Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Vaksinasi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SELUK-BELUK VAKSINASI DALAM BIOSEKURITI PETERNAKAN AYAM

Vaksinasi, salah satu upaya mencegah penyebaran virus. (Sumber: Istimewa)

Setelah lebih kurang setahun pandemi COVID-19 melanda dunia, berbagai elemen masyarakat menjadi akrab dengan istilah vaksinasi, padahal sebelumnya istilah ini hanya terdengar dan dikenal di Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit saja. Sedang di dunia peternakan, khususnya peternakan ayam, vaksinasi sudah lama menjadi kegiatan rutin untuk mencegah berbagai serangan penyakit yang sangat merugikan usaha.

Biosekuriti
Bio = Hidup, Sekuriti = Perlindungan, biosekuriti terdiri dari seluruh prosedur kesehatan dan pencegahan yang dilakukan secara rutin di sebuah peternakan, untuk mencegah masuk dan keluarnya kuman/mikroorganisme yang menyebabkan penyakit unggas.

Biosekuriti yang baik akan berkontribusi pada pemeliharaan unggas yang bersih dan sehat dengan menggunakan sumber-sumber yang telah ada di peternakan, mengelola ternak unggas secara semestinya, menggunakan obat lebih sedikit, serta mengurangi kontaminasi.

Tujuan biosekuriti yang baik adalah untuk membangun dan mengintegrasikan beberapa usaha perlindungan yang dapat menjaga ternak unggas tetap sehat, yang menghasilkan kematian (mortalitas) yang lebih sedikit, penghematan yang cukup besar dalam biaya produksi dan pendapatan yang lebih baik bagi peternak.

Perlunya Prosedur Biosekuriti yang Baik
Penyakit unggas berpengaruh negatif terhadap keuntungan peternak dan kadang membahayakan kesehatan manusia. Peternakan unggas selalu berisiko terserang penyakit yang pada akhirnya mengurangi produksi daging dan telur, tergantung pada tingkat keparahan penyakit.

Beberapa negara di dunia telah diserang oleh penyakit unggas yang mengakibatkan tingkat kematian dan kerugian ekonomi sangat tinggi.

Ketika unggas terpapar pada kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti panas yang berlebihan, kedinginan, kelembapan, amonia, suara bising, kekurangan air minum/pakan, maka tingkat ketahanan tubuh unggas terhadap penyakit menjadi berkurang, membuat unggas rentan terhadap penyakit yang disebabkan virus, bakteri dan jamur (CONAVE & IICA EQUADOR, 2008).

Beri Vaksinasi
Vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan imunitas (kekebalan), memberikan imunitas protektif dengan meningkatkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021.

Ditulis oleh: Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan, alumnus Fapet Unpad

ILC EDISI V: BIOSEKURITI DAN VAKSINASI TEPAT UNTUK AYAM SEHAT

Kombinasi biosekuriti dan vaksinasi yang baik akan menghasilkan ayam sehat dan produktif. (Foto: Ist)

Edukasi rutin dan berkesinambungan merupakan cara yang baik demi suksesnya kolaborasi program biosekuriti dan vaksinasi, sebagai upaya efektif mencegah penyakit agar ayam sehat dan produktif. Hal itu perlu ditekankan karena permasalahan lapangan yang kerap kali muncul dalam suatu farm adalah edukasi kepada sumber daya manusia yang bekerja mengenai pentingnya penerapan biosekuriti yang baik demi suksesnya program vaksinasi.

Sementara program vaksinasi akan berjalan efektif jika dilaksanakan dengan tata laksana penanganan vaksinasi yang baik dan benar, meliputi pengiriman, penyimpanan, persiapan, pelaksanaan dan tindakan setelah vaksinasi. 

Hal itu mengemuka dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi5 yang diselenggarakan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI) bersama Indonesia Livestock Alliance (ILA), Rabu (22/7/2020).

ILC mengusung tema “Biosekuriti & Vaksinasi Tepat: Ayam Sehat dan Produktif” menghadirkan narasumber Guru Besar FKH UGM, Prof Dr Michael Haryadi Wibowo, yang membahas tentang strategi vaksinasi dan biosekuriti tepat, hasilkan ayam sehat dan terjaga performa produktivitasnya.

Dalam paparannya Haryadi menjelaskan tentang target perlindungan vaksin yang harus dilakukan dengan beberapa langkah. Upaya tersebut antara lain identifikasi problem penyakit yang ada di farm, data epidemiologi penyakit, pemahaman tentang karakter patogen yang diidentifikasi, virulensinya, proteksi silang dan target kekebalan yang ditimbulkan oleh jenis patogen tersebut. 

“Data tersebut berguna untuk menentukan jenis vaksin, kapan diberikan, berapa kali vaksinasi dilakukan, apakah vaksin rutin atau insidental,” kata Haryadi.

Selain dia, adapun pemateri lain diantaranya Technical and Marketing Manager Ceva Animal Health Indonesia, Drh Ayatullah M. Natsir dengan materi kiat sukses program vaksinasi budi daya ayam, serta Pemilik Sekuntum Herbal Farm, Kusno Waluyo SPt MM yang memaparkan tentang pengalamannya dalam menerapan biosekuriti untuk kesehatan dan performa ayam. (IN)

MENJAGA RANTAI DINGIN AGAR KUALITAS VAKSIN TERJAMIN

Penyimpanan dan handling, serta yang meng-handle vaksin dapat meningkatkan keberhasilan vaksinasi. (Sumber: Istimewa)

Vaksinasi merupakan tindakan yang biasa dilakukan untuk mencegah penularan penyakit infeksius. Dalam suatu vaksinasi, banyak faktor yang menentukan keberhasilannya, salah satunya kualitas vaksin. Bagaimana hendaknya menjaga kualitas vaksin agar tetap baik?

Meledaknya wabah African Swine Fever (ASF) beberapa waktu lalu membuat kebakaran jenggot seluruh industri peternakan. Selain berpotensi memusnahkan 100% populasi ternak babi, penyakit yang disebabkan oleh virus ASF belum ada vaksinnya, sehingga belum dapat dicegah. Namun begitu, data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa tidak 100% babi yang mati disebabkan oleh ASF, ada juga yang disebabkan oleh Hog Cholera.

Berbeda dengan ASF, Hog Cholera sudah memiliki vaksin. Kendati demikian, bagaimana Hog Cholera juga bisa ikut meledak? Tentunya selain manajemen beternak, manajemen vaksinasinya patut dipertanyakan. Oleh karenanya dalam mencegah penyakit dan menentukan kualitas vaksin yang digunakan, wajar rasanya apabila diperbaiki teknik dan manajemen vaksinasi yang dimiliki, sehingga vaksin tidak menjadi mubazir.

Kualitas Vaksin Harus Dijaga
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) menyatakan bahwa untuk mencapai tingkat perlindungan populasi yang memadai terhadap penyakit infeksius, maka vaksin yang digunakan untuk vaksinasi harus berkualitas baik. Secara umum, vaksin dikatakan memiliki kualitas baik jika segelnya masih utuh atau etiket produknya masih terpasang dengan baik, vaksin belum kadaluarsa (belum melewati expired date/tanggal kadaluarsa), serta bentuk fisiknya tidak berubah.

Tidak hanya itu, vaksin yang digunakan pun sebaiknya merupakan jenis vaksin yang homolog dengan virus di lapangan. Semakin tinggi homologi vaksin akan memberikan perlindungan lebih sempurna, sehingga ternak tidak mudah terinfeksi, penurunan produksi tidak terjadi dan shedding virus dari feses atau pernapasan terminimalisir.

Menurut Factory Manager PT Sanbio Laboratories, Drh Arini Nurhandayani, di lapangan sendiri vaksin dengan kualitas baik ternyata masih belum menjamin akan berhasil membentuk kekebalan protektif. “Kalau homologi sudah oke, tinggal handling vaksinasinya saja yang harus baik, oleh karenanya kualitas vaksin jangan dikesampingkan, kalau tidak pasti akan bermasalah,” tutur Arini.

Kualitas vaksin tidak boleh diremehkan, karena kualitas vaksin berkaitan erat dengan hasil vaksinasi. Terkait dengan kualitas fisik vaksin ini, ada sejumlah faktor risiko yang mengancam terutama selama proses pendistribusian vaksin.

Seperti diketahui bersama bahwa semua jenis vaksin tidak stabil pada… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020) (CR)

BIOSEKURITI DAN VAKSINASI WAJIB HUKUMNYA

Mencuci kandang merupakan bagian dari biosekuriti. (Sumber: Istimewa)

Memiliki kandang closed house dengan segala peralatannya yang canggih tentunya menjadi idaman semua peternak. Namun semua akan terasa percuma apabila tidak didukung oleh manajemen biosekuriti dan vaksinasi yang baik dan benar.

Kandang closed house masih menjadi barang mahal bagi peternak Indonesia. Nilai rupiah yang diinvestasikan untuk closed house meskipun “worth it” tetap saja dibutuhkan pertimbangan matang dalam membangunnya. Akan sangat sempurna bila closed house juga dibarengi dengan manajemen pemeliharaan, biosekuriti dan vaksinasi yang baik. Di luar sana, tidak jarang peternak yang menerapkan biosekuriti yang baik dan tetap mendapatkan performa yang baik.

Selalu Ingat Biosekuriti
Di era non-AGP yang sudah berlangsung selama setahun lebih ini, peternak sudah pasti tahu dan mengerti bahwa performa di lapangan berkurang. Berbagai upaya dijajaki untuk mendapatkan performa yang baik, yang mampu membangun dan berinvestasi pada closed house, bagaimana dengan yang tidak? 

Jangan buru-buru berkecil hati jika tidak dapat membangun closed house, ingat selalu bahwa penerapan biosekuriti yang baik juga akan mendongkrak performa. Fokus beternak adalah membuat hewan senyaman mungkin dan sesehat mungkin, sehingga performa mereka meningkat, baik layer maupun broiler.

Yang sering peternak lupakan yakni manajemen biosekuriti yang baik dan benar. Padahal dalam usaha budidaya unggas manajemen biosekuriti sudah seperti mengucap dua kalimat Syahadat dalam ajaran Islam. Wajib dilaksanakan dan sangat diutamakan karena merupakan benteng pertahanan utama dalam menghalau berbagai penyakit infeksius. Perlu diingat pula bahwa prinsip biosekuriti adalah langkah-langkah pengamanan biologik yang dilakukan untuk pencegahan menyebarnya agen infeksi patogen pada ternak.

Menurut dosen FKH UGM dan konsultan kesehatan unggas, Prof Charles Rangga Tabbu, biasanya kendala dari penerapan biosekuriti di lapangan adalah... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2019.

KOLABORASI TERBAIK KANDANG CH-VAKSINASI-BIOSEKURITI

Pemeliharaan ayam dengan kandang sistem closed house. (Sumber: dailymail.co.uk)

Kemunculan kasus penyakit dalam suatu lingkungan peternakan unggas secara alamiah tidaklah terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi secara step by step, sesuai dengan interaksi antara agen penyakit yang ada dengan ayam di kandang. Lingkungan kandang closed house (CH) sekalipun berpotensi adanya agen penyakit yang juga cukup tinggi jika sanitasi persiapan kandang yang dilakukan tidak sesuai dengan target agen penyakit. Pemahaman atas tulisan ini akan mempermudah peternak melakukan tindakan pencegahan penyakit secara efektif dan strategis, baik melalui biosekuriti dan vaksinasi yang tepat.

Kelebihan Sistem Ventilasi Kandang Closed House
Konsep kandang “sehat” adalah berventilasi, yaitu adanya proses penggantian udara dalam ruang oleh udara segar dari luar, baik secara alami maupun dengan bantuan alat mekanis (kipas angin) yang diperlukan untuk:

1. Memenuhi kebutuhan oksigen ayam dalam kandang.
2. Membuang gas-gas beracun di dalam ruangan kandang.
3. Membatasi naiknya suhu panas dan kelembaban di dalam kandang.
4. Menciptakan temperatur efektif sesuai kebutuhan ayam/fasenya.

Kelebihan ventilasi kandang CH di atas akan tidak optimal jika manajemen pengendalian agen penyakit tidak dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, karena kemampuan agen penyakit  melakukan invasi  dari suatu agen penyakit dapat mengalami perubahan, tergantung kondisi lingkungannya.

Di lapangan, jika suatu agen penyakit tidak mendapatkan induk semang atau lingkungan yang sesuai, maka lama-kelamaan agen penyakit tersebut...

Drh Sumarno
(Head of AHS Central & Outer Island
PT Sierad Produce, Tbk)


Selengkapnya baca di Majalah infovet edisi Agustus 2019.

VAKSINASI BESERTA ASPEK PENDUKUNGNYA

Vaksinasi menjadi aspek penting bagi pemeliharaan ayam. (Istimewa)

Vaksinasi selalu jadi hal yang paling disebut bila berbicara tentang pencegahan penyakit. Apalagi jika terjadi wabah di suatu peternakan, program vaksinasi pun kerap kali jadi kambing hitam.

Vaksinasi sebenarnya masih menjadi bagian dari aspek biosekuriti dalam upaya pengendalian penyakit. Jika antibiotik digunakan sebagai terapi kuratif dan profilaxis dalam bentuk growth promoter dalam mengendalikan bakteri, maka vaksinasi digunakan untuk mencegah penyakit viral. Walaupun ada juga beberapa vaksinasi yang ditujukan untuk mencegah penyakit bakterial. Program vaksinasi sendiri bukan berarti tanpa celah, banyak lika-liku yang juga menyertai program ini.

Aspek Paradoks Vaksinasi
Idealnya vaksin untuk penyakit viral yang ideal terbuat dari suatu virus yang tidak menimbulkan penyakit, tetapi sangat tinggi imunogenesitasnya. Kombinasi ini membutuhkan trik-trik tersendiri, oleh karena itu virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang minimalis, tetapi menyebabkan kekebalan yang tinggi. Setiap perusahaan produsen vaksin harus memiliki kombinasi faktor-faktor terbaik terhadap virus yang ada sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Drh Muliati Sutandi, Vaccine Business Manager PT Romindo Primavetcom, mengatakan bahwa setiap vaksin untuk penyakit yang sama bisa saja efektifitasnya tidak sama. “Penyebabnya multifaktorial, bisa jadi virus yang menyerang di lapangan tidak sama dengan virus vaksin, bisa jadi juga saat divaksin ayam dalam keadaan tidak prima dan masih banyak juga faktor lainnya, apalagi walaupun master seed-nya sama, formula tiap perusahaan berbeda,” tutur Muliati.

Oleh karenanya ia mengimbau pada peternak agar program vaksinasi berjalan sukses, dibutuhkan aspek pendukung baik sebelum dan sesudah vaksin. “Misalnya, rantai dingin vaksin jangan sampai putus untuk menjaga kualitas, terus kita pastikan dulu ayam dalam kondisi prima, selain itu yang suka luput, kita monitoring titernya, ini protektif apa tidak titernya, idealnya kan seperti itu,” jelas dia.

Pendapat senada juga dikemukakan Drh Ayatullah M. Natsir, Technical Manager PT Ceva Animal Health Indonesia. Menurut dia, kesuksesan program vaksinasi tergantung dari 4M. “Materi (ayam dan vaksinnya), Metode, Mileu (lingkungan) dan Manusia. Keempatnya ini sangat esensial bagi suksesnya program vaksinasi,” kata Ayatullah.

Ia menambahkan, agar tidak terjadi gagal vaksin, peternak harus aware dan proaktif. Jangan sampai nantinya vaksin malah menjadi paradoks, ketika harusnya ayam mendapat perlindungan dari penyakit, malah memberikan penyakit atau bahkan menyebarkan penyakit di kandang maupun lingkungan.

Kontrol Pakan dan Minum
Kualitas dari pakan ternak harus terjaga, penggunaan pakan jadi mungkin akan lebih mudah dalam hal ini. Karena produsen pakan sudah punya divisi tersendiri dalam melakukan kontrol kualitas. Lalu bagaimana dengan self mixing? Tetap saja kontrol terhadap pakan harus dilakukan. Hal ini harus secara ketat dilakukan mengingat banyaknya agen penyakit dan toksin yang dapat mencemari makanan. Upaya yang harus dilakukan untuk mengamankan pakan ayam adalah: ... (CR)


Selengkapnya baca Majalah Infovet Edisi Maret 2019.

Sisi Lain dari Mycoplasma “Penyakit Menahun yang Selalu Ada”

Air sacculitis yang ditemukan pada DOC yang menggambarkan penyebaran vertikal dari induk. (Sumber: Istimewa)

Penyakit saluran pernafasan mendapat perhatian ekstra, baik pada ternak layer, breeder sampai broiler. Penanganan dan antisipasi di layer farm dan breeder farm bisa diantisipasi dengan vaksinasi menggunakan beberapa penyakit yang menyerang saluran pernafasan, baik vaksin live ataupun vaksin killed, namun di broiler vaksinasi tidak selengkap di layer farm karena siklusnya yang pendek.

Ada satu link yang saling berhubungan erat baik di layer, breeder dan broiler, dan hampir semua sepakat mengatakan pengobatannya sangat sulit, berulang dan cost-nya cukup tinggi hanya untuk membebaskan farm dari penyakit ini. Peternak biasanya menyebutnya dengan CRD atau Chronic Respiratory Diseases yang disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum (MG).

Mycoplasma gallisepticum akan ditransferkan dari induk ke anak (DOC), sehingga akan mengakibatkan penyebaran 100% di kandang yang diakibatkan oleh bawaan induk. Hal ini tidak mengenal pengecualian, baik di layer, breeder maupun broiler. Ditambah lagi dengan penyebaran yang terjadi pada ayam di bawah empat minggu, akan menghasilkan gejala klinis lebih berat dibanding dengan ayam di atas empat minggu. Apabila tidak ditangani dengan sempurna, infeksi sekunder akan lebih mudah masuk dari awal, baik viral maupun bakterial, maka penanganan MG ini ketika terserang diumur di atas empat minggu.

Tidak seperti bakteri pada umumnya yang bersifat ektraseluler, bakteri ini dapat menginfeksi makrofag dan sel darah putih, sehingga dikategorikan sebagai intraseluler patogen dan dengan sifat inilah yang menyebabkan pengobatan terhadap mycoplasma seakan-akan tidak efektif dan cenderung berulang-ulang, hampir mirip dengan Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC yang memerlukan pengobatan intensif, dan karena sifat menginfeksi makrofag inilah beberapa ahli ada yang mengatakan MG sebagai salah satu penyakit imunosupresi.

Banyak yang ingin membunuh bakteri ini baik dengan antibiotik atau dengan sistem kekebalan tubuh berupa makrofag, namun bakteri ini justru bisa bersembunyi di dalam makrofag. Sudah tentu dengan sifat bakteri seperti ini, opsi untuk membuat kandang bebas mycoplasma hanya ada dua, antara lain DOC harus benar-benar free mycoplasma ditambah single age farm atau culling semua flok yang positif mycoplasma seperti yang dilakukan di beberapa negara lain. Karena pilihan tersebut sulit dilakukan, maka yang bisa dilakukan adalah berdamai dengan mycoplasma lewat tiga pilihan, yakni vaksinasi, antibiotik rutin dan berkala, serta kombinasi antara vaksin dengan antibiotik.

Antibiotik terhadap mycoplasma umum diberikan terutama saat DOC, baik layer, breeder maupun broiler, apabila mencurigai ada vertikal transmisi dari induk dan mencegah gejala klinis yang berat di awal pertumbuhan. Untuk mengetahui hal ini...

Drh Agus Prastowo
Technical Manager PT Elanco

Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi Januari 2019.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer