-->

WASPADAI RISIKO KONSUMSI TELUR TETAS

Perlu dicermati keamanan dan risiko dalam mengonsumsi telur ayam. (Foto: Istimewa)

Sebagian orang memercayai, telur ayam kampung “asli” hasil pembuahan pejantan dianggap memiliki khasiat tersendiri dan umumnya digunakan untuk campuran jamu. Ada juga orang yang sengaja berburu telur ayam kampung untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat mitos.

Rustinah, penghuni rumah kontrakan di Kampung Plered, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Depok, Jawa Barat, mendatangi salah satu warung sembako tak jauh dari tempat tinggalnya. Langkahnya agak tergesa-gesa, seperti sedang ada dibutuhkan.

Setelah yang dibutuhkan sudah didapat, ibu rumah tangga ini segera kembali ke kontrakannya. Lima butir telur ayam kampung dalam plastik kresek ia tenteng. “Ini ayam kampung asli, emang saya sering beli buat campuran minum jamu suami saya yang lagi sakit,” tutur Rustinah.

Telur ayam kampung asli yang dimaksud emak-emak ini adalah telur ayam fertil atau telur dari indukan ayam kampung yang dibuahi pejantan. Bukan dari ayam petelur untuk konsumsi seperti ayam Elba, ayam Arab, atau sejenisnya.

Membahas telur ayam fertil, dia awal November lalu, sempat viral pemberitaan tentang tidak layaknya mengonsumsi telur fertil. Tak hanya berita di media online, informasi ini juga ramai di lini media sosial.

Sumber berita ini ternyata berasal dari pernyataan Guru Besar Ilmu Ternak Unggas IPB University, Prof Niken Ulupi. Dikutip dari laman resmi ipb.ac.id, dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University ini mengungkapkan, telur ayam pedaging bibit (fertil) tidak layak dikonsumsi dan diperjualbelikan karena sifatnya yang mudah rusak.

“Telur fertil yang tidak memenuhi syarat untuk ditetaskan tidak boleh dijual di pasar. Kualitasnya rendah, masa simpannya pendek, dan mudah membusuk,” ujarnya dalam laman resmi IPB University.

Menurutnya, telur ayam pedaging bibit berbeda dengan telur konsumsi pada umumnya. Telur konsumsi yang beredar di pasaran berasal dari industri ayam petelur komersial, yang seluruh ayamnya adalah betina dan menghasilkan telur infertil tanpa pembuahan.

Sedangkan telur fertil dihasilkan dari ayam betina yang dibuahi pejantan, sehingga di dalamnya terdapat embrio. “Telur jenis ini membutuhkan penyimpanan bersuhu rendah. Jika dibiarkan pada suhu ruang, embrio dapat berkembang sebagian dan membuat telur cepat busuk,” terangnya.

Gizinya Tak Jauh Beda
Apa yang diungkapkan Prof Niken tak ada yang keliru. Penjelasan ilmiahnya dapat diterima akal sehat. Pasalnya, di dunia peternakan unggas, tujuan pemeliharaan ayam memang berbeda. Ada yang untuk menghasilkan telur, ada pula yang khusus menghasilkan daging. Karena itu berkembang beragam galur ayam, baik ras maupun lokal.

Ayam petelur komersial dipelihara untuk menghasilkan telur konsumsi, sedangkan ayam pedaging komersial seperti broiler khusus untuk daging yang dipelihara sekitar lima minggu, lalu dipotong.

Adapun ayam pedaging bibit (breeder broiler) dipelihara khusus untuk menghasilkan telur tertunas (fertil) yang ditetaskan menjadi bibit broiler komersial. Telur-telur inilah yang disebut telur fertil, karena dihasilkan dari induk betina yang dibuahi pejantan.

Di masyarakat, khususnya di pedesaan, konsumsi telur fertil umumnya berlaku pada telur ayam kampung yang dipelihara skala rumahan. Warung-warung di perkampungan lazim menjual telur ayam kampung fertil. Peredaran telur ayam kampung infertil dari jenis ayam Elba atau ayam Arab belum begitu banyak.

Sebagian orang memercayai, telur ayam kampung asli dianggap memiliki khasiat tersendiri dan umumnya digunakan untuk campuran jamu. Ada juga orang yang sengaja berburu telur ayam kampung untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat mitos, tak ada kaitannya dengan kebutuhan nutrisi.

Meski kandungan gizinya (terutama protein dan asam amino esensial) tidak jauh berbeda, risiko kerusakan telur fertil lebih tinggi dibanding telur konsumsi. Karena itu, telur jenis ini tidak diperuntukkan konsumsi masyarakat umum.

Penjelasan guru besar IPB ini mempertegas bahwa produsen pembibitan ayam (broiler) skala industri dilarang menjual telur fertil. Larangan ini diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan  Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

Pemerintah secara tegas melarang industri pembibitan ayam ras menjual telur fertil. Jika dilanggar, dipastikan penjualan telur dari industri pembibitan dapat mengganggu stabilitas harga telur konsumsi di pasaran.

Permentan No. 32/2017 hanya bersentuhan dengan ayam ras. Artinya, peraturan ini tidak mengatur secara lugas terkait telur fertil ayam kampung yang diperjualbelikan di pasaran. Namun demikian, ulasan yang disampaikan Prof Niken cukup memberikan pencerahan yang baik bagi masyarakat.

Sudah saatnya, masyarakat bisa mencermati keamanan dan risiko dalam mengonsumsi telur ayam. Bagi masyarakat yang masih “tersandera” dengan mitos khasiat telur ayam kampung, sebaiknya beralih ke telur ayam kampung infertil, seperti telur ayam Arab, ayam Elba, atau sejenisnya. Toh kandungan gizinya tak jauh beda.

Mulai Tumbuh
Diakui, jual-beli telur fertil ayam kampung banyak dilakukan peternak di berbagai daerah. Hanya saja, penjualan telur fetil yang mereka lakukan bukan untuk konsumsi, melainkan untuk ditetaskan para pembelinya.

Harganya pun jauh lebih mahal dibandingkan telur ayam kampung infertil dan telur ayam ras untuk konsumsi. Para pelaku usaha peternakannya juga belum skala industri, tapi masih skala kecil.

Varian usaha ini belakangan mulai tumbuh, lantaran dari sisi keuntungan jauh lebih besar dibandingkan dengan usaha pembesaran ayam kampung pedaging. Peternak tak perlu mengeluarkan biaya untuk pakan dan obat-obatan, selain untuk indukan. Peternak hanya bermodal ayam indukan dan mesin tetas kapasitas besar.

Salah satu peternak yang menekuni varian usaha telur tetas ayam kampung ini adalah Zulkarnain Nasution, pemilik Kuba Farm Asahan, Kota Asahan, Sumatra Utara. “Selain jual telur tetas atau fertil, sebagai peternak mandiri saya juga menyediakan DOC dan ayam kampung pedaging,” tutur Zulkarnain kepada Infovet.

Menurut peternak ini, prospek usaha telur fertil saat ini masih terbuka lebar. Ia mengaku masih belum mampu memenuhi kebutuhan pasar yang ada saat ini di kotanya. Untuk membeli telur fertil di peternakannya sering kali pembeli harus inden atau pesan terlebih dahulu, menunggu jumlah telur terkumpul dan memenuhi jumlah yang dipesan.

“Indukan saya baru 100 ekor lebih, baru mampu memenuhi sebagian kecil permintaan pasar,” ujarnya. Indukan ayam KUB milik Zulkarnain merupakan hasil seleksi sendiri dari yang ia pelihara sejak masih DOC. Dari jumlah 900 DOC yang ia miliki sebelumnya, terpilih 100 ekor indukan (85 betina dan 15 pejantan). Kini, indukan ayam KUB miliknya menjadi “mesin” produksi telur tetas. Selebihnya, ayam-ayam yang sudah berukuran dewasa dijual sebagai ayam pedaging.

Zulkarnain memang belum lama menjadi peternak, namun ia termasuk orang yang cepat belajar. Hanya dalam tiga tahun usahanya makin berkembang, setelah melalui jatuh bangun dalam usahanya. Selain telur fertil, ia juga menjual DOC ayam KUB.

Seiring berjalannya waktu, peternak pemula ini mulai paham teknik beternak yang baik dan benar. Zulkarnain mulai menguasai teknik beternak ayam KUB yang menguntungkan. “Kita memang harus terus belajar agar bisa benar-benar menguasai teknik beternak yang baik. Bisa belajar langsung ke peternak, lewat tayangan YouTube, buku, dan lainnya,” imbuh dia.

Jaminan Menetas 
Dengan jumlah indukan 100 ekor dalam sehari produksi telur fertil antara 50-60 butir. Sebagai peternak yang tak mau merugikan pelanggan atau mitranya, Zulkarnain memberikan garansi 85% telur menetas. Artinya, jika telur yang diserahkan menetas 75%, maka selisihnya yang 10% akan diganti.

“Jadi misalnya orang beli 100 butir, maka yang digaransi adalah 85 butir benar-benar dibuahi oleh pejantan. Tentu saja dengan catatan, mesin tetasnya bagus dan tidak bermasalah,” ungkapnya.

Yang unik dari manajemen usaha Zulkarnain adalah telur-telur yang tidak bisa menetas, karena tidak dibuahi oleh pejantan, diolah menjadi puding telur lalu dijadikan pakan ayam pejantan sebagai tambahan protein. “Sebenarnya kalau dimasak dan dimakan kita juga tidak masalah, karena itu telur tidak dibuahi oleh pejantan,” katanya.

Pola pemasaran yang diilakukan juga cukup simpel. Di awal-awal produksi telur, ia cukup bergabung dengan beberapa grup WhatsApp (WA). Lalu membuat konten video usaha ternaknya, sekaligus menawarkan telur-telur fertil. Dari sini gayung bersambut, banyak peternak yang ada di dalam grup WA tersebut yang merespons dan memesan talur.

Selanjutnya, para pelanggan yang rutin memesan telur akan dikirimkan info ketersediaan telur fertil setiap kali panen. Setelah punya pelanggan, biasanya mereka langsung menghubungi ketika membutuhkan telur. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis
Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

MENCEGAH INFEKSI DINI SAAT INKUBASI TELUR TETAS

Ilustrasi anak ayam menetas. (Foto: Pixabay)

Tindakan mencegah adalah lebih baik daripada menyembuhkan infeksi. Pencegahan merupakan salah satu langkah dalam melakukan mitigasi risiko jangan sampai ada kerugian besar yang terjadi di belakang hari.

Antisipasi sebelum terjadi infeksi yang menyebabkan kerugian adalah tindakan yang jauh lebih baik, menghilangkan kontaminasi yang kemungkinan terjadi saat melakukan inkubasi telur tetas. Agen penyebab penyakit bisa terbawa masuk ke dalam mesin tetas melalui telur tetas terkontaminasi dari sumber vertikal maupun horizontal, saat telur keluar dari induk maupun pada proses handling dari kandang ke mesin tetas.

Breeding farm maupun perusahaan pembibitan unggas dalam proses produksinya tidak terlepas dalam satu rangkaian siklus produksi yang disebut penetasan, melakukan inkubasi telur tetas terpilih dengan mesin tetas atau inkubator. Peternak kecil yang sekarang berkembang sudah banyak yang menggunakan mesin inkubator untuk menyediakan atau menjual bibit unggas. Sering kali  terlupakan bahwa pada proses produksi bibit yaitu saat inkubasi, ternyata tidak hanya bakal embrio dalam telur tetas yang berkembang menjadi DOC/DOD, namun kuman, virus, dan fungi juga terinkubasi.

Saat DOC/DOD muncul dalam mesin tetas, jutaan mikroorganisme juga ada dalam mesin tetas. Mikroorganisme ada yang bersifat patogen ikut terbawa DOC/DOD ke dalam kandang pembesaran yang bisa mengancam perkembangan DOC/DOD saat dalam brooder atau kandang pembesaran.

Dalam siklus produksi bibit, DOC/DOD keluar dari kerabang telur, telur tetas baru masuk dalam mesin tetas. Proses penetasan berlanjut dan berulang. Jeda waktu sebenarnya diperlukan untuk membersihkan dan mendisinfeksi mesin tetas sebelum dipakai kembali untuk menetaskan telur tetas. Sebab daya tetas bisa turun karena banyak tumpukan koloni mikroorganisme di berbagai bagian mesin tetas. Mikroorganis ini bisa masuk melalui pori kerabang telur dan menginfeksi calon embrio. Embrio bisa mati sejak dini sebelum berubah dan berkembang menjadi DOC/DOD. Daya tetas yang diharapkan tinggi bisa... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2025.

Ditulis oleh: 
Ratna Loventa Sulaxono
Medik Veteriner Ahli Pertama
Balai Veteriner Jayapura

TELUR TETAS INDONESIA TEMBUS KE BRUNEI DARUSSALAM

Ekspor perdana hatching egg (HE) ke Brunei Darussalam. (Foto: Istimewa)

Ekspor perdana hatching egg (HE) ke Brunei Darussalam dilakukan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia sebanyak 45.000 butir dengan nilai sekitar Rp 400 juta rupiah.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan), Nasrullah, dalam siaran resminya menyampaikan, “Upaya untuk mengekspor HE ini sebenarnya sudah dilakukan sejak 2019 silam, namun baru membuahkan hasil pada tahun ini,” ujar Nasrullah pada Jumat (6/10/2023).

Ia menyebutkan bahwa untuk dapat menembus pasar Brunei Darussalam, Kementan telah menerapkan upaya dalam penjaminan kualitas produk peternakan, di antaranya penerapan Good Breeding Practices, sistem kompartemen bebas AI, prinsip-prinsip kesejahteraan hewan, dan jaminan keamanan pangan melalui sertifikasi veteriner.

“Sesuai arahan presiden, ekspor dapat dilakukan dengan tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri, dimana produksi komoditas yang saat ini berlebih harus didorong agar mampu menangkap peluang ekspor,” terangnya.

Saat ini Indonesia telah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan produksi daging ayam mencapai sekitar 3,85 juta ton/tahun, sedangkan berdasarkan data prognosa ketersediaan dan kebutuhan nasional untuk konsumsi daging ayam sekitar 3,5 juta ton/tahun, sehingga mempunyai cadangan neraca atau surplus sebanyak 348 ribu ton.

Lebih lanjut disampaikan Nasrullah, dalam kurun waktu dua tahun terakhir produk unggas Indonesia mampu menembus pasar Singapura, Jepang, serta mendapat persetujuan ekspor produk ke Uni Emirat Arab dan terbukanya pasaran HE di Brunei Darussalam.

Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor komoditas peternakan dan kesehatan hewan pada periode Januari-Juli 2023 (angka tetap) senilai USD 790,7 juta setara Rp 11,4 triliun, dengan pertumbuhan nilai ekspor meningkat sebesar 9,26% dan pertumbuhan volume ekspor meningkat 17,28% dibandingkan periode yang sama di 2022.

“Capaian ini perlu kita syukuri dan yang pasti kita juga perlu memberikan apresiasi terhadap pelaku usaha yang telah memperjuangkan untuk meningkatkan penghasilan devisa buat negara kita,” pungkasnya. (INF)

MENINGKATKAN FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR AYAM KAMPUNG

Indukan dan pejantan dalam kandang koloni. (Foto: Dok. Masadhy)

Ingin beternak ayam kampung secara kontinu tanpa takut kehabisan stok DOC? Membibitkan ayam kampung secara mandiri adalah solusi. Peternak pemula wajib tahu beberapa kunci keberhasilan dalam meningkatkan daya tetas telur ayam kampung.

Bagi peternak ayam kampung yang ingin mendapatkan penghasilan rutin setiap minggu atau setiap bulan, rotasi budi daya adalah solusi tepat. Dengan melakukan hal tersebut, peternak bisa menghitung berapa ekor ayam yang harus dipelihara agar bisa dipanen dengan rutin.

Masalahnya, tak jarang peternak kesulitan mendapat DOC sesuai waktu yang dijadwalkan dan sesuai jumlah yang diinginkan. Salah satunya disebabkan pembibit yang kehabisan stok karena permintaan DOC sedang banyak. Padahal, sesuai jadwal rutin DOC harus sudah masuk kandang pada saat itu.

Masalah lain adalah syarat jumlah pembelian DOC. Bisa jadi pembibit mensyaratkan jumlah minimal yang harus dibeli, padahal kapasitas kandang atau lahan yang dimiliki terbatas. Faktor jumlah pembelian juga sering kali memengaruhi harga. Pembelian DOC dalam jumlah lebih banyak akan memperoleh harga lebih murah dibanding jumlah yang lebih sedikit.

Beberapa masalah tersebut kadang bisa membuat pusing peternak, apalagi peternak ayam kampung skala rumahan dengan lahan sempit dan modal terbatas. Peternak tentu ingin tetap memulai dan melanjutkan usaha sesuai kapasitas yang dimiliki sesuai program yang telah direncanakan.

Ada pula cara yang dilakukan untuk mendapatkan DOC dengan harga lebih murah, yaitu membeli telur fertil. Selanjutnya, telur tersebut ditetaskan sendiri dengan mesin tetas. Namun, permasalahan yang muncul tak jauh berbeda, yaitu waktu ketersediaan dan jumlah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, melakukan pembibitan mandiri bisa dijadikan solusi. Peternak bisa menghitung jumlah indukan betina maupun pejantan untuk menghasilkan DOC sesuai kebutuhan. Dengan pembibitan mandiri, peternak tak perlu khawatir waktu ketersediaan, kesesuaian jumlah dengan kebutuhan, dan biaya untuk pengadaan DOC. Dengan kata lain, keberlanjutan usaha beternak berjalan mandiri dan tidak bergantung pihak lain.

Cara ini pula yang dilakukan Mastur Adhy Sudrajat, peternak ayam kampung dari Desa Jatinom, Kanigoro, Blitar. Berawal dari usaha pembesaran ayam kampung, pria yang biasa dipanggil Masadhy ini memutuskan melakukan pembibitan sendiri. Berberapa tahun melakukan pembibitan mandiri, ada beberapa hal yang harus diperhatikan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023. (RA)

DI TENGAH PANDEMI INDONESIA EKSPOR TELUR TETAS KE MYANMAR

Ekspor telur tetas Final Stock (HE FS) layer strain ISA Brown ke Myanmar. (Foto: Istimewa)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) memberikan apresiasi pelaku usaha yang terus melakukan peningkatan ekspor di tengah pandemi COVID-19.

“Üpaya yang dilakukan para pelaku usaha ini tentu sejalan dengan program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mendorong peningkatan ekspor. Di tengah pandemi saat ini ekspor komoditas peternakan Indonesia tumbuh positif dan mampu menembus pasar internasional ke-97 negara,” ujar Dirjen PKH, Nasrullah, di Jakarta, Rabu (16/2).

Ia menyampaikan itu setelah PT Intama Taat Anugerah kembali melakukan ekspor telur tetas Final Stock (HE FS) layer strain ISA Brown ke Myanmar, Jumat (11/2).

Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor komoditas peternakan 2021 tercatat senilai USD 1 miliar atau setara Rp 15,1 triliun. Menurut Nasrullah, hasil ini apabila dibandingkan periode yang sama pada 2020 (YoY) meningkat sebesar 11,94%. “Pertumbuhan ini melebihi angka pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 3,69%,” ucap dia. 

“Dengan adanya program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks), kami targetkan pertumbuhan ekspor peternakan pada 2024 naik 300% menjadi 1,9 miliar USD atau setara Rp 27 triliun ke 100 negara tujuan.”

Sementara di tempat terpisah, Direktur Utama PT Intama Taat Anugerah, Tjandra Srimulianingsih, menyampaikan pelepasan pengiriman HE FS layer strain ISA Brown ke Myanmar sebanyak 30.000 butir.

Ia pun memberi apresiasi karena di tengah kasus COVID-19 yang semakin meningkat, dipermudah proses perizinan sehingga dapat melakukan ekspor ke Myanmar. PT Intama Taat Anugerah merupakan salah satu unit usaha dari Taat Indah Bersinar Group, dimana usahanya meliputi pembibitan ayam kampung jenis KUB-2, pembibitan ayam petelur (layer), dan penetasan telur (hatchery).

“Seperti kita ketahui bersama, Myanmar sebagai salah satu negara di Asia yang sangat membutuhkan banyak suplai telur karena keterbatasan produksi dalam negeri mereka,” kata Tjandra.

Tidak hanya Myanmar, kata dia, negara di kawasan Asia lainnya juga bisa dijadikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan nilai ekspornya. Perlu kerja sama berbagai pihak untuk dapat merealisasikannya. “Dukungan pemerintah sudah kami rasakan betul dalam meningkatkan nilai ekspor produk peternakan,” pungkasnya. (INF)

TEKNOLOGI MESIN TETAS TELUR, EFEKTIF DAN EFISIEN

Mesin tetas telur semi otomatis. (Foto: Istimewa)

Mesin tetas atau inkubator merupakan alat yang sangat berperan dalam usaha peternakan dan pembibitan unggas, baik unggas produksi maupun unggas hobi, dimana dengan berbagai keunggulannya dibanding penetasan secara alami menjadikan mesin tetas kian banyak dipakai.

Teknologi mesin tetas pun terus mengalami perkembangan pesat, walau asalnya dibuat secara sederhana, baik bahan maupun sistem kerjanya, dimana mesin tetas semula hanya berupa mesin manual, kemudian berkembang menjadi semi otomatis hingga full otomatis yang mampu membantu mempercepat perkembangbiakan unggas lebih efektif dan efisien. Adapun manfaatnya sebagai berikut:

• Meningkatkan prosentase tetas, yaitu meningkatkan jumlah telur yang menetas hingga dapat mencapai 80-90% (sedang pada penetasan alami dengan induk unggas hanya 50 -60%). Hal ini bisa tercapai karena gangguan dari induk dan hewan lain dapat dihindari, disamping pemakaiannya mampu mengatur suhu dan kelembapan sesuai kebutuhan telur tetas.

• Meningkatkan produksi telur, dimana induk unggas tidak perlu kehilangan waktu selama 21 hari untuk mengerami telurnya dan bisa langsung melanjutkan produksi telur setelah kondisi fisiknya pulih. Dengan penggunaan mesin tetas, telur dapat langsung ditetaskan tanpa harus dierami induk.

• Tidak terkendala kemampuan dan karakter induk, dimana pada penetasan alami, seringkali dijumpai induk unggas tidak mampu mengerami seluruh telur yang dihasilkannya, terutama pada ayam yang berproduksi tinggi. Juga anak ayam yang baru menetas secara alami sering mati akibat terinjak induknya. Pemakaian mesin tetas juga diperlukan pada unggas yang dikawinkan secara inseminasi buatan pada usaha pembibitan/breeder ayam broiler dan layer.

Penggunaan Mesin Tetas
• Persiapan telur, pastikan telur yang akan ditetaskan masuk kategori telur fertil yang dibuahi pejantan, baik melalui perkawinan alami maupun kawin suntik (IB). Pilih telur yang berukuran standar untuk telur ayam ras 55-65 gram, ayam kampung 35-45 gram, itik 60-74 gram dan puyuh 9-11 gram. Kemudian pilih telur yang cangkangnya bertekstur halus dan licin, tidak retak dan tidak berlubang, hindari telur yang cangkangnya terlalu tebal (warnanya gelap), yang cangkangnya tipis (warna terang). Telur berumur tidak lebih dari tujuh hari sejak dikeluarkan dari tubuh ayam. Telur sebelum ditetaskan disimpan di tempat sejuk (suhu 16-17° C) karena bila disimpan pada suhu 31-32° C embrio akan berkembang dan setelah dimasukkan ke mesin tetas embrio akan mati. Telur cukup dibersihkan dengan lap kering karena bila dicuci dikhawatirkan zat antibakteri pada cangkang rusak/hilang dan untuk telur yang kotor atau tidak bagus segara lakukan afkir.

• Persiapan mesin tetas, antara lain letakkan mesin tetas di lantai datar, tidak sering dilewati orang, terhindar dari sorotan cahaya matahari langsung, terhindar dari tetesan air hujan, jauh dari sumber suara yang menghasilkan getaran dan pastikan semua displai menyala. Masukkan air ke dalam nampan, lalu masukkan ke bagian terbawah rak telur. Biarkan mesin tetas menyala selama 3 jam, lalu buka pintu mesin tetas selama 15 menit dan telur tetas siap dimasukkan.

• Proses penetasan, dimana lama proses penetasan dengan mesin tetas sama waktu dibutuhkan dengan lama induk unggas mengerami telurnya, lihat tabel:

Periode Pengeraman Telur

Jenis Unggas

Lama Pengeraman (Hari)

Ayam

21

Itik

28

Puyuh

16

Entok (Itik Manila)

35

Angsa

40

Burung

18

Sumber: Sukses Menetaskan Telur Unggas Hingga 90% oleh Supri (2019).

Untuk tahapan pengoperasiaan penetasan telur, sebagai berikut:
• Memasukkan telur ke dalam mesin tetas, dimana langkah pertama ialah memasukkan telur yang terseleksi ke dalam rak dengan posisi tidur atau berdiri. Bila diposisikan berdiri pastikan bagian yang tumpul (berongga udara) berada di bagian atas.

• Peneropongan telur (candling), yang dilakukan di ruang gelap sebanyak tiga kali selama proses penetasan telur ayam dan itik, yaitu pada hari ke-3, ke-7 dan ke-14. Peneropongan pada hari ke-3 bertujuan untuk menyeleksi telur yang infertil (tidak dibuahi pejantan) dengan menggunakan alat candler. Bila telur saat peneropongan terlihat terang/jernih dan tidak ada gumpalan hitam, berarti telur termasuk infertil dan segera diafkir untuk dimanfaatkan sebagai telur konsumsi. Bila telur terlihat ada gumpalan darah berbentuk cincin berarti telur termasuk fertil tetapi embrionya telah mati dan segera afkir. Peneropongan pada hari ke-7 bertujuan untuk seleksi embrio. Pada telur dengan embrio yang hidup dan berkembang, memperlihatkan adanya saluran syaraf darah dan denyut jantung, sedangkan telur dengan embrio yang mati menampakkan tidak terbentuknya saluran syaraf darah dan hanya terihat bercak darah tidak beraturan. Peneropongan hari ke-14 bertujuan juga mencari telur berembrio mati yang ditandai adanya bercak putih di sekitar ruang udara dan tidak dapat menjadi telur konsumsi lagi karena embrio sudah terbentuk dan membusuk, namun masih bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan.

• Pemutaran rak telur (turning), dilakukan mulai hari ke-4 setelah telur masuk ke mesin pengeraman (setter) dan tidak ada standar harus diputar berapa kali perhari, namun untuk telur ayam dan itik umumnya diputar 1,5 jam sekali, sedang untuk telur puyuh dan telur burung tiap 1 jam sekali. Menjelang telur menetas pemutaran rak telur dihentikan, pada telur ayam dihentikan pada hari ke-18, pada telur itik dihentikan pada hari ke-26,  telur puyuh petelur pada hari ke-21, telur puyuh pedaging pada hari ke-15 dan telur merpati pada hari ke-16. Selanjutnya telur dipindahkan ke mesin/kotak penetasan (hatcher).

• Pengaturan sirkulasi udara (ventilasi), saat pertama kali telur dimasukkan ke dalam mesin tetas, lubang udara di bagian atas mesin tidak dibuka agar kelembapan dalam ruangan mesin tetas tidak menurun karena dapat mengakibatkan telur mengering (kehilangan kelembapan sebelum waktunya). Penutup lubang udara boleh dibuka pada hari ke-3 setelah telur masuk mesin tetas.

• Penambahan air pada nampan, dimana selama proses penetasan berlangsung air dalam nampan jangan sampai habis, oleh karena itu perhatian/kontrol terhadap air dalam nampan perlu dilakukan berkala. Sebagai patokan, nampan wajib terisi air minimal 3/4 dari ketinggian nampan (75% dari kapasitas nampan. Hindari terjadinya tumpahan air saat penambahan air karena dapat menyebabkan tingkat kelembapan berlebih.

• Pemeliharaan setelah menetas, yaitu setelah menetas unggas dibiarkan dalam hatcher sampai seluruh bulunya kering, kemudian segera dikeluarkan agar tidak mengalami dehidrasi. Pindahkan ke dalam kandang brooding yang dilengkapi lampu/bohlam penghangat dan semua dinding tertutup kecuali bagian atas dilengkapi kawat untuk ventilasi. ***

Ditulis oleh:
Ir Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan, alumni Fapet Unpad

TELUR TETAS CJ PIA DIEKSPOR KE MYANMAR


Pelepasan ekspor telur tetas ke Myanmar oleh PT CJ PIA 

Rabu (28/10) yang lalu PT CJ PIA (CJ Group) melakukan seremonial pelepasan ekspor telur tetas miliknya ke Myanmar. Kegitan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, H. Iwan Karmawan dan tamu undangan lainya.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi Iwan Karmawan mengungkapkan, jika ekspor telur yang dilakukan oleh CJ PIA tersebut menjadi suatu kebanggan bagi Kabupaten Sukabumi, sebab dari sekian perusahan yang bergerak di produk yang sama, baru CJ PIA yang melakukan ekspor ke luar negeri, yakni Myanmar.

”Disaat pandemi ini, CJ PIA mampu membuktikan bahwa perusahaanya tetap bisa berjalan dengan pembuktian melakukan ekspor. Selain itu juga mampu mendongkar laju pertubuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat,”ungkapnya. Untuk itu pihaknya selalu memacu dan mendorong kepada perusahaan lain agar  bisa melakukan hal yang sama.

”Peternakan tetap eksis walau terguncang kondisi pandemi Covid-19. Ekspor telur tetas ke negara Myanmar merupakan suatu solusi menghadapi kondisi pandemi Covid-19 yang berdampak juga terhadap lumpuhnya perkonomian,”pungkasnya.

Associate Direktur PT. Super Unggas Jaya Dewa putu Sumerta mengatakan, bahwa hari itu sebanyak 58 ribu telur tetas dengan nilai sekitar USD 1,3 juta atau 1,88 miliar rupiah diberangkatkan dari Sukabumi. 

"Ini merupakan pembuktian dari kami, sekaligus kebanggan bagi kami. Memang Covid-19 melumpuhkan ekonomi kita, tetapi kami berhasil membuktikan bahwa selalu ada jalan, dengan ini kami sudah menjawab tantangan pemerintah untuk melakukan ekspor," tutur Dewa.

Dewa melanjutkan bahwa tahun ini ada satu kali ekspor telur tetas. Kedepannya Myanmar berencana meminta dua kali lipat dari jumlah yang diekspor sekarang. Dirinya juga mengakui bahwa telur tetas milik perusahaannya juga tengah dilirik oleh negara tetangga lainnya yaitu Vietnam.

"Semoga saja Vietnam tertarik dan berminat, kita minta dukungannya agar dapat menjawab tantangan ekspor sekaligus mengharumkan sektor peternakan Indonesia," pungkas Dewa (INF/CR)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer