-->

MENTERI SAJA SARAPAN TELUR REBUS, KENAPA KITA TIDAK?

Sarapan dengan telur setiap hari meningkatkan kesehatan. (Foto: Istimewa)

Dalam sebulan terakhir, telur ayam makin popular. Penyebabnya, konsumsi telur rebus dikampanyekan oleh orang nomor satu di Kementerian Kesehatan, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin atau yang akrab disapa “Pak BGS” di kalangan pelaku bisnis industri farmasi.

Viral di lini media sosial, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengajak masyarakat Indonesia untuk memulai kebiasaan sarapan sehat dengan dua butir telur rebus setiap pagi. Menu sederhana ini lebih bermanfaat dibandingkan pilihan sarapan populer yang tinggi gula dan kalori.

Tentu saja ini anjuran yang sangat bagus. Bisa menjawab semua isu negatif seputar telur ayam yang dilakukan oleh sebagian orang yang sejatinya tidak paham dengan kelebihan konsumsi telur. Yang memprihatinkan, justru informasi menyesatkan ini disampaikan oleh oknum dokter.

“Kalau pertama kali makan atau sarapan jangan yang manis-manis seperti sereal, nasi uduk, atau lontong. Itu bikin gula kita langsung akan naik. Kita butuh makanan sehat, contohnya protein seperti telur,” kata BGS dalam unggahan di akun Instagram resminya @bgsadikin, Rabu (17/9/2025).

Video singkat ini “berselancar” ke beranda semua lini media sosial, sehingga cukup efektif untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya konsumsi telur. Dalam video tersebut, BGS bukan hanya bicara tetapi juga memakan dua butir telur rebus. Gaya eduksi BGS memang cukup unik dan beda dengan menteri lainnya.

Menurut BGS, satu butir telur rebus mengandung sekitar 6 gram protein dan 60 kalori. Dua telur bisa memberikan 12 gram protein dan energi sekitar 120 kalori. Selain sehat, harganya juga terjangkau. “Satu telur ini cuma Rp 2.500, jadi kalau dua telur hanya Rp5.000," ujarnya dalam video tersebut.

Ia menekankan pentingnya mencukupi kebutuhan protein harian, yang idealnya sekitar 0,8 gram per kilogram berat badan. Dengan berat badan 72 kilogram, ia menyebut dirinya membutuhkan 57,6 gram protein per hari. Konsumsi dua telur di pagi hari bisa menutup sebagian kebutuhan tersebut.

Setelah berpuasa 8-10 jam saat tidur malam, tubuh sebaiknya diberi asupan yang tidak memicu lonjakan gula darah (glucose spike). Itulah sebabnya ia menyarankan untuk memulai hari dengan protein atau sayuran, bukan makanan manis. “Sudah praktis buatnya, tinggal celup 5-7 menit, murah lagi. Cukup awali sarapan dengan dua butir telur rebus tanpa tambahan saus tinggi kalori,” kata dia.

Menkes berharap masyarakat bisa lebih sadar terhadap pilihan makanan sehari-hari. “Yuk, mulai hidup sehat dari sekarang. Dimulai dari kesadaran akan makanan yang kamu santap,” tutupnya pada keterangan Instagram ketika ia menyantap dua butir telur.

Anjuran Menteri Kesehatan ini sekaligus menjawab banyaknya keraguan para pra lansia dan lansia untuk mengonsumsi telur. Hingga sekarang, masih banyak orang usia di atas 50 tahun merasa khawatir makan telur, terutama bagian kuningnya. Ada yang beranggapan makan kuning telur berbahaya bagi kesehatan karena kandungan kolesterolnya yang tinggi. Orang yang setuju dengan anggapan ini, biasanya hanya konsumsi putih telurnya saja. Bagian kuningnya disisihkan.

Kebiasaan menyisihkan kuning telur dan hanya memakan bagian putihnya saja saat makan juga dilakukan oleh Subono. Sejak dulu, pensiunan TNI AL ini juga gemar mengonsumsi telur ayam. Namun setelah pensiun dari dinas kemiliteran, pria berumur mendekati 70 tahun ini hanya konsumsi bagian putih telurnya saja.

“Telur itu sumber protein yang bagus. Dari dulu saya suka makan, terutama telur rebus, paling suka. Tapi sekarang cuma makan putihnya saja, biar aman. Takut kolesterol,” ucapnya kepada Infovet.

Kekhawatiran tersebut memang bisa dimaklumi. Di usianya yang makin tua, kadang rasa takut konsumsi telur muncul. Meskipun sebelumnya sudah bertahun-tahun makan telur dan tak ada masalah dengan penyakit yang dikhawatirkan. Namun sejatinya, tak perlu ada rasa khawatir yang berlebihan. Bagimanapun banyak lansia yang konsumsi telur tetap aman-aman saja, yang penting tidak berlebihan.

Anjuran Presiden Prabowo
Konsumsi telur rebus ternyata bukan hanya “dipromosikan” oleh Menkes BGS, tetapi juga oleh Presiden Prabowo Subianto melalui Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. Dalam keterangan resminya, Dadan menyebut Presiden menginginkan telur untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya boleh dimasak dengan dua cara, yakni digoreng ceplok (telur mata sapi) atau direbus (telur bulat).

“Jadi telur itu, beliau hanya boleh dua (cara) dimasak telur itu. Satu diceplok, satu lagi telur bulat,” tutur Dadan.

Ia juga menyebutkan, Prabowo tidak ingin telur dalam program MBG dimasak dengan cara diorek-orek atau didadar. “Jadi beliau sangat tidak ingin telur itu diorek-orek atau didadar. Karena kalau didadar kan untuk tujuh orang bisa dengan lima telur, untuk 10 orang bisa lima telur. Nah, kalau diceplok dengan dibulat, itu sudah pasti kelihatan telurnya,” ujarnya.

Sebagian orang tua murid mengapresiasi permintaan Presiden Prabowo. Pemberian telur ceplok atau rebus bisa mencegah terjadinya kecurangan di pemilik catering Program MBG. Satu anak harus dapat satu butir telur, bukan dibagi jadi beberapa bagian.

Winarti, orang tua murid di Depok berpendapat, setuju dengan yang sampaikan Presiden. “Saya perhatikan Pak Presiden jeli untuk urusan telur. Kalau didadar kan misalnya 7 butir, bisa dibagi buat 10 porsi. Tapi kalau direbus atau ceplok bisa cateringnya tidak bisa bohong,” ujarnya kepada Infovet.

Pendapat serupa juga dikatakan oleh Ruslan Sumadi, orang tua murid yang juga tinggal di Depok. Bahkan menurutnya, kalau lauk telur rebus atau ceplok, tidak mungkin anak keracunan. “Mungkin lauk lainnya yang jadi penyebab banyaknya kasus keracunan MBG,” katanya.

Ruslan dan Winarti sama-sama memiliki anak yang sekolah SMP di Depok. Mendengar berita banyaknya kasus keracunan MBG, mereka merasa khawatir. Padahal, saat makan di rumah, keduanya mengaku sering memberikan lauk telur.

“Kalau pagi kan paling praktis bikin telur ceplok atau dadar buat sarapan anak sebelum sekolah. Buat makan malam, kadang anak juga minta dibuatkan telur ceplok,” kata Winarti.

Harga di Bawah Kerupuk
Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Prof Dr Ir Ali Khomsan, menyebut konsumsi telur ayam sangat dianjurkan untuk semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Sebab, telur merupakan sumber protein dan kandungan gizi lainnya yang tinggi dengan harga terjangkau bagi masyarakat.

Dalam perbicangan dengan Infovet sebelumnya, Ali Khomsan berpendapat mengonsumsi satu jenis menu secara terus-menerus memang bisa membosankan. Karena itu, variasi dalam mengolah telur sangatlah penting. Salah satunya diolah dadar atau olahan lain berbahan telur.

Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan ibu menyusui, asupan gizi protein hewani dari daging ayam dan telur sangat dibutuhkan. “Kandungan asam amino yang ada di dalam telur dan daging ayam juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh,” ujar pakar gizi ini.

Menurutnya, konsumsi telur dan daging ayam bagi anak-anak sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu-ibu menyusui bayinya. Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor.

Bisa jadi, untuk sebagian kalangan masyarakat masih menganggap harga telur mahal. Selain itu, membeli telur tidak bisa satuan lazimnya membeli lauk lain, semisal gorengan. Namun demikian, jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga kerupuk yang kandungan gizinya sangat minim. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

TELUR PUYUH: ANTARA ISU KOLESTEROL & OTAK ENCER ANAK

Kandungan nutrisi telur puyuh sangat baik bagi tubuh. (Foto: Freepik)

Isu telur puyuh menjadi penyebab penyakit tinggi kolesterol sudah lama terdengar. Kalangan orang dewasa pun kerap menghindari konsumsi telur unggas ini gara-gara isu tersebut. Ternyata, hasil penelitian resmi menyatakan sebaliknya.

Malam itu, Sulastri tampak girang begitu melihat nilai ulangan harian anaknya, Zaky Rustadi, yang duduk di kelas 6 sekolah dasar. Nilai ulangan matematika buah hatinya hampir sempurna, 96. Tak hanya matematika, beberapa mata pelajaran lainnya juga nilainya membuat sang ibu bangga.

Pedagang kue basah di Kampung Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, ini menuturkan, kecerdasan anaknya tersebut sudah terlihat sejak masuk sekolah dasar. Nilai rapornya tak ada yang mengecewakan. “Kecuali nilai Mata Pelajaran Bahasa Sunda saja yang kurang bagus, maklum kami ini bukan orang Sunda,” ujar Sulastri yang suaminya bekerja sebagai peneliti di BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).

Kecerdasan Zaky, bisa jadi ada faktor keturunan orang tuanya yang seorang peneliti. Namun menurut sang ibu, anaknya diberikan asupan gizi yang cukup. “Kebetulan anak saya dari dulu suka banget makan telur puyuh. Hampir seminggu dua atau tiga kali dia mintanya pasti lauk telur puyuh,” ungkapnya.

Lantaran sang anak suka mengonsumsi telur puyuh, ibu muda ini pun rajin membaca artikel seputar gizi. Meski tak tahu persis seperti apa kandungan gizi pada telur puyuh, namun ia yakin sangat bagus untuk pertumbuhan dan kecerdasan otak bagi anak.

Ahli gizi dari Univeritas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Taufik Maryusman SGz MGizi MPd, menyebutkan telur puyuh memiliki sejumlah kandungan nutrisi yang baik untuk tubuh. Menurutnya, telur puyuh memang tidak sefamiliar telur ayam yang lebih banyak dikonsumsi. “Padahal manfaatnya tidak kalah banyak dan bermanfaat bagi tubuh,” kata Taufik.

Ada beberapa kandungan nutrisi telur puyuh yang cukup baik untuk diketahui oleh orang tua, agar anak-anaknya juga gemar mengonsumsi. Pertama, sama seperti telur ayam, telur puyuh tinggi protein. Satu porsi telur puyuh (isi lima butir) mengandung 6 gram protein yang ternyata sama banyak dengan satu butir telur ayam. Protein diperlukan tubuh untuk dijadikan sumber energi, menjaga stamina, memelihara kesehatan kulit dan rambut, serta membangun dan menguatkan massa otot, baik dikonsumsi untuk anak-anak hingga orang dewasa.

Kedua, telur mini yang dihasilkan burung puyuh ini juga kaya vitamin A dan kolin. Setiap porsi telur puyuh menawarkan 119 mg kolin dan 244 IU vitamin A. Artinya, seporsi telur puyuh (setara lima butir) mampu menyajikan sekitar 22-28% kebutuhan kolin harian dan 8-10% asupan vitamin A dalam sehari. Kedua nutrisi ini bekerja sama menjaga kerja sistem imun tubuh untuk mencegah risiko penyakit dan infeksi, khususnya mencegah perkembangan penyakit jantung. Vitamin A dan kolin juga berfungsi memelihara fungsi sistem saraf dan indra penglihatan.

Ketiga, telur burung puyuh mengandung lebih banyak selenium (26%) dan zat besi (9%) daripada telur ayam. Selenium bermanfaat memelihara fungsi kognitif otak, meningkatkan metabolisme hormon tiroid, dan memperbaiki kerusakan DNA. Sedangkan zat besi berfungsi memproduksi sel darah merah sehat untuk mencegah anemia.

Hasil Pengujian Laboratorium
Telur puyuh tak hanya baik dikonsumsi anak-anak, namun juga orang dewasa. Bisa diolah menjadi aneka makanan sebagai lauk maupun camilan bergizi. Sebenarnya, kandungan gizi dalam telur puyuh tak jauh beda dengan telur ayam, dalam timbangan berat yang sama.

Hanya saja, dari dulu hingga sekarang, ketakutan orang mengonsumsi telur puyuh cukup tinggi karena dianggap mengandung kolesterol, terutama bagi orang dewasa. Tak sedikit informasi di berbagai media online maupun media sosial menggambarkan betapa “bahayanya” kandungan kolesterol dalam telur puyuh.

“Ini yang harus diluruskan, masyarakat perlu diedukasi dengan baik bahwa kandungan kolesterol telur puyuh tidak seperti yang dikhawatirkan orang,” ungkap Slamet Wuryadi, pemilik CV Slamet Quail Farm, PT Pondok Puyuh Indonesia, Pondok Wirausaha CFE-SQF, kepada Infovet.

Slamet merupakan peternak burung puyuh yang sudah berkali-kali mendapat penghargaan dari Pemerintah. Ia mengaku sudah melakukan pengujian kandungan gizi telur puyuh ke beberapa lembaga riset gizi yang memiliki kredibilitas tingkat nasional, seperti Sucofindo, Laboratorium Penelitian dan Pengujian terpadu UGM.

Pada 2018, dosen tamu di Institut Pertanian Bogor (IPB) University ini mengajukan pengujian kandungan gizi telur puyuh ke Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu UGM. Hasil ujinya menunjukkan kandungan kolesterol telur puyuh hanya 252,75 mg/100 gr. Sedangkan kandungan lemak total hanya 30,30% bb.

Melebihi Ikan Salmon
Slamet mengaku sedih dan kecewa dengan santernya berita dan stigma buruk mengenai gizi daging dan telur puyuh di masyarakat. Padahal menurutnya, baik daging maupun telur puyuh terbukti secara penelitian ilmiah sangat baik untuk kesehatan dibanding sumber protein sejenis dari telur unggas lainnya, bahkan ikan salmon sekalipun.

“Kalau dihitung secara ekonomis dan nilai gizi tiga butir telur puyuh seharga Rp 900 sama dengan nilai protein sebutir telur ayam kampung seharga Rp 2.500. Artinya, konsumen juga dapat menikmati keuntungan tersendiri dengan mengonsumsi telur puyuh dibanding telur ayam,” ujarnya.

Menurut Slamet, dibutuhkan edukasi yang baik dan berkelanjutan untuk meluruskan infomasi soal kandungan gizi, khususnya kolestrol telur puyuh kepada masyarakat yang selama ini disebut memiliki kandungan kolestrol sangat tinggi.

“Penelitian yang dilakukan Balai Pelatihan Ternak (Balitnak) kandungan kolesterol puyuh hanya 213 mg per 100 gram, penelitian UGM 252,75 mg per 100 gram, dan BPPTP Ristek 318,4 mg per 100 gram. Jadi kalau ada anggapan kolesterolnya tinggi, bahkan tidak boleh dikonsumsi, itu salah besar. Karena kolesterolnya paling rendah dibanding telur unggas lainnya,” tegasnya.

Selain itu lanjut dia, kandungan protein pada daging puyuh 22,13% dan lemak 0,47%. Sedangkan telur puyuh mencapai 10,5% dan lemak 4,9%. “Telur puyuh juga kaya akan kandungan omega 3 dan 6 yang sangat tinggi. Selama ini masyarakat ditakut-takuti oleh data yang disajikan salah satu rumah sakit luar negeri yang ternyata hoaks,” ucap Slamet.

Sementara itu, dari data laboratorium IPB University, ternyata telur puyuh mengandung protein sebesar 10,5%, sedangkan lemaknya hanya 4,9%. Begitupun dengan daging puyuh, kandungan protein sebesar 22,13%, sedangkan lemaknya hanya 0,45%.

Jangan Berlebihan
Menurut data dari American Heart Asociation yang dirilis pada 2002, telur puyuh terdiri atas putih telur (albumin) 47,4%, kuning telur (yolk) 31,9%, serta kerabang dan membran kerabang 20,7%. Kandungan protein telur puyuh sekitar 13,1%, sedangkan kandungan lemaknya11,1%. Sementara itu, kuning telur puyuh mengandung 15,7-16,6% protein, 31,8-35,5% lemak, 0,2-1,0% karbohidrat, dan 1,1% abu. Telur puyuh juga mengandung vitamin A sebesar 543 ug (per 100g).

Lalu, bagaimana perbandingan kandungan nutrisi telur puyuh dengan telur ayam? Dilansir dari Very Well Fit, setiap 50 gram atau sekitar 1 butir telur ayam berukuran besar mengandung 6 gram protein dan 78 kalori. Sedangkan, satu porsi telur puyuh (lima butir) mengandung 6 gram protein dan 71 kalori.

Bila mengonsumsi satu porsi telur puyuh, ini artinya mendapatkan asupan protein yang sama dengan ketika makan sebutir telur ayam. Kandungan kalorinya pun hanya terpaut 7 kalori saja, sehingga tak jauh berbeda.

Bukan hanya jumlah kalorinya saja yang mirip, kandungan vitamin dan mineral pada dua jenis telur ini pun cenderung sama.

Dari sisi kandungan kolesterol, mungkin selama ini banyak masyarakat menghindari makan telur puyuh karena katanya bisa membuat kolesterol naik. Alhasil, memilih makan telur ayam saja yang lebih aman kandungan kolesterolnya. Benarkah begitu?

Faktanya, seperti yang ditulis di Very Well Fit, setiap lima butir alias seporsi telur puyuh mengandung 5 gram lemak total, yang terdiri dari 1,6 gram lemak jenuh. Sementara itu, sebutir telur ayam ukuran besar (50 gram) mengandung 5 gram lemak total, dengan 1,5 gram lemak jenuh.

Meskipun perbedaannya tampak sedikit, kandungan lemak jenuh dalam telur puyuh tetap saja lebih tinggi daripada telur ayam. Hati-hati, lemak jenuh ini dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.

Tak cukup lima butir, biasanya dengan lebih banyak menambahkan telur puyuh ke dalam setiap masakan keluarga, misalnya saat membuat semur atau sate telur. Karena ukurannya kecil, mungkin tidak sadar konsumsi banyak telur puyuh dalam sehari. Nah, hal inilah yang dapat memicu kolesterol tinggi jika tidak segera dikendalikan porsinya. Jadi, asal tidak berlebihan, konsumsi telur puyuh tetap aman. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

FENOMENA KONSUMSI ASUPAN GIZI VS ROKOK, MENANG MANA?

Konsumsi asupan makanan begizi sangat penting untuk kesehatan. (Foto: Istimewa)

Selama rokok masih menjadi candu, maka untuk menurunkan jumlah konsumennya sangat sulit. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, orang (termasuk kalangan miskin) rela mengurangi kebutuhan pokok demi menikmati rokok. Sampai kapan begini?

Akhir Juli 2025 lalu, BPS kembali merilis soal konsumsi rokok menjadi salah satu penyebab kronis kemiskinan di Indonesia. Seakan tak dapat dicegah, penyebab ini masih mendominasi, di urutan kedua setelah kebutuhan beras, bahkan terjadi di kalangan masyarakat ekonomi lemah. Rilis terbaru ini merupakan hasil laporan survei hingga Maret 2025.

Sejak satu dekade BPS sudah berulang kali merilis masalah ini, namun persentasenya tak pernah turun. Meski di dalam bungkus rokok sudah tercantum peringatan keras soal bahayanya, namun masyarakat masih saja menikmatinya.

“Beras, rokok, dan kopi sachet masih menjadi penyumbang utama garis kemiskinan per Maret 2025,” begitu tertulis dalam siaran pers BPS, akhir Juli 2025.

Data BPS menunjukkan beras menyumbang sebesar 21,06% terhadap garis kemiskinan (GK). Sementara itu, rokok filter menyumbang 10,72% terhadap GK untuk perkotaan. Sedangkan di perdesaan, beras menyumbang sebesar 24,91% dan rokok kretek filter sebesar 9,99%.

Pada periode sebelumnya juga dijumpai hal serupa. Komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan masih berupa beras dengan sumbangan terbesar, yakni 21,01 % di perkotaan dan 24,93% di perdesaan.

Sedangkan rokok kretek filter juga menempati posisi kedua pada GK September 2024, memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK (10,67% di perkotaan dan 9,76% di perdesaan).

Besaran sumbangan rokok bahkan lebih besar dibandingkan bahan makanan pokok seperti telur maupun daging ayam. Bumbu-bumbu dapur krusial seperti bawang merah, gula pasir, dan cabe rawit juga menempati posisi yang lebih rendah pada daftar.

Telur ayam menempati posisi ketiga dengan proporsi 4,50% untuk GK perkotaan dan 3,62% untuk GK perdesaan, dan daging ayam ras menempati posisi berikutnya dengan proporsi 4,22% dan 2,98% untuk perkotaan dan perdesaan secara berurutan.

“Kondisi ini benar-benar memprihatinkan,” ujar ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yuny Erwanto PhD kepada Infovet.

Erwanto menyebut, fenomena semacam ini sungguh sulit diterima akal sehat. Kebutuhan asupan gizi untuk keluarga dikalahkan kebutuhan rokok yang hanya jadi candu. Ia memberikan gambaran kalkulasi kalau dalam sehari orang menghabiskan Rp 20.000 untuk membeli rokok, maka dalam sebulan Rp 600.000 dibakar begitu saja.

“Tapi coba kalau dibelikan telur, dengan asmusi Rp 30.000, maka sebulan dia bisa beli 20 kg telur. Gizi keluarga bisa terpenuhi,” ungkapnya.

Menurut dosen Pangan Hasil Ternak Fakultas Peternakan UGM ini, perputaran uang untuk membeli rokok hanya akan berputar pada pabrik rokok dan cukai ke negara saja. Mereka yang menikmati keuntungan sangat besar, sementara para perokok mendapat titipan zat berbahaya yang bersarang di dalam tubuhnya.

Sementara untuk konsumsi telur atau daging ayam, perputaran uangnya sangat luas. Mulai dari petani jagung, peternak, perusahaan pakan ternak, perusahaan pembibitan, usaha pemotongan hewan, hingga jalur pasar yang melibatkan pelaku usaha.

Artinya semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi telur atau daging ayam secara tidak langsung akan membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi masyarakat.

Jebakan Kemiskinan
Dalam rilis BPS di atas, menunjukkan bahwa rokok terutama kretek filter, merupakan salah satu komoditas paling banyak dikonsumsi masyarakat miskin dan berkontribusi besar terhadap garis kemiskinan. BPS menggunakan data konsumsi rokok dalam menghitung garis kemiskinan karena rokok adalah salah satu komoditas yang banyak dikonsumsi, termasuk oleh masyarakat miskin.

Meskipun rokok memberikan pemasukan besar bagi pemerintah, konsumsi rokok yang tinggi di kalangan masyarakat miskin, yang seharusnya memprioritaskan kebutuhan dasar seperti makanan, menjadi fenomena yang miris. Bagi mereka konsumsi rokok dapat menjadi semacam “jebakan kemiskinan” karena uang yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar digantikan untuk rokok.

Kalangan perokok sangat sulit untuk mengurangi jatah rokoknya, apalagi untuk berhenti total. Karena candu rokok sudah bersemayam dalam tubuh, maka ada orang yang berpinsip “tidak apa tidak sarapan, asal tiap pagi bisa merokok.”

“Artinya pokok persoalan utama adalah pemahaman masyarakat dan kebiasan sebagian masyarakat kita yang memang lebih untuk tetap merokok, bagaimana pun kondisinya,” ujar Erwanto.

Karena Rokok “Dimakan”
Sekadar untuk melengkapi informasi tulisan ini, ada ulasan menarik yang disampaikan seorang Petugas Survei BPS, Dwi Ardian, yang ia tulis di platform Kompasiana.com, 24 Juli 2025.

Petugas survei ini mengamati di lapangan, banyak rumah tangga miskin yang lebih memilih mengurangi konsumsi makanan bergizi daripada berhenti merokok. Padahal, menurut standar garis kemiskinan makanan, setiap anggota rumah tangga minimal membutuhkan asupan 2.100 kilokalori (kkal) per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar gizi, begitu pengakuan Dwi Ardian.

Padahal, rokok yang harganya mahal tidak memberikan kalori sama sekali (nol kalori). Artinya, uang yang seharusnya digunakan untuk membeli makanan bergizi justru dihabiskan untuk bakar-bakar rokok, suatu kebiasaan yang kontraproduktif bagi kesehatan dan ekonomi keluarga.

Dalam penghitungan garis kemiskinan, BPS menggunakan paket komoditas kebutuhan dasar yang terdiri dari 52 jenis komoditas, termasuk padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak, dan lemak. Uniknya, rokok juga termasuk dalam daftar ini. Mengapa? Karena rokok “dimakan”, meskipun bukan dalam arti harfiah sebagai makanan bergizi.

Data Susenas menunjukkan bahwa lebih dari 73% pengeluaran rumah tangga miskin dialokasikan untuk membeli 52 komoditas tersebut, termasuk rokok. Sisanya sekitar 26%, digunakan untuk kebutuhan non-makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Artinya, jika rumah tangga miskin mengurangi atau berhenti merokok, mereka dapat mengalihkan pengeluaran tersebut untuk memenuhi kebutuhan pokok yang lebih penting, seperti makanan bergizi atau biaya pendidikan anak.

Rokok dalam “Pelukan” Budaya
Data dari Kemenkes, data BPS, dan data Komnas Pengendalian Tambakau, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari waktu ke waktu perokok pemula usia 10-18 tahun beberapa tahun terakhir. Perokok remaja mencapai sekitar 11-12% pada 2024, dari 9% pada 2018. Sedangkan, perokok usia di atas  telah mencapai sekitar 33% pada 2024.

Dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan komunitas tradisional, kenduri atau selamatan menjadi salah satu ritual yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial. Acara-acara seperti syukuran kelahiran, pernikahan, kematian, atau bahkan peresmian rumah kerap dijadikan momentum untuk berkumpul.

Namun, di balik nilai kebersamaan yang dijunjung tinggi, tradisi semacam ini turut berkontribusi terhadap meningkatnya akses dan konsumsi rokok di masyarakat. Rokok sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dalam penyelenggaraan kenduri, baik sebagai pelengkap sajian bagi tamu maupun sebagai sarana penghormatan kepada sesama. Dalam banyak kasus, rokok bahkan dianggap sebagai “tanda terima kasih” bagi para undangan yang hadir, sehingga menciptakan persepsi bahwa menolak rokok bisa dianggap “tidak sopan”.

Budaya memberikan rokok kepada tamu atau sesama peserta kenduri juga memperkuat normalisasi konsumsi rokok dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam acara-acara adat di Jawa, rokok kerap disediakan dalam nampan atau gelas bersama hidangan lainnya, seolah-olah menjadi kebutuhan pokok yang setara dengan makanan dan minuman.

Hal ini mengakibatkan rokok tidak lagi dipandang sebagai barang berbahaya, melainkan sebagai bagian dari adat istiadat yang harus dihormati. Akibatnya, anak-anak dan remaja yang turut serta dalam acara semacam ini sejak dini terpapar kebiasaan merokok dan menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah.

Menurut Yuny Erwanto, kalau saja anggaran rokok tersebut dialihkan, misalnya untuk bikin ayam bakar atau ikan bakar yang bisa dinikmati bersama, tentu jauh lebih sehat. Tapi apa daya, tradisi memang sulit untuk “ditaklukkan”. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

TAK PERLU SUSU FORMULA, CUKUP RAJIN KONSUMSI TELUR

Konsumsi telur rebus sangat dianjurkan bagi ibu hamil atau menyusui. (Foto: Pixabay)

Nutrisi dalam telur ayam, menurut para ahli gizi, mampu memacu produksi air susu ibu (ASI). Lupakan banyaknya mitos soal konsumsi telur ayam yang justru menyesatkan.

Di era serba digital sekarang ini, ternyata masih banyak mitos menakutkan di tengah masyarakat. Terutama di masyarakat pedesaan yang cenderung masih memegang “tradisi kebiasaan” orang tua mereka di zaman dulu. Salah satu mitosnya, mengonsumsi telur setiap hari dianggap membahayakan kesehatan ibu hamil dan setelah anak lahir.

“Kata orang tua sih, kalau lagi hamil jangan kebanyakan makan telur, nanti bayinya banyak bisulan. Air susu ibunya juga jadi amis,” tutur Siti Ruminah, warga Kampung Pegiringan, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, kepada Infovet.

Ibu muda ini baru saja melahirkan anak kedua. Umur bayinya masih sekitar tiga bulan. Oleh orang tuanya, Ruminah dilarang makan telur setiap hari. Dia hanya diizinkan makan telur seminggu sekali, sekadar untuk lauk, dan itupun hanya sebutir. Selebihnya, ibu dari Ruminah hanya menyarankan makan sayur dan tempe-tahu. Makan ikan pun jarang, karena dianggap lebih amis dibandingkan telur.

Arahan orang tua semacam ini rupanya sudah menjadi “tradisi” di kampung tersebut. Padahal, lokasi kampung ini tidak berada di pelosok atau pegunungan. Masih dalam jarak sekitar 15 km dari pusat Kota Pemalang. Tapi sebagian masyarakatnya masih memegang teguh mitos dalam urusan makan telur.

Berbeda dengan yang dialami Ruminah, wanita lainnya yakni Rina Nurkhikmah justru sebaliknya. Ia rajin konsumsi telur rebus selama masa kehamilan dan setelah melahirkan. Warga Desa Bantarbolang, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang ini juga melahirkan anak kedua. Bahkan, setiap hari ia mengaku makan telur dua butir.

“Tiap pagi saya makan dua telur rebus. Kadang buat sarapan, kadang juga buat nyemil sambil minum teh,” katanya kepada Infovet.

Alasan ibu muda ini rutin mengonsumsi telur ayam setiap pagi menginspirasi banyak wanita sebaya di kampungnya yang juga ikut mengonsumsi telur. Terutama teman-teman dekatnya. “Kata dokter kandungan protein dan omega 3-nya tinggi, bagus buat ibu-ibu yang sedang menyusui bayi. Termasuk yang lagi hamil,” sebutnya.

Tak Perlu Sufor
Saat ini, Rina memang masih memiliki anak yang baru berumur sekitar enam bulan lebih beberapa hari. Awalnya, ia enggan mengonsumsi telur rebus tiap hari. Selain bosan, kadang berasa mual setelah konsumsi telur.

Namun setelah mendengar penjelasan dari dokter kandungan dan dokter anak, setiap kali kunjungan pemeriksaan, ia pun menjadi rutin mengonsumsi telur. Menurut dokter anak, kandungan telur sangat bagus untuk produksi air susu ibu (ASI).

Dan ternyata benar, produksi ASI ibu muda ini cukup berlimpah sejak mengonsumsi telur rebus tiap pagi. “Alhamdulillah anak saya sehat. Saya tidak perlu nambahin pakai sufor (susu formula),” ungkapnya.

Tentu saja bukan hanya telur yang ia konsumsi, Rina juga rajin mengonsumi sayur dan buah. Susu berbahan kacang-kacangan juga menjadi pelengkap minumannya setiap pagi. Namun, konsumsi telur sangatlah dianjurkan agar ASI yang dihasilkan berkualitas.

Menirukan pesan dokter, menurut Rina, telur ayam sumber protein yang harganya murah. Untuk mendapatkannya pun tak sulit, tak perlu jauh-jauh ke pasar. “Saya biasanya beli di warung dekat rumah,” tambahnya.

ASI Semakin Berkualitas
Menurut praktisi kesehatan anak, dr Triza Arif Santosa SpA, makan telur saat hamil dan menyusui aman, asalkan benar-benar dimasak dengan baik. Tak disarankan mengonsumsi telur mentah atau setengah matang, karena kemungkinan tercemar bakteri berbahaya seperti salmonela.

Bakteri tersebut bisa menyebabkan keracunan. Memasak telur sampai matang sempurna akan membunuh bakteri, sehingga akan mengurangi risiko keracunan bakteri salmonela saat hamil atau menyusui.

Journal of Health, Population, and Nutrition, menuliskan bahwa manfaat telur rebus untuk ibu hamil dan menyusui dapat meningkatkan kualitas ASI. Wanita hamil membutuhkan minimal 450 mg kolin. Sementara wanita yang sedang menyusui membutuhkan sekitar 550 mg kolin.

Selain untuk ASI, telur juga meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak kandungan. Mengonsumsi telur dalam jumlah yang cukup dapat membantu pertumbuhan janin dan bayi yang menyusu ASI. Karena mengandung asam amino esensial yang tidak dapat disintetis oleh tubuh.

Menurut jurnal tersebut, kandungan vitamin D pada telur terkonsentrasi di kuning telur, jadi makan telur utuh sangat dianjurkan, bukan hanya bagian putih telurnya. Wanita hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin D dibandingkan wanita tidak hamil. Nutrisi ini penting untuk kesehatan, termasuk menjaga kesehatan tulang, mendukung fungsi kekebalan tubuh, dan menstimulasi perkembangan janin. Hanya dalam satu kapsul “ajaib” kebutuhan nutrisi ibu dan janin sudah terpenuhi.

ASI menjadi satu-satunya makanan bernutrisi lengkap untuk bayi. Kualitas ASI yang baik juga dapat berpengaruh pada perkembangan otak si kecil. Untuk itu, para ibu perlu mengonsumsi makanan yang tinggi protein, kalsium, hingga omega 3 agar bayi tetap sehat. Telur ayam adalah sumber omega 3 yang paling murah dari sisi harga dan mudah didapatkan.

Lupakan Mitos Soal Telur
Cukup banyak mitos seputar makan telur bagi ibu hamil yang masih beredar di masyarakat hingga sekarang, di antaranya ibu hamil yang makan telur khawatir kulit anaknya saat lahir akan belang seperti panu dan bisulan.

Ada juga mitos bahwa ibu hamil yang makan telur mentah atau setengah matang dapat mempermudah proses persalinan. Menurut banyak ahli nutrisi, menyebutkan mitos ini yang paling berisiko secara medis. Telur mentah atau setengah matang justru dapat membahayakan ibu hamil karena berisiko terkontaminasi bakteri salmonela yang dapat menyebabkan keracunan makanan dan komplikasi lainnya.

Gejala yang akan muncul akibat infeksi bakteri ini adalah demam tinggi, muntah, sakit perut, sakit kepala, diare, dan dehidrasi. Pada beberapa kasus, tingkat keparahan gejala bisa sangat berat hingga menyebabkan persalinan prematur bahkan keguguran.

Jika seorang ibu hamil sedang mengidam atau ingin makan telur, sebaiknya hindari menyajikan telur setengah matang atau telur mentah. Jangan pernah ambil risiko di saat hamil dengan makanan yang masih belum sempurna kematangannya.

Selain memperhatikan tingkat kematangan telur, sebaiknya ibu hamil juga segera mengonsumsi telur setelah dimasak untuk menghindari kontaminasi bakteri. Terlalu lama membiarkan makanan, terlebih yang tidak diolah dengan baik, dapat memicu tumbuhnya bakteri penyebab penyakit listeriosis. Jika terjadi pada ibu hamil, infeksi ini berisiko tinggi menyebabkan keguguran bahkan bayi meninggal dalam kandungan atau stillbirth.

Berikut beberapa panduan dalam memilih dan menyajikan telur yang perlu ibu hamil pahami, di antaranya hindari membeli telur yang cangkangnya retak dan kotor, cuci telur sampai bersih dan keringkan cangkangnya, simpan telur dalam lemari es pada tempat yang terpisah dengan makanan lain, hindari konsumsi telur mentah atau setengah matang, sajikan telur dengan cara digoreng dan direbus sampai benar-benar matang, cuci tangan sebelum dan setelah memasak telur, serta pastikan telur sudah benar-benar matang, biarkan telur di dalam air mendidih hingga kira-kira 10-12 menit sewaktu merebus telur.

Telur sangat bermanfaat bagi perkembangan janin jika disajikan dengan cara yang baik dan benar. Bagi para ibu hamil, khususnya yang tinggal di pedesaan, sangat penting untuk sadar nutrisi. Lupakan mitos-mitos yang menyeramkan dan tidak benar terkait konsumsi telur. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

LANSIA KONSUMSI KUNING TELUR? AMAN, KOK

Telur, sumber protein yang baik bagi tubuh. (Foto: Shutterstock/Amarita)

Kekhawatiran lansia mengonsumsi telur, wajar terjadi. Banyaknya informasi tak akurat yang berseliweran menjadi penyebabnya. Tapi sesungguhnya, kuning telur tetap aman untuk dimakan semua umur.

Perkara konsumsi kuning telur bagi orang berumur di atas 50 tahun masih menjadi perdebatan. Ada yang beranggapan makan kuning telur berbahaya bagi kesehatan karena kandungan kolesterolnya tinggi. Orang yang setuju dengan anggapan ini, biasanya hanya konsumsi putih telurnya saja. Bagian kuningnya disisihkan.

Budi Waseso, pensiunan jenderal polisi bintang tiga, salah satunya. Saat berbincang dengan Infovet dalam sebuah acara, mantan Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog) ini bercerita soal makanan kegemarannya. Salah satunya telur ayam.

“Sewaktu masih muda, saya makan telur hampir tiap hari. Sekarang juga masih konsumsi, tapi putihnya saja. Kuningnya saya enggak makan,” ujarnya.

Apa alasannya tak lagi makan kuning telur? “Umur saya kan sudah di atas 50 tahun, yang saya tahu sebaiknya makan bagian putihnya saja. Kuningnya takut kolesterol,” sambungnya.

Kebiasaan menyisihkan kuning telur dan hanya memakan bagian putihnya saja saat makan juga dilakukan oleh Subono. Sejak dulu, pensiunan TNI berpangkat Kolonel ini juga gemar mengonsumsi telur ayam. Namun setelah pensiun dari dinas kemiliteran, Subono hanya konsumsi bagian putih telurnya saja.

“Telur itu sumber protein yang bagus. Dari dulu saya suka makan, terutama telur rebus, paling suka. Tapi sekarang cuma makan putihnya saja, biar aman. Takut kolesterol,” ucapnya saat bertemu dengan Infovet di rumahnya, di Panglima Polim, Jakarta Selatan.

Kekhawatiran dua narasumber Infovet tersebut memang bisa dimaklumi. Di usianya yang makin tua, kadang rasa takut konsumsi telur muncul. Meskipun sebelumnya sudah bertahun-tahun makan telur dan tak ada masalah dengan penyakit yang dikhawatirkan.

Namun tak demikian bagi yang memliki persepsi berbeda, meski sudah lansia, konsumsi kuning telur tak terlalu memengaruhi kesehatan meskipun rutin mengonsumsinya. Banyak yang membuktikan konsumsi telur seutuhnya tak perlu khawatir dengan serangan kolesterol.

Iman Firdaus, jurnalis senior media online di Jakarta kepada Infovet mengaku tetap konsumsi telur ayam utuh. Bahkan hampir setiap hari stok telur ayam di lemari es selalu tersedia. Alasannya simpel, saat sarapan pagi paling mudah olah telur.

“Waktu pagi kan kadang terbatas, buat sarapan cukup ceplok atau dadar telur sudah cukup. Yang penting sudah ada nasi, ceplok telur enggak sampai 5 menit,” ujar wartawan yang kini usianya memasuki 56 tahun ini.

Nazarudin, pensiunan ASN di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) juga menyampaikan kesehariannya mengonsumsi telur. Narasumber Infovet yang kini berumur lebih dari 70 tahun mengaku masih sering makan telur ayam. Menu favoritnya adalah telur dadar. “Buat saya telur itu murah, tapi bisa memenuhi gizi. Soal takut, alhamdulillah saya sih tidak. Yang penting waktu mau makan baca bismallah, insyaallah aman,” tuturnya.

Tergolong HDL
Apakah orang berumur lebih dari 50 tahun perlu khawatir dengan konsumsi kuning telur? Banyak narasi artikel tentang kesehatan yang pro dan kontra. Tak sedikit artikel kesehatan yang ditulis seorang dokter menganjurkan agar kaum lansia menghindari konsumsi kuning telur ayam. Namun tak sedikit yang menjelaskan itu tak masalah.

Dengan beragamnya pendapat kalangan ahli gizi yang didapatkan, Infovet kembali menyimak pendapat pakar gizi dr Triza Arif Santosa yang pernah disampaikan dalam Seminar Nasional: Healthy Family With Chicken Meat & Egg beberapa tahun silam.

Infovet memilih mengutip dari narasumber ini karena kajiannya masuk akal dan diperkuat sejumlah informasi pada jurnal kesehatan skala internasional. Menurut dokter spesialis anak ini, telur mengandung tinggi protein yang fungsinya sebagai zat pembangun jaringan dan massa otot dalam tubuh.

Memang kadar protein yang tinggi itu ada pada bagian putih telur, sedang di bagian kuningnya lebih banyak mengandung mikronutrien dan kolesterol. Kadar kolesterol itu diproduksi di dalam tubuh, yakni di hati. Namun kolesterol yang berasal dari kuning telur dan diproduksi oleh hati akan menghasilkan kolesterol baik atau yang lebih dikenal dengan sebutan HDL (High Density Lipoprotein).

Menurut Triza, dari hasil penelitian justru konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh bisa meningkatkan kolesterol jahat atau dikenal dengan sebutan LDL (Low Density Lipoportein). Ini adalah kolesterol jahat yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan strok.

Contoh makanan yang mengandung lemak jenuh antara lain daging merah,  produk susu penuh lemak, mentega, minyak kelapa, dan makanan yang dipanggang. Maka itu, orang dewasa dan lansia sangat dianjurkan untuk mengindari makanan yang mengandung banyak lemak jenuh atau lemak trans. Lemak jenuh jika dikonsumsi di hati akan diproses menjadi kolesterol jahat (LDL).

Kandungan Omega
Apakah orang lansia yang memiliki penyakit gula sebaiknya menghindari konsumsi telur? Triza mengakui ada penelitian yang menyebutkan untuk orang yang sudah lanjut usia dan memiliki penyakit gula (diabetes) dianjurkan untuk konsumsi telur cukup tiga butir per minggu.

“Umumnya orang lansia banyak yang menderita penyakit gula. Penyakit gula inilah yang akan memicu penyakit-penyakit lainnya dan akan mengganggu fungsi liver atau hati. Jadi, bukan karena konsumsi telur,” ujarnya.

Tetapi jika dalam kondisi sehat, maka konsumsi telur 1-2 butir dalam sehari tidak masalah. Tidak menimbulkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Telur mengandung banyak zat yang baik untuk tubuh, seperti omega 3, omega 6, dan lainnya.

Zat-zat yang terkandung di dalam telur bukan termasuk lemak jenuh, sehingga tidak menjadi kolesterol jahat saat diproses dalam tubuh. Tetapi sebaliknya, jika tingkat konsumsi telurnya tinggi, maka akan meningkatkan kolesterol baik (HDL) yang dibutuhkan oleh tubuh.

Menurutnya, tidak salah juga jika ada orang usia di atas 50 tahun hanya konsumsi putih telur. Namun demikian, kuning telur memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik untuk tubuh, sehingga aman untuk dikonsumsi orang dewasa di atas 50 tahun.

Mengutip artikel pada situs PinsarIndonesia.com, dr Thomas Behrenbeck MD PhD, seorang ahli kardiologi dari Mayo Clinic di Amerika Serikat, mengulas seputar konsumsi telur dari sisi medis.

Ahli jantung ini menyebutkan, telur memang mengandung kadar kolesterol. Namun berapa banyak kadar kolesterol dalam makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah? Jawabannya adalah kadar kolesterol tidak sama untuk setiap orang.

Faktanya, meski mengonsumsi telur dalam jumlah banyak dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, namun secara umum memakan empat butir telur dalam seminggu (termasuk kuning telurnya) tidak akan meningkatkan risiko penyakit jantung.

Telur mengandung kolesterol pada bagian kuningnya. Satu butir telur dengan ukuran yang besar dapat mengandung kolesterol sampai 186 mg, yang semuanya terdapat dalam kuning telur. Jika menyukai telur tapi tidak ingin menambah jumlah kolesterol dalam darah, bisa makan bagian putihnya saja.

Sumber lain yang menguatkan pendapat tersebut berasal dari Journal of American College of Nutrition. Dalam salah satu artikelnya menyebutkan bahwa risiko penyakit kardiovaskuler pada laki-laki dan perempuan tidak ada hubungannya dengan meningkatnya konsumsi telur.

Bahkan sebaliknya, dari temuan mereka setelah menganalisis lebih dari 27.000 subjek, diketahui bahwa mereka yang mengonsumsi telur memiliki kadar kolesterol lebih rendah dibandingkan yang tidak makan telur.

Dengan demikian, jika saat ini sudah memasuki usia lanjut, jangan takut konsumsi telur ayam lengkap dengan kuningnya. Aman, yang terpenting tidak berlebihan. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

TAK USAH TAKUT ICIP-ICIP DAGING “SI IMUT”

Sate kelinci yang menggugah selera, mirip dengan sate ayam. (Foto: instagram/@rumahsateee)

Tekstur dagingnya lembut, kandungan gizinya juga luar biasa. Di balik lezat olahannya, peluang dijadikan usaha masih menjanjikan karena pelaku usahanya masih langka. Minat mencoba?

Daging yang satu ini tidak banyak yang menjual. Selain tak begitu populer, peternak hewan ternak ini juga masih tergolong langka. Daging kelinci, sebagai sumber protein, masyarakat belum begitu banyak yang mengonsumsi. Beragam alasan muncul, ada yang tak tega melihat hewan yang imut dipotong dan diambil dagingnya, ada juga yang masih ragu dengan rasanya.

Selain itu, tak banyak orang yang terbiasa mengolah daging hewan yang tergolong pengerat ini. Padahal, menurut para penikmatnya, olahan daging hewan yang memiliki nama latin Oryctolagus cuniculus ini, nikmatnya bukan main. Teksturnya dagingnya empuk dan gurih dengan paduan bumbu rempah.

Meski tergolong menu lezat, namun tak banyak rumah makan yang menyediakan olahan daging kelinci. Hanya rumah makan di kota-kota tertentu saja yang menyediakan. Jika tinggal di Bogor, Jawa Barat, di sana ada beberapa warung sate yang menyediakan sate kelinci.

Salah satunya warung Sate Kelinci Kang Ibing. Lokasinya di jalan Veteran, Panaragan, Pasir Kuda. Warung sate ini cukup terkenal di seputaran wilayah Bogor. Di kedai ini tak hanya sate kelinci yang dijual, tetapi juga tersedia sate kambing dan sate ayam.

Ada juga Saung Indira yang lokasinya di Jalan Raya Sindang Barang, Bogor Barat. Warung yang satu ini mempunyai menu andalan antara lain sate kelinci, bakso kelinci, dan nugget kelinci. Namun dari pengamatan Infovet, di warung ini kebanyakan pengunjung memesan sate kambing. Hanya orang tertentu saja yang memesan sate kelinci.

“Kalau kambing kan memang untuk dipotong, tapi kelinci itu umumnya dipelihara karena lucu. Mungkin itu yang membuat orang masih belum banyak yang suka konsumsi,” ujar Wusono, peternak kelinci pedaging dan kelinci hias dari Bantul, Yogyakarta kepada Infovet.

Menurutnya, meski sudah jadi olahan, tak banyak orang yang mau mengonsumsi daging kelinci. Mungkin karena belum terbiasa. “Kalau sudah pernah mencoba dan tahu lezatnya daging kelinci, mungkin jadi terbiasa,” tambahnya.

Banyak Manfaat 
Wusono mengaku sudah 10 tahun lebih menekuni usaha ternak kelinci pedaging. Dari hasil ternaknya, dia mensuplai ke beberapa warung makan di sekitaran Kota Bantul. Wusono menjualnya dalam bentuk karkas atau daging utuh.

Menurutnya, di sekitar Bantul banyak macam olahan daging kelinci yang disajikan di warung-warung, mulai dari sate, gulai, dendeng, abon, hingga diolah menjadi nuget. Harga seporsi sate kelinci pun bisa mencapai Rp 40.000, berisi 10 tusuk sate.

Daging kelinci sebenarnya bisa menjadi alternatif sumber protein hewani, khususnya jika harga-harga daging ternak lainnya meningkat atau sulit didapat. Prof Dr Husmy Yurmiati Ir MS, Guru Besar Fakultas Peternakan Unpad, menyebutkan dari segi kesehatan daging kelinci memiliki banyak manfaat. Tekstur daging kelinci hampir sama dengan daging ayam, bertekstur halus dan berwarna putih.

Daging kelinci memiliki kadar protein yang sama dengan daging ayam namun memiliki kadar kolesterol yang rendah, sehingga cocok dikonsumsi bagi penderita darah tinggi, jantung, dan kolesterol. Daging ini juga bisa diolah menjadi penganan apa saja, seperti sate, bakso, burger, nuget, tongseng, bakso tahu, hingga abon.

Kelinci juga bisa menjadi alternatif bagi pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia. Ahli gizi ini pernah melakukan penelitian tentang itu. Ada lima potensi yang bisa dihasilkan dari seekor kelinci, yakni food (makanan), fur (kulit bulu), fancy (binatang hias), fertilizer (pupuk), dan laboratory (penelitian), melansir dari unpad.ac.id.

Mudah Dicerna Tubuh
Kenikmatan olahan daging kelinci juga setara dengan kandungan gizi pada daging ini. Situs kesehatan Rise and Shine Rabbitry menyebutkan, kelinci memiliki daging putih dengan nutrisi terbaik dibandingkan dengan hewan lain yang memiliki daging putih. Daging kelinci mengandung lebih banyak protein yang mudah dicerna oleh tubuh. Dibandingkan dengan daging hewan lainnya, daging kelinci mengandung lemak yang lebih sedikit.

Daging kelinci juga mengandung sedikit kalori. Situs kesehatan ini bahkan menyebutkan, daging kelinci “hampir” bebas kolesterol. Maka, cukup baik untuk dikonsumsi tanpa khawatir daging tersebut akan berbahaya untuk jantung bagi penikmatnya. Daging kelinci mengandung kadar garam atau sodium yang lebih sedikit. Namun, kandungan kalsium dan fosfornya lebih banyak dibandingkan dengan daging hewan lainnya.

Secara fisik, jika mempertimbangkan rasio tulang dan daging, kelinci memiliki lebih banyak daging yang bisa dimakan. Daging kelinci memiliki rasa yang enak dan aroma yang tak terlalu kuat seperti halnya daging kambing atau sapi. Jadi, selain memiliki banyak kelebihan di atas, daging kelinci juga bermanfaat untuk kesehatan, karena mengandung lebih sedikit lemak, kolesterol, dan garam.

Peluang Usaha 
Di balik nikmatnya olahan daging kelinci, usaha kuliner berbahan daging yang satu ini juga memiliki prospek usaha cukup bagus. Dari riset Infovet di beberapa media online dan media sosial, usaha olahan daging kelinci memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia. Permintaan terhadap produk olahan kelinci semakin meningkat, terutama di kalangan masyarakat yang peduli dengan kesehatan dan mencari alternatif protein yang sehat.

Jika berminat menekuni usaha kuliner berbahan daging kelinci, berikut adalah beberapa alasan yang dapat menjadi acuan mengapa usaha olahan kelinci bisa menjadi peluang yang menjanjikan.

Pertama, daging kelinci rendah lemak dan kaya nutrisi, sehingga diminati oleh mereka yang ingin menjaga kesehatan. Di Indonesia, para pecinta kuliner semakin mencari makanan dengan cita rasa khas yang unik dan produk olahan kelinci dapat menjadi pilihan menarik. Permintaan produk olahan kelinci makin hari makin tinggi seiring meningkatnya kesadaran akan kebutuhan protein sehat.

Kedua, cara mengembangkan produk olahan kelinci. Jika tertarik untuk mengembangkan produk olahan kelinci dengan cita rasa khas, maka sebaiknya harus memahami pasar yang akan dituju terlebih dulu. Pelajari tren dan preferensi konsumen terkait produk olahan kelinci, baik lokal maupun internasional. Dengan memahami kebutuhan pasar, maka dapat menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen.

Ketiga, perlu mengembangkan resep dengan cita rasa khas, agar dapat bersaing dengan produk sejenis. Eksperimen dengan berbagai bumbu dan teknik memasak untuk menciptakan resep yang unik dan lezat bisa dilakukan. Tak perlu takut untuk mencoba hal-hal baru dan berinovasi agar produk tetap menarik bagi konsumen.

Keempat, lakukan promosi produk. Gunakan berbagai strategi pemasaran seperti media sosial dan kerja sama dengan restoran atau toko makanan untuk meningkatkan visibilitas produk. Berikan informasi yang jelas tentang keunggulan produk dan jadikan testimoni pelanggan sebagai daya tarik tambahan.

Kelima, bentuk jejaring pasar dan sumber bahan baku. Karena daging kelinci sebagai bahan baku utama, maka jalin hubungan dengan peternak kelinci lokal untuk mendapatkan pasokan daging kelinci yang berkualitas harus dilakukan. Bangun juga hubungan dengan pemasok bahan baku dan pihak-pihak terkait lainnya seperti distributor, toko makanan, dan restoran. Semakin luas jaringan, semakin besar peluang untuk mengembangkan olahan kelinci. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

OLAHAN DAGING UNGGAS HYBRID, KULINER LEGENDARIS

Nikmatnya sate blengong dengan ketupat kuah rempah. (Foto: tfamanasek.com)

Harga satu tusuk sate unggas hybrid di setiap warung tak sama. Biasanya sangat tergantung dari olahannya yang menghasilkan rasa berbeda. Tetapi satu porsi ketupat plus dua tusuk satenya sudah cukup mengenyangkan.

Kreativitas masyarakat peternak unggas kadang bisa melahirkan “karya” kuliner yang unik. Tak sedikit yang pada akhirnya olahan makanan tersebut menjadi kuliner khas daerah tertentu. Di Kota Tegal, Jawa Tengah, misalnya, selain dikenal sebagai Kota Warteg, di daerah ini juga terdapat olahan unggas hybrid. Masyarakat menyebutnya daging blengong.

Blengong merupakan unggas dengan ras yang unik. Disebut unggas hybrid lantaran unggas ini merupakan hasil perkawinan silang antara itik dan entok. Turunan dari persilangan ini menghasilkan perawakan unggas yang berbeda dari kedua indukannya, meski kadang mirip salah satunya.

Bagi masyarakat Kota Tegal, daging unggas hybrid umumnya diolah menjadi olahan opor. Namun di warung-warung penyedia daging ini umumnya dijadikan olahan sate. Bukan sate bakar lazimnya sate kambing atau ayam, tetapi sate rebus dengan bumbu rempah dan berkuah.

Umumnya, sate ini dipadukan dengan ketupat atau lontong dan remukan kerupuk. Tusuk satenya biasanya terbuat dari lidi janur kelapa. Penggemarnya cukup banyak, meski tak sepadan dengan penggemar sate kambing.

“Cuma orang-orang lokal Tegal saja yang sering menikmati kuliner sate blengong. Kalau orang dari daerah lain paling kalau mereka pas mampir saja,” tutur Waridin, salah satu penjual kuliner unggas hybrid di Tegal.

Menurutya, kuliner sate blengong sudah ada sejak puluhan tahun silam. Penjual sate blengong di Kota Tegal biasanya sudah turun-temurun atau dari generasi ke generasi. Namun Waridin mengaku tak tahu sejak kapan masyarakat peternak melakukan persilangan dua jenis unggas yang masih serumpun tersebut.

Daging Blengong Memberi Sensasi Berbeda
Seperti apa bentuk unggas hybrid ini? Tak perlu repot memikirkan rupa hewannya, yang pasti saat dimasak daging blengong sungguh nikmat. Teksturnya mirip daging bebek yang memiliki serat, tapi lebih lembut saat dikunyah. Memakan daging blengong memberi sensasi baru dari segi tekstur rasa, begitu kata para penikmatnya.

Salah satu gerai sate blengong yang legendaris di Brebes adalah Pondok Kupat Sate Blengong Bapak Kasturi Rajak. Terletak di perempatan Islamic Center menuju Pasar Batang, Brebes. Lima tahun lalu, Infovet pernah mengulasnya. Akhmad Kurniawan adalah generasi ketiga penerus Pondok Kupat Sate Blengong milik kakeknya itu, Kasturi Rajak. “Warung ini sudah 45 tahun, dari kakek saya,” ungkap pria ini di sela-sela sibuk melayani pembeli.

Menurut Kurniawan, daging blengong sebenarnya sama sepeti daging bebek yang agak alot dan kurang enak aromanya jika tak diolah dengan tepat. Untuk mendapatkan tekstur yang enak saat dikunyah, ada cara tersendiri dalam mengolahnya. Dia memasak daging unggas hybrid melalui dua kali tahapan. Satu kali memasak menghabiskan waktu 2,5 jam, sehingga butuh 5 jam untuk menghasilkan menu daging blengong yang nikmat.

Di kedai milik Kurniawan ada dua menu yang ditawarkan, yakni sate bakar, sate masak, dan kupat. Sate bakar adalah sate daging blengong yang dimasak dengan cara dibakar dengan arang seperti sate pada umumnya. Sedangkan sate masak, daging blengong direbus dengan bumbu santan dan ditusuk dengan lidi berukuran panjang. Kupat menjadi sajian pendamping dengan kuahnya yang kaya akan bumbu dan terasa pedas.

Harga sate blengong di setiap warung tidak sama. Ada selisih harga meskipun sedikit. Ada warung yang menjual sate blengong bakar dibanderol Rp 60.000/satu kodi (20 tusuk). Sedangkan sate blengong masak dibanderol Rp 6.000/tusuk dan seporsi kupat dihargai Rp 12.000. Ada juga yang menjual di atas atau di bawah harga tersebut. Tetapi rasa umumnya berbeda harga. Menikmati satu tusuk saja sate blengong sudah terasa kenyang disantap dengan kupat siram santan rempah.

Pondok sate kupat blengong miliki Kurniawan mulai buka dari jam 12 siang sampai habis. Umumnya, selepas waktu sholat isya dagangannya sudah habis. Di sekitar kedai ini juga ada beberapa penjual menu serupa. “Kalau dulu yang jual cuma dua orang, sekarang sudah banyak yang jual,” kata Kurniawan.

Dikunjungi Pejabat
Selain di Tegal, di Kota Brebes pun kuliner sate unggas hybrid ini banyak dijual. Salah satunya adalah Warung Sate Blengong Bu Mulyana yang berlokasi di dekat alun-alun kota berjuluk Kota Bawang ini. Seperti halnya Kurniawan, olahan sate blengong di warung ini sudah menjadi resep turun temurun bagi Bu Mulyana. Sudah 41 tahun warung sederhana menyajikan sate blengong tiap hari.

Bu Mulyana bertutur, sate unggas hybrid olahannya tak hanya menarik pembeli dari Kota Brebes saja, tapi juga orang-orang dari luar Brebes yang kebetulan singgah di kota ini. Bahkan, dulu mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mantan Kapolda Jawa Tengah Irjen Condro Kirono, dan mantan Pangdam Diponegoro Mayjen Wuryanto pernah mampir di kedai milik Bu Mulyana.

Beda warung, beda pula harga yang dibanderol. Di warung Bu Mulyana untuk satu porsi nasi/lontong, kuah, dan satu tusuk sate dihargai Rp 14.000. Jika ditambah dua sate harganya menjadi Rp 21.000. Jadi, satu tusuk sate blengong di sini harganya Rp 7.000.

Bagi pecinta kuliner jika singgah di Brebes, bisa menyempatkan diri mencoba mencicipi kuliner khas itu. Selain sate, di kota ini juga dapat memborong oleh-oleh berupa bawang merah dan telur asin dengan berbagai olahan. Para pedagangnya berderet di sepanjang jalan protokol Kota Brebes.

Daging bebek sebagai sumber protein memiliki jumlah kalori dan kandungan lemak yang tinggi. Kandungan gizi dalam daging blengong tentu tak jauh beda dengan daging bebek. Dokter Damar Upahita, dalam ulasan tentang gizi di HelloSehat.com menyebutkan, dalam 45 gram daging bebek terdapat sebanyak 7 gram protein, 150 kalori, dan 13 gram lemak. Jumlah ini setara dengan 45 gram daging ayam dengan kulit.

Meski banyak yang mengatakan bahwa daging ini kurang baik dalam hal kadar kolesterol, tapi daging bebek tetap memiliki manfaat bagi kesehatan. Bila dilihat dari kandungan gizinya, manfaat daging bebek adalah untuk mencegah anemia, membantu meningkatkan sistem imun, serta sebagai sumber protein yang baik.

Apabila memiliki kadar kolesterol tinggi, sangat disarankan untuk memilih daging bebek yang dimasak tanpa banyak menambah lemak atau tanpa kulit. Batasi konsumsinya, tidak lebih dari satu porsi bebek tanpa kulit per hari. Hindari mengonsumsi bebek yang renyah, karena biasanya bebek ini digoreng dengan kulitnya. Bebek panggang atau rebus adalah pilihan yang lebih baik daripada digoreng. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer