Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Vaksinasi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MASIH PENTINGKAH BIOSEKURITI?

Disinfeksi manusia/karyawan sebelum memasuki area peternakan. (Foto: Dok. Infovet)

Jika ditanya dengan pertanyaan seperti judul di atas, banyak peternak menjawab tidak. Namun, seberapa besar komitmen peternak dalam aplikasi biosekuriti di peternakan masing-masing?

Jawaban paling realistis dari pertanyaan kedua mungkin adalah sesuai budget yang dimiliki peternak. Kendati demikian, memang banyak permasalahan yang bikin pusing peternak mandiri di era ini. Terlebih dengan disrupsi yang terjadi dan efek buruk menahun yang disebabkan pandemi COVID-19 dan ragam permasalahan lainnya.

Namun begitu, yang perlu digaris bawahi adalah biosekuriti merupakan suatu hal yang wajib dikerjakan peternak. Sebab, biosekuriti merupakan instrumen pendukung kesuksesan dalam usaha budi daya peternakan, apapun jenis ternaknya.

Menyamakan Konsep Berpikir
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof Drh Michael Haryadi Wibowo, pernah berujar bahwa biosekuriti didefinisikan sebagai segala macam upaya untuk mencegah masuk dan keluarnya bibit penyakit ke dalam suatu area peternakan, agar ternak yang dipelihara bebas dari ancaman infeksi penyakit. Upaya tersebut juga berfungsi agar suatu penyakit tidak menulari peternakan lain dan lingkungan sekitar, juga tidak menularkan penyakit kepada manusia.

“Jadi apapun upaya pencegahan seperti misalnya vaksinasi ternak, disinfeksi, semprot-semprot segala macem, melarang orang asing keluar masuk peternakan, semua itu masuk ke dalam definisi biosekuriti. Jadi memang wajib, sudah jadi makanan sehari-hari,” tutur Michael.

Ia melanjutkan bahwa dalam benak peternak, menerapkan biosekuriti itu dengan membangun gerbang besar, semprotan otomatis, ruang mandi, fumigasi dan sebagainya. Inilah yang menjadi salah kaprah di kalangan peternak sampai hari ini.

“Bentuk dan upayanya itu yang disesuaikan dengan budget, misalnya mau pakai vaksin ND, budget terbatas, kan varian produknya banyak, yang murah sampai mahal bisa kita pakai. Yang penting itu jangan sampai enggak divaksin. Disinfektan juga banyak, dari yang pabrikan sampai yang racikan, bisa dipakai buat kandang, yang pentingkan dilakukan, murah atau mahalnya tergantung peternak, tapi yang penting adalah aplikasinya itu,” jelasnya.

Jadi menurut Michael, apapun yang peternak lakukan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2022. (CR)

BIOSEKURITI SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF YANG TIDAK BOLEH DITINGGALKAN

Bak disinfeksi celup kaki untuk masuk dan keluar area peternakan yang diisi ulang secara periodik, salah satu langkah dalam penerapan biosekuriti. (Foto: Istimewa)

Biosekuriti merupakan salah satu langkah pencegahan terhadap penyakit di peternakan. Karena penyakit adalah tantangan yang berisiko menimbulkan kerugian besar, maka bisa dikatakan bahwa biosekuriti akan terus menjadi perangkat di peternakan yang tidak boleh ditinggalkan.

Sumber utama masuknya penyakit ke tubuh ayam adalah dari lingkungan. Lingkungan dapat berupa peralatan kandang, lingkungan kandang, alat transportasi yang keluar masuk peternakan, makhluk hidup lain di area peternakan dan juga area eksternal peternakan yang berpotensi kontak dengan peternakan. Agen penyakit akan menempel pada titik-titik risiko tadi dan masuk ke tubuh ayam melalui udara, luka, makanan, atau air minum ayam. Vitalitas tubuh ayam jelas diperlukan untuk melawan risiko agen infeksi yang masuk ke tubuhnya.

Walaupun demikian diketahui bahwa ayam rentan dengan stres akibat pola kandang yang membatasi gerak, kondisi lingkungan (misalnya suhu, kadar amonia, aliran udara dan lainnya) yang penuh tantangan, serta nutrisi yang tricky. Tentunya celah kontak antara agen penyakit dan vitalitas tubuh ayam yang turun bisa terjadi kapan saja. Efeknya adalah timbul gejala klinis yang mengganggu produksi dan memerlukan sumber daya lebih untuk mengatasinya.

Biosekuriti dapat dilakukan dengan pembagian area peternakan menjadi tiga zona (merah, kuning dan hijau). Peralatan dari luar, personel yang kontak dengan lingkungan luar peternakan dan kendaraan sebisa mungkin dibatasi hanya pada zona merah. Sementara itu disinfeksi dan pembersihan personel maupun peralatan dapat dilakukan di zona kuning. Zona hijau merupakan area peternakan ayam yang tidak boleh dimasuki tanpa adanya pembersihan di zona kuning terlebih dahulu. Pembatasan akses personel di zona hijau ini juga sangat diperlukan. Seirama dengan pembagian zona biosekuriti ini, pelaksanaan manajemen biosekuriti harus mendapat perhatian khusus. Beberapa contoh pelaksanaan manajemen biosekuriti tampak pada tabel di bawah:… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2022. (MENSANA-SANBIO/ADV)

BIOSEKURITI, APAKAH MASIH PERLU?

Sumber asal agen infeksi yang mengancam suatu farm.

Sebelum membahas biosekuriti lebih jauh, alangkah baiknya jika mengenal apa itu biosekuriti. Biosekuriti berasal dari dua kata yaitu bio (hidup) dan sekuriti (pengamanan atau perlindungan). Atau secara harfiah dapat bermakna pengendalian atau pengamanan terhadap makhluk hidup. Dalam budi daya ternak, biosekuriti merupakan rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan atau menyebar keluar peternakan.

Biosekuriti adalah cara pengendalian penyakit yang paling murah dan efektif, yang mana tidak ada program pencegahan penyakit yang akan bekerja dengan sempurna tanpa program biosekuriti yang baik. Biosekuriti adalah rencana kesehatan defensif dan prosedur higienis yang dapat membantu menjaga peternakan bebas penyakit. Oleh karena itu, biosekuriti merupakan salah satu bagian terpadu dari operasi peternakan.

Jika kegiatan biosekuriti dilaksanakan secara baik dan benar maka produktivitas ternak, efisiensi ekonomi dan produksi akan tercapai. Sebagai bagian dari sistem manajemen maka biosekuriti sangat penting khususnya untuk mencegah penyakit.

Biosekuriti, pengobatan/vaksinasi dan manajemen peternakan yang baik merupakan tiga sisi dari segitiga pengendalian penyakit. Unggas harus diberikan lingkungan dimana penyakit dan infeksi dikendalikan sampai pada titik dimana vaksinasi dan pengobatan mencapai efek yang menguntungkan. Jadi, sudah jelas bahwa biosekuriti adalah elemen kunci dalam segitiga pengendalian penyakit.

Peternakan yang menerapkan program biosekuriti akan bisa menekan biaya kesehatan ternak menjadi lebih murah dibanding peternakan yang tidak menerapkan biosekuriti. Karena jika terjadi outbreak, maka penanganan penyakit tentu akan menghabiskan banyak biaya. Program ini cukup murah dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit. Bahkan tidak ada satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosekuriti.

Sumber Risiko
Agen penyakit (bakteri, virus, jamur dan parasit) bisa masuk ke dalam suatu peternakan tidak berjalan atau datang sendiri. Agen-agen penyakit tersebut masuk ke lingkungan farm melalui... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2022.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021-8300300

PERKEMBANGAN TREN VAKSINASI PADA UNGGAS

Vaksin yang baik tentunya memiliki efikasi mumpuni dalam menginduksi kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dan aman digunakan. (Foto: Istimewa)

Vaksinasi merupakan salah satu program wajib bagi peternak unggas, khususnya peternak ayam komersil. Adanya berbagai penyakit yang endemis di Indonesia membuat vaksinasi terhadap penyakit tersebut mutlak harus dilakukan. Vaksin akan menginduksi respon imunitas spesifik terhadap agen penyakit sehingga tubuh akan memiliki kekebalan terhadap infeksi agen penyakit di lapangan.

Keuntungannya adalah saat paparan penyakit di lapangan benar-benar terjadi, tubuh ayam sudah memiliki kekebalan untuk mencegah timbulnya gejala klinis dan mortalitas yang mungkin terjadi akibat infeksi tersebut. Hal ini tentunya akan menurunkan kerugian peternak yang mungkin terjadi akibat infeksi penyakit.

Vaksin yang baik tentunya memiliki efikasi mumpuni dalam menginduksi kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dan aman digunakan. Sebagai sediaan biologis yang mengandung bibit penyakit yang telah dilemahkan atau dimatikan, vaksin harus memenuhi kriteria keamanan, baik dari reaksi post vaksinal yang rendah hingga ketidakmampuannya menimbulkan gejala klinis yang justru balik merugikan.

Sementara dari segi efikasi, vaksin yang baik diharapkan mampu menginduksi kekebalan protektif dalam onset waktu yang cepat, durasi imunitas yang lama dan efek stres pada ayam yang rendah.

Untuk menghasilkan vaksin yang baik ini, tren vaksinasi unggas akan mengarah pada perbaikan untuk mendukung potensi dan keamanan yang lebih optimal. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap potensi dan keamanan vaksin perlu dikembangkan dan diperhatikan. Salah satu faktor yang penting dalam optimalisasi potensi vaksin adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2022.

Ditulis oleh: 
Drh Aprilia Kusumastuti
Marketing Support PT Sanbio laboratories

2022 PHIBRO CONFERENCE, BAHAS SOAL PENTINGNYA HATCHERY VACCINE

Sesi tanya-jawab dalam webinar 2022 Phibro Conference ChickPak Summit. (Foto: Dok. Infovet)

Hatchery vaccine sangat baik dalam memberikan perlindungan dini terhadap DOC dari serangan patogen,” ujar Private poultry consultant, Tony Unandar, dalam webinar 2022 Phibro Conference ChickPak Summit, Rabu (6/22/2022).

Dijelaskan, pemberian vaksin di hatchery akan menginduksi innate immune cells diantaranya sel makrofag dan dendritik menjadi lebih baik.

“Selnya menjadi lebih siap dalam menghadapi patogen di lapangan. Membantu melindungi anak ayam dari serangan penyakit selama tidak melebihi total inokulumnya. Sehingga harus diikuti pula dengan tindakan biosekuriti,” papar Tony.

Karena manfaat baik dalam hatchery vaccine, Phibro memiliki solusi lengkap yang bisa dimanfaatkan untuk membentu memproteksi unggas sedari awal kehidupannya. Hal itupun disampaikan oleh Global Vaccine Marketing Director Phibro Animal Health, Dr Luis Etcharren Marquez.

Selain itu, dipaparkan pula mengenai perkembangan ternak unggas di Asia pada masa pandemi COVID-19 yang dibawakan oleh Wendy Wu, Phibro Southeast Asia dan Prof Michael Wineland dari North Carolina State Universtity, mengenai pembahasan proteksi awal memanajemen kesehatan unggas pada level hatchery. (RBS)

SISTEM IMUN DAN VAKSIN SEBAGAI SENJATA MELAWAN AGEN PENYAKIT PADA UNGGAS

Agen patogen yang masuk ke dalam tubuh unggas akan mengganggu kondisi tubuh dengan merusak sel, menghasilkan toksin, atau mengganggu proses metabolisme tubuh. (Foto: Istimewa)

Kondisi Indonesia yang tropis memungkinkan berbagai agen patogen seperti virus dan bakteri berkembang subur di lingkungan peternakan. Apabila agen patogen masuk ke dalam tubuh unggas, mereka akan mengganggu kondisi tubuh dengan merusak sel, menghasilkan toksin, atau mengganggu proses metabolisme tubuh. Untuk mengatasi berbagai risiko paparan ini, tubuh unggas sebenarnya memiliki senjata yang disebut sistem imunitas.

Sistem imunitas berperan dalam mengenali materi asing yang masuk ke dalam tubuh dan mengeliminasinya. Secara umum sistem imun ini dapat dibedakan menjadi sistem imun non-spesifik (misal reaksi radang, sel fagosit dan interferon), serta sistem imun spesifik yang mungkin lebih sering didengar seperti antibodi dan kekebalan seluler. Kerja sama antara kedua jenis sistem imun ini akan berusaha mengeliminir agen asing yang masuk, sehingga tidak menimbulkan kerusakan bagi tubuh unggas.

Agen patogen yang masuk akan segera direspon sistem imun secara kompleks. Uniknya pada sistem imun spesifik, sel memori dapat terbentuk dan akan membantu mengeliminasi paparan agen patogen yang sama dengan lebih cepat.

Walaupun demikian, proses imunitas saat agen patogen pertama masuk hingga terbentuk sel memori ini membutuhkan waktu. Seringkali karena tubuh tidak mengenali agen patogen yang masuk, sistem imun spesifik tidak dapat segera bergerak sehingga agen patogen memiliki waktu menimbulkan gejala klinis. Gejala klinis ini tentunya dapat bersifat parah untuk virus atau bakteri yang memiliki patogenisitas tinggi. Oleh karena itu untuk agen patogen yang bersifat merugikan, vaksin sangat diperlukan.

Vaksin adalah produk biologik yang mengandung agen patogen yang telah dimatikan atau dilemahkan, seperti bakteri dan virus, yang akan berguna untuk memperkenalkan agen patogen pada tubuh sebelum paparan lapang terjadi. Karena virus dalam vaksin sudah dilemahkan atau dimatikan, maka efek gejala klinis yang ditimbulkan akan minimal atau sangat sedikit sehingga tidak berbahaya bagi tubuh ayam.

Berdasarkan sifat hidup agen infeksi yang terkandung di dalamnya, vaksin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2022.

Ditulis oleh: 
Drh Aprilia Kusumastuti
Marketing Support PT Sanbio laboratories

VAKSINASI SERENTAK DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH LSD MELUAS

Untuk mencegah meluasnya LSD, vaksinasi serentak dilakukan. (Foto: Istimewa)

Untuk mencegah meluasnya penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak sapi, Kementerian Pertanian (Kementan) lakukan vaksinasi serentak mulai dari Provinsi Riau.

Hal tersebut disampaikan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementan, Nasrullah dalam siaran persnya, Jumat (18/3/2022).

“LSD merupakan penyakit hewan dari Afrika yang menyerang sapi-sapi di Riau pada sebulan terakhir ini, sehingga untuk penanganan darurat, maka Kementan melakukan vaksinasi yang bertujuan mencegah kejadian dan perluasan penyakit," Kata Nasrullah.

Dijelaskan pada tahap pertama, vaksinasi difokuskan di desa tertular dan kemudian akan dilakukan pada zona kontrol (pengendalian) dengan radius 10 km dari desa kasus. "100 ribu dosis vaksin dan logistik vaksinasinya sudah siap," Kata dia.

Lebih lanjut dijelaskan, upaya pengendalian LSD di kabupaten Indragiri Hulu, Pelalawan, Indragiri Hilir, Dumai, Siak, Bengkalis dan Kampar, mendapatkan dukungan Pemda Riau dan kabupaten, serta Australia-Indonesia Health Security Partnership (AIHSP), serta Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO).

Kepala Dinas PKH Provinsi Riau, Herman, menyambut baik kegiatan vaksinasi, serta berharap kasus baru dan penyebaran LSD dari daerah tertular dapat ditekan. Menurutnya, sebanyak 188 orang petugas kesehatan hewan telah siap melaksanakan vaksinasi.

"Kami sampaikan terima kasih atas dukungan Kementan dan AIHSP serta FAO dalam pengendalian LSD di Riau," ucap Herman.

Secara terpisah Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal,  menyampaikan saat ini LSD telah menyerang Malaysia, Vietnam, Thailand dan Singapura, serta negara lain di Asia. Kerja sama internasional diperlukan dalam pengendalian penyakit yang dapat menular antar negara dan mengganggu perdagangan ini.

“FAO bekerja sama erat dengan Kementan dan mendukung Indonesia menangani wabah LSD dengan cepat, sebelum menimbulkan gangguan lebih lanjut pada kesehatan hewan dan sistem pangan,” ungkap Rajendra.

Hal senada juga disampaikan Team Leader AIHSP, John Leigh,  yang menyampaikan komitmennya mendampingi dan mendukung proses pengendalian LSD di Riau.

Sementara Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Nuryani Zainuddin, menyebutkan bahwa selain tujuh kabupaten tertular, vaksinasi juga dilakukan di Kabupaten Rokan Hulu yang salah satu wilayahnya masuk ke dalam zona kontrol.

"Secara bertahap kita vaksinasi mulai dari desa tertular dan zona kontrol, setelah selesai semua kita bisa lanjutkan ke radius 50 km dari desa kasus atau zona surveilans," pungkas Nuryani. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer