Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BAGAIMANA MAKSIMALKAN POTENSI GENETIK BROILER?

Berkat kemajuan bidang teknologi dan seleksi breeding yang baik selama lebih dari 100 tahun, ayam broiler mengalami perkembangan genetik yang sangat pesat. (Foto: Istimewa)

Ayam ras pedaging/broiler, merupakan ayam yang khusus dikembangkan untuk dimanfaatkan dagingnya. Kurang lebih 100-an tahun lalu melalui berbagai proses penelitian dan pemuliaan, dihasilkanlah ayam ras broiler dengan performa genetik terbaik. Namun begitu, masih ada saja kendala yang menyebabkan potensi genetiknya tidak maksimal.

Didesain untuk Penuhi Kebutuhan Pasar
Berkat kemajuan bidang teknologi serta seleksi breeding yang baik selama lebih dari 100 tahun, ayam broiler mengalami perkembangan genetik yang sangat pesat. Hasilnya ayam broiler di masa kini semakin efektif dalam mengonversi pakan menjadi bobot badan, sehingga menghasilkan daging yang lebih banyak yang tentunya dapat memenuhi keinginan pasar.

Menurut mantan Ketua Umum ADHPI, yang juga praktisi perunggasan, Drh Dedy Kusmanagandi, seleksi genetik broiler yang dilakukan selama ini telah meningkatkan produktivitasnya. Pada kurun waktu 1960-1970an, untuk mencapai bobot hidup 1,3 kg membutuhkan masa pemeliharaan selama 84 hari, namun sekarang dengan masa pemeliharaan kurang lebih 38 hari, ayam broiler sudah mampu mencapai bobot hidup 2,5 kg.

“Potensi genetiknya memang memungkinkan untuk seperti itu, namun di lapangan sangat jarang peternak yang dapat mencapai potensi genetik maksimal dari si ayam. Oleh karenanya ini masih menjadi PR bersama, soalnya kalau potensi ini dapat dimaksimalkan, produksi kita akan lebih baik dari sekarang,” tutur Dedy.

Ia juga menyebut bahwa ke depannya kemungkinan besar ayam broiler masih akan menjadi sumber protein hewani primadona, bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Pasalnya harga per gram protein broiler dibanding komoditas daging lainnya adalah yang termurah, sehingga hal ini juga akan berdampak pada tingginya permintaan pasar.

Tinggi Performa, Rawan Stres & Penyakit
Dalam urusan performa tidak usah diragukan lagi dari segi pertumbuhan bobot per hari, konversi pakan, maupun parameter pertumbuhan lainnya ayam broiler sangat luar biasa. Kendati demikian, sebagai kompensasinya… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2023. (CR)

PEMKOT SERANG MENUTUP 6 TITIK USAHA PETERNAKAN

Satpol PP Kota Serang Menyegel Peternakan Ayam Tak Berizin

Pemerintah Kota Serang yang diwakili oleh ASDA I Kota Serang Subagyo bersama dengan Kasatpol PP Kota Serang Heri Hadi, Kepala Dinas PUPR Kota Serang Iwan Sunardi beserta unsur terkait lainnya resmi menutup peternakan ayam di lingkungan Pengasinan Kelurahan Cigoong Kecamatan Walantaka, Kamis (19/01). 

Berdasarkan Surat Walikota Serang Nomor: 503/107/Setda/2023 tanggal 18 Januari 2023, peternakan ayam di 6 titik lokasi yaitu Pengelola Peternakan link. Lebak Kel. Lebakwangi, Pengelola Peternakan link. Jelalang Kel. Pengampelan, Pengelola Peternakan link. Cipugur Kel. Pabuaran, Pengelola Peternakan link. Rabcabesi Kel. Cigoong, dan PT. Tunas Muda Sakti link. Pengasinan Kel. Cigoong resmi ditutup oleh Pemerintah Kota Serang. 

Pada kesempatan tersebut, ASDA I Kota Serang Subagyo menyampaikan bahwa penutupan yang dilakukan pada 6 titik lokasi ini karena peternakan tersebut tidak memiliki izin dan melanggar Perda No. 8 tahun 2020 tentang rencana tata ruang wilayah Kota Serang.

"Keberadaan peternakan di 6 lokasi tersebut tidak memiliki izin satupun baik dari OSS maupun dari OPD terkait di Kota Serang dan ini melanggar Perda No. 8 tahun 2020" Ucapnya.

Selain karena tidak memiliki izin dan tidak sesuai RTRW, disampaikan Subagyo alasan lainnya terkait menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu masyarakat serta dapat mengganggu kesehatan warga sekitar. 

"Kemudian selanjutnya bahwa keberadaan peternakan juga menganggu aktivitas warga karena menimbulkan bau yang tidak sedap termasuk juga menimbulkan lalat yang tentu juga mengganggu kesehatan masyarakat" Ucapnya.

Lebih lanjut, Subagyo menegaskan untuk daerah Kecamatan Walantaka berdasarkan RTRW Kota Serang tidak diperbolehkan ada peternakan sehingga tidak izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Serang. 

"Kalau untuk di Walantaka sesuai dengan RTRW Kota Serang tidak diperbolehkan ada peternakan sehingga memang tidak dapat diizinkan untuk keberadaannya di Kecamatan Walantaka, baik dari tata ruang maupun dari perizinan-perizinan lain" Ucapnya. 

Salah satu perwakilan warga Kecamatan Walantaka Manah merasa senang karena ditutupnya peternakan ayam di lingkungannya sehingga warga tidak lagi harus mencium bau yang tidak sedap. 

"Alhamdulillah senang karena akhirnya gak ada bau lagi, bebas dari lalat juga, intinya sangat senang dengan penutupan ini" Ucapnya. 

Seusai Rapat Paripurna, menanggapi penutupan peternakan ini, Wali Kota Serang H. Syafrudin mengatakan untuk sementara di 6 lokasi ini yang di tutup oleh Pemerintah Kota Serang dan untuk lokasi berikutnya menunggu pencabutan izin dari Pemerintah Pusat. 

"Sementara yang menjadi protes warga itu dulu, untuk Pasuluhan itu ada izin yang dikeluarkan oleh pusat makanya itu akan dicabut dulu oleh kami, setelah ada jawaban dari pusat kami juga akan menutup kembali, kita mengajukan pencabutan ke pusat, belum ada jawaban sampai sekarang, untuk yang 6 itu sudah jelas-jelas melanggar aturan karena tidak ada izin satupun" Ucapnya.  (INF)

ASF MASIH MENGHANTUI PETERNAKAN BABI DI NTT

Babi yang Mati di Provinsi NTT

Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur memberikan informasi bahwa 233 ekor babi di provinsi berbasis kepulauan itu mati mendadak selama periode Desember 2022 hingga Januari 2023.

“Data yang kami terima sudah ada 233 ekor babi di wilayah NTT ini yang dilaporkan mati mendadak oleh para peternak babi,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi NTT Melky Angsar, melansir Antaranews.com, Senin, 23 Januari 2023.

Dikatakannya, hal ini berkaitan dengan perkembangan kasus mati mendadak sejumlah ternak babi di NTT yang dikhawatirkan akibat African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika.

Melky menjelaskan bahwa 233 kasus itu tersebar di enam kabupaten kota di Nusa Tenggara Timur dan kasus terbanyak ada di kabupaten Kupang dengan kasus terbanyak.

Dia menyebutkan untuk babi yang mati di Kabupaten Kupang berdasarkan data terakhir jumlah babi yang mati mencapai 51 ekor. Sementara itu untuk kota Kupang ada 45 ekor, Flores Timur 33 ekor babi, kabupaten Sikka 41 ekor, kabupaten Ende 43 ekor dan Sumba Barat Daya 20 ekor.

“Ini data resmi yang masuk ke Dinas Peternakan Provinsi dari Dinas Kabupaten/Kota. Data di luar angka di atas, saya tidak bertanggungjawab,” ujar dia.

Dia menambahkan bahwa Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur menyiapkan 39.200 liter disinfektan untuk kemudian dibagikan kepada pemerintah daerah yang membutuhkan untuk mencegah menyebarnya virus African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika tersebut.

Menurut dia, saat ini dari 22 kabupaten/kota di NTT potensi penyebaran virus ASF masih sangat tinggi. Hal ini karena sisa-sisa virus itu masih ada di sejumlah daerah itu. Sehubungan dengan itu, Dinas Peternakan NTT sudah mengimbau kepada Dinas Peternakan kabupaten Kota untuk meningkatkan pengawasan di wilayah kerja masing-masing.

“Sosialisasi ke masyarakat untuk lebih berhati-hati saat hendak memasukkan babi ke kandang dan babi dipastikan sehat,” tegas dia.

Kementan Ambil Langkah Cegah Virus ASF

Kementerian Pertanian akan melakukan gerakan pemetaan, mitigasi dan simulasi, terutama di daerah yang populasi babinya tinggi di Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah masuknya virus african swine fever (ASF) yakni virus yang menyerang hewan babi ke Indonesia.

"Mitigasi lapangan dilakukan dengan mencegah masuknya sampah pesawat terutama dari negara-negara yang sudah tercemar virus ASF," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah saat menjadi pembicara utama pada Seminar ASF: The Emergence Preparedness for Indonesia di Kota Bogor, Sabtu, 21 Januari 2023 lalu. 

Menurut dia, potensi penyebaran virus ASF selain dari sampah pesawat, adalah dapat menempel pada manusia. Ketika manusia berdekatan dengan babi maka virusnya dapat terbawa.

"Virus ASF itu tidak menyerang manusia, tapi dapat menempel di tubuh manusia, dan pada saat manusia itu berada di dekat babi, virusnya dapat menyerang babi," katanya.

Ia juga menambahkan virus ASF bereaksi dengan cepat dan dapat mematikan babi di populasinya sampai 100 persen.

"Kondisi ini dapat merugikan peternak babi, sehingga harus segera diantisipasi," katanya (INF)

SPANYOL DIKEPUNG AI, ILMUWAN KETAR - KETIR AKAN HAL INI

Virus AI Menyebabkan Wabah di Sebuah Peternakan Cerpelai/Mink

Ketakutan akan pandemi flu burung yang berpotensi sangat merugikan meningkat dalam beberapa hari ini, terlebih setelah adanya wabah yang mengkhawatirkan pada spesies cerpelai. Ahli virologi top dari seluruh dunia membunyikan alarm darurat setelah hasil serangkaian tes memastikan bahwa virus AI jenis H5N1 menyebar diantara mamalia. Hal ini tentunya meningkatkan kemungkinan bahwa patogen ini dapat bermutasi ke arah yang memungkinkannya menyebar lebih mudah di antara manusia.

Seorang ilmuwan pelacak virus menggambarkan galur H5N1, yang terdeteksi di Spanyol, serupa dengan yang sengaja direkayasa untuk menginfeksi manusia dengan lebih baik dalam eksperimen laboratorium yang kontroversial.

Profesor Rupert Beale, pakar imunologi di Francis Crick Institute London yang terkenal di dunia, mengatakan bahwa seharusnya dunia sudah memiliki rencana darurat vaksin, seperti dilutip dari Daily Mail.

Hal serupa diutarakan Profesor Isabella Eckerle, seorang ahli virologi di Pusat Penyakit Viral yang Muncul di Universitas Jenewa yang menyebut temuan itu sangat mengkhawatirkan.

Pakar lain memperingatkan bahwa wabah AI pada spesies cerpelai dapat menyebabkan terjadinya rekombinasi, ketika dua virus saling bertukar dan mengganti materi genetik untuk membuat hibrida baru. Proses serupa diperkirakan telah menyebabkan krisis flu babi global tahun 2009 yang menginfeksi jutaan orang di seluruh planet.

Fenomena biologis yang sama juga terlihat selama pandemi Covid, seperti yang disebut Deltacron yakni kombinasi ulang Delta dan Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Prancis Februari lalu. Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa flu burung adalah pesaing yang paling mungkin memicu pandemi berikutnya.

Para ahli mengatakan ini karena ancaman rekombinasi, dengan tingginya tingkat galur flu manusia meningkatkan risiko manusia menjadi koinfeksi dengan flu burung. Hal itu bisa menyebabkan strain flu burung yang mematikan bergabung dengan flu musiman yang menular.

Wabah AI yang melanda peternakan cerpelai terjadi di sebuah peternakan di Galicia, barat laut Spanyol, pada bulan Oktober yang menampung 52.000 ekor hewan. Usai lonjakan tiba-tiba, empat persen populasi mati dalam satu minggu selama wabah, yang dinyatakan berakhir pada pertengahan November.

Dokter hewan peternakan mengambil sampel berupa swab dari saluran pernapasan cerpelai kemudian  dianalisis di laboratorium milik Pemerintah, di mana cerpelai yang mati dinyatakan positif H5N1.

Penemuan itu menyebabkan semua hewan dimusnahkan, pekerja peternakan diisolasi selama 10 hari dan meningkatkan langkah-langkah keamanan di peternakan di seluruh negeri termasuk mengenakan masker wajah dan baju terusan sekali pakai dan mandi sebelum meninggalkan tempat.

Analisis sampel yang diambil menunjukkan bahwa virus tersebut telah memperoleh belasan mutase, sebagian besar tidak pernah atau jarang terlihat sebelumnya pada jenis flu burung. Satu sebelumnya terlihat pada virus di balik pandemi flu babi global 2009.

Para ilmuwan yang menyelidiki sampel percaya bahwa hal itu dipicu oleh wabah H5N1 di antara burung laut di provinsi terdekat. Laporan tersebut, dari para ahli di Kementerian Pertanian, Perikanan dan Pangan Spanyol, bersama dengan beberapa dari Penasihat Urusan Pedesaan, menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya H5N1 menyebar di antara cerpelai di Eropa.

Mereka memperingatkan cerpelai dapat bertindak sebagai 'wadah pencampur potensial' untuk penularan H5N1 di antara burung, mamalia, dan manusia, seperti dengan menggabungkan kembali jenis tersebut dengan virus flu manusia, yang dapat menginfeksi manusia. (INF)

HARGA TELUR DI AS MELONJAK, KARENA AI ATAU PERMAINAN KARTEL?

Telur Ayam di AS, Harganya Meroket Lebih dari 100%

Kоmіѕі Pеrdаgаngаn Fеdеrаl (FTC) hаruѕ mеnyelidiki harga tеlur уаng melonjak hаrgа di perusahaan telur. Kеlоmроk реtеrnаkаn di AS berasumsi, kаrеnа orang Amеrіkа tеruѕ mеmbауаr lеbіh dаrі sebelumnya untuk bahan роkоk rumаh tаnggа. Oleh karenanya hal ini harus diselidiki.

Rеgulаtоr, petani, dan іnduѕtrі AS ѕеrіng berdebat dаlаm bеbеrара tahun terakhir tеntаng kеkuаtаn реruѕаhааn pertanian terkemuka untuk mеnеtарkаn hаrgа dan menaikkan ара yang dіbауаr konsumen untuk bahan mаkаnаn, ѕереrtі ketika harga dаgіng ѕарі mеrоkеt pada tаhun 2021.

Kеkhаwаtіrаn tеrbаru adalah tеlur, уаng hаrgаnуа nаіk 138% раdа Dеѕеmbеr dаrі tаhun sebelumnya, menjadi $4,25 реr luѕіn, mеnurut Biro Stаtіѕtіk Tеnаgа Kеrjа, dilansir dаrі Rеutеrѕ, Mіnggu 22 Jаnuаrі 2023.

Dераrtеmеn Pеrtаnіаn AS (USDA) mengatakan bahwa wаbаh flu burung ѕеbаgаі аlаѕаn tingginya harga.Tеtарі regulator аntі mоnороlі nеgаrа itu juga hаruѕ mеmеrіkѕа lаbа tertinggi dі perusahaan telur tеrаtаѕ, kata Fаrm Action pada hаrі Kаmіѕ melalui ѕurаt kераdа ketua FTC Lina Khаn.

Cаl-Mаіnе Fооdѕ (CALM.O) yang mеngеndаlіkаn 20% pasar tеlur есеrаn mеlароrkаn, реnjuаlаn triwulanan nаіk 110% dаn lаbа kоtоr nаіk lеbіh dari 600% dibandingkan triwulan yang ѕаmа pada tаhun fіѕkаl ѕеbеlumnуа, menurut pengajuan аkhіr Dеѕеmbеr dengan Sесurіtіеѕ аnd Exсhаngе Cоmmіѕѕіоn.

Secar data, prоdukѕі tеlur AS ѕеkіtаr menurun 5% lеbіh rendah раdа bulаn Oktоbеr dіbаndіngkаn tahun lalu, dаn реrѕеdіааn telur turun 29% pada bulan Desember dіbаndіngkаn dеngаn аwаl tahun.

Basel Musharbash, seorang pengacara di Farm Action mengatakan, Data USDA tеrbаru menunjukkan реnurunаn yang ѕіgnіfіkаn, tetapi mungkin tidak menjelaskan hаrgа tіnggі.

"Kami ingin FTC menggali dаn mеlіhаt apakah kоnѕumеn dicungkil harganya," kata Muѕhаrbаѕh.

Dаlаm ѕеbuаh pernyataan, Cal-Maine mеngаtаkаn bаhwа biaya рrоdukѕі уаng lеbіh tinggi, bersama dengan mewabahnya flu burung, menyebabkan  hаrgа melonjak lеbіh tinggi.

Amеrісаn Egg Bоаrd, ѕеbuаh kеlоmроk реmаѕаrаn telur, mengatakan dаlаm sebuah pernyataan, bаhwа hаrgа tеlur mеnсеrmіnkаn bеrbаgаі fаktоr dan harga grоѕіr tеlur mulаі turun.

Hampir 58 jutа ауаm dаn kalkun telah dibunuh оlеh flu burung аtаu untuk mеngеndаlіkаn реnуеbаrаn vіruѕ sejak аwаl tahun 2022. Menurut USDA, sеbаgіаn bеѕаr pada bulan Mаrеt dan Aрrіl, wаbаh terbesar ѕеbеlumnуа, раdа tаhun 2015, mеmbunuh 50,5 jutа burung. Sаhаm Cаl-Mаіnе telah jаtuh dаlаm bеbеrара minggu terakhir ѕеtеlаh nаіk hampir 50% tahun lalu. (INF)

OMBUDSMAN DESAK KEMENTAN BERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA PETERNAK AYAM

Konferensi Pers di Kantor Ombudsman

Ombudsman RI menerima pengaduan dari puluhan peternak ayam yang merugi lantaran anjloknya harga jual ayam hidup yang tidak sebanding dengan kenaikan produksi. Selain itu, sejumlah peternak juga sedang menjalani sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), dengan nilai sekitar Rp 74,7 miliar. Dalam hal ini, Ombudsman RI meminta Kementerian Pertanian untuk melakukan perlindungan terhadap peternak dan meminta perusahaan pakan dapat memberikan skema keringanan dalam pembayaran hutang peternak. 

Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika mengatakan pihaknya menemukan fakta adanya sejumlah Peternak Mandiri yang sedang mengalami kerugian akibat dari rendahnya harga jual ayam hidup di kandang dan tingginya biaya sarana produksi peternak.

“Tidak adanya kepastian usaha bagi Peternak Mandiri, sehingga menimbulkan permasalahan salah satunya berupa terhambatnya pembayaran hutang Peternak Mandiri kepada perusahaan pakan,” terang Yeka dalam konferensi pers di di Kantor Ombudsman RI. 

Untuk itu, Ombudsman telah melaksanakan pertemuan dalam rangka permintaan keterangan yang dihadiri Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, para peternak, serta beberapa perusahaan terkait. 

“Ombudsman dan Kementan bersepakat untuk melakukan pendalaman lebih lanjut lagi dalam mengelaborasi program-program perlindungan dan pemberdayaan peternak,” terang Yeka. 

Selanjutnya, Yeka mengatakan pihaknya akan menyelesaikan laporan investigasi atas prakarsa sendiri terkait Kebijakan Stabilitas Pasokan Livebird, kemudian merumuskan tindakan korektif kepada para pihak terkait. Selain itu Ombudsman juga akan melakukan pendampingan kepada Kementan maupun perusahaan terkait, agar terwujud program perlindungan dan pemberdayaan peternak.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Gopan), Sugeng Wahyudi mengatakan anjloknya harga ayam ditingkat peternak sudah terjadi sejak tahun lalu.Hal ini disebabkan karena beberapa hal. Pertama, telah terjadi kenaikan pada harga bibit ayam (DOC) dari Rp 4.000 per ekor menjadi Rp 5.000 per ekor. Kedua, yaitu harga pakan ayam yang dirasa terlalu mahal yaitu kisaran Rp 8.500 hingga Rp 9.500 per kg. Ketiga, unsur ketersediaan juga berlebih sehingga menyebabkan anjloknya harga ayam di tingkat peternak. 

"Harga ayam hidup di kandang saat ini kisaran Rp 18.000 padahal modal sampai Rp. 20.000, sampai di sini peternak merugi," kata Sugeng. (INF)

KESEHATAN AYAM DAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN, KUNCI PENTING MENJAGA POTENSI BROILER

Menjaga potensi genetik broiler, karena industrinya berkembang dari tahun ke tahun sebagai pemenuh protein hewani utama. (Foto: We Animals Media)

Daging ayam merupakan salah satu sumber protein penting bagi masyarakat. Menurut data BPS (2022), jumlah produksi daging ayam ras di seluruh Indonesia mencapai 3,2 juta ton di 2020 dan meningkat menjadi 3,4 juta ton pada 2021. Hal ini senada dengan peningkatan jumlah populasi ayam pedaging (broiler) dari 2,9 miliar ekor di 2020 menjadi 3,1 miliar ekor di 2021. Angka-angka ini menunjukkan bahwa industri broiler terus berkembang dari tahun ke tahun.

Perkembangan industri peternakan broiler ini tentunya tidak lepas dari potensinya sebagai penghasil daging. Secara genetik, broiler mampu mencapai pertumbuhan berat dari ±42 gram menjadi ±2,8 Kg dalam kurun waktu enam minggu. Perkembangan ini juga didukung potensi perkembangan konformasi karkas yang lebih baik daripada ayam bukan ras. Tentunya hal ini berpengaruh krusial bagi pemenuhan protein di Indonesia yang memiliki penduduk sangat besar. Walaupun demikian, untuk mencapai pertumbuhan bobot tubuh optimal tentunya membutuhkan dukungan berbagai faktor yang memengaruhi, diantaranya:

• Kesehatan Unggas
Penyakit unggas jelas menjadi tantangan bagi pencapaian bobot optimal broiler. Penyakit unggas dapat menyebabkan kerugian dalam hal kematian yang ditimbulkan, tidak tercapainya berat badan standar (karena ayam tidak nafsu makan atau mengganggu pertumbuhan), ataupun dari segi pengeluaran biaya tambahan untuk mengatasi penyakit. Oleh karena itu, pencegahan terhadap penyakit unggas sebaiknya menjadi pilihan utama. Ada dua cara pencegahan penyakit yang dapat dilakukan secara sinergi:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2023. (SANBIO-MENSANA)

SMENA-9 MENJADI NYATA

Di segmen pengembangbiakan, industri daging broiler Rusia menaruh harapannya pada persilangan pertama Rusia, Smena-9, yang telah dikerjakan para ilmuwan selama beberapa tahun. Pembibitan Smena dengan kawanan induk dari persilangan baru dijadwalkan mulai beroperasi pada Maret 2023. Pemerintah Rusia telah mengalokasikan 4,5 miliar rubel (US$70 juta) untuk mendukung proyek ini.

“Target kami adalah pada tahun 2025 untuk mengambil bagian dari persilangan domestik dalam produksi daging broiler Rusia menjadi 15%,” kata Fisinin, Vladimir Fisinin, presiden serikat unggas Rusia, Rosptitsesoyuz.

Selain itu, kata Fisinin, peternak unggas Rusia berharap untuk melihat pertumbuhan lebih lanjut dalam ekspor daging unggas dan telur pada tahun 2022. Pada tahun 2022, Rusia mengekspor 336.000 ton daging unggas, 24% lebih banyak dari tahun sebelumnya. (via Poultryworld)

INDUSTRI UNGGAS RUSIA MENETAPKAN TARGET AMBISIUS UNTUK TAHUN 2023

Rusia berharap untuk melihat peningkatan lebih lanjut dalam produksi daging dan telur broiler pada tahun 2023 serta kemandirian akan rantai pasokan yang tumbuh dari komponen impor, Vladimir Fisinin, presiden serikat unggas Rusia, Rosptitsesoyuz, mengatakan.

Pada tahun 2022, Rusia memproduksi 5,2 juta ton daging broiler, naik 5,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi telur naik 2,8% atau 1 miliar unit menjadi 45,8 miliar unit pada tahun lalu, ungkap Fisinin. Rusia menduduki peringkat ke-4 produsen daging unggas terbesar di dunia dan produsen telur terbesar ke-7 pada tahun 2022.

Masalah utama industri perunggasan Rusia adalah keefektifan dan keamanan produk. Mengingat hal itu, salah satu target kritis untuk tahun 2023 adalah penggantian sebagian vaksin impor, kata Fisinin, seraya menambahkan bahwa kementerian pertanian Rusia dan pengawas hewan, Rosselhoznadzor, harus memimpin pekerjaan di bidang ini.

Rusia sangat bergantung pada vaksin hewan impor. Pada tahun 2022, beberapa pelaku pasar menyuarakan keprihatinan tentang kerugian besar yang dapat dialami industri jika pasokan terganggu oleh sanksi.

Tujuan penting lainnya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada produk breeding impor, kata Fisinin. Pada tahun 2022, terlihat beberapa pencapaian positif di bidang ini, seperti pada 9 bulan pertama tahun tersebut, pasokan telur tetas turun 34% dan DOC turun 53% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Fisinin memperkirakan, menekankan pentingnya dinamika tersebut. Saat ini, ada 60 pabrik penetasan telur tetas yang beroperasi di Rusia, tambahnya. (via Poultryworld)

MEWASPADAI PENYAKIT UNGGAS DI TAHUN 2023


Webinar Penyakit Unggas 2023


Keberadaan penyakit atau agen penyebab penyakit pada peternakan ayam merupakan suatu hambatan yang harus dilalui dalam usaha budidaya ayam. Sebisa mungkin penyakit harus dapat dicegah dan diminimalisir kejadiannya agar usaha budidaya dapat berlangsung dengan baik, sehingga performa ayam maksimal. 

Sebuah webinar digelar oleh Poultry Indonesia dengan tema “Prediksi Penyakit Unggas 2023”, pada (18/1) lalu, tujuannya yakni untuk memberikan gambaran kepada publik mengenai penyakit pada unggas. Selain itu hal ini juga sebagai early warning bagi para peternak bahwasanya masalah gangguan kesehatan yang mengganggu kegiatan budi daya masyarakat masih menjadi ancaman nyata, sekaligus memberikan gambaran langkah–langkah yang bisa diambil oleh para peternak untuk meminimalisir kerugian akibat gangguan kesehatan tersebut.
Andi Ricki Rosali, mantan duta ayam dan telur selaku peternak layer dan broiler, memaparkan pengalamannya mengenai kejadian penyakit unggas yang terjadi di lapangan selama tahun 2022. Beberapa penyakit yang seringkali ditemukan pada peternakan broiler miliknya adalah Tetelo (Newcastle Disease), Gumboro (Infectious Bursal Disease), Avian Influenza (AI), dan Coryza (Snot). Sedangkan penyakit yang seringkali ia temukan pada peternakan layernya adalah Infectious Bronchitis, Tetelo, Egg Drop Syndrome, dan Coryza.
“Saya sebagai peternak, yang bisa dilakukan yakni tindakan preventif sebelum penyakit-penyakit tersebut masuk ke farm. Lokasi farm yang berdekatan dengan farm lain serta riwayat adanya penyakit di area tersebut juga membuat ayam rentan. Jadi biasanya, kami lakukan sanitasi, seperti desinfeksi, clearing area, steril area, dan penyediaan baju ganti untuk menjaga performa dan kesehatan ternak itu sendiri. Ditambah dengan mulitivitamin dan ditunjang dengan nutrisi yang cukup,” terangnya.
Andi tidak lupa menekankan mengenai pentingnya memperhatikan area peternakan dan zona biosekuritinya. Dirinya percaya jika dalam menghadapi penyakit dibutuhkan kemampuan manajemen yang baik.
Dalam kesempatan yang sama, drh Fauzi Iskandar, selaku Veterinary Services Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, mengatakan bahwa tantangan peternakan di Indonesia masih didominasi oleh kepadatan antar kandang yang tinggi, kepadatan flok yang tinggi, dan kandang yang menerapkan prinsip multi age pada layer. Berdasarkan data Diseases Surveillance oleh Ceva, penyakit yang akan muncul di tahun 2023 adalah Newcastle Disease, Infectious Bronchitis, Infectious Bursal Diseases, Inclusion Body Hepatitis, dan Avian Influenza. Meski begitu, Fauzi mengatakan bahwa ND masih menjadi musuh utama.
“Tetelo atau Newcastle Disease (ND) masih menjadi fokus kami bersama. Ditemukan pada tahun 1926 di Indonesia, jelas saja Indonesia menjadi negara endemis atau high-risk untuk penyakit Tetelo. Dengan penyebarannya yang luas, sedikit sekali negara yang bebas dari penyakit ini. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi serta menjalankan biosekuriti yang baik dan konsisten di peternakan,” pungkasnya.
Pemateri ketiga yakni Prof I Wayan Teguh Wibawan selaku Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University. Dirinya mengatakan bahwa penyakit pada unggas yang menjadi langganan yakni penyakit saluran pernapasan dan pencernaan. Wayan mengatakan bahwa pemeliharaan ternak unggas ditopang oleh 3 pilar, yakni bibit, pakan, dan manajemen, termasuk manajemen pemeliharaan dan penyakit di dalamnya.
“Dalam manajemen kesehatan, keseimbangan nutrisi atau kualitas pakan sangat menentukan performa ayam, sehingga saya tekankan jangan terlalu berkompromi dengan kualitas pakan. Stres intrinsik, seperti ayam yang tumbuh cepat, dan stres ekstrinsik dari vaksinasi, kepadatan, suhu, kelembaban, amoniak, dll), juga memiliki dampaknya sendiri,” ujarnya.
Dalam manajemen penyakit, peran vaksin tentu sangat penting. Namun, penggunaanya perlu diperhatikan agar pembentukan antibodi optimal. Imunostimulan, berupa vitamin dan lain sebagainya, juga dapat diberikan untuk mengurangi pengaruh stress intrinsik pada ayam modern yang tumbuh sangat cepat.
“Penentu utama khasiat vaksin ditentukan oleh kecocokan epitope-epitope vaksin yang digunakan dengan epitope virus lapangan. Hal ini dapat diketahui melalui uji serologis dan diperkuat dengan uji molecular biology (squenzing) dan uji tantang.  Selain itu, preparasi vaksin dan ketepatan pelaksanaan, seperti handling vaksin, dosis, program vaksinasi, dll, juga menentukan efektivitas vaksin,” jelasnya. (CR)

POTENSI VIRTUAL HERDING DAN VIRTUAL FENCE UNTUK TERNAK SAPI

Peternakan sapi yang digembalakan. (Foto: Istimewa)

Sejumlah penelitian dilakukan di Australia untuk mengetahui sejauh mana potensi penerapan virtual herding (penggembalaan secara virtual) terhadap ternak sapi. Salah satunya dilakukan oleh Dana Campbell dan timnya dari CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation).

Cara Kerja Virtual Herding
Untuk menerapkan virtual herding, Dana dan timnya memasang kalung GPS pada sapi-sapi yang ditempatkan di kandang paddock. Pada area kandang diatur garis pagar virtual (virtual fence) yang menciptakan zona inklusi di mana sapi dikehendaki berada dan zona eksklusi di mana sapi tidak boleh memasukinya.

Ketika sapi berada di zona inklusi mereka tidak menerima sinyal atau isyarat apapun dari perangkat. Ketika sapi mendekati garis pagar virtual, perangkat akan mengeluarkan nada peringatan audio yang diikuti oleh kejutan elektrik jika sapi terus bergerak maju.

Jika sapi terus menyeberang ke zona eksklusi, mereka masih akan menerima audio dan kejutan elektrik juga saat mereka terus bergerak lebih jauh ke dalam zona eksklusi. Namun, jika sapi berbalik untuk bergerak kembali ke arah zona inklusi, mereka tidak lagi menerima peringatan apapun.

Sistem tersebut melatih sapi untuk menanggapi peringatan audio sehingga mereka dapat menghindari menerima kejutan elektrik jika berhenti segera setelah mendengar peringatan audio tersebut.

“Kami melakukan serangkaian penelitian untuk memeriksa respons hewan terhadap pelanggaran pagar virtual dan melihat penerapan teknologi ini untuk dapat menggembalakan ternak,” kata Dana.

“Kami kemudian melakukan studi skala yang lebih besar untuk melihat respons kesejahteraan hewan jika kami memaparkannya ke pagar listrik standar versus pagar virtual. Kemudian menjajaki penerapan teknologi untuk membatasi hewan dari area yang sensitif atau terlarang untuk mereka.”

Respons Sapi Terhadap Pagar Virtual
Penelitian pertama dirancang untuk melihat bagaimana sapi merespons jika pagar virtual dipindahkan. Hal itu dengan pemahaman bahwa produsen atau peternak mungkin ingin membuat pagar sementara untuk sapinya.

Paddock dipasang dan sapi diberi akses penuh ke seluruh paddock pada awalnya sehingga mereka dapat terbiasa dengan area tersebut. Kemudian satu garis pagar virtual dibuat yang memungkinkan sapi hanya memilik akses ke 40% area paddock. Sapi-sapi tersebut dilatih untuk mengenali sinyal peringatan pagar virtual selama sekitar satu minggu.

Kemudian garis pagar digeser sehingga sapi memiliki akses ke 60% area dan digeser lagi sehingga sapi bisa mengakses 80% area paddock. Selanjutnya garis pagar sedikit diubah menjadi memanjang di sepanjang paddock untuk melihat seberapa baik sapi benar-benar merespons sinyal peringatan.

Hasilnya sapi tetap berada di zona inklusi. Tapi ketika pagar virtual digeser sehingga zona inklusi lebih luas, mereka hanya dalam waktu empat jam untuk mengetahuinya dan bergerak ke zona yang semula eksklusi.

Virtual Herding
Dana menuturkan, “Studi berikutnya yang kami lakukan adalah melihat penerapan teknologi ini untuk dapat menggembalakan sapi dalam jarak dekat. Kami menggunakan gadget untuk berkomunikasi dengan perangkat yang terpasang pada sapi dan paddock serta untuk mengatur pagar virtual.”

Beberapa jenis desain pagar dicoba pada beberapa kelompok sapi dengan protokol yang sama. Pada hari pertama sapi ditempatkan di paddock. Hanya GPS yang diaktifkan dan pagar virtual tidak dipasang.

Kemudian setelah sapi terbiasa dengan paddock pada hari ketiga pagar virtual diaktifkan. Di hari keenam sapi digiring ke salah satu sisi paddock dan pada hari ketujuh digiring ke arah yang berlawanan.

“Kami menemukan bahwa jenis pagar virtual yang paling berhasil adalah back fence. Jadi saat hewan bergerak kami mengaktifkan pagar di belakang mereka dan kami menggesernya saat hewan terus bergerak,” jelas Dana.

Back fence didesain agar sapi tidak bisa berputar balik. Tidak ada peringatan yang diberikan selama sapi bergerak ke arah yang diinginkan. Tapi jika mereka berbalik dan mencoba bergerak kembali maka mereka akan menabrak garis pagar virtual dan mendapatkan peringatan.

Dengan back fence sapi bisa digiring sepanjang 300 m dalam waktu kurang dari 20 menit. Hal ini relatif, tergantung dari kecepatan sapi dalam bergerak. Saat digiring sapi sebagian besar tetap bersatu sebagai satu kelompok dan tidak ditemukan adanya sinyal stres pada mereka.

Dampak Terhadap Animal Welfare
Penelitian ketiga dilakukan bertujuan untuk benar-benar memahami apakah teknologi pagar virtual memiliki dampak terhadap animal welfare dan bagaimana perbandingannya dengan pagar listrik yang sudah digunakan secara luas.

Sapi yang digunakan dalam penelitian selain dipasangi kalung GPS juga dipasangi alat IceQube untuk merekam profil perilaku sapi. Kemudian sapi dicatat berat badan awalnya. Setelah diberikan waktu seminggu untuk menyesuaikan diri dengan paddock, sapi diambil sampel tinjanya untuk memeriksa metabolit hormon stresnya.

Kemudian pada kelompok yang berbeda pagar virtual dan pagar listrik diaktifkan. Zona inklusi yang diberikan seluas enam hektare. Selama masa penelitian dilakukan pengukuran berat badan dan pengambilan sampel tinja mingguan. Tidak ada perbedaan besar antara sapi yang diberi pagar listrik dengan pagar virtual.

 “Kami menemukan sapi yang terpapar pagar virtual menunjukkan waktu berbaring yang sedikit lebih rendah setara dengan kurang dari 20 menit per hari. Kami tidak yakin apakah itu mungkin memiliki implikasi lain dalam jangka panjang atau apakah 20 menit itu relevan secara biologis untuk sapi atau tidak,” kata Dana.

Disimpulkan bahwa perilaku dan fisiologis animal welfare menunjukkan perbedaan minimal antara pagar listrik dan pagar virtual.

Mencegah Sapi Memasuki Area Terlarang
Penelitian terakhir yang dilakukan adalah melihat penerapan teknologi virtual herding untuk mencegah sapi memasuki area sensitif atau terlarang. Ini berguna jika peternak memiliki area yang tidak mudah dipagari atau area yang mungkin diinginkan memasang pagar sementara.

Uji coba pertama adalah zona riparian komersial dilakukan di peternakan komersial di New South Wales. Pagar virtual dibuat selama sekitar 10 hari. Ada satu titik dimana empat ekor sapi menyeberang ke zona eksklusi selama sekitar 30 menit sebelum teknologi virtual herding membalikkan dan menggiring mereka ke kawanannya.

Ketika pagar virtual dinonaktifkan, sapi-sapi mengakses lebih banyak area daripada sebelumnya. Terjadi sangat cepat yaitu hanya beberapa jam setelah pagar virtual dinonaktifkan.

Teknologi virtual herding juga bisa menjauhkan sapi dari area pohon atau tanaman muda yang sedang beregenerasi. Uji coba yang dilakukan di Australia Selatan menunjukkan sapi tetap berada di dalam zona inklusi untuk sebagian besar waktu.

“Teknologi virtual herding bekerja di banyak situasi yang berbeda, tetapi tentu saja ada lebih banyak aplikasi yang dapat kami coba untuk benar-benar memahami dimana teknologi dapat diterapkan. Kami belum menemukan dampak kesejahteraan hewan yang besar saat ini berdasarkan langkah-langkah yang telah kami gunakan,” tukasnya. (NDV)

KASUS FLU BURUNG PADA MANUSIA DI EKUADOR

Kementerian Kesehatan Ekuador mengonfirmasi kasus pertama penularan flu burung pada manusia pada seorang gadis berusia 9 tahun di provinsi Bolivar. Ini menandai kasus infeksi manusia yang langka dan merupakan yang pertama di Amerika Selatan, sebulan setelah negara tersebut mengumumkan darurat kesehatan hewan.

Anak perempuan berusia 9 tahun yang terinfeksi flu burung (A-H5) “stabil dengan evolusi yang menguntungkan”, kata Francisco Perez, wakil sekretaris Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Kementerian Kesehatan Masyarakat (MSP) Ekuador, pada 10 Januari. Dia lebih lanjut mengindikasikan bahwa anak di bawah umur tersebut memiliki gejala pada tanggal 25 Desember dan dirawat secara lokal.

Dalam kasus yang dilaporkan di Ekuador, Kementerian Kesehatan negara tersebut menyatakan bahwa manusia dan hewan di provinsi tersebut sedang diawasi secara ketat. Penularan diduga terjadi melalui kontak dengan unggas. Sejauh ini, tidak ada kasus lain yang dilaporkan pada manusia. (via Poultryworld)

BISAKAH INDONESIA TERBEBAS DARI ND?

Biosekuriti diterapkan secara ketat untuk mencegah datangnya penyakit. (Foto-foto: Istimewa)

Tepatnya pada Juli 2021, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) mengumumkan bahwa Kolombia telah terbebas dari Newcastle Disease (ND). Dimana sebelumnya mereka memproklamirkan bebas ND sejak April 2021. Dibutuhkan setidaknya tujuh tahun upaya pemberantasan ND, dimana outbreak terakhir terjadi pada September 2019. Namun 22 bulan kemudian, monitoring dan surveilans berkala yang dilakukan oleh otoritas setempat menyatakan bahwa siklus virus ND di negara tersebut telah berhasil dihentikan.

Tiru Kolombia Bangkitkan Kesadaran Peternak
CEO Federasi Nasional Peternak Unggas Kolombia (FENAVI), Gonzalo Moreno, mengatakan bahwa upaya eradikasi ND merupakan kesadaran para pelaku usaha perunggasan di Kolombia. Mereka sadar betul bahwa ND merupakan penyakit yang harus dieradikasi karena potensinya yang sangat merugikan, meskipun tidak bersifat zoonosis.

“Kami sadar bahwa biosekuriti yang baik adalah kunci dalam melakukan upaya ini. Oleh karenanya sekarang di Kolombia, para pelaku industri perunggasan menerapkan biosekuriti yang baik di setiap instalasi budi daya sampai breeding mereka,” tutur Gonzalo via Poultry International.

Gonzalo juga mengatakan bahwasanya prinsip penting dalam eradikasi adalah tidak harus menunggu dulu penyakit datang, melainkan sebisa mungkin penyakit harus. Prinsip inilah yang menjadi prioritas, diwajibkan dan dijalankan sebaik mungkin oleh para pelaku industri di sana.

Dalam upaya pembebasan dari ND bukanlah upaya mudah, Gonzalo mengatakan bahwa hambatan terbesar yang merintangi yakni keengganan peternak dan pelaku industri untuk melaporkan kejadian/kasus ND di farm-nya.  Akibatnya wabah menyebar dengan cepat antar peternakan.

“Akhirnya kami memberlakukan sistem yang membuat para peternak wajib melaporkan ketika kasus terjadi. Kami menjamin bahwa mereka tidak akan mendapatkan masalah dengan melapor. Dengan begitu tentu akan mempermudah kami melakukan eradikasi penyakit,” jelasnya.

Poin Kunci
Gonzalo menerangkan bahwa setidaknya ada 10 poin kunci yang dilakukan oleh FENAVI dalam upaya pembebasan ND di Kolombia, yaitu:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2023. (CR)

EKUADOR MENGUMUMKAN DARURAT KESEHATAN FLU BURUNG

Ekuador mengumumkan keadaan darurat kesehatan terkait flu burung pada akhir November 2022 dan mengeluarkan peringatan epidemiologi pada bulan Desember. Mereka mendaftarkan kasus di Cotopaxi dan Bolivar, di mana ribuan burung dimusnahkan untuk mengatasi penyakit flu burung.

Flu burung telah memusnahkan ternak unggas sejak tahun lalu di Eropa, Asia dan Amerika Utara, termasuk di AS, yang melaporkan kasus pertama pada manusia April lalu.

Setelah bermigrasi dari Amerika Utara dan Tengah, virus flu burung memasuki benua itu melalui Kolombia dan segera mencapai Venezuela, Peru, Ekuador, dan Chili.

Di seluruh dunia, ratusan juta burung komersial dimusnahkan untuk menghentikan penyebaran penyakit, dan jutaan burung liar lainnya telah mati. (via Poultryworld)

FLU BURUNG TERDETEKSI DI CHILI

Chili telah mendeteksi strain virus flu burung H5N1 di antara unggas yang mati di wilayah Valparaiso, daerah penghasil unggas. Langkah-langkah perlindungan telah diterapkan di seluruh negeri.

Seperti yang terjadi di beberapa negara Amerika Latin, penyakit tersebut kembali muncul di Chili pada akhir tahun 2022 melalui burung pelikan. Namun, sebelum pendeteksian terbaru ini, semua wabah terjadi di daerah tanpa produksi unggas yang signifikan.

Chili dinyatakan bebas flu burung pada awal tahun 2020. Meskipun saat ini tidak ada laporan tentang virus yang memasuki peternakan rumahan atau peternakan komersial, Dinas Pertanian dan Peternakan (SAG) negara tersebut melaporkan bahwa negara itu menerima lebih banyak pemberitahuan tentang burung laut yang sakit atau mati.

Menurut Juan Carlos Dominguez, presiden asosiasi pengekspor daging ChileCarne, kecepatan deteksi dan sistem peringatan memungkinkan sektor ini merespons dengan cepat.

“Tim SAG melakukan monitoring permanen. Sejak ketegangan muncul di Amerika Serikat, kami telah menggandakan upaya kami, terutama pada burung laut. Selama bertahun-tahun, produsen dan eksportir daging putih telah menerapkan langkah-langkah biosekuriti dalam menghadapi kembalinya penyakit ini,” tambah Juan. (via Poultryworld)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer