-->

KERJA SAMA INDONESIA-URUGUAY TINGKATKAN KUALITAS DAGING DAN SUSU

MoU pembangunan pangan antara Indonesia dan Uruguay. (Foto: Istimewa)

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi, bersama Menteri Peternakan, Pertanian, dan Perikanan Republik Oriental Uruguay, Fernando Mattos, menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pembangunan pangan di kedua negara, khususnya di bidang peternakan untuk mengembangkan produksi daging dan susu berkualitas.

“Kementan bergerak sesuai arahan presiden untuk meningkatkan kinerja sektor pangan, utamanya daging, produk hortikultura, dan tanaman pangan,” ucap Harvick melalui siaran resminya di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Selasa (4/6/2024).

Pada 2023, total nilai perdagangan komoditas pertanian antara Indonesia dan Uruguay hanya mencapai sekitar 8.87 juta USD. Oleh sebab itu, Wamentan menaruh harapan dalam kerja sama ini, baik untuk meningkatkan nilai perdagangan komoditas pertanian maupun bidang peternakan.

Saat ini Uruguay menduduki posisi ketujuh produsen daging utama di dunia dengan mengekspor 450 ribu ton daging sapi ke pasar internasional. Uruguay dikenal sebagai negara yang memiliki sistem pengelolaan ternak modern dan berkelanjutan, salah satunya dengan melarang penggunaan hormon sejak 1962 dan melarang antibiotik pada 2011.

“Bukan hanya terjadinya trading di antara kedua negara, kita sepakat untuk bertukar informasi bagaimana mengembangkan teknologi pertanian. Utamanya agar kedua belah negara bisa lebih berkembang lagi,” tambah Harvick.

Saat ini pihaknya tengah berupaya meningkatkan produksi komoditas nasional, khususnya di bidang peternakan untuk memenuhi stok kebutuhan daging sapi dan produk susu. Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, pernah menyampaikan bahwa swasembada protein hewani harus terwujud demi Indonesia Emas 2045.

“Kita tidak hanya fokus pada swasembada daging, tapi juga swasembada protein hewani, termasuk ternak perah yang menghasilkan susu,” kata Mentan Amran.

Hal serupa disetujui oleh Menteri Pertanian Uruguay, Fernando Mattos. Ia melihat ada potensi besar untuk meningkatkan sektor perdagangan komoditas pertanian sekaligus memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Uruguay dalam upaya pembangunan swasembada pangan di masing-masing negara.

“Kita sangat senang atas penandatangan MoU ini. Kita telah menemukan beberapa topik penting untuk dapat mengembangkan industri daging ternak dan susu untuk mencapai target swasembada. Uruguay akan membantu Indonesia karena kita memiliki pengalaman yang panjang dalam industri peternakan,” kata Fernando Mattos. (INF)

PEMANTAUAN PANGAN JELANG LEBARAN, PEJABAT KEMENTAN: CUKUP DAN AMAN

Kementan bersama Komisi IV DPR RI melakukan pemantauan di pasar untuk memastikan ketersediaan pangan jelang Lebaran. (Foto: Istimewa)

Memasuki 10 hari menjelang Idul Fitri 1445 H, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Komisi IV DPR RI melakukan pemantauan untuk memastikan ketersediaan dan pasokan 12 bahan pangan pokok aman dan mencukupi.

Dalam keterangan resminya, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir akan ketersedian daging sapi, maupun daging dan telur ayam ras, karena pemerintah terus melakukan pemantauan di lapangan.

“Berdasarkan pemantauan ketersediaan telur ayam, daging ayam, dan daging sapi cukup tersedia dan aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga Idul Fitri,” kata Nasrullah saat melakukan pemantauan bersama di Pasar Cibinong dan Pasar Induk Kemang, Bogor, Jawa Barat, Senin (1/4/2024).

Ia menambahkan, menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), pemerintah berkomitmen mengintensifkan pemantauan pasokan dan meningkatkan kelancaran distribusi bahan pangan dari daerah sentra produksi ke daerah konsumen. Selain itu juga memberikan informasi tentang kepastian penyediaan pasokan dan sekaligus meningkatkan keamanan pangan untuk mencegah terjadinya peredaran bahan pangan yang tidak memenuhi kaidah keamanan pangan.

Ditemui di tempat yang sama, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Budhy Setiawan, mengatakan bahwa kondisi pangan di Bogor dipastikan dalam keadaan aman dan terkendali. “Kami ingin memastikan bahwa kebutuhan pangan jelang Lebaran itu tak terkendala apapun dan masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkannya,” katanya.

Sementara menurut Jamaludin, seorang penjual telur di Pasar Cibinong, menyampaikan bahwa pasokan telur ayam ke lapaknya sampai saat ini berjalan lancar, bahkan stok telur sampai lebaran dalam kondisi aman. “Untuk stok telur ayam masih aman sampai saat ini dan alhamdulillah pembeli terus berdatangan dan bertambah setiap harinya,” kata Jamaludin.

Selain itu, adapun untuk daging sapi juga disebutkan stoknya masih tercukupi. Hal tersebut diungkapkan oleh Yuda, salah seorang penjual daging sapi. Daging yang ia peroleh berasal dari pemasok dari rumah pemotongan hewan (RPH) Cibinong.

Hal senada juga dikatakan oleh Hermawan, penjual daging ayam broiler yang menyampaikan penjualannya berjalan normal dengan pasokan yang lancar. “Pembeli mau beli ayam berapapun kami siap potong untuk kebutuhan menjelang Idul Fitri, insyaallah aman,” katanya.

Pemantauan bersama tersebut juga dilakukan pada usaha peternakan unggas Kandang Jabrik yang terletak di Desa Tonjong, Tajurhalang, Bogor. Peternakan yang memiliki lahan 5.000 m2 dengan populasi broiler mencapai 27.000 ekor tersebut menjadi salah satu sasaran pemantauan karena perannya dalam produksi unggas di wilayah tersebut. (INF)

TURUNKAN TIM KE LAPANGAN, KEMENTAN RESPONS CEPAT LAPORAN ANTRAKS DI YOGYAKARTA

Tim saat mengambil sampel di peternakan warga karena adanya laporan kasus antraks. (Foto: Istimewa)

Merespons laporan kasus antraks di Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 8 Maret 2024, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), langsung menurunkan tim ke lapangan.

“Tim kami dari Balai Besar Veteriner Wates telah melakukan investigasi dan pengujian laboratorium dengan hasil positif antraks dari sampel darah sapi dan tanah yang berasal dari Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul dan sampel tanah dari Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman,” ujar Dirjen PKH, Kementan, Nasrullah, dalam siaran resminya di Jakarta, Selasa (12/3/2024).

Untuk mencegah tambahan kasus, ia sampaikan bahwa Kementan segera mengirimkan bantuan berupa vaksin sebanyak 1.000 dosis, 100 botol antibiotik, dan 1.000 botol vitamin untuk diberikan ke ternak di wilayah terdampak di DIY.

"Bantuan tersebut akan disalurkan untuk penanganan kejadian antraks yang dilaporkan dari Sleman, Gunung Kidul, dan wilayah terancam lainnya," ucapnya.

Sementara terkait adanya kasus antraks, Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Nuryani Zainuddin, menerangkan bahwa penyakit tersebut merupakan salah satu penyakit hewan yang dapat menular ke manusia (zoonosis).

"Saya minta masyarakat tetap waspada dan tidak menjual atau memotong hewan sakit, apalagi mengonsumsinya," imbuhnya. Sebab, adanya kasus pada masyarakat disebabkan karena mereka mengonsumsi ternak yang sakit dan dicurigai antraks.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa timnya bersama dinas setempat telah melakukan dekontaminasi dan disinfeksi pada lingkungan yang tercemar, yaitu lokasi penyembelihan, kandang dan area penguburan ternak, pengobatan antibiotik dan roboransia, serta KIE bersama dengan UPT Puskesmas. Sedangkan vaksinasi akan segera dilakukan setelah pengobatan.

“Tim kami akan terus melakukan penanganan di lapang dan dalam waktu dekat kita akan adakan pertemuan lintas sektor termasuk kesehatan yang dikoordinir oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY,” pungkasnya. (INF)

PJ GUBERNUR BABEL PASTIKAN STOK DAGING SAPI AMAN SELAMA NATARU

Safrizal (kanan), kala berdiskusi dengan seorang peternak


Pj Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Safrizal memastikan stok daging cukup dan harga stabil jelang Natal 2023 dan  Tahun Baru 2024. Hal ini terungkap setelah orang  nomor satu di Babel itu mengunjungi salah satu peternakan sapi di  Petaling, Mendo Barat, Kabupaten Bangka pada Jumat (22/12/2023)

"Saya ke peternakan sapi bali punya Pak Priyono  yang memiliki puluhan sapi yang digemukkan. Masih ada peternakan sapi di tempat lain sehingga stok daging terpenuhi pada akhir tahun ini," kata Safrizal,  Jumat (22/12/2023) di Bangka.

Safrizal menuturkan dalam dialog dengan Priyono terungkap kesulitan mendapatkan  pakan. Pasalnya, konsentrat seperti ampas ubi, onggok, bungkil sawit, dedak padi didatangkan  dari Lampung. Sementara di Babel tidak ada lagi  pabrik ubi karena  sudah ditutup. Masalah lain peternak sapi beralih ke sapi pengembangan (sapi yang dilepas). Sehingga untuk penjual tidak menentu karena sapi ini bukan sapi  penggemukan.

"Setelah mendengar kendala yang dihadapi peternakan sapi, kami  akan kolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi peternakan sapi," jelas Safrizal. (INF)


KINERJA RUMEN DAN KEJADIAN ASIDOSIS

Peternak rakyat memberikan comboran berlebih memicu asidosis. (Foto: Dok. Joko)

Nutrisi ternak harus diberikan secara berimbang, karena kekurangan salah satu komponen tersebut akan mengganggu kerja sistem pencernaan. Ternak ruminansia membutuhkan air, energi, protein, mineral, vitamin, dan serat yang efektif. Beberapa lemak juga dibutuhkan, tetapi jika terlalu banyak mengganggu fermentasi dalam rumen.

Sapi merupakan ternak ruminansia yang berlambung ganda, yaitu rumen, reticulum, omasum, dan abomasum. Rumen memiliki kapasitas besar hingga 120 liter, tempat terjadinya proses pemecahan karbohidrat protein oleh mikrobia menjadi substrat yang bisa dicerna. 

Sapi di Asia mengonsumsi air minum sekitar 40 liter per ekor setiap hari hingga 100 liter pada cuaca panas. Air minum bersih dan segar harus tersedia sepanjang waktu, jika konsumsi tidak mencukupi menimbulkan dehidrasi ringan menyebabkan konsumsi nutrisi sedikit dan pertumbuhan tidak maksimal. Kualitas air dipengaruhi oleh garam-garam yang terlarut di dalam air dan ada tidaknya cemaran kuman E. coli dan colifrom. Peternakan sapi harus memastikan persediaan air bersih setiap saat, memiliki persediaan setidaknya untuk dua hari bagi seluruh tempat bak minum kandang dan menguji air minum berkala untuk mengetahui kandungan garam (tidak melebihi 5000 ppm), serta bebas cemaran kuman. Pembersihan bak air dilakukan rutin setiap hari dan diganti dengan air segar dan bebas dari kuman, sampah, dan jamur.

Jika konsumsi air minum tidak cukup, maka komponen nutrisi lainnya tidak akan tercerna sempurna. Sebaliknya jika air tersedia cukup, namun asupan energi tidak tercukupi, maka penambahan protein juga tidak banyak memberikan manfaat. Ketersediaan dan kualitas pasokan air sangat penting. Air tidak dianggap sebagai nutrisi tetapi penting karena sistem pencernaan nutrisi ruminansia terdiri dari 85-90% air. Air diperlukan untuk banyak proses meliputi sebagai substrat fermentasi, untuk mengangkut mineral dan metabolit, untuk kesehatan seluruh sel tubuh, untuk mengeluarkan zat beracun dan tidak diinginkan, serta untuk semua fungsi homeostatis, termasuk keseimbangan darah dan pengaturan suhu.

Rumen merupakan lambung terbesar di antara tiga lainnya, dimana cairan rumen mengandung mikrobia kompleks bakteria, jamur, dan protozoa. Rumen berisi 85-90% air yang terdiri dari mikrobia (bakteri, jamur, dan protozoa). Suhu rumen dijaga agar stabil antara 38-40° C dan sebagian besar adalah anaerob. Derajat keasaman (pH) rumen stabil pada 5.5-6.5 yang efisien untuk proses pencernaan. Mikrobia tersebut berfungsi memproses selulosa dan biji-bijian menjadi volatile fatty acid (VFA) sebagai sumber energi. Mikrobia menggunakan karbohidrat dan nitrogen untuk menjadikan protein untuk reproduksi mikrobia baru. Protein mikrobial ini selanjutnya dicerna masuk ke saluran pencernaan berikutnya.

Mikrobia rumen mendegradasi sumber nitrogen menjadi protein yang dapat digunakan untuk ternak. Mikrobia juga memanfaatkan karbohidrat pada dinding sel tumbuhan (lignin, selulosa, dan hemiselulosa) sebagai sumber energi. Mikrobia mengonversi biji-bijian dan rumput menjadi VFA sebagai sumber energi. VFA mensuplai hampir 70% energi untuk ternak. Tiga jenis VFA yang memiliki peran utama meliputi asam propionik (paling efisien digunakan, dihasilkan oleh pencernaan pati/biji-bijian), asam butirat, dan asam asetat (kurang dimanfaatkan secara efisien, dihasilkan oleh proses pencernaan serat). VFA ini diserap oleh rumen kemudian ditransportasikan menuju hati untuk digunakan dalam beberapa macam fungsi metabolisme. Mikrobia rumen memproduksi kelompok vitamin B yang digunakan ternak untuk metabolisme glukosa menjadi energi. Produksi VFA yang terlalu cepat dari konsumsi biji-bijian (konsentrat) berlebih tanpa diimbangi serat dari rumput, akan menurunkan pH rumen secara cepat, menyebabkan asidosis.

Perbanyakan mikrobia juga terjadi karena mengonsumsi protein yang dihasilkan mikrobia di dalam abomasum. Tingginya populasi mikrobia di dalam rumen menunjukan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Koresponden Infovet Lampung
Mahasiswa Doktoral Sain Veteriner UGM

WASPADAI PENYAKIT STRATEGIS PADA RUMINANSIA

Beberapa daerah asal ternak ruminansia di Indonesia masih endemis atau tertular penyakit strategis. (Foto: Istimewa)

Pada momen-momen tertentu seperti Iduladha, perdagangan ternak ruminansia dari daerah sentra ternak ke beberapa daerah cukup tinggi. Ternak ruminansia bisa berada di tempat baru selama beberapa bulan dengan tujuan penambahan bobot badan guna memperoleh harga yang lebih tinggi. Masuknya ternak baru dengan izin masuk sebagai ternak potong berpotensi juga memasukkan penyakit baru dari daerah tertular ke daerah baru yang belum tertular penyakit.

Ternak baru sebagai karier bisa masuk antar pulau ataupun provinsi. Secara klinis, ternak tidak menampakkan penyakit, tetapi dalam fisik tubuhnya terdapat agen penyakit berbahaya yang tidak terdeteksi, hanya sebagian ternak saja yang dilalulintaskan diuji laboratorium. Tidak adanya bahan uji dan desakan waktu, ternak tidak diuji sesuai persyaratan, akibatnya agen penyakit yang tidak terdeteksi dan sapi pembawa agen penyakit lolos ke daerah baru.

Ada juga beberapa oknum pedagang ternak yang biasanya membawa ternak ruminansia saat malam atau siang hari melalui rute yang tidak lazim, sehingga lolos dari pengawasan petugas.

Beberapa daerah asal ternak ruminansia di Indonesia masih endemis atau tertular penyakit strategis, menular, berpotensi mematikan, dan mewabah. Beberapa penyakit baru ternak ruminansia bisa muncul, apalagi saat momen penting, di antaranya jembrana, penyakit mulut dan kuku (PMK), brucellosis, antraks, septicaemia epizootica (SE), maupun surra.

Lalat pengisap darah dapat bertindak sebagai transmitter penyakit menular, menyebarkan virus maupun parasit darah antar ternak. Penyakit jembrana dapat muncul dan menyebar cepat antar populasi sapi Bali, menurunkan harga penjualan sapi, hingga menimbulkan kematian.

Adapun penyakit surra juga bisa menyebar di daerah baru akibat lalat pengisap darah yang ikut terbawa ternak atau lalat yang sudah ada pada sapi di daerah baru.
Terdapat tiga penyakit penting yang bisa muncul akibat perdagangan dan lalu lintas ternak dari daerah endemis. Ketiganya bisa muncul sporadik maupun epidemis, terjadi pada ternak secara terbatas atau meluas melintas daerah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2023.

Ditulis oleh: 
Sulaxono Hadi,
Medik Veteriner Ahli Madya Balai Veteriner Banjarbaru &
Ratna Loventa Sulaxono,
Medik Veteriner Ahli Pertama Loka Veteriner Jayapura

POTENSI SAPI SUMBA ONGOLE

Sapi SO sebagai potensi sapi lokal memiliki beberapa kelebihan. (Foto: Infovet/Joko)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, ketersediaan daging sapi dan kerbau di Indonesia masih mengalami defisit sebesar 258,69 ribu ton. Defisit ini disebabkan rendahnya produksi daging sapi dan kerbau yakni sebesar 436,70 ribu ton dibanding kebutuhan daging sapi dan kerbau sebesar 695,39 ribu ton.

Supply dan demand daging sapi dan kerbau memperlihatkan bahwa secara umum dan hampir menyeluruh di enam pulau besar di Indonesia, kebutuhan (demand) daging sapi dan kerbau lebih tinggi dibandingkan ketersediaannya. Namun di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara justru mengalami surplus masing-masing sebesar 3,57 ribu ton dan 18,36 ribu ton. Hal ini dapat terjadi mengingat pulau-pulau tersebut merupakan sentra produksi daging sapi dan kerbau di Indonesia. Defisit tertinggi terjadi di pulau dengan penduduk terpadat yaitu Jawa. Produksi daging sapi dan kerbau yang hanya sebesar 258,17 ribu ton ternyata tidak mampu memenuhi permintaan konsumen sebanyak 500,43 ribu ton, sehingga terjadi defisit sebesar 242,26 ribu ton. Hal serupa terjadi juga di Sumatra, Kalimantan, Maluku dan Papua. Namun, ternyata surplus yang terjadi di pulau-pulau sentra produksi daging sapi dan kerbau belum dapat memenuhi kebutuhan daging secara nasional.


Sapi lokal untuk bakalan penggemukan semakin langka, setelah sapi PO, Simental, Limousine sekarang banyak peternak penggemukan mencari bakalan dari jenis sapi Bali, Madura, Kupang, dan Sumba Ongole. Sapi Sumba Ongole (SO) adalah sapi Ongole asli Indonesia berasal dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur dengan perawakan seperti sapi Ongole (Jawa), warna asli putih, memiliki rangka dan perfoma produksi yang lebih baik dari sapi Ongole. Frame yang tinggi panjang, bertanduk, perototan dan pertulangan kuat. Di daerah asalnya sapi ini dipelihara di lahan penggembalaan (ranch) di area ribuan hektare, pemilik sapi biasanya memiliki puluhan hingga ratusan ekor sapi dan menandai sapinya dengan sobekan di telinga atau cap bakar di paha.

Sapi SO sebagai potensi sapi lokal memiliki beberapa kelebihan, yaitu pemeliharaan ekstensif menggunakan pejantan memiliki produktivitas sangat baik, perfoma reproduksi angka kebuntingan lebih dari 85%. Biaya produksi rendah (low cost) karena di musim penghujan rumput tersedia melimpah dan mendukung biaya produksi pedet rendah. Sapi SO memiliki daya tahan tubuh yang sangat baik. Hingga saat ini sapi tersebut bebas dari beberapa jenis penyakit menular strategis seperti Brucellosis, Antrax, Penyakit Mulut dan Kuku, Lumpy Skin Disease dan penyakit lainnya. Pemeliharaan secara intensif di feedlot menghasilkan pertumbuhan berat badan sangat baik 1,4-2,0 kg/hari  dengan karkas berkelas premium lebih dari 53%.

Kelebihan lainnya pemeliharaan sistem ekstensif di ranch adalah pembentukan rangka yang kuat dan panjang, exercise cukup, mendapatkan vitamin D cukup dari sinar matahari dan mendapatkan sebagian mineral (Ca) dari tanah atau bebatuan di sekitar ranch. Perkawinan dengan kawin alami juga menghasilkan angka kebuntingan dan angka panen pedet cukup tinggi. Hidup di alam terbuka dengan tingkat kelembapan rendah sangat baik untuk kesehatan ternak.

Kelemahan dari sistem ranch pada musim kemarau akan sangat kekurangan air, akibat dari asupan air yang rendah akan terjadi kekurangan rumput, rendahnya perfoma reproduksi dan produksi, meningkatnya kematian pedet karena susu indukan kurang mencukupi. Berkurangnya rumput dan air pada musim kemarau menyebabkan turunnya kondisi fisik sapi, sehingga kejadian penyakit meningkat seperti demam tiga hari (Bovine Epiferal Fever), kekurusan (skinny) dan kelemahan (weakness). Saat musim kemarau terjadi peningkatan kejadian masuknya benda asing (kain, plastik, kayu, lidi, paku, kawat) ke dalam tubuh sapi yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan, jantung, paru paru dan sistem organ lain. Selain itu, tingginya kejadian inbreeding, recording reproduksi dan produksi relatif sulit, susahnya kontrol penyakit parasiter (cacing), sapi kecil akan selalu kalah dalam kompetisi perebutan pakan.

Pemeliharaan sapi SO oleh masyarakat di Sumba Timur masih dikelola secara tradisional bergantung pada alam. Pada musim kemarau tidak ada pakan, hingga saat ini belum ada teknologi pengembangan pakan untuk cadangan pakan ataupun pakan tambahan. Sumber air minum kering di musim kemarau juga belum dilakukan intervensi untuk penyediaannya. Sistem pemeliharaan ternak juga masih sebatas tabungan tahunan ataupun tabungan untuk acara adat setempat. Penjualan sapi-sapi jantan dilakukan untuk penghasilan tahunan, sementara sapi betina jarang dijual kecuali kondisi sangat membutuhkan. Semua sapi dipelihara dengan pola yang sama rata sama rasa, sehingga golden moment sapi-sapi jantan tidak tersentuh maksimal dan pedet sering menjadi objek penderita dalam hal perebutan pakan.

Sumba Ongole Perlu Sentuhan Teknologi dan Manajemen
Pengembangan breeding dialihkan dari ekstensif ke semi intensif. Sapi dipelihara di ranch dan akan dievaluasi produktivitas, reproduksi dan status kesehatannya secara berkala. Sapi-sapi bunting tua di musim kemarau akan dipelihara intensif di kandang dengan asupan nutrisi cukup agar pedet lahir sehat dan cukup air susu induk. Kelahiran pedet hingga masa sapih di musim kemarau dilakukan di dalam kandang. Pedet yang lahir di ranch secara alami memiliki risiko mati lebih tinggi daripada dipelihara intensif. Kondisi cuaca ekstrem di musim kemarau, minimnya ketersediaan suplai air dan rumput berisiko menyebabkan kematian. Di musim hujan, kondisi hujan lebat menyebabkan stres pada pedet memicu masuknya penyakit seperti diare, pernapasan, demam dan permasalahan tali pusar. Pedet jantan akan dipanen setelah masa sapih tiga bulan masuk ke dalam kandang rearing (pembesaran).

Pengembangan peternakan pola pembesaran dan penggemukan sapi jantan menjadi hal yang harus dilakukan. Selama ini perkembangan pedet jantan sangat fluktuatif juga sesuai dengan musim. Pertumbuhan pedet jantan hingga lepas sapih dan masuk ke periode bakalan penggemukan belum bisa terukur dan tertarget. Pedet jantan lepas sapih sebaiknya dipelihara intensif dengan pakan tambahan seperti konsentrat atau pelet dengan target berat badan pada umur 18 bulan mencapai 350 kg. Selanjutnya sapi umur 18 bulan masuk fase penggemukan dengan masa penggemukan 3-6 bulan dengan pemeliharaan dan pakan tambahan seperti konsentrat penggemukan. Sistem penggemukan bakalan sapi SO sudah banyak dilakukan di Jawa dan Lampung dengan hasil perfoma yang memuaskan.

Hal lain yang perlu dilakukan adalah teknologi pengolahan pakan untuk peningkatan produktivitas ternak. Lahan-lahan yang memiliki tekstur yang cocok akan dilakukan penanaman beberapa jenis hijauan pakan ternak seperti jagung, barley, king grass, odot, pakcong, indigofera dan lainnya. Jenis pakan ternak tersebut selanjutnya diberikan secara langsung melalui proses pencoperan dan juga diproses menjadi silase untuk cadangan pakan musim kemarau. Rumput sabana yang berlebih di musim penghujan dengan ketinggian 60 cm dilakukan pemanenan untuk disimpan dalam bentuk haylage sebagai cadangan pakan saat musim kemarau. Proses pembuatan pakan konsentrat dengan bahan bahan pakan yang tersedia seperti dedak, polard, bran, tetes tebu, premix, mineral, garam dan lainnya. Pakan konsentrat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan sapi pada program rearing dan fattening. ***

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Koresponden Infovet Lampung
Mahasiswa Doktoral Sain Veteriner UGM

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer