-->

AYAM BERAK KAPUR (BERAK PUTIH), PENYEBAB DAN OBATNYA

ayam berak kapur

Penyakit Pullorum di Indonesia dikenal juga dengan nama penyakit ayam berak kapur dan penyakit ayam berak putih.

Penyakit ini menular dan bisa menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Produksi telur menurun, daya tunas menurun, kematian embrio, kematian anak ayam sampai umur 3 minggu. Bahkan pada anak ayam umur 1-10 hari mortalitas sangat tinggi.

Meski tidak menyebabkan kematian pada ayam dewasa, namun ayam dewasa akan menularkannya ke ayam lain dan ke anak ayam.

Pada dasarnya penyakit pullorum bisa menyerang ayam di segala umur. Namun lebih banyak menyerang anak ayam umur minggu kedua dan ketiga, dengan morbiditas lebih dari 40% dan mortalitas 85-100%.

Penyebab penyakit ayam berak kapur adalah bakteri Salmonella pullorum. Bakteri tersebut mampu bertahan di tanah selama hingga satu tahun. Resistensi terhadap lingkungan baik secara fisik maupun kimiawi tinggi. Meski demikian bakteri tersebut tidak tahan terhadap panas.

Seperti namanya gejala penyakit ini umumnya berupa diare dengan feses berwarna putih atau coklat kehijauan. Gejala lain adalah mata menutup seperti mengantuk, nafsu makan berkurang, sayap menggantung, lumpuh, jengger kebiruan, gangguan pernafasan, dan ayam bergerombol di satu tempat.

Gejala tersebut lebih sulit terlihat pada ayam dewasa. Pada layer gejala yang cukup jelas adalah produksi telur yang menurun.

Gejala pada ayam dewasa yang tidak tampak dengan jelas memungkinkan terjadinya keterlambatan penanganan. Akibatnya ayam menjadi carrier (pembawa penyakit) dan menularkannya pada ayam lain.

Penyakit ayam berak putih bisa menular secara vertikal atau kongenital, dari induk ayam ke anak ayam melalui telur. Juga secara horisontal antara ayam yang sakit dengan ayam sehat atau ayam carrier.

Penularan juga bisa terjadi secara tidak langsung melalui peralatan kandang, litter, pakan, minum, dan pakaian ABK. Sedangkan dalam mesin tetas  penularan terjadi secara aerogen melalui bulu, debu dan lainnya.

Obat ayam berak kapur berupa penyuntikan antibiotik yang diberikan oleh dokter hewan, namun hanya efektif untuk mencegah kematian anak ayam. Tidak bisa menghilangkan penyakitnya.

Pencegahan bisa dilakukan dengan treatment tertentu pada kandang sebelum digunakan. Jaga kebersihan litter, jaga ventilasi agar tetap baik, bebaskan peternakan dari hewan-hewan  yang dapat menjadi carrier pullorum. Bersihkan selalu tempat makanan jangan ada sisa makanan, bersihkan juga area sekitar kandang dengan rutin.

Hanya gunakan telur tetas dan DOC dari pembibitan yang bebas pullorum. Ayam yang sudah parah disarankan untuk dimusnahkan dengan dikubur atau dibakar untuk menghindari adanya carrier. Ayam yang mati hendaknya juga dibakar atau dikubur.

PENYAKIT AYAM EGG DROP SYNDROME

Egg drop syndrome 1976 (EDS 76) atau biasa disebut juga egg drop syndrome adalah penyakit ayam yang ditemukan oleh Van Eck di Belanda pada tahun 1976.

Penyakit ini mengakibatkan menurunnya produksi telur dan kulit telur menjadi tipis atau lunak kerabangnya. EDS 76 disebabkan oleh Adenovirus dari famili Adenoviridae yang diduga berasal dari Adenovirus itik.

Unggas adalah spesies hewan yang rentan terhadap EDS. Penularan pada ayam terutama terjadi pada ayam dewasa umur 26-55 minggu. Ditambah lagi GP broiler dengan warna telur coklat lebih gampang tertular dibanding dengan yang warna telurnya putih.

EDS cenderung bersifat sporadis. Virus masuk ke tubuh ayam yang pada akhirnya bereplikasi di dalam oviduct yang menyebabkan perubahan pada kerabang telur.

Penularannya bisa secara vertikal dari induk ke anak ayam melalui telur. Juga bisa secara horisontal, yang lebih lambat prosesnya. Juga penularan bisa terjadi karena kontaminasi melalui makanan, minuman dan semen.

Gejala yang ditimbulkan oleh EDS lebih tampak pada ayam umur 25-35 minggu. Yaitu menurunnya produksi telur hingga 50% selama beberapa minggu dan telur yang dihasilkan jelek kualitasnya. Warna kulit telur bisa hilang atau berkurang. Ukuran telur menjadi kecil sekali. Kulitnya tipis, lunak, atau tanpa kulit.

Dari gejalanya EDS dapat disalahartikan dengan penyakit lain. Misalnya New Castle Disease karena produksi telur turun dan cangkang telur lunak. Juga dengan Infectious Bronchitis karena ukuran telur menjadi kecil dan bentuknya tidak normal.

Egg drop syndrome tidak ada pengobatannya. Jika ada kejadian EDS peternak diharapkan untuk melaporkannya pada Dinas terkait.

Untuk pencegahannya bisa dilakukan vaksinasi pada ayam yaitu 3-4 minggu sebelum masa bertelur. Hanya gunakan DOC yang bebas dari virus EDS 76. Juga area peternakan bebas dari angsa dan itik dan sumber air minum untuk ayam sebaiknya eksklusif tidak bercampur dengan hewan lain terutama angsa dan itik. Tentunya juga menjaga biosekuriti.

CACAR UNGGAS, PENYEBAB DAN “PENGOBATANNYA”

cacar unggas
Foto: Wikipedia

Cacar unggas atau fowl pox, adalah penyakit viral yang disebabkan oleh virus pox. Strain virus pox yang menyerang ayam biasanya adalah virus fowl pox. Penyakit ini sudah tersebar luas di dunia, juga Indonesia, dan termasuk penyakit yang umum terjadi. Biasanya yang terjangkit cacar unggas adalah ayam yang menjelang dewasa.

Ada dua tipe cacar unggas. Infeksi kutaneus (kulit) dan infeksi difterik pada membran mukosa mata, mulut dan hidung. Ayam yang menderita cacar tipe kutaneus lebih berpeluang untuk sembuh.

Virus fowl pox resisten terhadap pengaruh lingkungan dan dapat bertahan hidup selama beberapa bulan. Penyebaran dan penularannya termasuk lambat. Tingkat penularan dan morbiditas bervariasi tergantung keganasan virus dan kualitas program pengendalian penyakit yang diterapkan.

Penularan pada ayam melalui kulit yang terluka. Virus bisa berasal dari vektor serangga seperti nyamuk, kutu dan lalat. Dari lingkungan yang sudah tercemar oleh virus. Bisa juga kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam yang sakit.

Penyakit cacar unggas yang menyerang peternakan komersial bisa mengakibatkan kerugian ekonomi. Efeknya pada ayam bisa menyebabkan kekurusan, lambatnya kenaikan berat badan, dan pada ayam peterlur bisa menyebabkan penurunan produksi telur sementara.

Kalau tidak ada komplikasi dengan penyakit lain, cacar unggas berlangsung sekitar 3-4 minggu. Jika ada komplikasi bisa jauh lebih lama.

Penanganan kesehatan dan biosekuriti berpengaruh pada tingkat kejadian cacar unggas di peternakan. Layaknya penyakit yang disebabkan oleh virus, cacar unggas tidak ada pengobatan yang spesifik dan efektif. Kejadian cacar unggas sebaiknya dilaporkan ke dinas terkait peternakan dan kesehatan hewan.

Untuk pencegahan digunakan vaksin fowl pox dan pigeon pox. Vaksinasi hanya boleh dilakukan pada ayam yang kondisinya bagus dan sehat.

AYAM LUMPUH, PENYEBAB DAN CARA MENGOBATINYA

ayam lupuh

Ayam lumpuh merupakan salah satu masalah yang bisa menimpa peternak. Ayam menjadi sulit berdiri dan berjalan, hanya duduk dan berbaring, tidak bisa menjangkau pakan dan minum. Akibatnya tentu produksi turun.

Penyebab Ayam Lumpuh Karena Faktor Genetik

Jika disebabkan faktor genetik maka sulit dicegah dan ditangani. Solusinya pilih DOC yang berkualitas.

Penyebab Ayam Lumpuh Karena Faktor Infeksius (Penyakit)

Ayam bisa mengalami kelumpuhan ketika terinfeksi virus atau bakteri. Tergantung pada penyakitnya namun gejalanya bisa bertahap sebelum mengalami kelumpuhan, juga bisa ada perubahan anatomi tubuh lainnya.

Gejala yang menyertai kelumpuhan bisa saja lesu, diare, nafsu makan menurun, dan lainnya. Jika lumpuh karena penyakit cirinya biasanya yang terkena lebih dari satu ekor ayam bahkan bisa banyak.

Cara mengobati ayam lumpuh karena penyakit adalah dengan mengobati penyakitnya. Jika penyakitnya disembuhkan maka kelumpuhannya juga diharapkan akan sembuh. Jangan lupa terapkan biosekuriti dengan baik.

Untuk mendapatkan penanganan obat ayam lumpuh yang tepat konsultasikan dengan dokter hewan. Usahakan dokter hewan langganan yang familiar dengan sejarah penyakit di farm.

Penyebab Ayam Lumpuh Karena Faktor Non Infeksius

Faktor non infeksius yang pertama adalah cedera. Terjadinya mendadak dan tidak bergejala. Sebabnya bisa karena terbentur, terinjak, terjepit alas kandang, dan lainnya. Kelumpuhan hanya menimpa ayam yang cedera karena tidak menular.

Ayam juga bisa cedera karena diperlakukan kasar misalnya saat penimbangan, panen, dan vaksinasi. Ayam bisa terluka, bahkan bisa patah tulang.

Cara mengobati ayam lumpuh dengan cepat untuk kasus cedera adalah dengan mengobati cederanya. Ada peternak yang menggunakan minyak urut dan semacamnya. Untuk detailnya bisa menghubungi rekan peternak yang berpengalaman atau lebih baik lagi dokter hewan.

Perbaiki bagian-bagian kandang yang bisa menyebabkan ayam cedera. Misalnya alas kandang yang celah-celahnya terlalu lebar sehingga ayam mudah terperosok dan terjepit bisa diperbaiki. Hilangkan juga bagian dinding dan lantai yang tajam.

Perlakukan ayam dengan baik saat vaksinasi, menimbang, dan sebagainya hingga panen.

Faktor non infeksius kedua adalah defisiensi atau kekurangan nutrisi seperti kalsium, vitamin D3, vitamin B, mangan, dan fosfor. Jadi penting untuk memperhatikan kecukupan nutrisi ayam sejak awal hingga panen.

Penyebab Ayam Lumpuh Karena Lelah Kandang

Lelah kandang atau cage layer fatigue biasa terjadi pada ayam layer. Penyebabnya adalah populasi ayam di dalam kandang terlalu padat melebihi kapasitas.

Sehingga struktur tulangnya rusak dan kaki ayam menjadi lemah untuk digunakan berdiri dan berjalan. Tentu ayam tidak bisa menjangkau pakan dan minum yang menyebabkan kualitas dan produksi telur menurun.

Solusinya kurangi kepadatan ayam hingga mencapai kepadatan ideal. Karantina ayam yang lumpuh di kandang terbuka agar mereka bebas melatih kakinya.

PENYEBAB AYAM MATI MENDADAK

penyebab ayam mati mendadak

Ayam mati mendadak adalah satu hal yang bisa dialami oleh peternak. Merugikan tentunya, apalagi jika tingkat kematiannya sangat tinggi.

Namun apakah bisa ayam yang sehat tiba-tiba mati begitu saja? Atau apakah sebenarnya sebelumnya ada tanda-tandanya, yang mungkin peternak kurang memperhatikan sehingga ketika ayamnya mati kesan yang didapat adalah ayam tiba-tiba mati tanpa sebab.

Dari berbagai sumber, dikatakan bahwa sebenarnya sebelum ayam mati itu ada penyebabnya. Entah karena sakit atau hal lainnya. Ada juga gejalanya.

Namun gejala tersebut mungkin tidak dikenali karena kurangnya pengetahuan. Atau berlangsung dalam waktu yang singkat, atau tersembunyi, sehingga agak sulit dikenali.

Jadi penyebabnya bisa infeksius dan non infeksius. Berikut beberapa diantara penyebab kenapa ayam mati mendadak.

Flu Burung (HPAI)

HPAI ketika menyerang ayam akan mengakibatkan mortalitas (tingkat kematian) tinggi. Produksi telur pada ayam layer menurun bahkan berhenti. Ayam akan mengalami gangguan pernapasan, sianosis, dan konjungtivitis.

Penanganannya bisa dilakukan pemusnahan ayam secara selektif. Untuk ayam yang masih sehat diberi terapi suportif, kandang lain yang belum terjangkit segera divaksinasi.

Newcastle Disesase (ND)

Mortalitasnya tinggi bahkan bisa mencapai 100%. Gejala ayam yang terkena ND adalah tidak nafsu makan, kotorannya hijau dan kadang ada gumpalan putih, tubuhnya gemetar, kaki atau sayapnya lumpuh, leher terpuntir.

Terapi suportif diberikan berupa vitamin dan suplemen untuk meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh ayam.

Fowl Cholera (Kolera)

Ayam yang terkena penyakit ini akan tidak nafsu makan, lesu, demam, mulut keluar lendir, bulunya kusam, diare, napasnya terengah-engah, kulit ungu kebiruan, dan kotorannya kehijauan berlendir.

Biasanya penanganannya diberikan vitamin dan antibiotik.

Heat Stress

Ini adalah penyebab non ifeksius, yaitu ketika ayam kepanasan yang berlebihan. Jika tidak segera ditangani akan bisa menyebabkan kematian. Solusinya bisa diberi vitamin, dilakukan penjarangan dan diperbaiki ventilasi kandangnya. Pastika air minum yang diberikan dingin sekitar 20-24°C.

Ketika menemukan ayam mati mendadak sangat disarankan untuk segera menghubungi dan berkonsultasi dengan dokter hewan. Agar bisa dilakukan analisa yang tepat apakah penyebab ayam mati mendadak. Jangan ditunda dan sebaiknya jangan menganalisa sendiri, agar masalahnya segera bisa diatasi.

Sebaiknya hubungi dokter hewan secepat mungkin setelah menemukan ayam yang mendadak mati. Jangan tunggu sampai ada korban-korban selanjutnya.

AYAM BERAK HIJAU, PENYEBAB DAN PENANGANANNYA

Ayam berak hijau dan cair dapat menjadi indikasi bahwa ayam mengalami stres (termasuk heat stress), gangguan nutrisi, atau sakit.

Salah satu penyakit yang menyerang ayam dengan gejala berak hijau adalah kolera, yang juga sering disebut dengan penyakit berak hijau. Kolera menyerang semua umur dan bisa berjangkit karena kandang ayam kotor dan lembab, cuaca ekstrim, dsb.

Penyakit ini termasuk mudah menular baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Jadi penularan bisa terjadu melalui pakan, minum, peralatan, hingga hewan liar.

Jika ayam dicurigai terkena kolera maka hubungi dokter hewan secepatnya untuk mendapatkan penanganan medis. Isolasi ayam yang bergejala, jika ayam mati kubur sejauh-jauhnya dari kandang.

Kemudian ikuti langkah-langkah pengobatan yang disarankan dokter hewan agar pengobatan dilakukan secara tuntas. Kalau tidak maka ayam yang sembuh bisa menjadi carrier.

Biosekuriti harus diterapkan dengan lebih baik, kebersihan benar-benar dijaga, dan berantas hewan pembawa penyakit seperti tikus dan lalat. Prosedur istirahat kandang termasuk disinfeksi kandang harus benar-benar dipatuhi.

Biosekuriti sangat penting dan perlu diterapkan dengan ketat. Agar penyakit tidak mudah masuk dan menular ke kandang.

Jika ternyata ayam terkena heat stress maka segera benahi ventilasi kandang. Cek apakah ABK sudah membuka/tutup tirai dengan benar. Cek apakah kipas bekerja dengan baik, sudah cukup jumlahnya, sudah sesuai target kinerjanya. Cek semua peralatan terkait suhu dan kelembaban apakah bekerja dengan baik.

Jika ayam kekurangan nutrisi segera perbaiki dengan memberikan pakan bernutrisi lengkap seimbang sesuai kebutuhan dan fase pertumbuhan ayam. Penyimpanan pakan juga harus dilakukan dengan baik agar tidak mengalami kerusakan yang tentunya akan menurunkan kualitas pakan.

Jika ayam terkena penyakit lain maka yang terbaik adalah segera hubungi dokter hewan. Mendiagnosa dan mengobati sendiri ayam yang sakit memang terkesan lebih murah. Tapi kemungkinan gagalnya cukup tinggi dan bisa mengorbankan profit apalagi jika peternakannya mempunyai skala yang cukup besar.

PENYAKIT ASITES PADA AYAM: PENYEBAB, GEJALA & PENANGANAN

asites pada ayam

Asites, yang sering juga disebut sebagai busung lapar, merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang ayam, baik broiler maupun layer. Meskipun penyakit ini tidak menular antar ayam, keberadaannya dapat menimbulkan kekhawatiran di kalangan peternak karena dampak yang ditimbulkannya.

Apa Itu Asites?

Asites pada ayam adalah sebuah kondisi dimana terjadi penumpukan cairan di dalam rongga perut, yang menyebabkan perut ayam terlihat membesar. Asites tidak hanya membuat perut ayam membesar, namun juga bisa mengganggu kesehatan dan produktivitas ayam.

Penyakit ini lebih sering menyerang ayam broiler. Namun ayam layer juga tidak luput dari risiko. Pada ayam layer, asites dapat menghambat produksi telur karena proses keluarnya telur dari tubuh ayam menjadi terganggu.

Meskipun potensi kasus asites pada ayam tidak tergolong tinggi, keberadaannya tetap perlu diwaspadai. Penyakit ini bisa menyebabkan kematian pada ayam, walaupun angka kematian yang diakibatkannya juga tidak tinggi.

Penyebab Asites

Salah satu penyebab utama asites adalah penyakit pernapasan yang mengakibatkan hipoksia atau kekurangan oksigen. Ayam yang mengalami kesulitan bernapas karena penyakit pernapasan akan mengalami penurunan kadar oksigen dalam darah. Kondisi ini memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa oksigen ke seluruh tubuh, yang dapat berujung pada pengembangan asites jika tidak segera ditangani.

Genetika ayam broiler yang dirancang untuk pertumbuhan cepat juga berkontribusi terhadap risiko asites. Pertumbuhan yang cepat ini memerlukan metabolisme tinggi dan konsumsi oksigen yang besar.

Akibatnya, jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme tersebut. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mengurangi efisiensi kerja jantung, menyebabkan pembengkakan jantung, dan bahkan menekan paru-paru. Terjadi pembendungan pada liver, sehingga cairan dari liver merembes ke dalam rongga perut.

Suhu kandang yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi kesejahteraan ayam dan meningkatkan risiko asites. Suhu yang tidak sesuai memaksa ayam untuk menyesuaikan diri dengan cara yang dapat menekan sistem pernapasannya dan, pada akhirnya, memperberat beban kerja jantung.

Manajemen pakan yang tidak tepat, seperti pemberian pakan tinggi protein dan garam, juga dapat menyebabkan asites. Pakan dengan kandungan garam yang tinggi dapat menyebabkan retensi air, sedangkan protein berlebih membutuhkan lebih banyak metabolisme dan oksigen. Kedua kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya asites pada ayam.

Gejala Asites

Perut yang membesar merupakan gejala utama dan paling mudah dikenali dari asites. Pembesaran perut ini disebabkan oleh penumpukan cairan dalam rongga perut.

Selain perut yang membesar, ada beberapa gejala lain yang harus diperhatikan, termasuk:

  • Kehilangan nafsu makan. Ayam yang menderita asites sering kali menunjukkan penurunan atau kehilangan selera makan.
  • Bulu kusam. Penampilan bulu yang kusam dan tidak terawat bisa menjadi indikasi awal bahwa ayam tidak dalam kondisi optimal.
  • Lesu. Ayam dengan asites seringkali terlihat lesu dan kurang energik.
  • Kesulitan bernapas. Penumpukan cairan dalam perut dapat menekan organ-organ lain, termasuk paru-paru, sehingga menyulitkan ayam untuk bernapas.
  • Kesulitan berjalan. Pembesaran perut dapat mengganggu kemampuan ayam untuk berjalan secara normal.
  • Bercak kebiruan di kulit kepala. Ini bisa menjadi tanda hipoksia atau kekurangan oksigen, yang sering terjadi pada ayam dengan asites.
  • Kematian mendadak. Dalam kasus yang parah, asites dapat menyebabkan kematian mendadak tanpa peringatan sebelumnya.
  • Kulit kemerahan, gelisah.

Penanganan Asites

Asites pada ayam memang tidak dapat diobati. Tapi dapat dicegah dengan cara-cara berikut:

  • Biosecurity yang baik mencegah masuknya patogen yang bisa menyebabkan penyakit pernapasan.
  • Sirkulasi udara yang baik membantu menjaga keseimbangan oksigen dan suhu yang sesuai, mengurangi risiko hipoksia dan stres pada ayam.
  • Berikan pakan yang seimbang, dengan memperhatikan kandungan garam dan protein.
  • Mengontrol kepadatan kandang memastikan bahwa setiap ayam memiliki cukup ruang untuk bergerak, makan, dan bernapas dengan baik, sehingga mengurangi stres dan mendukung kesehatan yang lebih baik.
  • Melakukan vaksinasi terhadap penyakit pernapasan adalah langkah proaktif dalam mencegah asites.
  • Menggunakan DOC yang berasal dari indukan sehat dan dari hatchery yang mematuhi standar biosecurity tinggi dapat mengurangi risiko penyakit, termasuk penyakit yang dapat menyebabkan asites.

PENCEGAHAN PENYAKIT PENCERNAAN UNTUK MEMBANTU OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS AYAM

Kesehatan saluran cerna akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan tubuh ayam, termasuk juga pertumbuhan organ yang berperan dalam sistem imun ayam. (Foto: Istimewa)

Kinerja saluran pencernaan memiliki peran krusial dalam pencapaian performa produksi. Sistem pencernaan berperan mencerna makanan dan menyerap nutrisi esensial. Nutrisi yang diserap tubuh inilah yang berperan dalam pertumbuhan dan produktivitas ayam sebagai penghasil daging dan telur.

Kesehatan saluran cerna akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan tubuh ayam, termasuk juga pertumbuhan organ yang berperan dalam sistem imun ayam. Sistem imun yang berkembang baik dapat membantu ayam dalam mengatasi permasalahan infeksi penyakit di lapangan. Efeknya jelas saat terjadi penyakit maka produktivitas akan menurun. Melihat hal tersebut untuk mencapai performa produksi ayam yang optimal, kesehatan saluran cerna pastinya menjadi faktor krusial untuk diupayakan.

Menjaga kesehatan saluran cerna dari berbagai penyakit berbahaya penting untuk dilakukan. Secara umum, berbagai penyakit berbahaya yang bisa mengganggu saluran pencernaan adalah sebagai berikut:

Clostridium perfringens: Penyebab necrotic enteritis, rentan menyerang ayam broiler umur 2-5 minggu, sedangkan pada ayam petelur biasanya rentan umur 3-6 bulan. Serangannya mengganggu terutama di usus kecil yang menjadi rapuh dan berisi gas. Lapisan usus dilapisi oleh lapisan pseudomembran berwarna kuning. Ayam menjadi tidak nafsu makan dan diare.

Escherichia coli (E. coli): Penyebab colibacillosis yang dapat menyerang unggas pada berbagai tingkatan umur, tetapi lebih banyak terjadi pada ayam muda terutama umur 2-4 minggu. Bersifat oportunistik, infeksi yang hebat pada saluran pencernaan menyebabkan hemoragi petekie pada submukosa dan subserosa, gastritis, dan enteritis. Ayam menjadi lesu, ompalitis, oedema, dan jaringan sekitar pusar lembek.

• Newcastle disease: Paramyxovirus, ayam umur muda memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibanding ayam dewasa. Tipe velogenik viscerotropik menyebabkan gangguan organ saluran cerna. Tipe mesogenik memiliki tingkat kematian yang lebih rendah, namun hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi dapat terjadi. Gangguan organ pencernaan seperti perdarahan bintik (petekie) pada proventrikulus, nekrosa pada usus, dan juga perdarahan pada secatonsil.

• Gumboro: Virus RNA dari genus Avibirnavirus. Ayam muda terutama umur 3-6 minggu memiliki kerentanan yang tinggi. Virus ini sebenarnya lebih berdampak pada sistem kekebalan tubuh karena target utamanya adalah sel pre-B pada bursa fabrisius sehingga menyebabkan terjadinya imunosupresif. Imunosupresif yang ditimbulkan akan meningkatkan kepekaan ayam terhadap agen patogen lainnya. Gangguan organ pencernaan dapat dilihat dari ditemukannya perdarahan pada mukosa dekat pertautan antara proventrikulus dengan ventrikulus.

Inclusion body hepatitis: Adenovirus dari famili Adenoviridae. Ayam muda umur 4-10 minggu. Perubahan anatomi organ lebih terfokus pada hati, dimana hati tampak membengkak, berwarna kuning kecokelatan, terdapat bercak, perdarahan di bawah membran, serta konsistensi terasa lebih lunak.

Helicopter disease: Virus utama yang menyebabkan penyakit ini di Indonesia adalah Reovirus. Rentan terhadap anak ayam terutama broiler. Anak ayam yang terinfeksi helicopter disease menunjukkan laju pertumbuhan yang lambat pada umur 5-7 hari sehingga bobot badan rendah. Selain itu, banyak ditemukan tungkai bulu sayap primer yang patah. Perubahan patologi anatomi pada organ pencernaan yang dapat teramati adalah peradangan pada usus dan proventrikulus, usus tampak berdilatasi dan pucat.

Pencegahan utama untuk melindungi berbagai penyakit pencernaan ini dapat dilakukan dengan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024.

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer