rakitan yang sama dan kecepatan anginnya tidak sampai dua,” bebernya.

Mengecek Kinerja Kipas
“Bila listrik di sekitar lokasi sering padam dan tidak ada pemberitahuan, hati-hati. Segera atasi dengan menyalakan genset yang sangat prima dan selalu siap untuk dihidupkan,” ujar Marsis, peternak ayam broiler dari Kediri.

Menurut Marsis, padamnya listrik akan berpengaruh pada alat kipas dan dinamo. Temptron pun bisa terbakar. Akibatnya, aktivitas buka-tutup tirai harus sering dilakukan dan menyebabkan stres pada ayam. Stres mengakibatkan turunnya ketahanan fisik ayam sehingga memudahkan peluang masuknya virus penyakit. Dampaknya, tingkat kematian tinggi, makan banyak tetapi bobot ayam tidak bisa naik, FCR tinggi, IP rendah dan pada akhirnya peternak merugi.

Cara mengetahui kecepatan kipas. (Sumber: Agus Yohani. S)

Sementara, Agus Yohani Slamet, mengatakan bahwa secara prinsip penggunaan kipas rakitan ataupun pabrikan bisa dilakukan. “Hal yang harus diperhatikan adalah daya kerja kipas tersebut. Berapa kemampuan daya hisapnya. Kalau kipas produksi pabrikan yang sudah SNI bisa diketahui daya hisapnya,” ujarnya.

Pemilik Tembalang Poultry Equipment itu menambahkan, bahwa prinsip utama dalam kandang closed house adalah aliran udara (mekanika fluida), di mana kipas atau blower menjadi alat utama untuk menghisap udara.

Kapasitas atau daya kerja kipas atau blower sangat penting untuk diukur karena terkait dengan jumlah kipas yang diperlukan dalam satu kandang. Meskipun pabrikan telah mengeluarkan standar daya kerja kipas atau blower, pengalaman di lapangan tidak selalu sama.

Cara menghitung kapasitas kipas atau blower tidak rumit. “Cukup menggunakan anemometer,” ungkapnya. Pengukuran dilakukan dengan cara menempelkan anemometer pada kipas. Selanjutnya, lakukan pengukuran yang sama pada sembilan titik sebar. Kemudian hitung kecepatan angin rata-ratanya. (Cara penghitungan bisa dilihat pada Gambar1. Contoh Penghitungan Kapasitas Kipas)

Gambar 1. Contoh penghitungan kapasitas kipas. (Sumber: Agus Yohani. S)

Dengan cara tersebut, pengguna bisa mengetahui daya kerja kipas atau blower yang digunakan dalam 0 pascal atau tanpa hambatan. Namun, dalam kandang pasti ada hambatan yang memerlukan perhitungan lanjutan. Sebagai gambaran, besarnya kapasitas kipas pada tekanan tertentu bisa dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Besarnya kapasitas kipas pada tekanan tertentu. (Sumber: Agus Yohani. S)

Dengan mengetahui daya kerja kipas atau blower, peternak bisa menentukan jumlah kipas atau blower yang akan digunakan. Selain itu, peternak juga bisa menghitung jumlah colling pad atau celldeck yang dibutuhkan.

Sumber Listrik Adalah Kunci
Dalam peternakan yang menggunakan kandang closed house, listrik adalah faktor vital yang menunjang keberhasilan budidaya. Kondisi listrik yang sering mati tentu tidak kondusif untuk menjalankan sistem closed house.

Untuk kasus yang menimpa kandang closed house milik Dina di Gorontalo, Agus menyarankan empat langkah yang perlu diperhatikan.

Pertama, tetapkan populasi sebanyak 12.500 ekor ayam dengan bobot masing-masing 2 kg atau 25 ton. Di awal, jangan terburu-buru menaikkan tonase. Jika ingin panen degan bobot 1,5-1,6 kg per ekor, populasi ditingkatkan hingga 16.000 ekor, dengan tetap mempertahankan tonase 25 ton.

Kedua, pasang kipas 3-phase berukuran 52” sebanyak lima buah. Primerisasi jaringan 3-phase ke kandang harus dilakukan dengan meminta ke regional PLN. Trafo dan meteran sebisa mungkin berada di kawasan kandang.

Ketiga, gunakan kontroler klimatron. Alat ini akan membantu pengaturan hidup-matinya kipas, sesuai dengan bobot harian ayam di kandang.

Keempat, jika ketiga langkah tersebut telah terpenuhi, fokus selanjutnya pada manajemen ayam. “Kunci paling penting ada di primerisasi PLN. Bisa dikatakan, PLN lah yang bisa menentukan sukses atau tidaknya closed house yang digunakan,” pungkasnya. (Rochim)

Pergantian Musim, Peternak Unggas Diimbau Waspadai Virus Ini

Kondisi cuaca normal, unggas relatif memiliki daya tahan kuat (Foto: Dok. Infovet/Nunung)

Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, Sutarno mengimbau para peternak unggas mewaspadai potensi penyebaran wabah flu burung atau virus H5N1 memasuki pergantian musim dari kemarau ke musim hujan.

"Ayam serta itik sangat mudah terjangkit flu burung atau penyakit unggas lainnya selama pancaroba hingga musim hujan," kata Sutarno, Minggu (30/9/2018).

Seperti dikutip dari laman antaranews.com, menurut Sutarno, kondisi cuaca yang tidak menentu selama pancaroba hingga musim hujan rentan memicu perkembangbiakan virus H5N1 serta penyakit unggas lainnya termasuk penyakit Newcastle Disease (ND) atau tetelo.

"Karena kondisi cuaca dan keadaan lingkungan kandang yang becek, virus mudah berkembang biak," katanya.

Lanjut Sutarno, di luar musim hujan biasanya peternak unggas cenderung mengurangi kewaspadaan terhadap penyakit menular termasuk tetelo (ND), flu burung, serta gangguan pernafasan (CRD). Daya tahan unggas juga bisa menurun karena suhu lingkungan yang panas dan mengakibatkan rentan terserang penyakit.

"Berbeda jika dalam kondisi cuaca normal, unggas relatif memiliki daya tahan yang kuat," ujarnya.

Perbedaan suhu udara di pagi hari yang panas, dan malam hari yang dingin juga rentan membuat daya unggas melemah sehingga mudah terserang penyakit.

"Apalagi ketika unggas dibiarkan kepanasan serta kehausan dalam kondisi cuaca yang kering, maka akan membuat unggas malas makan sehingga bisa kekurangan gizi," imbuh dia.

Guna mengantisipasi persebaran wabah flu burung, Distan DIY telah menyebarkan vaksin serta pendeteksi flu burung (rapid test kid) ke lima kabupaten/kota. Melalui Unit Respon Cepat (URC), Dinas Pertanian DIY meningkatkan pemantauan kemungkinan adanya ternak unggas yang terjangkit virus tersebut.

Pencegahan merebaknya virus flu burung dapat dilakukan dengan menerapkan biosekuriti yang terdiri atas tiga tahap. Antara lain pemilihan lokasi kandang dengan baik, pembuatan pagar kandang, serta manajemen kandang termasuk pemberian desinfektan. ***

Talkshow Radio dan TV, Rangkaian HATN Manado

Berfoto bersama di Radio Cosmofemale 96.1 FM (Foto : Bams)


Kepanitiaan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) 2018 diundang pada sebuah acara talkshow di Radio Cosmofemale 96.1 FM dan stasiun televisi terkemuda di Manado Kawanua TV.

Acara talkshow di Cosmofemale berlangsung satu jam, mulai pukul 16.00 hingga 17.00 dengan narasumber Bambang Suharno (Panitia HATN/Pemred Infovet), Ir Novly Wowiling (Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan), Alfred Kompudu (Perwakilan FAO Indonesia), dan Edy Marzuki (Panitia Daerah HATN). Sementara talkshow di KawanuaTV menghadirkan narasumber Ir Novly Wowuling, Bambang Suharno, dan Alfred Kompudu.

Talkshow di Kawanua TV (Foto Bams)

Ketika host bertanya perihal latar belakang terpilihnya Manado sebagai tuan rumah penyelenggaraan HATN, Bambang Suharno mengatakan melalui penilaian Panitia Pusat. Antara lain dari segi daerahnya memiliki potensi perkembangan yang besar, khususnya dengan tumbuhnya pariwisata, demikian pula sumber daya yang ada cukup potensial. Selain itu dari segi kesiapan panitia daerah sudah siap dengan berbagai kegiatan, serta dukungan positif dari Pemda, peternak , universitas dan asosiasi bidang peternakan.

Kadis Pertanian dan Peternakan menyatakan sangat mendukung dan berterima kasih panitia Pusat menetapkan Manado sebagai tuan rumah HATN ke-8 . Ia membenarkan peternakan unggas sudah berkembang pesat melalui pola kemitraan dengan perusahaan. Diharapkan dengan HATN ini, konsumsi ayam dan telur semakin meningkat dan peternak unggas semakin maju dan sejahtera.

Sementara itu Alfred Kompudu menyampaikan bahwa isu negatif tentang ayam dan telur masih banyak di kalangan masyarakat, antara lain tentang telur sebagai penyebab kolesterol tinggi dan bisul, ayam ras kurang baik dikonsumsi karena disuntik hormon. “Hal ini adalah mitos belaka, mulai hari ini masyarakat sebaiknya tidak perlu lagi ragu untuk makan daging ayam dan telur,” ujar Alfred .

Perihal kegiatan HATN di Manado, Edi Marzuki menjelaskan rangkaian kegiatan di Manado cukup padat, dimulai dengan seminar perunggasan di Unsrat, dilanjutkan dengan talkshow radio dan TV. Kemudian ada bazaar ayam dan telur, berbagai lomba 22 September, seminar ayam telur untuk ibu-ibu PKK se-Sulut tanggal 19 Oktober, Workshop Biosekuriti 19 Oktober dan acara puncaknya 20 Oktober berupa karnawal, senam bersama, hiburan, pembagian hadiah lomba dan sebagainya.

Ricky Bangsaratoe selaku ketua Panitia Pusat HATN mengharapkan segenap stakeholder perunggasan di Sulut terus mendukung acara ini. “Ini adalah acara untuk meningkatkan gizi masyarakat dan sekaligus untuk kemajuan perunggasan Sulut,” ujar Ricky. (Bams)

I













Kementan Mengimbau Pelaku Usaha Agar Peternak Tak Rugi

Ternak broiler. (Sumber: Istimewa)

Untuk mengatasi penurunan harga broiler hidup (live bird) di tingkat peternak yang diindikasi karena adanya kelebihan pasokan, Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan imbauan kepada para pelaku (stakeholder) usaha untuk menjaga iklim usaha perunggasan lebih kondusif.

“Terkait dengan adanya kelebihan pasokan yang terjadi saat ini kita minta kepada semua pelaku usaha untuk melakukan usaha pemotongan, penyimpanan dan pengolahan,” kata  Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementan, I Ketut Diarmita dalam keterangan tertulis yang diterima Infovet, Kamis (27/9).

Ia mengemukakan, pasar komoditi unggas Indonesia saat ini didominasi fresh commodity, sehingga produk mudah rusak. Kecepatan distribusi dan keseimbangan supply-demand menjadi faktor penting penentu harga. Untuk itu, Ketut berharap agar hasil usaha peternak tidak lagi dijual sebagai ayam segar melainkan ayam beku, ayam olahan, ataupun inovasi produk lainnya.

“Kami meminta pelaku usaha melakukan pemotongan di RPHU (Rumah Potong Hewan Unggas) dan memaksimalkan penyerapan karkas untuk ditampung dalam cold strorage yang akan disimpan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan,” ucap Ketut.

Lebih lanjut, setelah memperhatikan situasi dan kondisi tentang harga broiler hidup saat ini, Ia pun berharap mulai Jumat, 28 September 2018 , harga di farm gate dapat normal kembali.

Untuk wilayah Jabodetabek Dirjen PKH mengharapkan harga live bird dengan berat 1,8-2,2 kg/ekor dijual dengan harga minimal Rp 16.000 dan bertahap naik hingga Rp 17.000. Sementara, untuk wilayah Tasik, Priangan, Bandung, Subang, diharapkan mencapai Rp 15.000-16.000. Sedangkan Jawa Tengah Rp 14.500-16.000. Harga di Jawa Timur diharapkan mencapai Rp 16.000-16.500, sedangkan Lampung dikisaran Rp 16.000-17.000.

“Dengan naiknya harga ayam broiler hidup secara bertahap diharapkan awal Oktober 2018 sudah dapat mencapai harga sesuai dengan harga acuan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan,” ucapnya.

Menurut Ketut, kondisi daging ayam nasional pada 2018 mengalami surplus, bahkan ekspor. Ia menyebut, potensi produksi karkas 2018 berdasarkan realisasi produksi DOC (Januari-Juni 2018) dan potensi (Juli-Desember 2018) sebanyak 3.382.311 ton dengan rataan perbulan sebanyak 27.586 ton. Sedangkan proyeksi kebutuhan daging ayam (karkas) 2018 sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan kebutuhan per bulan sebanyak 254.273 ton.

“Jika produksi kita berlebih ini kan justru yang kita cari, daripada produksinya kurang ini yang berbahaya. Kelebihan produksi ini yang kita sasar untuk tujuan ekspor, ini yang selalu kami imbau ke perusahaan integrator untuk terus menggenjot ekspor,” jelasnya.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga terus berupaya mendorong peningkatan konsumsi protein hewani yang masih rendah. “Dengan meningkatnya konsumsi protein hewani, maka akan berdampak terhadap peningkatan permintaan produk hewan, termasuk daging unggas, sehingga dapat menyerap pasokan unggas dalam negeri,” pungkasnya. (INF/RBS)

Harga Acuan Telur dan Ayam Direvisi



Ilustrasi ayam 

Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 58 Tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, yang berlaku mulai 1 Oktober 2018.

Kemendag menetapkan harga batas atas dan harga batas bawah telur ayam dan daging ayam demi menjaga keuntungan peternak. Revisi harga acuan ini rata-rata meningkat Rp 1.000 per kilogram (kg).

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menetapkan harga batas bawah telur di tingkat peternakan sebesar Rp 18 ribu per kg, sementara batas atasnya adalah Rp 20 ribu per kg.

Usai menggelar Rapat Koordinasi Harga Telur dan Ayam, Rabu (26/9/2018), Mendag mengatakan Permendag direvisi supaya Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bisa menyerap telur dari para peternak ini dengan harga bseli yang tidak rendah.

Harga telur di tingkat konsumen akan naik menjadi Rp 23 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 22 ribu per kilogram. Selain itu, harga ayam hidup untuk acuan pembelian di petani juga ditentukan menjadi Rp 18 ribu-Rp 20 ribu per kilogram, dari sebelumnya Rp 17 ribu-Rp 19 ribu per kilogram.

Revisi harga acuan pada dua komoditas tersebut turut berdampak pada harga di tingkat konsumen. "Harga di konsumen untuk telur Rp 23 ribu per kg dan karkas Rp 34 ribu per kg," ujarnya.

Sebelumnya, harga acuan telur ayam di tingkat konsumen adalah Rp 22 ribu per kg dan Rp 32 ribu per kg untuk daging karkas.

Penetapan harga acuan tersebut bersifat fleksibel tergantung situasi. "Kita tidak mungkin menentukan harga tanpa melihat perkembangan yang ada dan pasti melalui proses. Seperti hari ini kami mengundang semua stakeholder," ujar Enggar, sapaan akrabnya.

Jika tidak disikapi dan mengambil langkah, maka akan menimbulkan persoalan. Peternak berpotensi akan mengambil langkah afkir dini yang pada jangka panjang berdampak pada pasokan telur di masa depan.

Pemerintah berupaya menjaga dampak akibat perubahan harga yang dilakukan. Menurutnya, setiap perubahan harga memberi konsekuensi kenaikan harga jual kepada konsumen yang bisa berdampak inflasi. (Sumber : republika.co.id)










Lowongan Kerja




PT Gallus Indonesia Utama

PT Gallus Indonesia Utama adalah perusahaan yang didirikan oleh Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI). Bergerak di bidang penerbitan majalah dan buku-buku peternakan, event organizer dan konsultan peternakan dan kesehatan hewan. Memiliki 4 divisi yakni divisi penerbit majalah Infovet (majalahinfovet.com), divisi Penerbit buku Gita Pustaka (jurnalpeternakan.com), Divisi Gita Organizer dan Divisi Gita Consultant. 

STAFF MARKETING


Responsibilities:
·         Penjualan iklan dan majalah
·         Promosi dan distribusi


Requirements:
·         - Minimal D3 semua jurusan, S1 Peternakan atau Dokter Hewan
·         - Punya keterampilan Menulis dan atau Layout
·         - Tinggal di wilayah Jakarta Selatan atau tidak jauh dari kawasan Pasar Minggu


Kirim lamaran beserta pas foto ke:

Jangan Lewatkan Mengunjungi Pameran IFT

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI hadir di IFT Expo (Foto: Nunung)

Pameran International Farming Technology (IFT) dibuka, Rabu (26/9/2018) di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi pameran bertaraf internasional ini, masih tersisa dua hari lagi.

IFT diketahui sebagai tempat yang tepat untuk menemukan potensi industri. Masyarakat bisa menjelajahi dan mengenal penemuan terbaru dalam industri perkebunan, pertanian, hingga hasil peternakan maupun perikanan.

Suasana registrasi pengunjung (Foto: Nunung)

Kegiatan IFT merupakan bagian dari pameran gabungan antara pameran Refrigeration & HVAC Indonesia, International Indonesia Seafood and Meat Expo, dan Solar & Energy Storage Indonesia.

Pameran gabungan terpusat ini bisa dijadikan sebagai rujukan yang relevan untuk pertumbuhan bisnis Indonesia. Selain dapat menjumpai para produsen dan pemasok terkemuka dari industri ternama dan internasional, kegiatan seminar edukasi pun digelar.

Salah satunya yang mengadakan seminar adalah Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI). Bertajuk ‘Manajemen Protein Hewani’, ISPI menghadirkan para pakar sebagai pembicara antara lain Eko Sri Haryanto (Mewakili Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia), Prof Dr Ir Ali Agus (Ketua Umum PB-ISPI), Ir Fini Murfiani MSi (Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan), Prof Dr Ir Hardinsyah MS (Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia), Dr dr Damayanti R Sjarif SpA(K) (Pakar Nutrisi RSCM), dan Prof Dr Fransiska R Zakaria (Guru Besar IPB &WHO Indonesia). ** (NDV)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer