Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Kandang Ayam | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

LALAT SERBU RUMAH WARGA, PETERNAKAN AYAM DIDUGA MENJADI PENYEBAB

Lalat Berkerumun di Sekitar Pemukiman Warga
(Sumber : Istimewa)

Pemandangan tidak biasa terlihat di pemukiman warga di Lembang Pata'padang pada, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, sejak (22/4). Ratusan lalat tiba-tiba menyelimuti daerah tersebut bahkan masuk ke rumah warga. Serangan lalat tersebut memenuhi rumah warga, mulai di teras, ruang tamu, kamar, hingga ruang makan dan dapur.

Warga menduga bahwa serangan lalat pemukiman warga tersebut berasal dari peternakan ayam potong. Hal ini dibantah Kepala Lembang Pata'padang, Matius Allokaraeng. Ia mengatakan bahwa di wilayahnya tidak ada peternakan ayam.

"Di sini tidak ada. Mungkin lokasinya sekitar perbatasan Lembang Pata'padang dan Lembang Tallung Penanian, masih masuk Kecamatan Sanggalangi. "Kalau di Lembang kami, tidak ada peternakan ayam (potong)," tuturnya.

Ia juga mengaku sudah mendapatkan laporan terkait serangan lalat tersebut.

"Sudah dapat informasi dari masyarakat di Dusun Buntualang bahwa banyak kerumunan lalat di rumah warga. Kami sudah sampaikan ke Dinas Pemukiman dan Lingkungan Hidup, Kepala Puskesmas Tombang Kalua, dan dokter Peternakan di Toraja Utara," jelasnya.

Ia berharap masalah ini cepat dapat diatasi dan kondisi kembali normal.

"Semoga kembali normal, dan ada bantuan maupun tindakan dari dinas terkait, dan menyelidiki apakah benar serbuan lalat tersebut dari peternakan," tutupnya. (INF)


MANAJEMEN VENTILASI PENGARUHI HASIL PANEN

Pemasangan tirai luar kandang. (Foto: Istimewa)

Salah satu faktor yang memengaruhi hasil akhir produksi ayam broiler adalah beban panas yang tinggi (heat stress). Hal ini terjadi karena ternak broiler merupakan tipe ayam pedaging yang pada prinsipnya adalah penumpuk lemak di dalam tubuh dalam jumlah besar pada masa produksi akhir (panen).

Salah satu kendala akibat iklim yang ekstrem yakni heat stress. Umumnya stres akibat panas terjadi karena penumpukan lemak menjadi penghambat pembuangan panas yang dibentuk oleh tubuh, sedangkan ayam broiler juga mendapat panas tubuh dari hasil metabolisme dan aktivitas lingkungan sekitar.

Aktivitas yang menyebabkan terjadinya panas lingkungan dipengaruhi temperatur, kelembapan, dan sirkulasi udara. Ketiga faktor tersebut merupakan elemen penting yang memengaruhi produksi broiler. Karena ketiga faktor tersebut berperan dalam proses terbentuknya kenyaman pada ayam, dimana akan menghasilkan produksi yang maksimal atau malah sebagai predisposisi timbulnya penyakit pencernaan (colibacillosis) dan pernapasan (chronic respiratory disease/CRD), atau bahkan keduanya (CRD kompleks).

Mengatur Ventilasi  
Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi stres akibat panas yang muncul akibat ketiga faktor di atas adalah manajemen ventilasi. Ventilasi merupakan pergerakan udara yang memungkinkan terjadinya pertukaran antara udara di dalam dan di luar kandang. Dengan manajemen ventilasi yang baik, maka angka temperatur, kelembapan, dan sirkulasi udara dapat diatur untuk memberikan rasa nyaman pada ayam.

Dalam sistem kandang terbuka, cara menciptakan pergerakan udara di dalam kandang dapat dilakukan dengan pemberian kipas angin, penerapan sistem buka-tutup tirai kandang, serta pembuatan model kandang monitor.

Adapun manajemen ventilasi yang mendukung juga penting dilakukan pada saat brooding, dimana pada fase tersebut merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan broiler hingga satu periode ke depan. Karena di fase ini DOC akan mengalami pertambahan jumlah sel (hiperplasia) terutama otot. Oleh karena itu, kondisi di dalam kandang harus sangat mendukung yang dimulai dari suhu ideal, kelembapan yang tepat, serta kualitas oksigen yang memadai untuk proses perkembangan.

Kebanyakan peternak cenderung hanya memperhatikan suhu dan kelembapan saja. Sehingga tidak jarang pada umur 7-10 hari tirai masih tertutup. Hal ini diperkuat oleh fakta yang didapat dari Veterinary Health and Care Services PT Gold Coin Indonesia, Drh Rizqy Arief Ginanjar.

“Kenyataan yang terjadi ketika tirai masih ditutup akan mengakibatkan sirkulasi udara di dalam kandang minimal, bahkan tidak terjadi. Sehingga kelembapan dan amonia di dalam kandang tidak bisa terkontrol. Dengan angka kelembapan dan amonia yang tinggi di dalam kandang akan memicu terjadinya penyakit,” ujar Rizqy.

Lebih lanjut, manajemen tirai yang baik harus mulai diperhatikan ketika masa brooding. Tirai yang digunakan harus menggunakan metode double screen guard (tirai luar dan dalam). Aplikasinya adalah dengan menggunakan dua buah tirai, satu untuk di dalam kandang dan satu lagi untuk di luar kandang. Pada saat DOC chick-in hingga umur tiga hari, tirai dalam masih dapat ditutup rapat agar panas di dalam brooder tercapai.

Ketika memasuki umur empat hingga tujuh hari, tirai luar pada siang hari sudah harus mulai dibuka disertai dengan pelebaran dari sekat (chick guard). Tirai dibuka ± 10-20 cm yang bertujuan agar terjadi pertukaran udara oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Sedangkan untuk tirai dalam masih dipertimbangkan untuk ditutup, namun juga melihat kondisi ayam.

Ketika malam, tirai masih harus ditutup agar ayam tidak terkena cold shock. Pada umur 7-10 hari dengan asumsi pertumbuhan bobot badan yang makin berkembang, maka tirai dan pelebaran sekat juga harus mengikuti. Tirai luar pada siang hari diturunkan seperempat dari tinggi kandang (± 40-50 cm), sedangkan untuk tirai dalam sudah bisa mulai dilepas. Pada malam hari tirai dapat ditutup kembali.

Pada umur 10-14 hari, tirai luar pada siang hari sudah dapat dibuka setengah tiang kandang dan pada malam hari tirai dapat dibuka seperempat tiang kandang. Pada umur 15-20 hari, tirai luar pada siang hari sudah dapat dibuka seluruhnya, namun pada malam hari tirai masih ditutup untuk antisipasi stres akibat cuaca dingin. Pada umur 21 hari hingga panen, tirai sudah dapat dibuka seluruhnya baik pada siang maupun malam hari. Namun masih dengan pertimbangan kondisi cuaca, adakalanya dinaikan (ketika hujan atau angin besar).

Disamping manajemen tirai, faktor sirkulasi udara juga dapat dibantu dengan penambahan kipas angin dan pembuatan kandang monitor. Pemberian kipas angin sering dipasang di dalam kandang yang memiliki alas litter. Tujuan pemberian kipas adalah untuk mempercepat perpindahan udara di dalam kandang. Jenis kipas angin yang digunakan adalah kipas pendorong (blower fan) dengan berbagai ukuran 24”, 36”, dan 42”. Kipas angin dapat ditempatkan pada ketinggian 50-100 cm dari lantai.

Di daerah tropis jenis kandang tipe terbuka yang memiliki konstruksi panggung diharapkan memiliki atap berbentuk monitor. Karena cuaca pada wilayah tropis sangat memengaruhi dalam tata laksana manajemen ventilasi. Selain dengan manajemen buka-tutup tirai, pembuatan kandang jenis panggung dan atap monitor pada kandang terbuka sangat membantu dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida atau bahkan pembuangan senyawa berbahaya H2S dan NH3.

Salah satu peternak yang sudah mengaplikasikan manajemen ventilasi adalah Suhardi. Menurutnya, di tengah iklim dan cuaca ekstrem seperti saat ini manajemen ventilasi yang baik akan menunjang performa, apalagi jika dibarengi dengan pemeliharaan yang baik.

“Saya selalu rutin dalam mengatur ventilasi, karena saya kurang biaya untuk bikin closed house jadi mau tidak mau saya harus bisa mengatur ventilasi. Paling sebagai tambahan saya sedikit rajin semprot disinfektan dan memisahkan ayam yang mati. Biar enggak nular penyakitnya,” kata Suhardi.

Ia mengatakan, pengaturan ventilasi ini sangatlah penting. Sebab hal buruk pernah menimpanya dikala anak kandangnya lupa melakukan maintenance buka-tutup tirai. “Pernah cuaca lagi panas, lupa buka tirai, ayam malah mati kepanasan semua, mana baru chick-in. Peristiwa seperti ini sudah jadi makanan sehari-hari, makanya saya rutin mengatur ventilasi, supaya ayam tetap oke performanya,” tandasnya. (CR)

KORELASI ANTARA MUSIM PENGHUJAN DENGAN PENYAKIT PENCERNAAN

Masa brooding, bila perlu diperpanjang. (Foto: Istimewa)

Beberapa waktu belakangan cuaca cenderung sulit diprediksi dan berubah-ubah. Misalnya saja kemarau panjang yang terjadi akibat El-Nino beberapa waktu lalu, tentu sangat memengaruhi manajemen pemeliharaan dan membawa dampak terhadap penurunan performa produksi ayam broiler. Bulan berganti begitupun musim, dari kemarau panjang yang menerpa, kini curah hujan mulai meninggi di awal tahun.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan terjadi pada Januari dan Februari 2024. Untuk persebarannya yaitu sebanyak 385 Zona Musim (ZOM) atau sebesar 55,08% wilayah yang mengalaminya.

Di sisi lain, genetik ayam pedaging modern saat ini memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap suhu lingkungan dan DOC baru bisa mengatur suhu tubuhnya secara optimal pada umur minggu kedua. Oleh karena itu, DOC umur pemeliharaan minggu pertama hingga minggu kedua, peran brooder (pemanas) dan manajemen yang optimal sangat memengaruhi dalam upaya menjaga suhu kandang tetap dalam zona nyaman hingga diakhir periode mampu mencapai produksi yang optimal.

Akhir November sampai awal Desember 2023, merupakan awal perubahan dari musim kemarau ke musim penghujan. Banyak peternak yang terlambat menyadari untuk merubah tipe manajemen kandang. Kebanyakan dari mereka masih berpatokan dengan manajemen musim panas yang menitikberatkan pada sirkulasi udara yang lancar dengan cara membuka lebar tirai kandang (untuk menghindari heat stress). Sehingga ketika musim hujan tiba-tiba datang, angin yang berhembus kencang disertai air hujan akan masuk ke dalam kandang dan langsung mengenai ayam.

Kondisi tersebut menjadi pemicu awal terjadinya penyakit. Karena perubahan suhu lingkungan yang berubah secara ekstrem akan menyebabkan penurunan kerja sistem imun tubuh. Secara fisiologis tubuh ayam akan merespon perubahan suhu yang ekstrem dengan membangkitkan mekanisme sistem imun.

Mewaspadai Peralihan Musim
Hal utama yang menjadi kendala saat musim peralihan dari kemarau ke penghujan adalah penurunan suhu menjadi lebih rendah. Suhu rendah memicu perlu dilakukannya pemanjangan masa brooding. Masa brooding yang dilakukan pada musim hujan seharusnya dilakukan hampir sepanjang hari (siang dan malam) dan bahkan akan melebihi dari dua minggu (> 14 hari).

Jika tidak dilakukan pemanasan ekstra pada siang hari, DOC tidak mendapat suhu ideal untuk pertumbuhannya dan akan kedinginan. Dampak lebih lanjut, pertumbuhan DOC tidak akan seragam sehingga performanya menjadi buruk (bad uniformity). Keseragaman yang buruk merupakan indikasi lanjutan bahwa penyerapan nutrisi di dalam tubuh ayam tidak berjalan optimal, yang berimbas pada buruknya efisiensi pakan yang menjadi daging (FCR tinggi).

Kemudian pergantian dari musim kemarau ke penghujan biasanya akan diikuti dengan munculnya angin kencang dari arah yang tidak menentu. Kecepatan angin yang tinggi dan mengenai ayam secara langsung dapat membuat ayam terkena... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024.

Ditulis oleh:
Drh Rizqy Arif Ginanjar
Technical Support PT Gold Coin Indonesia

SUDAH SIAPKAH KITA HADAPI MUSIM PENGHUJAN?

Kandang panggung, aman dari banjir pada musim penghujan. (Foto: Istimewa)

Tanpa terasa waktu berlalu kembali bersua dengan pergantian musim. Perubahan musim kemarau ke musim hujan maupun sebaliknya memang masih menjadi momok bagi para peternak unggas. Lalu bagaimana menyiapkan agar performa ayam tetap ciamik di musim penghujan?

Musim penghujan biasanya mencapai puncaknya di antara Desember-Maret. Ada beberapa hal yang dapat menjadi rintangan dalam usaha budi daya ayam broiler maupun layer di musim penghujan dengan curah hujan tinggi.

Ancaman di Musim Penghujan
Mantan Ketua Umum ADHPI, Drh Dedy Kusmanagandi, mengatakan bahwa di musim penghujan ada beberapa hal yang dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha peternakan ayam.

Ancaman pertama menurutnya yakni ketika musim penghujan tiba adalah kelembapan yang tinggi. Kelembapan udara yang tinggi (lebih dari 85%) berdampak kurang baik terhadap pertumbuhan ayam. Saluran pernapasan ayam akan terganggu sebagai akibat tingginya kadar air di udara.

Selain itu, lingkungan yang lembap merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri, virus, parasit, maupun jamur, sehingga ayam menjadi rentan terhadap serangan penyakit.

Kelembapan udara yang tinggi juga bisa menyebabkan kondisi sekam pada kandang postal menjadi cepat lembap, basah dan menggumpal, sehingga kandungan gas amonia di kandang naik. Ditambah dengan kondisi sekam basah yang bisa menjadi media pertumbuhan bibit penyakit.

“Peternak yang menganut 'mazhab' kandang terbuka akan lebih terpengaruh oleh kelembapan udara tinggi dibanding ayam yang dipelihara dengan kandang tertutup. Hal ini jelas karena pada kandang tertutup terjadi pergerakan udara yang stabil dan tingkat kelembapan udara di dalam kandang bisa diatur sesuai kebutuhan ayam,” tutur Dedy.

Ancaman berikutnya adalah faktor kecepatan angin yang bertambah secara ekstrem. Di beberapa tempat sering kali pada musim pancaroba kecepatan angin berubah drastis, sehingga menyebabkan ayam terkena stres dingin ekstrem, bahkan ada beberapa kandang yang rusak dan roboh. Kerusakan tersebut akan mengakibatkan kerugian besar bagi peternak dan otomatis mengganggu kelancaran usaha.

Selain itu, ancaman juga datang dari tercemarnya air minum. Peningkatan curah hujan akan menambah volume air tanah. Meski jumlahnya bertambah, hal ini justru sering memicu masalah baru, yaitu penurunan kualitas air. Hal ini umumnya terjadi secara fisik, kimia, maupun biologi (jumlah mikroba patogen). Secara fisik air menjadi keruh, berbau dan bercampur partikel organik atau material lumpur.

Ahli nutrisi Fapet IPB, yang juga Ketua Center for Tropical Animal Studies (CENTRAS), Prof Nahrowi, menyatakan bahwa di musim penghujan biasanya air akan bermasalah pada segi kualitas kandungan bahan kimia. Problem yang muncul ialah kadar logam berat (umumnya zat besi) menjadi lebih tinggi, serta pH air cenderung asam. Air dengan kondisi seperti ini tidak baik diberikan pada ayam dan tidak baik untuk melarutkan obat maupun vaksin.

Sedangkan dari segi kualitas mikrobiologi, pada musim penghujan sumber air di peternakan ayam yang berasal dari sumur, kolam penampungan, danau, atau sungai akan tercemar mikroba patogen, terutama bakteri E. coli (penyebab kolibasilosis) dan Salmonella sp. (penyebab salmonelosis). Bakteri ini terbawa bersama feses ayam atau sampah di lingkungan peternakan.

“Ini sebenarnya adalah titik kritis, kalau tidak mempersiapkan diri dengan kondisi ini, dijamin performa ayam akan anjlok. Kematian juga mungkin tak terhindarkan, makanya jangan sampai luput pada titik ini,” kata Nahrowi.

Masalah pada Pakan
Musim penghujan juga kerap kali menyebabkan masalah pada pakan ayam, baik dalam bidang kualitas maupun kuantitas. Hal ini diungkapkan oleh CEO Nutricell Pacific Indonesia, Suaedi Sunanto.

Pakan merupakan zat yang kaya nutrisi dan mudah lembap. Tingginya kelembapan udara pada musim hujan menyebabkan penyimpanan pakan dalam gudang, baik di gudang induk farm ataupun gudang kandang tidak tahan lama. Keadaan ini disebabkan tingginya kelembapan udara di sekitar kandang yang secara langsung memengaruhi kandungan air di dalam pakan. Kandungan air >14% akan mempercepat pertumbuhan jamur dan penurunan kualitas pakan.

Selain penurunan mutu pakan secara kualitas (penurunan kadar nutrisi) maupun kuantitas (penggumpalan dan kerusakan pakan), pakan juga akan rentan terkontaminasi jamur yang berisiko meningkatnya kadar mikotoksin di dalamnya.

“Keberadaan mikotoksin meningkat mengikuti pertumbuhan koloni jamur. Bagi ayam, mikotoksin menyebabkan kondisi imunosupresi, sehingga ayam mudah terinfeksi bibit penyakit. Meski begitu, ancaman kematian ayam secara serentak bisa juga terjadi,” kata Suaedi.

Selain itu lanjut dia, peternak yang menggunakan pakan hasil formulasi sendiri (self-mixing), pada musim penghujan biasanya akan mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku pakan. Di musim hujan, bahan baku seperti jagung dan dedak berkualitas baik menjadi terbatas jumlahnya karena lebih banyak yang berkualitas rendah dengan kadar air >14%. Namun di sentra-sentra jagung seperti wilayah Lampung yang sudah mempunyai banyak fasilitas pengering jagung (corn dryer), ketersediaan bahan baku masih mudah diperoleh.

Cekaman Suhu
Pada musim penghujan, suhu lingkungan di sekitar lokasi peternakan ayam komersial sangat berbeda dengan musim kemarau. Di musim penghujan, suhu lingkungan relatif lebih rendah (udara lebih dingin). Jika masa brooding dilakukan pada musim penghujan, biasanya hampir sepanjang hari diperlukan pemanas dan biasanya masa brooding akan berlangsung lebih lama (>14 hari). Keadaan ini sangat berbeda ketika musim kemarau. Saat kemarau, pada siang hari (DOC umur tiga hari) pemanas bisa dimatikan karena suhu lingkungan sudah memenuhi suhu yang dibutuhkan.

Tentunya ini akan menambah tambahan biaya untuk pemanas. Namun, penerapan sistem pemanasan sepanjang hari (pemanas menyala siang dan malam) akan lebih baik. Jika tidak dilakukan pemanasan ekstra pada siang hari, DOC tidak mendapatkan suhu yang ideal untuk pertumbuhannya dan akan kedinginan. Dampak lebih lanjut, pertumbuhan DOC tidak akan merata dan banyak yang berukuran kecil sehingga performanya menjadi tidak baik.

Terjadinya hujan juga akan menyebabkan turunnya suhu lingkungan, baik itu suhu di luar maupun di dalam kandang. Untuk ayam umur 1-14 hari (periode brooding) perubahan suhu malam akan sangat berpengaruh terhadap performa ayam di umur berikutnya.

Apa yang Harus Dilakukan?
Tentunya dengan mengetahui risiko dan ancaman yang akan datang di musim penghujan, peternak sudah harus mulai mempersiapkan diri sebelumnya. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:

1. Persiapan sarana dan prasarana
Sangat jelas peternak harus menyiapkan kandang dan fasilitas lainnya sebaik mungkin. Segera reparasi tiap bagian kandang yang rusak, jangan biarkan ada kebocoran pada atap dan genteng. Bila perlu atap diperlebar agar tampiasan air jatuh di tempat yang agak jauh dari kandang.

Peternak perlu mengatur sistem buka-tutup tirai kandang dengan sigap. Jika terjadi hujan disertai angin kencang, bagian sisi tirai yang arah anginnya menuju ke dalam kandang harus segera ditutup agar air hujan tidak tampias. Bahkan jika perlu tirai di setiap sisi kandang ditutup sebagian. Meski begitu, tetap sediakan celah ventilasi pada dinding kandang bagian atas dengan lebar 15-20 cm untuk pertukaran udara. Ketika masa brooding, peternak juga bisa memasang tirai dua lapis (tirai luar dan dalam), agar DOC tidak mengalami kedinginan ekstrem akibat angin.

Lakukan pengerukan feses di kolong kandang tiap tiga hari sekali. Namun jika aktivitas ini sulit dilakukan karena terkendala hujan deras, peternak perlu mengantisipasi terbentuknya akumulasi amonia dalam feses dengan memberikan bahan pengendali amonia.

Setelah feses dikeruk, tanah di bawah kandang dibuat cembung. Kemudian dibuat parit/selokan kecil di sekitar kandang untuk menampung air dari tumpukan feses, kemudian disalurkan ke tempat pembuangan limbah. Sistem ini akan mencegah terbentuknya genangan air di bawah kandang, meminimalisir bau dan membantu mempercepat keringnya feses. Pastikan drainase parit lancar.

Sekam yang lembap dan basah harus segera diganti atau ditambah dengan sekam baru. Namun sebelum ditambah, sekam yang basah sebaiknya ditaburi kapur tohor terlebih dahulu untuk membunuh mikroba di dalamnya.

Tambahkan jumlah pemanas atau naikkan suhu pemanas pada periode brooding, sehingga suhu kandang sesuai dengan kebutuhan DOC. Ketika suhu kandang terlalu dingin, DOC akan terlihat bergerombol di bawah pemanas, diam, meringkuk, dan malas bergerak untuk makan maupun minum.

2. Treatment air minum
Cara treatment yang paling mudah dan sering digunakan yakni dengan pemberian antiseptik pada air minum, yakni kaporit (12-20 gram tiap 1.000 liter air). Sebagai usaha pengendalian kontaminasi mikroba patogen dan agar mikroba baik di usus ayam tidak terganggu, program sanitasi air bisa dilakukan dengan sistem 3-2-3. Artinya 3 hari pemberian antiseptik, 2 hari air minum biasa, dan 3 hari pemberian antiseptik lagi, demikian seterusnya berselang-seling.

Sanitasi air ini sebaiknya dilakukan sesudah penyaringan/pengendapan agar antiseptik bekerja lebih efektif karena senyawa dalam antiseptik mudah terpengaruh oleh partikel organik. Khusus air minum yang dicampur dengan kaporit, setelah diendapkan minimal delapan jam baru bisa digunakan untuk melarutkan obat/vitamin. Selain itu, jangan berikan air yang mengandung antiseptik selama 48 jam sebelum dan 24 jam sesudah vaksinasi, karena virus vaksin akan rusak atau mati apabila kontak dengan antiseptik.

Bila memiliki biaya lebih, lakukan filtrasi (penyaringan). Sederhananya dilakukan menggunakan alat filter yang telah dirancang khusus untuk menyaring partikel organik/material lumpur dan logam (zat besi dan lain-lain) dalam air. Alat filtrasi ini bisa dipasang pada sumber air sebelum masuk ke penampungan, atau dipasang ketika air keluar dari penampungan sebelum disalurkan ke kandang.

3. Menjaga kualitas pakan
Memastikan kadar air dalam pakan tidak lebih dari 14% sebenarnya bukan tugas peternak, melainkan pabrikan atau supplier. Namun, jika terpaksa menerima bahan baku dengan kadar air >14%, maka segera keringkan dengan alat pengering khusus (oven) atau lakukan pengaturan stok agar bahan baku pakan bisa digunakan sesegera mungkin. Jika perlu tambahkan mold inhibitor, seperti asam propionat untuk menghambat pertumbuhan jamur.

Peternak juga harus memastikan tidak ada karung pakan yang sobek atau rusak guna mencegah kontak antara pakan dengan udara atau percikkan air. Terapkan sistem first in first out (FIFO) atau first expired first out (FEFO). Jadi, prioritaskan bahan baku pakan berusia lebih lama untuk digunakan terlebih dahulu. Tetapi jika ada bahan baku berkualitas kurang baik dan tidak memungkinkan disimpan lebih lama, dapat digunakan terlebih dahulu meskipun baru datang. Gudang pakan juga harus memiliki cukup ventilasi, hal ini agar ruangan gudang mendapatkan sinar matahari langsung, tidak lembap, posisi lantai lebih tinggi dari permukaan tanah, dan terhindar dari debu.

Selalu gunakan palet kayu di bawah tumpukan pakan. Pilih kayu yang tidak mudah lapuk dan sulit basah seperti kayu jati atau meranti. Usahakan pakan tidak menempel pada dinding gudang. Berikan jarak minimal 50 cm dari dinding gudang.

Selain jamur, perhatikan pula keberadaan vektor seperti kutu, tikus, dan serangga. Hewan tersebut bisa memakan dan merusak pakan sehingga kadar nutrisinya menurun dan berpotensi menyebarkan penyakit.

4. Meningkatkan imunitas ayam
Selain faktor eksternal, faktor internal yakni memperkuat imunitas ayam yang dipelihara juga penting. Dengan meningkatkan imunitas, ayam jadi tidak mudah sakit dan tetap memiliki performa yang baik.

Memberikan multivitamin pada air minum, melakukan program vaksinasi dan deworming sesuai jadwal, serta bila perlu lakukan treatment cleaning program menjadi hal yang perlu dilakukan dalam menghadapi musim penghujan. Intinya imunitas yang baik akan memberikan performa yang baik. Jangan lupa pula jalankan program biosekuriti yang baik di farm. ***

Ditulis oleh
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

EMPAT PILAR PENTING MANAJEMEN BROILER MODERN

Kandang ayam broiler dengan sistem closed house. (Foto: Istimewa)

Ayam broiler terus berkembang genetiknya dari masa ke masa. Broiler sekarang ini berbeda dengan broiler beberapa dekade lalu. Karenanya penanganan peternakannya pun juga berubah.

Regional Technical Manager Cobb Asia Pacific, Amin Suyono, dalam sebuah webinar mempresentasikan empat pilar penting dalam manajemen broiler modern.

Pre-Heating
Lakukan pre-heating setidaknya 48 jam sebelum ayam datang, dengan tujuan 24 jam sebelum ayam datang target suhu sudah tercapai dan stabil. Pre-heating dilakukan dengan menyalakan pemanas atau heater lebih awal sebagai upaya untuk mencapai suhu kandang yang sesuai dengan kebutuhan ayam dan stabil sebelum ayam datang di kandang.

• Suhu lantai harus di pre-heated minimal 28° C.
• Ukur suhu litter, targetnya jika menggunakan furnace/force heaters suhu harus 32° C, jika menggunakan radiant heater suhu di bawah pemanas harus 40,5° C.
Ambient temperature sekitar 33° C.

Target suhu litter sangat penting karena anak ayam akan terpapar langsung dengan litter melalui telapak kakinya. Jika suhu udara sudah tercapai tapi suhu litter belum, anak ayam akan tetap merasa kedinginan.

Akibatnya anak ayam diam dan tidak aktif, mengurangi intake pakan dan air sehingga mengurangi pertumbuhan. Alas kandang yang masih dingin menyebabkan telapak kaki dingin sehingga menurunkan suhu tubuh internal.

Suhu internal anak ayam bisa diukur dengan menggunakan termometer yang dimasukkan dengan lembut ke kloaka. Cek minimal 15 ekor anak ayam per kandang. Suhu internal anak ayam harus dipertahankan pada 40-40,6° C.

Early Feed Intake
Maksimalkan intake pakan awal, caranya tambah feeder space dengan menggunakan kertas. Tutup 50% area brooding dengan kertas berkualitas bagus (bisa tahan lima hari), tempatkan kertas di kiri dan kanan tempat minum. Tempatkan pakan 75 gram/ekor di atas kertas dan tempat pakan lainnya sebelum ayam datang.

Setelah anak ayam datang taruh langsung di atas pakan sehingga early intake yang diharapkan bisa terjadi. Ayam bisa langsung mengenali dan mengonsumsi pakan jadi mereka tidak perlu mencari tempat pakan. Tempat minum dan air minum juga harus sudah tersedia.

Cara mengevaluasi early feed intake yaitu ambil sampel anak ayam 100 ekor merata di kandang dan diraba temboloknya (crop fill check). Targetnya 95% anak ayam temboloknya harus sudah terisi pakan dan air keesokan hari setelah penempatan. Target konsumsi pakan adalah 25% dari berat DOC pada 24 jam pertama.

Early feed intake penting karena ketika anak ayam makan lebih awal sistem pencernaannya mulai bekerja, vili usus tumbuh bagus, permukaan usus makin luas, sehingga pertumbuhan bisa lebih cepat. Metabolisme juga mulai berjalan, produksi panas tubuh dimulai, risiko kedinginan menghilang, dan kontrol suhu tubuh (termoregulator) akan bekerja lebih awal.

Jika anak ayam terlambat makan maka tidak ada produksi panas, suhu tubuh lebih rendah, lebih banyak ayam culling, kemampuan termoregulator tertunda.

Sebagai evaluasi apakah brooding yang dilakukan sudah benar, cek target tujuh hari meliputi berat badan 4,6 x berat DOC atau lebih dari 200 gram, deplesi di bawah 1% atau 1,25-1,5% bagi yang menjalankan program antibiotic free, keseragaman flock CV 8-10.

Ventilasi yang Optimal
Ventilasi berfungsi untuk memastikan sirkulasi udara di dalam kandang berjalan dengan baik, memenuhi kebutuhan udara yang berkualitas dengan suhu yang tepat sesuai kebutuhan ayam. Kemudian membuang panas yang berlebih dari dalam kandang. Membuang kelebihan kelembapan, gas beracun, serta mensuplai oksigen untuk kebutuhan ayam.

Kriteria kualitas udara yang baik meliputi oksigen minimum 19,6%, karbon dioksida maksimum 3.000 ppm, RH% (kelembapan) maksimum 70%, karbon monoksida maksimum 10 ppm, amonia maksimum 10 ppm, debu terhirup maksimum 3,4mg/m3 udara.

Jawaban untuk broiler modern adalah ventilasi aktif untuk closed house. Maintenance kandang juga harus bagus agar tidak terjadi kebocoran di kapasitas ventilasi. Dengan closed house selain bisa memanajemen kecepatan angin, ventilasi, juga bisa memanipulasi lighting, meningkatkan density hingga 40kg/m, serta bisa menjalankan sanitasi dan biosekuriti dengan lebih baik.

Pada sistem open house sulit untuk mendapatkan performa yang optimal karena ventilasinya pasif hanya tergantung pada aliran udara alami. Solusinya adalah instal stirring fan untuk membantu aliran udara di kandang. Atau lebih baik lagi berinvestasi upgrade ke closed house untuk strategi jangka panjang.

Manajemen Air Minum
Air merupakan nutrisi penting dalam produksi ternak. Sebanyak 70% berat badan ayam adalah air. Air berperan besar dalam regulasi suhu tubuh, juga untuk mengalirkan gas-gas, oksigen, dan karbon dioksida di dalam tubuh. Mentransport nutrisi, glukosa, asam amino, vitamin, mineral, dan membawa produk-produk limbah sisa metabolisme ke hati dan ginjal untuk dieliminasi.

Seekor broiler sampai dengan 35 hari (2,25 kg) mengonsumsi setidaknya total 6 liter air. Pada 24 jam pertama konsumsi air minum idealnya 1 ml/ekor/jam (1 hari 24 ml, kira-kira 50% berat DOC). Konsumsi air akan menstimulasi konsumsi pakan.

Untuk mengetahui dengan pasti kualitas air memang harus dilakukan tes laboratorium. Namun gampangnya jika air tidak bagus untuk manusia maka juga tidak bagus untuk ayam.
Higienitas dan sanitasi air minum harus dijaga. Sanitasi pipa yang buruk bisa meningkatkan pertumbuhan biofilm, yaitu lapisan mikroorganisme yang membentuk kerak/lendir di dalam pipa air. Merupakan tempat berkembangnya bakteri patogen termasuk E. coli.

Pencegahannya adalah dengan flushing pipa air minum secara rutin saat brooding tiga kali sehari, setelah itu sekali seminggu. Untuk sanitasi bisa klorinasi dengan level 3-4 ppm, menggunakan filter air dan penyinaran UV.

Broiler modern tumbuh lebih pesat, mengonversi pakan lebih baik, dan menghasilkan panas tubuh lebih banyak. Aplikasikan tips manajemen yang penting untuk mencapai performa optimal yaitu pre-heating, intake pakan seawal mungkin, ventilasi kandang yang memadai, serta air minum yang selalu tersedia dan higienis. ***

Ditulis oleh:
Nunung Dwi Verawati
Koordinator Peliputan & Redaksi Majalah Infovet

SUPAYA BROODING TIDAK PONTANG-PANTING

Memaksimalkan fase brooding agar hasilnya memuaskan. (Foto: Dok. Infovet)

Hal tersebut tentu dilakukan agar meminimalisir terjadinya stres pada ayam. Ayam yang stres ketika dimasukkan ke area brooding akan cenderung lebih banyak diam, tidak aktif makan dan minum. Imbasnya, masa-masa awal pertumbuhan yang optimal bisa hilang.

Untuk menghindari hal itu dan bisa memenuhi semua kebutuhan anak ayam, peternak perlu melakukan beberapa persiapan, berikut di antaranya:

Kandang Harus Siap
Pada saat chick-in dan ayam masuk ke brooder, peternak harus memastikan kandang telah siap secara “lahir dan batin”. Maksudnya adalah secara kualitas dan kuantitas infrastruktur harus memadai, kesiapan alat pemanas, pembatas, tempat pakan dan minum. Selain itu, perlu juga memastikan semua peralatan yang dipakai sudah terdisinfeksi dengan istirahat kandang yang cukup.

Seperti yang kerap dilakukan Dadang, peternak asal Cikembar, Sukabumi. Ia memaparkan hal-hal yang dia lakukan dalam membersihkan kandangnya. Dadang menguras habis semua kotoran sisa periode sebelumnya sampai tak tersisa, setelah itu ia melakukan pembersihan dengan menggunakan campuran air dan detergen yang dimasukkan ke dalam pompa bertekanan tinggi, serta mencuci dan menyikat seluruh bagian kandangnya.

Setelah dibilas dan kering, ia menyemprotkan disinfektan ke kandangnya. Disinfektan yang digunakan yakni pemutih pakaian dengan perbandingan 1:10 bagian. “Diajarinnya begitu, menurut saya sampai saat ini efektif. Saya enggak pernah pakai obat mahal karena enggak sanggup. Yang penting seluruh bagian ter-cover, sikat yang bersih, dan kalau perlu istirahat kandang dilebihkan beberapa hari,” kata Dadang.

Sebelum DOC datang kira-kira 2-3 hari, Dadang kembali menyemprotkan disinfektan ke litter. Tujuannya untuk mengurangi mikroba terutama patogen. Tak lupa pula ia siapkan seluruh peralatan seperti pemanas, tempat pakan dan air minum yang jumlahnya sesuai dengan jumlah ayam. Bila perlu tambahkan kertas koran di atas sekam untuk memudahkan DOC beraktivitas.

Jika menggunakan baby feeder, beberapa praktisi menganjurkan perbandingan ideal sebesar 1 : 45-50 ekor. Sementara jika menggunakan nampan, satu nampan ideal untuk 40-45 ekor ayam. Sedangkan untuk tempat minum, tergantung ukuran dan jenis. Biasanya ukuran satu galon ideal untuk 60 ekor ayam,  sedangkan ukuran dua galon minum otomatis bisa digunakan untuk 90 ekor ayam per unit. Untuk pemanas disarankan yang menggunakan gas. Satu pemanas biasanya mencukupi kebutuhan 500-700 ekor DOC.

Kenali Sistem Pemanas yang Cocok
Sebagai negara dengan iklim tropis, kondisi cuaca daerah di Indonesia memiliki karakter perubahan temperatur antara siang dan malam yang cenderung ekstrem dengan tingkat… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

JANGAN SETENGAH HATI KETIKA BROODING

Untuk memaksimalkan potensi genetik unggas dibutuhkan perhatian khusus dalam masa broodingnya. (Foto: Zoe Schaeffer on Unsplash)

Ada satu fase yang sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan dalam manajemen pemeliharaan broiler, yakni brooding. Semua peternak mengetahuinya, namun di lapangan kegagalan pada fase ini masih sering dialami karena dijalankan dengan setengah hati.

Setelah menetas anak ayam berusia sehari/DOC yang baru mengenal dunia luar harus dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Jangan lupa bahwa broiler modern dengan segala keunggulan genetiknya merupakan sebuah mesin biologis atau bisa dibilang monster. Sebab dalam sebulan broiler dapat melipatgandakan bobot tubuhnya hingga 20 kali lipat, dengan catatan potensi genetiknya termaksimalkan.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut dibutuhkan perhatian khusus dalam masa brooding. Brooding dimulai sejak DOC tiba di kandang sampai mereka mencapai umur dan bobot tertentu, serta tidak memerlukan pemanas lagi. Pada dasarnya lama brooding tidak bisa disamakan antar satu peternakan dengan yang lain. Standarnya berada dikisaran 10-14 hari untuk anak ayam yang dipelihara di kandang terbuka (open house) dan 7-8 hari untuk di closed house. Namun bisa bertambah lebih lama tergantung kondisi.

Memenuhi Kebutuhan Dasar
Beberapa praktisi perunggasan mengatakan bahwa pada tujuh hari pertama di masa brooding adalah masa-masa kritis yang butuh perhatian ekstra. Seperti diutarakan Drh Christina Lilis dari PT Medion, bahwa pada fase brooding DOC ditargetkan naik bobotnya sebanyak 4,5-5 kali lipat dari bobot lahir. Misalkan bobot DOC 40 gram, maka pada akhir minggu pertama diharapkan bobotnya mencapai 180-200 gram.

“Brooding ini fase yang terjadi adalah perbanyakan sel tubuh (hiperplasia), oleh karena itu jika kita gagal dalam fase perbanyakan sel terutama sel-sel pembentuk otot, maka nanti pertumbuhannya akan terganggu,” tutur Lilis.

Terkait feed convertion ratio (FCR) dan tingkat kematian, Lilis mengatakan bahwa seharusnya FCR pada fase itu berkisar antara 0,85, dengan feed intake sekitar 150 gram, dan tingkat kematian 1%. “Untuk mencapai standar segitu kita harus memenuhi kebutuhan dasar brooding yang baik,” jelasnya.

Kebutuhan yang dimaksud mulai dari kebutuhan dasar seperti pakan, air minum, suhu, cahaya, dan kualitas udara yang baik. Kelima faktor tersebut tidak boleh dipandang sebelah mata jika hendak menyukseskan program brooding.

Pakan dan Air Minum yang Cukup dan Sesuai
Sesaat setelah menetas DOC masih membawa sisa kuning telur yang berfungsi sebagai cadangan energi. Pada fase awal biasanya DOC tidak akan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer