-->

GOTONG-ROYONG MENJAGA SALURAN CERNA AYAM YANG SEHAT

Performa produksi unggas sangat ditentukan kesehatan organ pencernaannya. (Foto: Istimewa)

Saluran cerna merupakan sistem tubuh yang berperan penting dalam performa unggas komersil. Saluran cerna terdiri dari paruh, esofagus, tembolok, proventrikulus, ampela, usus kecil, usus buntu, usus besar, dan kloaka. Makanan yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap dan menjadi nutrisi bagi peningkatan bobot tubuh dan perkembangan saluran reproduksi yang nantinya merupakan penghasil telur.

Performa produksi ke depan akan sangat ditentukan kesehatan oleh organ pencernaan tersebut. Oleh karena itu, gotong-royong untuk mengupayakan kesehatan saluran cerna penting untuk dilakukan.

Secara umum faktor yang dapat mengganggu kesehatan saluran cerna dapat dibedakan menjadi faktor infeksius dan non-infeksius.

Non-Infeksius
Faktor non-infeksius adalah faktor di luar agen penyakit yang dapat mengganggu kesehatan saluran cerna unggas. Umumnya faktor ini terkait erat dengan manajemen pemeliharaan, seperti:

• Kualitas pakan dan air: Kecukupan nutrisi akan membantu saluran pencernaan ayam mengalami perkembangan bobot dan ukuran yang baik. Bertambahnya jumlah vili usus dapat meningkatkan luas permukaan usus yang berfungsi untuk penyerapan zat-zat makanan dan ini baik untuk kesehatan ayam. Selain itu, kualitas air yang dikonsumsi juga berperan dalam menjaga kesehatan unggas. Air minum yang baik tidak berwarna dan tidak berbau, tidak mengandung logam berat berbahaya (Pb, Hg, As, dan lainnya), pH berkisar 6,0-8,0 dan tidak mengandung bakteri patogen.

• Stres: Dapat memengaruhi kesehatan pencernaan unggas sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan dan feses berair. Banyak hal dapat menimbulkan stres pada unggas, seperti kandang terlalu padat, kadar amonia tinggi, cuaca ekstrem, pergantian pakan, transportasi, dan adanya infeksi penyakit. Selain itu, stres pada ayam dapat menyebabkan pelemahan sistem imun. Sistem imun berperan dalam mengenal, menghancurkan, dan menetralkan benda-benda asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan bagi tubuh.

Pencegahan utama untuk melindungi saluran cerna dari berbagai penyakit infeksius adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025. (SANBIO-MENSANA/ADV)

MENJAGA SALURAN PENCERNAAN TERNAK TETAP SEHAT

Ayam broiler. (Foto: Istimewa)

Di tengah kondisi ketidakpastian harga bahan baku pakan seperti jagung, bungkil kedelai, dan produk bahan baku impor atau lokal lainnya berdampak terhadap fluktuasi dan peningkatan harga pakan di pasaran.

Hal tersebut didukung dengan Keputusan Badan Pangan Nasional yang secara resmi menetapkan harga pembelian pemerintah untuk jagung di tingkat petani sebesar Rp 5.500/kg, melalui Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional No. 18/2025. Ini merupakan tantangan bagi peternak dan nutrisionis dalam mencari alternatif sumber energi bahan baku pengganti jagung agar harga formulasi pakan masih terjangkau.

Michael H. Kogut dan Glenn Zhang, dalam bukunya berjudul “The Microbiomes of Humans, Animals, Plants, and the Environment” menyatakan bahwa dalam dua dekade terakhir, pakan yang dikonsumsi oleh hewan sangat memengaruhi kondisi mikrobiota usus, fisiologi, kekebalan tubuh, dan kesehatan saluran pencernaan.

Sementara itu, J. Pratt • J. Hromadkova • L. L. Guan dari Department of Agricultural, Food and Nutritional Science, University of Alberta, Edmonton, AB, Canada melakukan penelitian tentang “Mikrobiota Usus dan Gut Brain Axis pada Anak Sapi yang Baru Lahir” tentang jenis probiotik (psikobiotik) yang memengaruhi fungsi kognitif dan tumbuh kembang melalui sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), efek imun langsung, dan berbagai jalur saraf, hormonal, dan metabolik yang terkait dengan mikrobiota usus.

Evaluasi Faktor yang Pengaruhi Kesehatan Saluran Pencernaan
Presisi dalam pemilihan kualitas nutrisi pakan dan komposisi formulasi bahan baku pakan sangat penting untuk menunjang kesehatan saluran pencernaan. Pemilihan bahan baku pakan dapat dimulai dari menganalisis kandungan nutrisinya melalui analisis proksimat, saat ini sudah banyak tools pendukung seperti NIRs (Near-infrared spectroscopy) untuk melakukan analisis nutrisi bahan baku secara cepat.

Pemeriksaan antinutrisi pada... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025.

Ditulis oleh:
Drh Henri E. Prasetyo MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

MEMBUAT PENCERNAAN BEKERJA OPTIMAL

Hindari ayam dari kondisi stres. (Sumber: Poultryworld.net)

Agar nutrisi yang terkandung di dalam pakan dapat diserap sempurna, dibutuhkan sistem pencernaan yang bekerja optimal. Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal akan mampu memaksimalkan nilaip pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.

Dalam aspek pemeliharaan ayam banyak sekali tantangan yang dihadapi peternak di masa kini. Masalah pada saluran pencernaan kerap terjadi, baik yang bersifat infeksius maupun non-infeksius, atau bahkan kombinasi keduanya.

Seperti yang pernah dialami oleh Supendi Agustiyanto, peternak broiler kemitraan asal Rumpin Kabupaten Bogor. Ketika kebijakan pakan non-AGP mulai diberlakukan dirinya merasa performa ayam di kandangnya menurun cukup drastis. Hal ini semakin rumit karena juga diperparah dengan cuaca ekstrem, sangat panas di siang hari dan dingin di malam hari.

“Awalnya ayam cuma diare, terus saya kasih obat antidiare, namun bukannya sembuh malah diare berdarah gitu. Kemudian saya langsung telepon TS obat untuk konsultasi dan ternyata ayam saya kena koksi,” tutur Supendi.

Saat itu ayamnya sudah berusia 25-an hari, walaupun bobot badan masih di bawah standar, Supendi langsung melakukan panen dini ketimbang merugi lebih dalam dan melakukan pembenahan, utamanya dalam manajemen pemeliharaan.

Membenahi Manajemen
Disampaikan oleh Nutrisionis CV Kawa Jaya Sakti, William Widjaya, bahwa pemikiran peternak harus diubah di zaman sekarang, utamanya soal pakan. Dengan kondisi seperti saat ini, banyak perusahaan pakan mencari alternatif pengganti AGP untuk membantu peternak dalam menjaga performa ayam di kandang.

“Mereka masih menganggap pakan merek A, B, dan lain sebagainya sudah enggak sebagus dulu. Padahal tiap formula berbeda, tinggal bagaimana peternaknya,” kata dia.

Lebih lanjut disampaikan, saat ini AGP sudah dilarang penggunannya, berarti peternak harus mengupayakan peningkatan dari segi pemeliharaan, misal dengan menggunakan kandang sistem semi tertutup atau full tertutup (closed house).

Hal senada juga disampailan oleh Drh Agustin Polana, seorang praktisi perunggasan. “Pemerintah sudah mengesahkan bahwa AGP tidak boleh, sekarang ayo kita benahi yang lain. Pakan bukan satu-satunya yang memengaruhi performa saluran pencernaan, masih ada yang lainnya. Intinya, kita percayakan nutrisi pada yang ahli.”

Banyak Penyebabnya
Selain pakan, ada beberapa faktor lain yang wajib diperhatikan agar saluran pencernaan sehat dan bekerja secara optimal. Pertama, akibat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025. (CR)

GANGGUAN EKUILIBRIUM GASTROINTESTINAL: DYSBIOSIS DAN GUT HEALTH

Gambaran patologi-anatomis problem dysbiosis lapangan sangatlah bervariasi, tergantung faktor penyebab yang umumnya lebih dari satu. Mulai dari perubahan dinding dan permukaan jaringan usus, kondisi lendir alias mukus yang ada, serta kondisi isi lumen usus. Oleh sebab itu, dalam menegakkan diagnosis lapangan terkait dengan dysbiosis haruslah dengan sistematika yang tepat dan secara holistik.

Oleh: Tony Unandar
Private Poultry Farm Consultant - Jakarta

Terminologi dysbiosis (dysbacteriosis) secara praktis mulai dikenal dan popular di tengah hingar-bingarnya kebijakan pelarangan penggunaan AGP (antibiotic growth promotor) dalam pakan ternak di banyak negara, termasuk Indonesia. Adalah Ducatelle et al., 2015; yang pertama kali mengemukakan pandangannya bahwa dysbiosis akan menjadi tantangan terselubung yang dahsyat dan tidak bisa dianggap enteng bagi aspek efisiensi industri perunggasan modern. Tulisan singkat ini selain berisi observasi dan diskresi penulis dalam mengulik kasus yang disebabkan multifaktor ini di lapangan, juga disertai pemahaman lebih lanjut melalui publikasi ilmiah yang tergolong paling gres.

Kesehatan Usus
Hippocrates (460-370 sebelum Masehi), bapak kedokteran purba pernah mengemukakan suatu dalil bahwa semua penyakit dimulai atau berasal dari saluran cerna, khususnya usus.  Pasca pakan non-AGP, dalil ini seolah memberikan inspirasi segar bagi beberapa peneliti perunggasan universal, dimana kondisi saluran cerna yang sehat (gut health) adalah dasar atau pondasi utama bagi kesehatan ayam modern, krusial untuk reaksi imunitas tubuh dan performa yang optimal, serta ekuilibrium fungsi-fungsi fisio-endokrin yang ujung-ujungnya adalah profit yang maksimal secara ekonomis (Shehata et al., 2022).

Untuk pertama kalinya pada 2016, kesehatan usus alias kesehatan saluran cerna didefinisikan sebagai suatu kondisi absennya pelbagai bentuk gangguan ataupun penyakit pada saluran cerna, sehingga kompetensi induk semang/hospes dalam mengekspresikan fungsi-fungsi fisiologisnya dapat terjadi secara optimal yang selanjutnya mampu meredam dengan baik dampak stresor yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik (Kogut, 2016).

Pada tahap lanjut, kesehatan usus didefinisikan sebagai suatu keadaan ideal yang stabil (steady state), dimana interaksi antara mikrobiom (mikrobiota usus) dan saluran usus berada dalam keadaan ekuilibrium yang simbiotik, dalam arti antara kesejahteraan hospes dan performa tidak lagi dibatasi oleh hal-hal terkait dengan disfungsi saluran usus itu sendiri (Celi et al., 2016).

Dari beberapa deskripsi di atas jelas bahwa secara holistik kesehatan usus terjadi akibat interaksi yang kompleks dan ekuilibrium dari pelbagai komponen, yaitu mikrobiota usus yang homeostatik (eubiosis), status umum hospes (dalam hal ini ayam) yang prima, dan kondisi lingkungan (environmental factors) yang ideal untuk menjaga kelangsungan kondisi homeostatik yang berkesinambungan (Wickramasuriya et al., 2022; Salahi et al., 2025).

Eubiosis dan Dysbiosis (Dysbacteriosis)
Dalam kondisi normal, tiap individu (ayam) yang sehat terdapat komunikasi dan regulasi dua arah yang intens antara... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025. (TOE)

URGENSI MENYEIMBANGKAN SALURAN PENCERNAAN

Ancaman umum penyakit infeksius pada saluran pencernaan ayam. (Sumber: Istimewa)

Saluran pencernaan adalah suatu sistem organ yang mendukung suatu kehidupan mahluk hidup, termasuk unggas. Selain fungsinya yang vital untuk menunjang kehidupan, saluran pencernaan bisa menjadi malapetaka bagi ternak bila kesehatannya tidak terjaga dengan baik.

Kegiatan makan dan minum tentu dilakukan oleh mahluk hidup termasuk ayam dalam rangka memperoleh nutrisi untuk menunjang keberlangsungan hidup. Selain menunjang kehidupan, saluran pencernaan juga berkaitan dengan performa dan produksi ayam.

Oleh karenanya, kondisi saluran pencernaan yang sehat dibutuhkan untuk dapat mencerna nutrisi yang ada dalam pakan. Jika saluran pencernaan ayam mengalami gangguan, maka hal ini akan berisiko pada kesehatan dan performa tubuh ayam. Perlu diketahui manajemen yang tepat dan solusi untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan demi mencapai performa optimal.

Fungsi Penting Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan merupakan organ yang berperan dalam menerima, mencerna, dan menyerap nutrisi dari pakan, serta mengeluarkan sisa ransum yang tidak terserap. Kesehatan saluran pencernaan yang baik akan memberikan dampak signifikan pada pemanfaatan nutrisi dalam pakan bagi tubuh ayam. Hal tersebut dijabarkan oleh Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Nahrowi.

Ia menjelaskan, saluran pencernaan memiliki vili usus yang panjang dan berbentuk menyerupai jari-jari di seluruh bagian usus, yang berfungsi untuk menyerap sari-sari makanan (nutrisi) yang menjulur dari dasar usus ke arah lumen usus tempat makanan akan dicerna dan diserap. Vili yang semakin panjang atau lebar akan meningkatkan area penyerapan nutrisi pada usus sehingga penyerapan nutrisi lebih optimal.

Saluran pencernaan ayam dimulai dari paruh dan terakhir di kloaka. Organ pada sistem pencernaan yaitu paruh, esofagus, tembolok, proventrikulus, ampela (gizzard), usus halus, usus buntu, usus besar, dan kloaka. Saluran pencernaan juga dilengkapi dengan beberapa organ aksesori seperti  hati, getah empedu, dan pankreas.

Selain itu, pada saluran pencernaan terdapat jaringan GALT (gut associated lymphoid tissue). GALT merupakan bagian dari jaringan limfoid yang berfungsi sebagai tempat respons kekebalan mukosa untuk menghasilkan antibodi dan menerima rangsangan respons imun mukosal. Jaringan limfoid tersebut tersebar dalam epitel, lamina propia, lempeng peyer’s patches, dan caeca tonsil.

Di dalam saluran usus hiduplah mikroflora, keseimbangan dari populasinya sangat penting untuk menjaga fungsi normal dari usus. Kesehatan usus bergantung pada keseimbangan antara kondisi ayam, mikroflora usus, lingkungan usus, dan komponen pakan. Jika ada gangguan, maka proses pencernaan dan penyerapan nutrisi tidak akan optimal dan terjadi malabsorpsi sehingga akan digunakan untuk pertumbuhan berlebih bagi populasi bakteri.

“Inilah mengapa salah satu aspek penting dalam menjaga kesehatan usus yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025. (CR)

MENJAGA KESEIMBANGAN SALURAN CERNA

Berbagai faktor terkait pakan dan agen penyakit dapat berdampak negatif pada keseimbangan mikroflora usus serta memengaruhi kesehatan dan produksi unggas. (Foto: Cobb)

Saluran pencernaan ayam memiliki saluran permukaan yang paling terbuka dan terus-menerus terpapar berbagai macam zat yang berpotensi membahayakan kesehatan saluran cerna. Saluran pencernaan bertindak sebagai penghalang selektif antara jaringan unggas dan lingkungan luminalnya. Penghalang ini terdiri dari komponen fisik, kimia, imunologi, dan mikrobiologi.

Berbagai faktor yang terkait dengan pakan dan agen penyakit menular dapat berdampak negatif pada keseimbangan mikroflora usus serta memengaruhi status kesehatan dan produksi unggas. Adanya aturan yang melarang penggunaan antibiotic growth promotor (AGP) kemungkinan akan mengubah profil mikroba lingkungan saluran pencernaan pada unggas komersial.

Mikroflora di dalam saluran pencernaan merupakan campuran bakteri, jamur, dan protozoa, namun bakteri merupakan mikroorganisme yang dominan (Gabriel et al., 2006). Mikroflora saluran cerna secara umum dapat dibagi menjadi kelompok yang berpotensi patogen atau non-patogen (menguntungkan). Beberapa organisme non-patogen mempunyai efek menguntungkan seperti produksi vitamin, stimulasi sistem kekebalan tubuh melalui mekanisme non-patogenik, dan penghambatan pertumbuhan kelompok mikroba berbahaya (Jeurissen et al., 2002).

Sementara itu, mikroba yang patogen membuat kerugian antara lain terlibat persaingan dengan mikroba non-patogen untuk mendapatkan nutrisi, stimulasi pergantian sel epitel secara cepat, sekresi senyawa beracun, dan induksi respons inflamasi yang berlangsung di saluran pencernaan karena spesies bakteri yang berbeda mempunyai preferensi substrat dan kebutuhan pertumbuhan yang berbeda. Komposisi kimia dari pencernaan sebagian besar menentukan komposisi komunitas mikroba dalam saluran pencernaan (Apajalahti et al., 2004).

Bahan baku pakan ayam yang mengandung berbagai jenis bahan baku seperti jagung, sorgum, barley, oat, atau rye mempunyai berbagai dampak terhadap perkembangan bakteri. Bahan baku berbahan dasar jagung dan sorgum meningkatkan jumlah Enterococcus, sedangkan pakan berbahan dasar barley meningkatkan jumlah Lactobacillus, kemudian untuk pakan berbahan dasar oat meningkatkan pertumbuhan Escherichia dan Lactococcus, serta bahan pakan berbahan dasar gandum meningkatkan jumlah Streptococcus pada ayam. (Apajalahti, 2004).

Seperti disebutkan di atas bahwa profil mikroba usus dapat dipengaruhi bentuk pakan dan perubahan komposisi bahan baku yang dapat mengubah komunitas mikroba. Komposisi bahan baku dan mikroflora serta interaksinya dapat memengaruhi perkembangan usus, permukaan mukosa, dan jumlah lendir usus.

Bahan pakan yang dimakan ayam dapat mengandung unsur hara, non-unsur hara, serta organisme bermanfaat dan berpotensi membahayakan. Saluran pencernaan harus secara selektif membiarkan nutrisi melewati dinding usus ke dalam tubuh sekaligus mencegah komponen makanan yang merusak melewati penghalang usus (Korver, 2006).

Meskipun terdapat berbagai macam senyawa antinutrisi yang terdapat dalam berbagai bahan pakan termasuk sereal, kelompok utamanya adalah polisakarida non-pati (NSP). Semua sereal yang digunakan dalam pakan unggas mengandung berbagai tingkat NSP seperti β-glucan dan arabinoxylans (Iji, 1999). Sifat umum dari berbagai NSP adalah tidak bisa tercerna enzim endogen dan kecenderungannya untuk menciptakan lingkungan kental di dalam lumen usus, yang mengakibatkan ekskresi kotoran yang lengket (Choct dan Annison, 1992a,b).

Viskositas usus yang tinggi terbukti menyebabkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departement Manager
PT Romindo Primavetcom

KECACINGAN PADA AYAM: INFEKSI, DIAGNOSIS, DAN PENANGANANNYA

Gambar beserta ukuran nematoda dan cacing pita yang menginfeksi ayam. (Sumber: Lilian Mahrous, dkk Egypt)

Sekitar 100 spesies cacing telah diakui pada ayam liar dan domestik di Amerika Serikat. Nematoda (cacing gelang) adalah yang paling signifikan dalam jumlah spesies dan dampak ekonominya. Banyak studi lapangan menunjukkan bahwa unggas yang dipelihara dalam kondisi liar/bebas mungkin sangat mudah terinfeksi parasit ini.

Oleh karena itu, langkah-langkah pengendalian seperti mencegah infeksi atau pengobatan dengan kemoterapi dapat mengembalikan dampak negatif sehingga terjadi penambahan berat badan dan peningkatan produksi telur yang awalnya terganggu. Dalam survei, ayam-ayam yang dipelihara secara liar di negara lain insiden infeksi >80% tidak jarang terjadi.

Adapun ukuran dan bentuk spesies nematoda sangat bervariasi. Nematoda merupakan kelompok parasit cacing unggas yang paling penting. Baik dalam jumlah spesies maupun jumlah kerusakan yang terjadi, mereka jauh melebihi trematoda dan cestoda.

Nematoda atau cacing gelang biasanya berbentuk gelendong dengan ujung anterior dan posterior dilemahkan,  penutup tubuh atau kutikula, sering ditandai dengan alur melintang. Nematoda unggas memiliki jenis perkembangan langsung atau tidak langsung, sekitar setengahnya tidak memerlukan inang perantara invertebrata, sedangkan yang lain bergantung pada inang perantara seperti serangga dan siput untuk perkembangan tahap awal. 

Nematoda biasanya melewati empat tahap perkembangan sebelum mencapai tahap kelima atau terakhir. Tahap berturut-turut didahului dengan pengelupasan kulit (molting). Pada beberapa nematoda, kulit atau kutikula yang longgar dipertahankan untuk waktu singkat sebagai penutup/pelindung, di sisi lain terkelupas sekaligus.

Infeksi cacing/kecacingan dari golongan nematoda seperti Ascaridia galli (cacing gelang), Heterakis gallinarum (cacing rambut), Capillaria sp. maupun dari golongan cestoda seperti Raillietina sp. (cacing pita) kadang banyak dilupakan para peternak ayam dalam hal control atau monitoring gangguan pada ayam.

Padahal terdapat lebih dari 100 spesies cacing gelang dikenal di negara lain seperti di Amerika yang pada umumnya menginfeksi ayam liar maupun ayam peliharaan, yang mana hal tersebut berdampak sangat nyata pada kerugian ekonomis seperti adanya pengurangan berat badan dan gangguan pada produksi telur. (MSD Veterinary Manual, Sept 2024).

Ada suatu kejadian yang perlu penulis bagikan kepada para peternak yang menjadi pengalaman berharga, dimana ada seorang peternak mengeluhkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat  
Praktisi peternakan

MUSUH DALAM SELIMUT: MENGAPA CACINGAN BISA MENJADI ANCAMAN SERIUS?

Problem infeksi cacing berdampak terhadap penurunan pertumbuhan dan produksi telur. (Foto: Unsplash)

Problem cacing pada ayam bisa berdampak besar pada kesehatan dan produktivitas, terutama dalam sistem pemeliharaan cage free atau free range, dimana paparan terhadap telur dan larva cacing lebih tinggi.

Menurut S. Steenfeldt, S. Knorr and M. Hammershoj dari Aarhus University, Denmark, pada jurnal berjudul "Nutrition and Feeding Strategies in Extended Egg Production in Different Production System" mengatakan bahwa ayam petelur yang memiliki akses keluar ruangan dengan sistem pemeliharaan cage free atau free range memiliki kebutuhan energi yang lebih tinggi karena adanya tantangan penyakit di lapangan, peningkatan aktivitas fisik, dan variasi suhu. Studi ini menyoroti potensi untuk mengoptimalkan strategi pemberian pakan guna meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan hewan dalam produksi telur.

Beberapa jenis cacing yang sering menginfeksi ayam di antaranya Ascaridia galli atau cacing gilig yang menginfeksi melalui pakan atau lingkungan yang terkontaminasi telur cacing, kemudian Heterakis gallinarum atau cacing gilig di sekum dan Capillaria spp. atau cacing rambut yang menginfeksi melalui telur dan inang perantara seperti cacing tanah yang termakan oleh ayam, serta Raillitetina spp. atau cacing pita yang menginfeksi melalui inang perantara seperti semut dan serangga kecil.

Dampak Kesehatan dan Ekonomi
Problem infeksi cacing pada ayam kerap menyerang pada ayam petelur komersial dan ayam breeder. Problem infeksi cacing jarang dijumpai pada ayam broiler, hal ini dikarenakan siklus hidup broiler yang singkat antara 35-40 hari, sementara proses pendewasaan beberapa strain cacing seperti Ascaridia galli memerlukan waktu 28-30 hari hingga dapat menimbulkan efek pendarahan pada usus ayam.

Problem infeksi cacing berdampak terhadap... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2025.

Ditulis oleh:
Drh Henri E. Prasetyo MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

MENELISIK PROBLEM GASTROINTESTINAL: INFEKSI CACING RAILLIETINA SPP. (RAILLIETINOSIS)

Secara umum, kasus raillietinosis pada ayam modern dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan keseragaman bobot badan ayam, anemia, dan pemborosan pakan (FCR aktual lebih tinggi dari FCR standar). (Foto: Dok. Tony)

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Problem parasit cacing pada peternakan ayam modern ibarat musuh dalam selimut, terutama pada peternakan yang tidak menerapkan kontrol insekta dengan baik. Berlangsung secara senyap dan tidak mengakibatkan mortalitas ayam yang tinggi, namun dampak ekonominya tidak bisa dianggap enteng. Selain itu, infeksi cacing pita dari jenis Raillietina spp. (raillietinosis) ternyata dapat membawa efek domino yang sangat kompleks di lapangan. Tulisan singkat ini selain mengisahkan pengalaman penulis dalam menangani kasus infeksi Raillietina spp. di lapangan, juga disertai latar belakang pemahaman lebih lanjut via publikasi ilmiah yang adekuat.

Tentang Cacing Pita
Infeksi cacing pita pada ayam modern merupakan suatu penyakit endoparasit dengan salah satu agen penyebabnya dari genus raillietina, kelas cestoda, dan filum platyhelminthes. Cacing ini umumnya bersifat hermaprodit dengan bentuk tubuh pipih, memanjang seperti pita dan bersegmen, tidak memiliki rongga tubuh dan tidak punya saluran cerna (Lund et al., 2017).

Cacing pita jenis ini pada ayam biasanya mempunyai panjang berkisar 30-50 cm. Mempunyai sebuah kepala yang disebut skoleks (scolex) dan diikuti sebuah leher (neck). Bagian selanjutnya dari tubuhnya adalah strobila yang mengandung sejumlah segmen (proglotit) yang berkembang memanjang dari leher. Setiap segmen mengandung satu set organ reproduksi, yaitu jantan dan betina. Antar spesies dari genus raillietina mempunyai jumlah segmen yang tidak sama alias berbeda pada strobilanya (Kenneth, 2013; Zirintunda et al., 2022).

Ketika segmen yang terjauh dari leher sudah matang, maka akan terlepas dari tubuhnya (strobila). Segmen yang matang dan sudah relatif berat ini mengandung banyak telur yang sudah dibuahi (embryophore) dan siap dikeluarkan ke lingkungan kandang via feses ayam yang merupakan hospes definitifnya (Reid et al., 1938).

Dalam beberapa dekade terakhir tercatat ada tiga spesies dari genus raillietina yang menyebabkan problem kerugian ekonomi yang signifikan pada industri perunggasan secara kosmopolitan, termasuk di Indonesia. Ketiga spesies tersebut adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2025. (toe)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer