-->

GEGAP GEMPITA CHICK DAY 2024

 

CHICK Day 2024, Sukses Digelar Dengan Meriah
(Foto : CR)


PT Ceva Indonesia selaku salah leading company dalam bisnis kesehatan hewan sukses melangsungkan acara tahunannya yakni CHICK DAY 2024. Terasa lebih spesial, acara tersebut sekaligus merayakan 20 tahun kiprah Ceva di Indonesia.

CHICK DAY 2024 berlangsung di Trembesi Hotel, BSD, Tangerang Selatan pada Rabu 12 Juni 2024 yang lalu. Dalam sambutannya Country Director PT Ceva Animal Health Indonesia Drh Eddy Purwoko mengatakan bahwa CHICK DAY adalah event tahunan dimana Ceva mengapresiasi pelanggan serta berbagi perkembagan teknologi dan inovasi baru di bidang perunggasan.

Tema yang diusung dalam CHICK 2024 kali ini “Navigating the future hatchery vaccination solution through sustainable innovations”. Sejalan dengan tema tersebut, Eddy menyatakan kebanggaannya dapat menjadi partner bagi para stakeholder perunggasan di Indonesia.

“Tidak terasa dimulai sejak 2006 kami memperkenalkan konsep hatchery vaccination. Inovasi kami tidak berhenti sampai disitu, kami juga berinovasi dalam efisiensi di hatchery nantinya aka nada vaksinasi in ovo dan teknologi lain yang dapat meningkatkan efisiensi,” tutur Eddy.

Inovasi Yang Efisien Nan Ramah Lingkungan

Acara dibuka dengan talkshow yang membahas mengenai inovasi berkelanjutan pada aspek vaksinasi di hatchery dalam mendukung produktivitas flok. Dalam mencapai hal tersebut Dr Mustafa Seckin Sandikli selaku Global Marketing Manager Ceva memaparkan secara ringkas.

“Industri perunggasan yang baik harus dapat memberi dampak positif bagi aspek sosial, ekonomi, serta lingkungan. Isu lingkungan beberapa waktu belakangan kerap kali dibicarakan, oleh karenanya kami mendukung hal tersebut. Dimana kami menciptakan produk yang bermanfaat, bagi hewan, manusia dan lingkungan,” tutur Mustafa.

Ia melanjutkan, bahwa pengejawantahan dari inovasi dan Solusi yang ditawarkan oleh Ceva yakni melalui produk dan teknologi yang mereka miliki. Produk vaksin dan equipment milik Ceva sangat efisien sehingga berdampak besar dan menjadi game changer dalam industry perunggasan.

“Yang menjadi nilai tambah dari produk kami adalah efisiensi. Misalnya dalam hal vaksinasi, kami menawarkan konsep Less is More yang mana dapat menyederhanakan program vaksinasi pada ayam sehingga meminimalisir stress dan meningkatkan performanya,” tutur Mustafa.

Sukses Mengendalikan Penyakit Penting di Indonesia

Drh Ayatullah M Natsir selaku Poultry Business Unit Manager PT Ceva Animal Health Indonesia menjabarkan mengenai keadaan penyakit unggas di Indonesia dalam Talkshow sesi kedua.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Ceva melalui program GPS-nya, ada 5 penyakit yang mendominasi yakni CRD, CRD kompleks, IB, ND, dan koksidiosis. Kesemuanya masih sering ditemui oleh tim Ceva di berbagai peternakan di penjuru nusantara.

“Infectious Bronchitis (IB) misalnya, secara diam – diam ternyata kasusnya cukup banyak terjadi di Indonesia baik di peternakan broiler komersil maupun breeding farm. Tentu ini merupakan ancaman yang harus dihadapi oleh para peternak,” tutur Ayatullah.

Hal tersebut diamini oleh Dr Marcelo Paniago karena IB merupakan kasus yang paling banyak dilaporkan di Asia. Tentunya penyebaran IB semakin cepat pula karena karakteristik dari industry perunggasan sendiri Dimana fasilitas produksi yang jaraknya terlalu dekat, sehingga memudahkan penyebarannya. Selain itu Marcelo juga mengatakan bahwa IB akan memperparah kondisi ayam yang terinfeksi AI dari jenis H9N2.

“Kita butuh strategi yang cermat dalam program vaksinasi IB, Vaksinasi di hatchery menggunakan IB Massachusett atau IB klasik tidak cukup memberikan proteksi untuk tantangan IB yang ada saat ini di Indonesia yang meliputi beberapa serotipe,” tutur dia.

Selain itu kata Marcelo diperlukan pendekatan heterolog yaitu pemberian vaksinasi IB yang sifatnya broad spectrum. Ceva saat ini memilik vaksin IB Massachusett dan IB varian yaitu Cevac IBird® yang diaplikasikan di hatchery.

Penggunaan Cevac IBird® dan IB Massachusett bersamaan mampu memberikan proteksi terhadap berbagai serotipe IB yang ada di indonesia. Cevac IBird ® juga mampu mengurangi jumlah virus yang ada di lapangan, menurunkan kematian dan meningkatkan FCR.

Lain IB lain ND, penyakit yang masih menjadi momok bagi perunggasan sejak zaman baheula tersebut nampaknya masih kerasan di Indonesia. Menurut Dr Mustafa Seckin, ada tiga hal yang harus diaplikasikan secara apik untuk mengendalikan ND yakni biosekuriti, vaksinasi, dan manajemen pemeliharaan.

Selain itu karakteristik virus ND cukup menyulitkan karena pada saat dilakukan vaksinasi ada intervensi antara passive immunity (Maternal Antibody) dengan vaksin konvensional yang menurunkan kinerja dan efektivitas vaksin.

“Ceva sendiri sejak tahun 2018 sudah membuktikan bahwa Produk vaksinnya yakni Vectormune® ND, vaksin vektor yang menggabungkan virus donor yaitu ND. Kemudian protein F yang berasal dari donor disisipkan di virus vektor, yang menggunakan Herpes Virus Turkey (Marek) telah berhasil mengendalikan ND di Indonesia sejak 2018,” tutur Mustafa.

Diperkuat oleh data yang dibeberkan Ayatullah, Ceva pernah melakukan penelitian pada 5 ayam yang memiliki antibodi maternal cukup tinggi, kecuali kelompok kelima semuanya divaksinasi di hatchery. Kelompok pertama menggunakan ND killed genotipe VII dan ND/IB live, kelompok kedua concentrated ND killed dan ND/IB live, kelompok ketiga Vectormune® ND dan ND/IB live, serta kelompok keempat ND/IB live.

Pada umur 25 hari diuji tantang dengan virus ND genotipe VII. Hasilnya kelompok Vectormune® ND memberikan proteksi jauh lebih tinggi dibanding vaksin ND killed, memberikan reaksi antibodi dan kekebalan lebih cepat.

Hal itu disebabkan Vectormune® ND memiliki Cellular Mediated Immunity. Sehingga ketika ayam terinfeksi ND, sel-selnya di dalam tubuh ayam dirusak maka virus yang dikeluarkan dari tubuh ayam semakin berkurang sehingga mencegah shedding.

Selain IB dan ND, Gumboro alias Infectious Bursal Disease (IBD) juga masih menjadi ancaman karena seringkali bersfiat subklinis, hal tersebut disampaikan oleh Ayatullah. Selain aspek agen penyebab, IBD juga kerap kali sulit dikendalikan karena karekteristik vaksin yang ada di pasaran berbeda dan bisa dibilang “keras” untuk ayam. Ceva sendiri memiliki vaksin IBD dengan teknologi immune complex yang bernama Transmune®.

“Tidak semua vaksin imun kompleks itu sama. Masing-masing memberikan waktu proteksi yang berbeda-beda dan Transmune® memiliki proteksi cukup cepat. Namun ketika menggunakan vaksin yang memberikan klaim lebih cepat harus hati-hati terhadap keamanannya terutama untuk ayam dengan antibodi maternal rendah,” ujar Ayatullah.

Vaksin lainnya yang memberikan proteksi lebih cepat ternyata merusak bursa lebih cepat. Tidak menguntungkan karena sel B yang ada di bursa akan rusak, memberikan efek negatif pada penggunaan vaksin lainnya terutama vaksin ND.

Transmune® mampu memberikan proteksi terhadap semua strain virus IBD yang ada di dunia. Mampu memberikan kontrol terhadap sub klinis dan juga klinis dari IBD. Terbukti aman ketika diberikan bersamaan dengan Vectormune® ND.

Tidak berhenti sampai disitu, selain Transmune® Ceva juga telah mengeluarkan inovasi produk terbaru dalam mengendalilan IBD yakni Nextmune® sejak 2023 yang lalu. Nextmune® adalah vaksin beku imun kompleks IBD dari Strain Winterfield 2512 terikat dengan antibodi spesifik yang disebut Virus Protecting immunoglobulins yang dapat dilakukan di hatchery dengan aplikasi in-ovo atau subkutan.

Beberapa keuntungan yang didapat dengan menggunakan Nextmune® yakni melindungi ayam dari semua strain IBD, mencegah tantangan dari siklus ke siklus, serta memutus shedding virus di lapangan.

Dari segi equipment inovasi Ceva juga tak kalah mumpuni. Disampaikan oleh Chalermchai Skulphuek selaku Vaccination Services and equipment Manager Ceva Asia, bahwa vaksinasi di hatchery telah membawa dampak yang signifikan di seluruh dunia.

“Lebih efisien, ekonomis, keseragaman yang baik, serta memberikan kekebalan yang baik. Hal ini yang makin membuat kami bersemangat berinovasi di sektor ini,” tuturnya.

Kedepannya menurut Chalermchai, teknologi vaksin in-ovo milik Ceva diharapkan bakal menjadi masa depan dalam industry perunggasan yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Ceva juga tak akan berhenti untuk menelurkan inovasi selanjutnya dalam vaksinasi di hatchery.

Industri Perunggasan Berkelanjutan

Salah satu narasumber yang hadir dalam CHICK Day 2024 yakni Prof Ali Agus, guru besar Fapet UGM yang diwakili oleh Moh Sofi’ul Anam. Dalam pemaparannya ia menyebut industry perunggasan sebagai industry penghasil protein hewani mayoritas di Indonesia. Namun begitu masih banyak kendala di dalamnnya.

“Dari sisi ekonomi, disparitas harga produksi dan harga jual masih menjadi isu. Dari segi sosial, isu resistensi antimikroba juga disoroti, sedangkan dari sisi lingkungan tak jarang terjadi konflik antara warga dengan peternakan ayam. Hal ini hanya bisa diatasi apabila terjadi kolaborasi yang apik dari semua stakeholder,” tuturnya.

Oleh karenanya ia mengimbau kepada seluruh stakeholder perunggasan agar menjalin Kerjasama yang apik dan saling menguntungkan, mengingat pentingnya sektor ini dalam berkontribusi bagi negeri dalam menyumbang protein hewani dalam membangun bangsa. (INF)















CEVATALK EPISODE 7 : LESS IS MORE

Suasana Saat Cevatalk

PT Ceva Animal Health Indonesia kembali menyapa para customer mereka dengan menggelar sesi diskusi interaktif mereka yang bernama Ceva Talk melalui laman instagram resmi mereka, Senin 25 Maret 2023 yang lalu. Tema yang diusung kali ini Less is More. 

Dijelaskan Adhysta Prahaswari selaku Marketing Manager Ceva, bahwa maksud dari tema tersebut adalah manajemen vaksinasi pada ayam petelur.

"Ayam petelur masa hidupnya panjang, tentunya program vaksinnya juga banyak dan berulang - ulang, tentunya ini meningkatkan risiko kegagalan vaksin akibat stress. Jadi tema kali ini adalah bagaimana mengatur agar vaksinasi lebih efektif," tuturnya.

Hadir sebagai narasumber yakni Drh Dedi Nur Aripin selaku Veterinary Service Layer Specialist PT Ceva. Dalam paparannya, Dedi menjelaskan rutinitas dan fase kehidupan ayam petelur mulai dari DOC, pullet, awal produksi, puncak produksi, dan afkir.

Waktu pemeliharaan yang panjang tentunya membuat ayam petelur membutuhkan waktu timbuh kembang yang maksimal, dimana lingkungan yang baik dan minim stress dibutuhkan. Namun karena padatnya jadwal vaksinasi dapat menambah risiko stress yang dapat menurunkan imunitas tubuh.

"Ayam yang berada dalam keadaan sehat tetapi stress, tetap berisiko menaikkan angka kegagalan vaksin. Ini yang harus diminimalisir," tutur Dedi. 

Mengatur Jadwal vaksinasi ayam petelur kata Dedi bisa disesuaikan dengan kondisi terkini di kandang. Ia mengambil contoh salah satu produsen bibit ayam yang menekankan bahwa kunci keberhasilan produksi ayam petelur ada pada angka 5 16 300.

"5 Minggu pertama fase kehidupan merupakan fase dimana ayam harus memiliki bobot yang sesuai standar dengan kseragaman yang tinggi. Ini akan menjadi kunci apakah produksi bisa tepat atau telat," tutur Dedi. 

Ia menambahkan bahwa pada lima minggu pertama merupakan perkembangan organ pencernaan dan kekebalan. Sehingga akan menentukan awal mula produksi, puncak produksi, jumlah telur yang dihasilkan, bisa dibilang 5 minggu pertama adalah fase golden age bagi ayam petelur. 

Sedangkan pada umur 16 minggu merupakan fase perkembangan sistem hormon dan reproduksi ayam. Pada umur ini harus diusahakan bobot badan sesuai standar dan keseragamannya tinggi, jika tidak peternak harus siap produksi telurnya mundur. 

Dan pada tahapan terakhir yaitu 300, ini merupakan kunci ketiga, dimana harus diperhatikan tercapainya berat badan dari mulai produksi 5% sampai puncak produksi. Pada periode tersebut pertambahan berat badan harus mencapai 300 gram.

Dengan manajemen vaksinasi yang tepat, kata Dedi ayam dapat tumbuh secara maksimal sesuai target tanpa risiko stress yang tinggi. Ceva sangat berkomitmen akan hal ini, dimana dengan segala sumberdaya dan teknologi yang dimiliki terus berinovasi dengan berbagai macam program seperti vaksinasi in ovo, hatchery vaksin, dan sebagainya. 

"Jadi salah satu yang kami upayakan adalah ayam tidak terlalu sering terpapar stress akibat keseringan divaksin, dengan teknologi yang kami miliki kami yakin dapat memberi solusi manajemen vaksinasi terbaik agar produksi tetap optimal," tuturnya. 


RAGAM PENYAKIT YANG MENGHAMPIRI & BAGAIMANA PREDIKSINYA

Ayam mengalami gangguan akibat serangan penyakit. (Foto: Istimewa)

Banyak masalah yang merintangi budi daya perunggasan, mulai dari cost pakan hingga kesehatan hewan. Penyakit merupakan salah satu makanan sehari-hari yang tentu dihadapi oleh peternak unggas. Pasalnya ketika penyakit menyerang, akan dibutuhkan cost tambahan dalam biaya produksi.

Baik penyakit yang sifatnya infeksius maupun non-infeksius semuanya bisa jadi biang keladi kerugian bagi peternak. Menarik untuk dicermati ragam penyakit yang menghampiri di tahun ini dan bagaimana prediksinya ke depan.

Yang Terjadi Bisa Diprediksi
Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam menerka dinamika penyakit unggas, perlu digunakan pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya.

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Mereka rutin menyajikan data dan memprediksi penyakit unggas dalam beberapa tahun terakhir di negara tempat mereka beroperasi, salah satunya Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar.

“Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana di situ ada program yang namanya GPS (Global Protections Services). Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer Ceva dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.

Lebih lanjut dijabarkan mengenai data penyakit unggas yang terjadi di 2023. Dimana Ceva secara rutin mengunggahnya di website mereka sehingga dapat memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, bahkan khalayak umum dapat mengaksesnya. Data tersebut diunggah secara berkala setiap bulannya.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan Ceva melalui program GPS, sampai Desember 2023 setidaknya ada lima penyakit yang dominan menjangkiti peternakan ayam broiler maupun petelur. Kelima penyakit tersebut yakni IBD (gumboro) 12%, chronic respiratory disease (CRD) 11%, dan newcastle disease (ND) 11%.

Pada ternak broiler, serangan ND masih mendominasi sebanyak 14% kasus, IBD 12%, dan CRD 12%. Sedangkan pada ayam petelur kejadian kasus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

CEVA TALK EPISODE 2 : KUPAS VAKSINASI DI HATCHERY

Ceva Talk Episode 2 : Membahas Vaksinasi Hatchery

Rabu 18 Oktober 2023 PT Ceva Animal Health Indonesia kembali menggelar acara talk show melalui live streaming dari aplikasi instagram. Kali ini acara bertema Ceva Talk tersebut membahas mengenai lika - liku vaksinasi di hatcheryBertindak selaku narasumber yakni Dedi Rahmadi selaku Vaccination Service Manager dan Untung Prayitno Vaccination Service Supervisor Automation.

Dedi Rahmadi dalam pemaparannya mengatakan bahwa vaksinasi yang dilakukan di hatchery memiliki beberapa keunggulan diantaranya memberikan kekebalan lebih awal di hatchery, kualitas vaksinasi lebih maksimal karena menggunakan produk khusus dan alat–alat modern / otomatis., mengurangi tingkat stress ayam,mengurangi penyebaran penyakit oleh vaksinator yang selalu berpindah dari farm ke farm, serta lebih mudah, lebih praktis, lebih terkontrol dan lebih efisien.

"Vaksin yang bisa diaplikasikan di hatchery diantaranya ND, IBD, Gumboro, dan berbagai penyakit lainnya, dengan teknologi terkini serta sumber daya yang kami miliki vaksinasi menjadi lebih praktis dan efisien karena ayam berumur sehari sudah mendapatkan vaksin yang lengkap," tutur Dedi.

Selain itu Ceva juga memiliki teknologi vaksin in ovo alias aplikasi vaksin pada telur tetas. Vaksinasi in ovo sudah dapat dilakukan sejak telur tetas berusia 18,5 hari. Hal tersebut disampaikan oleh  Untung Prayitno. Ia melanjutkan bahwa teknologi yang dibutuhkan levelnya lebih tinggi lagi dimana dibutuhkan semacam perangkat laser yang bekerja layaknya proses candling untuk mendeteksi apakah embrio di dalam telur tetas tersebut hidup atau mati sehingga vaksin yang diberikan dosisnya tidak terbuang alias mubadzir.

"Untuk ini di Indonesia nanti teknologi ini akan kami aplikasikan, sudah ada beberapa Ceva partner yang berminat dengan teknologi ini. Ceva partner juga tidak usah takut terkait dengan keamanan dari teknologi kami karena ini sudah berjalan selama 15 tahun dan yang jelas sangat presisi tanpa dampak negatif bagi embrio," tutur Untung. 

Lebih lanjut Dedi dan Untung juga menjabarkan berbagai macam jenis vaksin, alat, dan semua teknologi terkait yang dimiliki Ceva. Dengan berbagai kelebihannya vaksinasi baik di hatchery maupun in ovo dapat diaplikasikan lebih efektif dan efisien.

Selain teknologi dan peralatan, Ceva juga tidak lupa juga dalam aspek sumberdaya manusia. Ceva tentunya juga memiliki tim dengan sumberdaya manusia yang mumpuni. Mereka nantinya siap memantau, dan membantu berjalannya proses vaksinasi sampai benar - benar terlaksana dengan baik. Mereka juga telah dilatih secara khusus dalam melakukan aplikasi vaksinasi baik pada hatchery dan in ovo. Alat yang digunakan juga secara rutin dikalibrasi dan dilakukan proses maintenance, sehingga para customer tidak usah khawatir dengan layanan yang diberikan. (CR)


 

BEGINI PREDIKSI PENYAKIT UNGGAS 2023 MENURUT CEVA

Live Streaming Ceva Animal Health Indonesia


Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam memprediksi dinamika penyakit unggas, perlu digunakan pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya. 

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Mereka mencoba memprediksi penyakit unggas pada 2023 yang dipublikasikan melalui bincang - bincang live streaming via instagram @cevaindonesia pada Kamis (7/9).

Acara tersebut dipandu oleh Adhysta Prahaswari selaku Marketing Eksekutif PT Ceva Animal Health Indonesia. Bertindak selaku narasumber yakni Drh Fauzi Iskandar, Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia. 

Dalam bincang - bincang selama 60 menit tersebut Fauzi menjabarkan mengenai prediksi penyakit unggas yang sedang trend di tahun 2023. Bukan tanpa dasar, Ceva memprediksi berdasarkan data yang timnya kumpulkan di lapangan dengan menggunakan pendekatan epidemiologi veteriner.

"Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana disitu ada program yang namanya GPS (Global Protections Services). Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer Ceva dan sudah kami lakukan sejak 2018," tutur Fauzi.

Dirinya melanjutkan bahwa berdasarkan data yang dikumpulkan dan teruji di laboratorium baik secara patologi anatomis dan serologis setidaknya ada 5 penyakit unggas yang mendominasi di Indonesia setidaknya sejak Januari - Agustus 2023. Kelima penyakit tersebut yakni Infectious Bronchitis, Newcastle Disease (ND), Low Pathogenic AI (LPAI/H9), Infectious Bursal Disease (Gumboro), dan High Pathogenic AI (HPAI/H5). 

Berbagai faktor dapat melatarbelakangi mengapa kasus penyakit tersebut masih sering terjadi di lapangan, diantaranya kesalahan manajemen pemeliharaan, kondisi iklim panas dan elnino yang meyebabkan heat stress yang kemudian berujung imunosupresif, hingga kurang efektifnya program vaksinasi di lapangan. 

Oleh karena itu peternak, praktisi kesehatan hewan, dan semua stakeholder disarankan agar lebih meningkatkan aplikasi biosekuriti, memperbaiki manajemen pemeliharaan, serta menjalankan program vaksinasi dengan produk vaksin berkualitas (CR).

CEVA BROILER UNIVERSITY KEMBALI DIGELAR DENGAN MERIAH

Foto Bersama Para Peserta Ceva Broiler University 
(Sumber : Dok. Infovet)

Selasa (14/2) yang lalu PT Ceva Animal Health Indonesia menggelar acara seminar dan workshop rutinnya yang bertajuk Ceva Broiler University. Rencananya acara tersebut akan berlangsung selama 3 hari, dimana kick off acara tersebut dilangsungkan di Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, yang kemuudian dilanjutkan di Hotel Swiss-Bellin, Bogor. 

Dalam sambutannya President Director PT Ceva Animal Health Indonesia Drh Edy Purwoko mengungkapkan rasa syukurnya karena pada tahun 2023 kali ini acara tersebut dapat digelar secara luring, dimana sebelumnya hanya dikemas dalam bentuk webinar akibat pandemi Covid-19.

"Acara ini bukan hanya digelar di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara tempat Ceva beroperasi, memang acara ini merupakan agenda rutin kami. Kami mengundang doker - dokter hewan muda untuk me-refresh ilmunya, dan saling sharing mengenai update terkini dalam sektor kesehatan unggas," tutur Edy.

Dalam kesempatan yang sama, Dekan SKHB IPB University Prof Drh Deni Noviana menyatakan rasa terima kasihnya kepada Ceva yang telah memberi kepercayaan kepada pihaknya dalam pelaksanaan acara tersebut. 

"Ceva merupakan salah satu mitra kami yang konsisten dalam mendukung kemajuan IPTEK di bidang kedokteran hewan terutama perunggasan, hal ini telah berlangsung cukup lama dan kami terus berusaha memberikan feedback positif dan berkontribusi melalui acara - acara continuing education seperti ini. Kiranya hubungan baik ini dapat terus berlangsung," tutur Deni.

Padat Ilmu dan Menyenangkan

Pada hari pertama peserta diajak untuk mendalami materi di bidang perunggasan melalui kegiatan kuliah. Pemateri yang dihadirkan di hari pertama yakni Prof Drh Agus Setiyono yang banyak memaparkan dasar - dasar dan teknik sampling pada ayam. Hadir juga Drh Andriyanto yang memberikan materi tentang bagaimana memelihara ayam secara drug free.

Setelahnya peserta juga diajak untuk melakukan pelatihan nekropsi ayam yang dipandu oleh Drh Mawar Subangkit dan Drh Vetnizah Juniantito. Disana peserta kembali diingatkan mengenai teknik nekropsi standar pada ayam dan pemeriksaan telur tetas.

Dihari kedua yang berlangsung di Swiss-Bellin Bogor, peserta akan mendapatkan materi mengenai berbagai penyakit pada ayam. Pembicara yang hadir juga merupakan para ahli dalam bidangnya, sebut saja Prof Suwarno (Guru Besar FKH Unair), Prof Widyasmara, dan Prof Michael Haryadi Wibowo (Guru Besar FKH UGM).

Tidak ketinggalan dari pihak Ceva juga memberikan update terkini terkait perkembangan teknik vaksinasi, teknologi, serta manajemen pemeliharaan ayam yang kekinian. Semuanya dikemas dengan padat dan efisien. 

Di hari ketiga, peserta juga akan diajak melakukan kegiatan trekking di salah satu Curug di kawasan Bogor. Bukan hanya me-refresh ilmu, tetapi juga me-refresh pikiran agar dapat kembali segar. (CR) 


STRUKTUR ORGANISASI BARU CEVA ANIMAL HEALTH INDONESIA

Ayatullah M. Natsir (kiri) dan Fauzi Iskandar. (Foto: Dok. Ceva)

Jakarta, 15 Juni 2021. Sebagai perusahaan yang tumbuh dan berkembang, dengan bangga Ceva Animal Health Indonesia memperkenalkan dua personelnya, yakni Ayatullah M. Natsir sebagai Poultry Business Unit Manager dan Fauzi Iskandar sebagai Veterinary Service Manager.

Dalam siaran persnya dijelaskan, sebelum mengemban jabatan barunya, Ayat bertanggung jawab sebagai Technical and Marketing Manager membawahi tim Veterinary Service dan Marketing. Sedangkan, Fauzi sebelumnya menjadi bagian dari tim Strategic Account.

Dengan adanya perubahan struktur organisasi yang baru ini, Ceva Indonesia berharap bisa memberikan pelayanan yang maksimal untuk pelanggan di industri perunggasan. Terlebih, tim Veterinary Service sebagai tim teknis akan berkolaborasi dan bersinergi dengan departemen tim lain untuk menjalankan salah satu value milik Ceva, yaitu Customer Passion. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer