-->

BEGINI PREDIKSI PENYAKIT UNGGAS 2023 MENURUT CEVA

Live Streaming Ceva Animal Health Indonesia


Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam memprediksi dinamika penyakit unggas, perlu digunakan pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya. 

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Mereka mencoba memprediksi penyakit unggas pada 2023 yang dipublikasikan melalui bincang - bincang live streaming via instagram @cevaindonesia pada Kamis (7/9).

Acara tersebut dipandu oleh Adhysta Prahaswari selaku Marketing Eksekutif PT Ceva Animal Health Indonesia. Bertindak selaku narasumber yakni Drh Fauzi Iskandar, Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia. 

Dalam bincang - bincang selama 60 menit tersebut Fauzi menjabarkan mengenai prediksi penyakit unggas yang sedang trend di tahun 2023. Bukan tanpa dasar, Ceva memprediksi berdasarkan data yang timnya kumpulkan di lapangan dengan menggunakan pendekatan epidemiologi veteriner.

"Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana disitu ada program yang namanya GPS (Global Protections Services). Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer Ceva dan sudah kami lakukan sejak 2018," tutur Fauzi.

Dirinya melanjutkan bahwa berdasarkan data yang dikumpulkan dan teruji di laboratorium baik secara patologi anatomis dan serologis setidaknya ada 5 penyakit unggas yang mendominasi di Indonesia setidaknya sejak Januari - Agustus 2023. Kelima penyakit tersebut yakni Infectious Bronchitis, Newcastle Disease (ND), Low Pathogenic AI (LPAI/H9), Infectious Bursal Disease (Gumboro), dan High Pathogenic AI (HPAI/H5). 

Berbagai faktor dapat melatarbelakangi mengapa kasus penyakit tersebut masih sering terjadi di lapangan, diantaranya kesalahan manajemen pemeliharaan, kondisi iklim panas dan elnino yang meyebabkan heat stress yang kemudian berujung imunosupresif, hingga kurang efektifnya program vaksinasi di lapangan. 

Oleh karena itu peternak, praktisi kesehatan hewan, dan semua stakeholder disarankan agar lebih meningkatkan aplikasi biosekuriti, memperbaiki manajemen pemeliharaan, serta menjalankan program vaksinasi dengan produk vaksin berkualitas (CR).

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer