Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini kesehatan hewan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

AGAR AYAM HIAS TETAP SEHAT

Ayam serama. (commons.wikimedia.org/Rsteagall)

Semua orang yang memelihara ayam hias tentu akan sangat senang apabila hewan peliharaannya dalam kondisi baik. Terlebih lagi bagi para hobiis yang gemar mengikuti kontes, prestasi ayam yang menanjak membuat pundi-pundi rupiah kian menjanjikan.

Sebagai hewan peliharaan, ayam memang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Selain bermanfaat sebagai sumber protein hewani (telur dan dagingnya), suara kokokan, keindahan, serta tingkah laku ayam sudah sejak lama dinikmati masyarakat sebagai penghilang stres.

Dengan maraknya masyarakat yang memelihara ayam, komunitas ayam hias di kota-kota besar kian populer, kontes unjuk kebolehan ayam pun makin marak. Berikut ini Infovet mencoba menghimpun beberapa informasi dan tips yang berguna dari beberapa hobiis ayam di Indonesia agar ayam hias memiliki performa yang baik dan bisa unjuk gigi ketika mengikuti kontes.

Kenali Potensi dan Karakter Ayam
Ayam memiliki potensi dan karakter tersendiri. Potensi bukan hanya sekadar dari segi fisik, tapi suara kokokan, mentalitas, dan kemampuan reproduksi. Potensi dari suatu makhluk hidup diatur secara kompleks oleh gen. Faktor genetik tentu tidak bisa dikendalikan, tetapi biasanya terlihat secara kasat mata dari penampilan dan performa ayam. Genetik merupakan faktor paling dasar yang dimiliki ayam untuk bersaing dalam suatu kontes. Untuk mendapatkan ayam bergenetik baik, disarankan memperolehnya langsung dari breeder, karena biasanya mereka melakukan pencatatan yang baik dalam mengawinkan ayam peliharaannya.

Seperti yang dilakukan Kresna Renra Saputra, seorang breeder sekaligus hobiis ayam Serama. Dirinya selalu membuat catatan pada tiap ayam yang dipelihara, tujuannya agar tidak terjadi inbreeding dan jelas keturunannya. Biasanya Kresna mengawinkan ayam jantan yang pernah menjadi juara dengan betina produktif yang memiliki daya tetas telur tinggi. Diharapkan anak yang dihasilkan banyak dan menurunkan sifat unggul dari pejantannya. Tentunya dengan mengenali potensi genetik yang dimiliki ayam akan mempermudah pemilik dalam merawat ayam kesayangannya.

“Enggak bisa dipungkiri memang kalau genetik itu termasuk faktor yang menentukan. Kalau kita punya ayam yang genetiknya bagus, apalagi keturunan juara, harus dilakukan pencatatan perkawinannya biar enggak inbreeding. Setahu saya inbreeding mengurangi kualitas genetik dari yang saya baca-baca di literatur begitu,” kata Kresna.

Perawatan Penting
Makhluk hidup dengan genetik yang baik apabila tidak mendapatkan perawatan yang apik tentu hasilnya juga tidak akan ciamik. Ayam dengan potensi genetik biasa saja apabila dirawat dengan baik dan benar akan sehat dan memiliki performa yang baik, kemungkinan mendapatkan juara dalam kontes bisa meningkat. Dari beberapa hobiis ayam hias, beberapa perawatan rutin yang biasanya dilakukan di antaranya:

• Memenuhi Kebutuhan Gizi dan Vitamin
Pakan merupakan sumber tenaga untuk segala aktivitas ayam dan memengaruhi performa ayam. Untuk pakan biasanya ayam yang disiapkan untuk kontes dikondisikan sebulan sebelum kontes. Menurut Dani Wardana, seorang hobiis ayam Pelung asal Depok, sebulan sebelum kontes sebaiknya ayam diberikan asupan protein lebih banyak. Biasanya Dani memberikan pakan tambahan selain pakan pabrikan berupa keong sawah.
Keong direbus kemudian ditumbuk beserta cangkangnya. Jadi selain protein, kebutuhan mineral ayam juga terjamin. Hal serupa dapat diaplikasikan pada ayam Ketawa dan ayam Bangkok aduan, tetapi jangan dilakukan pada ayam Serama. Karena bobot badan ayam Serama akan naik drastis apabila terlalu banyak protein yang tentunya tidak baik apabila terlalu gemuk dalam kontes. Ada satu tips unik yang biasanya digunakan oleh hobiis menjelang kontes. Ayam Pelung dan ayam Ketawa biasanya diberi makan dengan belut mentah. Tekstur daging belut yang licin dapat membantu membersihkan tenggorokan ayam dari lendir yang dapat mengurangi volume dan kemampuan ayam dalam berkokok.

• Menjaga Kebersihan
Kandang ayam idealnya dibersihkan setiap hari atau minimal dua hari sekali. Terutama alas kandang, apabila dipenuhi dengan feses dan kotoran bisa mengakibatkan penyakit bumble foot karena infeksi dari bakteri patogen. Selain kebersihan kandang, kebersihan ayam juga perlu dijaga. Seperti yang dilakukan Dani. Ia selalu memandikan ayam peliharaannya setiap hari selama satu bulan berturut-turut menjelang kontes, hal ini bertujuan agar kebersihan dan keindahan bulunya terjaga. Untuk memandikan ayam, sebaiknya gunakan air hangat bersuhu 28-30° C. Bila perlu ayam dimandikan dengan air rebusan daun sirih yang dinilai bermanfaat sebagai anti kutu alami. Setelah dimandikan ayam dijemur di bawah matahari. Waktu memandikan disarankan pada pukul 07:00 pagi, kemudian ayam dijemur dari pukul 08:00 sampai pukul 12:00 siang. Selain menambah kebugaran, menjemur ayam juga dapat meningkatkan metabolisme agar performanya lebih baik. Tetapi ingat, jangan pernah menjemur ayam seharian, karena dapat membuat dehidrasi bahkan mati.

• Tenggeran yang Nyaman
Untuk ayam Ketawa, kontes biasanya dilakukan pada saat ayam berada dalam posisi bertengger. Oleh karenanya, sediakan tempat bertengger favoritnya. Tenggeran bisa dibuat sendiri menggunakan tiang kayu yang dibentuk seperti huruf T, atau mirip tenggeran burung paruh bengkok. Tenggeran akan membuat ayam lebih sering mengeluarkan suara kokoknya. Untuk melatih ayam Ketawa agar selalu tenang di atas tenggeran, Anda bisa mengikat salah satu kakinya menggunakan seutas tali. Ujung tali yang lainnya diikatkan pada tenggeran.

• Pola Latihan
Banyak pola latihan yang dapat digunakan. Pada ayam yang dikonteskan suara kokokannya seperti ayam Ketawa dan ayam Pelung, metode yang digunakan biasanya dengan menjemur beberapa ayam bersamaan. Selain memancing agar ayam berkokok, mental ayam juga akan terasah. Tidak jarang hobiis juga mengondisikan keadaan seperti halnya kontes. Selain menjemur secara bersamaan, metode yang juga sering digunakan adalah mendekatkan betina pada saat ayam jantan dijemur di kandang atau tenggeran. Ayam jantan akan cenderung memperlihatkan dominasinya, salah satu bentuknya adalah dengan sering berkokok. Tentu metode ini dapat digunakan untuk hobiis yang tidak memiliki ayam jantan lebih dari satu ekor.
Sementara untuk ayam Serama agar mampu tampil sempurna dan memikat juri saat dilombakan harus melalui proses latihan rutin dan berkala. Layaknya peragawan dan peragawati yang melenggak-lenggok, ayam harus latihan sebelum berjalan di atas catwalk sesungguhnya, bahkan satu hari menjelang fashion show berlangsung. Untuk melatih agar Serama dapat menggunakan meja persegi yang dilapisi karpet, di situ Serama dilatih agar tetap di atas meja dan mau berjalan dengan berdiri tegak, membusungkan dada, menengok kanan-kiri, dan bergaya layaknya di arena lomba. Umumnya ayam Serama yang sudah terbiasa di atas meja akan tampil maksimal dan percaya diri, hal tersebut bisa dilihat dari kebasan sayap, berjalan jinjit sesekali, dan mengitari meja. Untuk beberapa Serama berkualitas, bisa melakukan kejet slam (kepala sampai tenggelam tidak kelihatan), bahkan sampai ada yang leher kepalanya bergetar kencang. Peran seorang perawat atau joki sangat berpengaruh terhadap performa Serama. Keseharian joki saat merawat dan melatih ayam menimbulkan kedekatan emosional, terlebih biasanya sang joki memberikan bunyi-bunyian tertentu untuk menyemangati Serama agar tampil maksimal.
Saat di atas meja penjurian, Serama dilarang turun dari meja sebanyak tiga kali, bahkan melompat menyerang ayam lainnya. Untuk itulah kestabilan emosi sangat penting, hal tersebut bergantung dari pola rawatan, makanan, dan extra fooding yang diberikan.

Kendala Saat Melatih Ayam
Masalah yang sering muncul saat melatih ayam adalah jika tidak mau/malas berkokok. Untuk mengatasinya, ayam harus dilatih sendirian atau dipisahkan dari ayam lainnya. Perdengarkan audio sehingga ayam mau mengikutinya tanpa ketakutan melihat ayam lainnya.

Untuk mencegah stres sebelum dan setelah kontes, ayam bisa dibiarkan untuk menghibur dirinya sendiri. Misalnya dengan memberinya kesempatan mandi pasir. Terapi ini bertujuan menghilangkan stres, mengusir kutu pada bulu, dan membuang bulu mati yang bisa menyebabkan rasa gatal.

Dengan melakukan latihan rutin, terutama pada ayam yang belum pernah dikonteskan, maka ayam akan terbiasa berkokok di atas tenggeran dengan tenang. Sebenarnya pelatihan tidak membutuhkan waktu lama, cukup beberapa hari sebelum kontes. Tetapi lebih baik jika disiapkan jauh hari sebelum kontes, agar ayam kesayangan tidak canggung berada dalam kerumunan. Ayam juga tidak boleh terlalu berlebihan dalam latihannya, biasanya sehari menjelang kontes ayam diistirahatkan agar tidak mengalami kelelahan.

Pemberian Jamu
Tidak hanya manusia, ayam juga terkadang diberikan jamu sebagai suplemen untuk menjaga kondisi dan vitalitas tubuh, serta mencegah penyakit. Berikut ini beberapa resep jamu untuk ayam yang biasanya digunakan hobiis menjelang kontes. 

Bahan yang dibutuhkan yakni 2-3 ruas jahe, satu buah tomat, satu buah gula merah, dan sesendok makan madu.

Adapun cara pembuatannya bersihkan jahe dari kotoran, kemudian kupas kulitnya dan masukkan ke dalam panci. Kemudian gula merah dipotong kecil-kecil dan masukkan pula ke dalam panci. Tambahkan tomat yang diblender hingga halus ke dalam panci sambil diaduk hingga adonan merata. Setelah itu panci yang berisi adonan dipanaskan di atas kompor sambil terus diaduk sehingga adonan mengental. Tambahkan madu secukupnya ke dalam adonan, aduk lagi beberapa menit sebelum dimatikan. Adonan yang sudah dingin (suhu normal) bisa diberikan kepada ayam dengan cara dicekok tiap satu hari sekali selama seminggu sebelum kontes.

Menurut praktisi dokter hewan yang juga peneliti dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Drh Slamet Raharjo, pemberian jamu bisa dilakukan untuk upaya suportif. Namun perlu diingat, jamu bukanlah untuk menyembuhkan penyakit atau obat paten.

“Jamu untuk kesehatan agar mencegah terserang penyakit itu sah saja. Tetapi kalau hewannya sakit, sebaiknya juga diberikan terapi medikatif secara konvensional. Nah, jamu ini nantinya dikombinasikan dengan terapi konvensional sebagai suportif,” tutur pria kelahiran Kebumen ini.

Ia juga mengimbau terkait cara pemberian sediaan herbal, karena setiap spesies memiliki toleransi berbeda, juga terhadap khasiat, volume, konsentrasi, dan aplikasinya harus tepat sesuai kaidah medis. “Apabila kondisi ayam memburuk atau mengalami penurunan, sebaiknya langsung periksakan ke dokter hewan,” pungkasnya. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

BERINVESTASI PADA BIOSEKURITI

Ilustrasi biosekuriti. (Sumber: ahdb.org.uk)

Pentingnya aspek biosekuriti juga membuat orang terkadang salah kaprah, oleh karenanya dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mendalam. Selain itu, kini penerapan biosekuriti dapat berbuah manis bagi siapapun yang mengaplikasikannya.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, apapun caranya. Dalam aplikasinya terserah kepada masing-masing peternak, namun begitu karena alasan budget rata-rata peternak abai terhadap aspek biosekuriti.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010) yakni kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flock, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air, serta kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk diimplementasikan.

Hewan Produktif, Manusia Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung, sewaktu FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan sedang giat menyosialisasikan biosekuriti tiga zona pada peternak layer di sana. Bersama akademisi dari UNILA, dinas peternakan setempat, dan perusahaan swasta yang berkecimpung di dunia peternakan, FAO memberikan penyuluhan dan mengajak peternak untuk “hijrah” agar sistem beternak mereka lebih baik dan mengutamakan biosekuriti.

Salah satu peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, Kusno Waluyo, bercerita mengenai keputusannya mengubah  sistem beternak konvensional menjadi rasional. Bisa menjadi salah satu rujukan jika ingin mengetahui efektivitas penerapan biosekuriti.

Peternak berusia 48 tahun ini memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya memang cukup memuaskan, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini, saya dengar kalau ini bagus, makanya saya coba ikut. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Ia mengatakan bahwa salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah disaat ayam menginjak usia sekitar 29 minggu produksi telurnya stabil di angka 90% lebih. Selain itu dalam data juga disebutkan bahwa tingkat kematian ayam di peternakannya sangat rendah, hanya 1% dari 30.000 ekor populasi. “Di farm sini per hari enggak melulu ada yang mati, enggak seperti sebelumnya,” ungkap dia.

Selain itu, Kusno sudah sejak lama tidak menggunakan antibiotik tertentu dalam upaya pencegahan penyakit. Ia bahkan bekerja sama dengan peneliti dari UGM terkait penggunaan sediaan herbal (jamu) untuk meningkatkan performa dan mencegah penyakit.

“Kami sudah bekerja sama sejak lama, awalnya coba-coba, tetapi kini saya mulai berkonsultasi dan bekerja sama dengan UGM. Hasilnya lebih dari yang saya harapkan, performa naik, penggunaan antibiotik berkurang, dan kami berhasil membuka pasar untuk produk telur herbal kami,” tukasnya.

Disinfeksi sebelum masuk dan keluar kandang. (Foto: Istimewa)

Diwajibkan Pemerintah
Pentingnya aspek biosekuriti di unit usaha peternakan telah lama digaungkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian. Unit usaha yang bergerak di bidang peternakan dan menghasilkan produk pangan asal hewan wajib memiliki sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner). Sertifikat NKV ini adalah bukti sah bahwa telah diterapkannya praktik higiene dan sanitasi yang baik di unit usaha tersebut, dimana penerapan higiene dan sanitasi merupakan bagian dari biosekuriti.

Sejak 2005 melalui Permentan No. 381/2005 pemerintah telah mengatur hal tersebut (Sertifikasi NKV). Belakangan pemerintah melalui Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Ditjen PKH, kembali menunjukkan sikap bernasnya dalam sertifikasi NKV. Peraturan baru terkait NKV tertuang dalam Permentan No. 11/2020 yang gencar disosialisasikan.

Direktur Kesmavet, Drh Syamsul Maarif, mengatakan bahwa di Indonesia program jaminan mutu dan keamanan pangan sudah diatur oleh banyak peraturan perundangan. “Permentan ini dibuat khususnya dalam mencegah dari risiko penyakit zoonotik yang dapat ditularkan melalui produk-produk asal hewan seperti susu, telur, dan produk olahan asal hewan lainnya,” tutur Syamsul.

Ia mengatakan bahwa sudah menjadi tugas pemerintah untuk memastikan produk pangan asal hewan yang dikonsumsi masyarakat adalah produk yang ASUH (aman, sehat, utuh, dan halal), serta terjamin mutunya.

Lalu apa hubungannya NKV, biosekuriti, dan peternakan? Seperti yang sudah disampaikan bahwa NKV adalah bukti suatu unit usaha telah menerapkan sanitasi dan higene pada unit usahanya, dimana kedua aspek tersebut merupakan bagian dari biosekuriti.

Drh Ira Firgorita dari Direktorat Kesmavet mengatakan bahwa beberapa unit usaha peternakan langsung menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi, misalnya peternakan layer, peternakan sapi, dan kambing perah. Hal ini tentunya membutuhkan jaminan bahwa produk tersebut aman dikonsumsi.

“Oleh karenanya dibutuhkan penerapan biosekuriti yang baik dan kita akan berikan NKV jika memang memenuhi. Kalau di ayam broiler produknya tidak langsung dikonsumsi, jadi yang kita wajibkan NKV itu di RPA-nya (rumah pemotongan ayam),” kata Ira.

Ira juga bilang bahwa nantinya unit usaha penghasil produk ternak seperti peternakan penghasil telur dan susu wajib memiliki NKV. Apabila kedapatan tidak memiliki NKV akan diberikan sanksi berupa denda hingga kurungan penjara.

“Ayo dilakukan penerapan biosekuritinya, terus kita audit dan bimbing supaya bisa dapat NKV, banyak keuntungan juga kalau punya NKV,” tutur Ira. Keuntungan yang dimaksud yakni ada pada nilai tambah produk. Dengan kata lain, produk-produk yang memiliki sertifikat NKV lebih memiliki daya saing di tingkat retail bahkan ekspor. Hal ini dikarenakan produk yang hendak diekspor wajib memiliki NKV, dimana persyaratan yang ada pada NKV mirip dengan persyaratan produk ekspor. Hal itu juga yang dikatakan oleh Syamsul Maarif.

“Kami menyamakan prasyarat tersebut tentunya dengan merujuk pada peraturan internasional, jadi kalau sudah terpenuhi semuanya yang ada di situ otomatis sudah sama dengan ketentuan yang ada dan berlaku di tingkat internasional. Jadi tidak main-main,” kata Syamsul.

Melalui sertifikasi NKV ini, ia berharap agar peternak semakin peduli dengan biosekuriti di kandangnya, utamanya peternak penghasil susu dan telur. Namun begitu, bukan berarti juga bahwa peternak selain penghasil telur dan susu boleh abai pada biosekuriti. Ia tetap mengimbau agar peternak concern dengan biosekuriti. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MANAJEMEN BROODING UNTUK TEKAN RISIKO NE

Menjaga kesehatan saluran pencernaan bukan perkara mudah, sebab terdapat sejumlah penyakit yang senantiasa mengancam. (Foto: Istimewa)

Masa brooding menjadi fase yang sangat krusial dan menjadi penentu keberhasilan dalam pemeliharaan broiler. Hal ini cukup beralasan karena pada masa ini terjadi proses perbanyakan sel (hiperplasia) dan perkembangan sel (hipertropi) yang sangat cepat pada organ penting anak ayam.

Di sisi lain pada masa brooding, sistem termoregulasi (pengaturan suhu tubuh) anak ayam belum berkembang sempurna, sehingga tugas peternak adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dan sesuai kebutuhan anak ayam.

Head of Unit Madiun BroilerX, Drh Nanang Seno Utomo, mengatakan bahwa manajemen brooding menjadi penentu keberhasilan performa broiler. Terdapat lima titik kritis yang harus benar-benar diperhatikan peternak, di antaranya manajemen pakan, temperatur, kualitas udara, pencahayaan, dan air minum.

“Terkait pakan saya sarankan untuk menggunakan pakan starter berbentuk fine crumble. Dengan ukuran kecil akan lebih memudahkan anak ayam berkenalan dengan pakan. Pemberian pakan harus diberikan dengan segera setelah DOC datang, secara cukup baik tempat, jumlah, dan kualitasnya,” ujar Nanang saat menjadi narasumber dalam acara webinar Indonesia Livestock Club (ILC) edisi Ke-31, beberapa waktu lalu yang bertajuk “Manajemen Brooding untuk Menekan Risiko Penyakit Necrotic Enteritis”.

Ia menambahkan, “Dengan segera mengonsumsi pakan, usus ayam bisa segera tergetak dan reseptor usus segera mengenal pakan, sehingga vili-vili dapat tumbuh maksimal dan saluran pencernaan bisa berkembang dengan baik.”

Mengenai manajemen pakan, Nanang melihat bahwa penting untuk mengatur tata letak jalur pakan dan minum agar mudah dijangkau ayam. Penempatan tempat pakan/feeder tube harus sedikit lebih rendah dari tembolok ayam jika ayam berdiri tegak. Kemudian untuk memberi stimulasi ayam agar makan, maka pakan harus tetap tersedia dan terus ditambah (top dress). Hal ini bertujuan agar pakan yang tersedia tetap segar. Selanjutnya dalam 6-8 jam, sekitar 95% DOC harus sudah makan dan minum. Hal ini bisa dilihat dengan mengecek tembolok, minimal 1% dari populasi yang tersebar di berbagai titik kandang.

“Titik kritis selanjutnya adalah manajemen temperatur. Hal yang wajib dipahami adalah suhu internal anak ayam harus dipertahankan pada 40,4-40,6° C. Apabila di bawah 40° C akan terlalu dingin dan apabila melebihi 41° C maka akan panting. Lantas bagaimana manajemen temperatur? Jadi sebelum memasukkan DOC, kita harus melakukan pre-heating pemanas radian dengan target suhu lantai antara 32-35° C . Suhu lantai yang tidak tercapai akan membuat anak ayam tidak nyaman, feed intake turun dan kurangnya aktivitas,” jelasnya.

Kemudian, suhu rektal anak ayam harus dicek dengan standar rentang suhu antara… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023. (INF)

MENJAGA AGAR PENYAKIT TIDAK KEMBALI

Biosekuriti harus selalu diterapkan secara ketat. (Foto: Istimewa)

Jika bicara prediksi tentunya tidak akan 100% akurat. Semua masih tergantung pada Tuhan Yang Maha Esa yang. Namun begitu, tidak ada salahnya memperkirakan dan sedikit “meramal” apa yang akan terjadi di tahun depan sembari mengambil ancang-ancang agar lebih siap.

Jangan Lengah dengan Penyakit Residivis
Tony Unandar selaku konsultan perunggasan melihat selama ini penyakit unggas yang terjadi di lapangan masih itu-itu saja, berbeda musim memang penyakitnya juga berbeda, tetapi penyakit yang muncul tetap sama.

“Kalau bisa dibilang kita masih berkutat dengan yang lama dan monoton begitu-begitu saja dan faktor yang sangat genting untuk diperbaiki adalah pola pemeliharaan dari peternak kita,” kata Tony.

Jikalau tidak ada upaya perbaikan dalam hal ini sesegera mungkin, bukan hanya kasus penyakit yang terus berulang akan terjadi, tetapi tingkat keparahannya maupun jenis penyakit baru akan bertambah di masa depan.

“Saya beri contoh yang simpel, pernah lihat panen di kandang semuanya langsung diangkut? Enggak kan? Jangankan di peternakan kecil, yang besar juga ada yang begitu. Padahal bagusnya all in all out. Lalu kira-kira berapa persen peternakan di Indonesia ini yang biosekuritinya baik? Mayoritas jelek atau baik? Saya tanya begitu saja kita langsung tersenyum kecut,” ucap Tony kepada Infovet.

Tony juga berujar bahwa sebaik-baiknya obat baru yang ditemukan, sebaik-baiknya riset di bidang penyakit hewan, dan secanggih-canggihnya teknologi berkembang, bila tidak dibarengi dengan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

CURIGA AYAM STRES? BEGINI INDIKATORNYA

Faktor performa produksi dan pertumbuhan ayam akan sangat baik jika ayam merasa nyaman dan terhindar dari stres. (Foto: Dok. Infovet)

Layaknya manusia, hewan ternak khususnya ayam juga dapat mengalami stres. Bahkan beberapa pakar menyatakan bahwa ayam ras kekinian, meskipun memiliki performa produksi yang tinggi, juga memiliki kecenderungan lebih mudah stres.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, dunia pembibitan ayam ras pun ikut berkembang. Bayangkan pada 1970-1980-an, ayam broiler mencapai bobot badan 1 kg setelah melalui sekitar 70-80 hari pemeliharaan. Namun kini, ayam broiler dapat mencapai bobot yang sama bahkan lebih hanya dalam kurun waktu 30 hari.

Namun begitu diakui bahwasanya tendensi ayam broiler kekinian terhadap cekaman dan stres cenderung tinggi. Kondisi stres merupakan hal penting yang harus diketahui oleh dokter hewan, hal ini karena stres dapat melemahkan sistem imun ayam dan akan berimbas panjang ke depannya. Oleh karena itu, faktor performa produksi dan pertumbuhan ayam akan sangat baik jika ayam merasa nyaman dan terhindar dari stres.

Sebagaimana diketahui bersama, banyak sekali faktor penyebab stres, antara lain fisiologis, nutrisi, lingkungan, suhu dan iklim, sosial, fisik, serta tekanan psikologis. Secara teknis, hormon kortikosteron dilepaskan oleh kelenjar adrenal ketika ayam menghadapi stres.

Hal ini sebenarnya membantu ayam mengatasi stres, tetapi pada saat yang sama menyebabkan efek yang tanpa disadari mempengaruhi tubuh ayam. Setiap kali ayam berada dalam kondisi stres, ada pelepasan glukosa yang cepat ke dalam darah yang mengakibatkan penipisan glikogen atau cadangan gula yang tersimpan di hati dan otot, kemudian terjadi peningkatan pernapasan, perubahan sistem hormon yang menyebabkan perubahan kimia seperti perubahan tingkat pH di usus yang pada gilirannya mengganggu keseimbangan mikroflora di usus, sehingga menyediakan lingkungan yang cocok untuk beberapa jenis mikroba yang berpotensi mengakibatkan penyakit.

Peningkatan hormon stres juga mendorong pembentukan dan peningkatan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas bereaksi dengan oksigen sehingga suplai oksigen dalam tubuh terganggu, tentunya ini sangat merugikan. Walau banyak yang mengetahui hal ini, namun masih tak sedikit yang kebingungan bagaimana mengidentifikasi stres berdasarkan kondisi fisik ayam.

Mengenali Tanda Stres
Secara umum kondisi visual yang terjadi pada ayam stres yakni terjadi perubahan pada bulu sayap dan bentuk kotoran. Sangat penting bagi peternak dan dokter hewan untuk dapat mengenali tanda stres dalam mengevaluasi tata cara pemeliharaan apakah sudah cukup nyaman bagi ayam.

Mengapa perubahan bulu bisa dijadikan indikator kondisi ayam sedang mengalami stres?

• Pertumbuhan bulu berlangsung sangat cepat dan mudah dilihat (bulu sayap).

• Komponen bulu sebagian besar adalah protein (β-keratin).

• Perubahan fisik bulu yang abnormal menggambarkan alokasi nutrisi protein dalam keadaan tertentu (kondisi stres). Tentunya stres akan menimbulkan “cost” nutrien tertentu. Dalam hal ini alokasi protein yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan bulu akan dialokasikan untuk hal lain seperti sistem imun ayam, terlebih bila saat muncul cekaman/stres.

Karakteristik bulu sayap pada ayam yang normal sehat tanpa mengalami stres akan terlihat rapih dengan struktur bulu yang utuh, tanpa kerusakan, bersifat kedap air dan tidak pecah. Setiap kali ayam yang mengalami kondisi stres berat, akan terlihat “stress marking” pada bulu (terutama di bagian vane). Stress marking berawal dari ujung bulu, hal ini akan bersifat permanen dan membekas selama beberapa waktu sesuai umur ayam.

Jika ayam hanya mengalami satu kondisi stres, maka hanya akan muncul satu stress marking, begitupun jika ayam mengalami beberapa kali kondisi stres, maka stress marking yang muncul juga lebih dari satu alias multiple. Penilaian signifikansi stress marking dilakukan dengan metode sampling kira-kira 10-20 ekor ayam. Jika dari sampel tadi ditemui 50% atau lebih stress marking, maka dapat disimpulkan kondisi stres signifikan terjadi.

Namun jika kurang dari 50%, maka dapat dikatakan kondisi stres masih dapat ditoleransi. Meskipun dibutuhkan perbaikan dalam hal teknis manajemen pemeliharaan, seperti membuat suhu dan menjadi lebih stabil sesuai standar dan perbaikan densitas kandang. Yang lebih baik adalah jika tidak ditemukan sama sekali stress marking, maka dapat dikatakan manajemen pemeliharaan yang diterapkan sudah baik dan benar.

Berkaca pada kenyataan di lapangan, secara umum biasanya ada saja individu ayam yang bereaksi terhadap kondisi tertentu, dimana sebagaian ayam lainnya tidak meresponnya sebagai kondisi cekaman/stres. Sehingga acuan jumlah sampel dalam mengidentifikasi hadirnya cekaman stres sangat penting diperhatikan.

Sebagai pertimbangan, stress marking yang muncul diumur 7-10 hari menunjukan manajemen brooding yang belum baik dan harus diperbaiki pada periode selanjutnya. Jika ayam tidak menunjukan stress marking diumur tersebut, maka manajemen brooding yang diaplikasikan sudah baik.

Bentuk Fisik Stress Marking, Seperti Apa?
Di bawah ini sedikit penulis jabarkan bentuk fisik bulu pada ayam yang mengalami stres alias stress marking:

• Jika stress marking berbentuk garis zona kosong akibat struktur hooklet, “barbule” dan “barb” tidak tumbuh sempurna. Hal ini masuk pada kondisi stres derajat sedang. Jika hanya terlihat garis zona kosong tipis atau samar, berarti ayam telah mengalami stres ringan. Sedangkan jika terlihat garis zona kosong lebar, berarti ayam telah mengalami kondisi stres sedang.

• Pada stress marking berbentuk segitiga kosong seperti dipotong pada bagian vane, bentukan ini dapat dikatakan bahwa ayam berada dalam kondisi stres derajat berat.

• Sedangkan jika stress marking berbentuk pecah-pecah layaknya serpihan, dimana antar struktur barbules tidak membentuk ikatan dengan barbules lainnya, artinya ayam mengalami stres yang disertai problem kesehatan atau kondisi sakit.

(A) Ayam mengalami kondisi stres karena masalah kesehatan/penyakit. (B) Ayam berada dalam kondisi stres berat (terdapat bulu-bulu yang patah). (C) Ayam mengalami stres pada minggu pertama akibat kegagalan manajemen brooding.

Deteksi Dini = Bermanfaat
Dengan melakukan identifikasi dini stres melalui bulu, peternak dapat melakukan evaluasi program pelaksanaan pemeliharaan ayam dikandangnya. Jika ditemukan banyak stress marking pada bulu, berarti ada hal yang harus segera dikoreksi agar pertumbuhan ayam tidak mengalami gangguan.

Sekali lagi penulis ingatkan bahwa penyebab stres di kandang harus diketahui oleh peternak, anak kandang, dan dokter hewan penanggung jawab kandang. Jika dapat mengidentifikasinya, maka dapat menantisipasi langkah selanjutnya. Begitupun sebaliknya, ketidakpahaman tentang kondisi stres yang terjadi akan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan pada ayam.

Jangan lupa pula melakukan monitoring secara terus-menerus dan senantiasa mengevaluasi tata laksana pemeliharaan demi menjamin keberhasilan dalam usaha ternak ayam. ***

Oleh: Drh Jumintarto Oyiem, Praktisi Perunggasan
Dirangkum oleh: Drh Cholillurahman (Redaksi Majalah Infovet)

RAGAM PENYAKIT YANG MENGHAMPIRI & BAGAIMANA PREDIKSINYA

Ayam mengalami gangguan akibat serangan penyakit. (Foto: Istimewa)

Banyak masalah yang merintangi budi daya perunggasan, mulai dari cost pakan hingga kesehatan hewan. Penyakit merupakan salah satu makanan sehari-hari yang tentu dihadapi oleh peternak unggas. Pasalnya ketika penyakit menyerang, akan dibutuhkan cost tambahan dalam biaya produksi.

Baik penyakit yang sifatnya infeksius maupun non-infeksius semuanya bisa jadi biang keladi kerugian bagi peternak. Menarik untuk dicermati ragam penyakit yang menghampiri di tahun ini dan bagaimana prediksinya ke depan.

Yang Terjadi Bisa Diprediksi
Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam menerka dinamika penyakit unggas, perlu digunakan pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya.

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Mereka rutin menyajikan data dan memprediksi penyakit unggas dalam beberapa tahun terakhir di negara tempat mereka beroperasi, salah satunya Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar.

“Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana di situ ada program yang namanya GPS (Global Protections Services). Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer Ceva dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.

Lebih lanjut dijabarkan mengenai data penyakit unggas yang terjadi di 2023. Dimana Ceva secara rutin mengunggahnya di website mereka sehingga dapat memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, bahkan khalayak umum dapat mengaksesnya. Data tersebut diunggah secara berkala setiap bulannya.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan Ceva melalui program GPS, sampai Desember 2023 setidaknya ada lima penyakit yang dominan menjangkiti peternakan ayam broiler maupun petelur. Kelima penyakit tersebut yakni IBD (gumboro) 12%, chronic respiratory disease (CRD) 11%, dan newcastle disease (ND) 11%.

Pada ternak broiler, serangan ND masih mendominasi sebanyak 14% kasus, IBD 12%, dan CRD 12%. Sedangkan pada ayam petelur kejadian kasus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

POTRET PENYAKIT UNGGAS KINI DAN NANTI

Ternak ayam broiler. (Foto: Istimewa)

Selama 2023, banyak informasi dari para dokter hewan lapangan PT Romindo (Veterinary Representative) di seluruh Indonesia, yang melaporkan bahwa kasus penyakit ND (newcastle disease), IBD (infectious bursal disease), SHS (swollen head syndrome), CRD, NE, coryza, NE, kolera, dan kolibasilosis kejadiannya selalu tinggi setiap bulan. Selain itu, penyakit yang dipicu oleh mikotoksikosis dan kondisi heat stress juga dilaporkan tinggi dan terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Sebelum lebih jauh membahas penyakit-penyakit di atas, akan dijelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan imunosupresi pada ayam, karena faktor tersebut sangat erat kaitannya dengan terjadinya penyakit-penyakit pada ayam.

Kasus penyakit ayam umumnya terdiri atas penyakit primer dan sekunder, meskipun tidak menutup kemungkinan kasus yang terjadi merupakan gabungan dari beberapa penyakit primer dan sekunder yang menyebabkan penyakit komplikasi/kompleks. Penyakit primer yang dimaksud di sini adalah penyakit yang disebabkan karena jumlah tantangan agen penyakit yang tidak dapat diatasi oleh sistem pertahanan tubuh ayam, sedangkan penyakit sekunder yang dimaksudkan di sini adalah penyakit yang disebabkan melemahnya sistem pertahanan tubuh ayam (imunosupresi), sehingga memudahkan terjadinya infeksi agen penyakit lain.

Imunosupresi merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan reaksi pembentukan zat kebal tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid. Dengan adanya penurunan jumlah antibodi dalam tubuh, maka agen-agen penyakit akan lebih leluasa masuk dan menginfeksi bagian tubuh sehingga timbul gangguan pertumbuhan dan produksi. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh ayam antara lain rusaknya organ limfoid primer ataupun sekunder karena infeksi virus dan mikotoksin, rusaknya organ limfoid sekunder karena infeksi bakterial, stres yang memengaruhi fungsi organ limfoid primer, serta efek nutrisi dan manajemen yang dapat memengaruhi organ limfoid primer maupun sekunder. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan sistem pertahanan tubuh, organ limfoid penghasil sistem kekebalan tubuh harus dijaga.

Terjadinya kondisi imunosupresi disebabkan kerusakan dan terjadinya gangguan fungsi organ limfoid, baik organ limfoid primer maupun sekunder. Penyakit yang merusak struktur dan fungsi organ limfoid primer di antaranya mikotoksikosis, gumboro, mareks, infeksi reovirus, infeksi chicken anemia, dan infeksi ALVJ. Sedangkan penyakit yang dapat merusak struktur dan fungsi organ limfoid sekunder adalah… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer