Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BAGAIMANA TREN BISNIS OBAT HEWAN SAAT INI?

Bisnis obat hewan di Indonesia masih didominasi hewan ternak


Dalam industri peternakan aspek kesehatan hewan tidak akan pernah luput di dalamnya. Oleh karenanya perkembangan industri obat hewan juga menjadi salah satu pendukung dalam sektor kesehatan hewan. Layaknya industri lain, dengan mewabahnya Covid-19 di Indonesia, tentunya akan berdampak pula kepada industri obat hewan. 

Dalam rangka mengetahui tren perkembangan industri obat hewan utamanya dikala pandemi Covid-19, majalah TROBOS LIVESTOCK menggelar webinar yang bertajuk "Mimbar Trobos : Tren Industri Obat Hewan". Webinar tersebut dilaksanakan pada Kamis (24/9) melalui daring Zoom yang diikuti kurang lebih 250-an peserta.

Pemateri pertama yakni Drh Ni Made Ria Isriyanthi yang mewakili Direktur Kesehatan Hewan Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa. Dalam presentasinya dirinya menuturkan beberapa kebijakan - kebijakan pemerintah terkait obat hewan terkini. Utamanya mengenai upaya pemerintah mengurangi dan mengendalikan dampak dari Anti Microbial Ressitance (AMR).

"Kebijakan ini memang dinilai tidak populer, terutama bagi pelaku usaha obat hewan, karena ini bisa dibilang membatasi omzet mereka, tetapi kita perlu berlakukan ini karena negara - negara lain sudah mengaplikasikannya dan mau tidak mau kita pun harus melakukannya," kata Ria.

Ia juga memaparkan beberapa data terutama neraca ekspor - impor obat hewan. Dimana obat hewan merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia dari sektor peternakan. Meskipun memang hingga saat ini ekspor obat hewan Indonesia turun ketimbang tahun lalu.

"Sampai Juli 2020 nilai ekspor obat hewan kita masih 9,36 Juta USD sedangkan nilai impor obat hewan kita mencapai 34,6 juta USD. Memang dampak pandemi juga mempengaruhi, dan terlebih lagi sediaan substituen AGP memang masih banyak yang berasal dari luar," tukas Ria.

Oleh karenanya pemerintah menurut Ria, kemungkinan akan memberi insentif bagi produsen obat hewan yang mampu membuat sediaan pengganti AGP terutama yang berbasis herbal, sehingga Indonesia tidak banyak mengimpor.

Pemateri kedua yakni Drh Ahmad Harris Priyadi, Sekretaris Jenderal ASOHI. Menurutnya ada beberapa hal yang mempengaruhi tren bisnis obat hewan yakni tuntunan pasar, kebijakan pemerintah, situasi ekonomi, kondisi ternak dan sumber daya alam.

Lebih jauh ia menjelaskan mengenai kondisi sektor peternakan di Indonesia kala pandemi Covid-19. Berdasarkan data yang ia dapatkan sebagai negara yang peternakannya didominasi dengan unggas, kini kondisi permintaan untuk broiler menyusut karena daya beli menurun, namun permintaan akan telur stabil.

"Masyarakat kini mengalihkan protein hewani mereka ke telur, yang paling murah kan ya telur. Jadi di sektor petelur produksinya lebih stabil dan obat hewan yang digunakan pun permintaannya stabil ketimbang di broiler yang kondisinya mangkrak," tukasnya.

Ia juga menuturkan bahwa sejatinya bisnis obat hewan masih tetap eksis, wabah Covid-19 sejatinya hanya disrupsi sesaat yang menurunkan permintaan.

"Ketika nanti sudah bisa dikendalikan, bisnis ini akan tetap berjalan normal dan bahkan bisa terus berkembang. Toh kita hanya jenuh, permintaan turun, dan belum menemukan pasar yang baru. Padahal ada satu sektor yang sejatinya bisa digarap untuk mengakali kejenuhan ini," tuturnya.

Sektor yang dimaksud oleh Haris yakni pet animal dimana rerata para dokter hewan di Indonesia masih banyak menggunakan obat - obatan manusia untuk mengobati pet animal. Menurutnya jika produsen dan distributor obat hewan di Indonesia bisa menggarap segmen ini, niscaya bisnis akan tetap lancar meskipun pandemi belum berakhir.

Senada dengan Harris, Country Manager Ceva Animal Health Indonesia Drh Eddy Purwoko juga mengatakan hal yang sama. Berdasarkan data yang ia jabarkan, sejatinya pasar terbesar di dunia obat hewan ada di pet animal. Secara global pet animal berpotensi menghasilkan cuan hingga 12,5 milyar USD dengan market share tertinggi diangka 37,3%.

"Ini yang sebenarnya harus didalami, Indonesia sendiri memang masih banyak kolega dokter hewan yang menggunakan obat manusia, jadi ya, saya rasa produsen lokal bisa mulai melakukan improvisasinya, karena segmen ini sangat menjanjikan sebenarnya," tutur Eddy.

Selain itu Eddy juga memaparkan teknologi terkini di bidang perunggasan, khususnya vaksinasi. Dimana kini teknologi vaksinasi in ovo marak digunakan dan efisien sehingga menekan cost produksi yang memang menjadi suatu keniscayaan.

Terkait efisiensi di sektor obat hewan, juga disampaikan oleh Peter Yan, Corporate Communication & Marketing Distribution Director PT Medion. Dirinya setuju bahwa efisiensi harus diutamakan dan merupakan kunci keberhasilan agar bisa bertahan dan tetap eksis.

Selain itu juga yang harus diterapkan adalah inovasi dan pembukaan pasar baru. Oleh karenanya Medion selalu berusaha untuk membuka pasar di luar negeri agar memiliki kesempatan yang lebih banyak. 

"Kami sangat getol mengeksplor pasar di luar Indonesia, selain faktor keuntungan, setidaknya ada kebanggan bagi kami dan kami juga ikut membantu pemerintah mengharumkan nama bangsa di luar negeri sebagai pemain di bisnis ini," tutur Peter.

Dirinya pun mengatakan bahwa pasar obat hewan di Indonesia masih akan terus meingkat seiring dengan banyaknya inovasi dan teknologi baru di bidang ini. Namun begitu ia juga tidak menampik bahwa pemerintah juga sedianya harus mengambil kebijakan yang juga mendukung kehidupan industri ini, tutup Peter. (CR)


USULAN RUMPUN TERNAK: KAMBING SAANEN BATURRADEN

Foto-dok: Kambing Saanen-BBPTU UPT Baturraden

Kambing Saanen Baturraden dari BBPTU HPT Baturraden diusulkan sebagai salah satu Rumpun Ternak Lokal dalam upaya menjaga kelestarian dan kemanfaatan berkelanjutan sekaligus sebagai sebuah apresiasi. Berita ini seperti dalam rilis pada Kamis 24/9/2020 lalu oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH). Ditjen PKH menurut rilis tersebut, terus berupaya mendorong proses penetapan dan pelepasan rumpun atau galur ternak. Salah satunya dengan melaksanakan penilaian tahap II di tahun 2020 terhadap proposal ternak yang akan ditetapkan sebagai rumpun atau galur ternak.

Kegiatan penilaian ini dilaksanakan dalam rangka memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap rumpun atau galur ternak untuk menjaga kelestarian dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Direktur Jenderal PKH, Nasrullah menyampaikan, 6 proposal yang dinilai pada tahap II ini terdiri dari 4 usulan penetapan rumpun ternak dan 2 usulan pelepasan galur ternak. Usulan penetapan rumpun yaitu sapi Krui dari Pesisir Barat provinsi Lampung, sapi PO Merauke dari Merauke provinsi Papua.

"Ada juga domba Doser dari Deli Serdang, Sumatera Utara dan Kambing Saanen Baturraden dari BBPTU HPT Baturraden. Sementara, untuk usulan pelepasan galur yaitu ayam Arbor Acres Plus (AA+) dari PT. Expravet Nasuba Medan dan ayam Gaosi-1 Agrinak dari Balitnak Bogor," ungkap Nasrullah.

Nasrullah menerangkan, dalam proses penilaian, tim penilai memberikan tanggapan yang beragam atas paparan dan proposal ternak yang akan ditetapkan sebagai rumpun atau galur ini. Namun, semua tanggapan tersebut mengarah ke hasil yang positif.

"Secara umum tim penilai memberikan apresiasi kepada seluruh pengusul yang memiliki kemauan untuk menjaga kelestarian ternak lokalnya," imbuh Nasrullah.

Meski hasilnya positif, namun secara umum semua proposal usulan pelepasan galur atau penetapan rumpun ternak ini perlu diperbaiki dan dilengkapi terkait dengan data-data secara kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, perlu penegasan pola pengembangan rumpun atau galur, serta dilakukan uji observasi oleh KP3RGT.

Sebagai informasi, sampai saat ini, rumpun atau galur ternak yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian ada sebanyak 83 ternak. Jika tim penilai menerima 6 usulan ini maka nantinya akan ada sebayak 89 ternak yang terdata dan ini akan menjadi pengembangan ternak yang cukup positif.

"Ternak-ternak hasil pelepasan galur atau penetapan rumpun tersebut harapannya akan menambah variasi galur dan rumpun ternak lokal Indonesia serta memberikan pilihan pada pembibit untuk pengembangan lebih lanjut," jelas Nasrullah.****

FREE WEBINAR: APLIKASI TEKNOLOGI REPRODUKSI & MOLEKULER TERNAK

Obrolan Peternakan (OPERA), Seri ke 12 dimana Majalah INFOVET menjadi salah satu Media Partner itu Bertemakan "Aplikasi Teknologi Reproduksi dan Molekuler Genetik untuk Peningkatan Produktivitas Ternak" rencananya akan digelar dalam bentuk webinar secara gratis.

Diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, acara dihelat pada Rabu 30 September 2020 mendatang, dimulai sejak pukul 09.00 sd 11.00 WIB dengan menghadirkan dua narasumber.

Adalah Ir. Diah Tri Widayati, SPt, MP, PhD, IPM dan Ir. Dyah Maharani,SPt, MP, PhD, IPM sebagai narasumber, dimoderatori oleh Ir. Riyan Nogroho Aji, SPt, MSc, IPP ketiganya merupakan dosen Fapet UGM.

Webinar yang ditayangkan melalui stream on zoom itu pesertanya dibatasi maksimal 500 seats saja. Peminat bisa mendaftarkan diri via http://ugm.id/OPERA12, atau melalui kontak narahubung dengan sdri Iswanti: HP +6285293153518; email: diskusi.fapet@ugm.ac.id

Selain ilmu pengetahuan, peserta akan memperoleh pula e-Sertifikat.

SEKILAS TENTANG PENTINGNYA AIR

Air sering disebut sebagai nutrisi yang 'terlupakan' dalam peternakan ayam pedaging. Penyerapan air yang baik setidaknya sama pentingnya dengan memberi makan unggas. Oleh karena itu, air minum harus bersih segar dan tidak mengandung zat berbahaya atau kotoran.

Jika Anda menduga air minum di kandang mungkin terkontaminasi, lakukan pengujian untuk memastikannya. Selalu periksa kualitas dan suhu air dan periksa kejernihan, bau, dan rasa.

Karena air juga berfungsi sebagai pelarut untuk obat-obatan dan vaksin, pastikan saluran air berfungsi dengan baik. Bilas juga pipa air hingga bersih setelahnya untuk mencegah residu dan penumpukan biofilm. (Dari pultryworld.net)

KENYA MELUNCURKAN PROYEK 1 JUTA TELUR

Sebuah proyek yang melibatkan 32 kelompok komunitas yang masing-masing membesarkan 1.250 layer telah diluncurkan di Kenya. Proyek ini memungkinkan para peternak untuk menghasilkan 1 juta telur per bulan, yang mana akan menghasilkan 1.000 shilling Kenya (US $ 9,26) per hari. Proyek ini dicanangkan oleh gubernur Kirinyaga county, Anne Waiguru, dan diterapkan di bawah program Wezesha Kirinyaga (Aktifkan Kirinyaga). Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas agrikultural dengan fokus khusus pada peningkatan mata pencaharian perempuan dan pemuda.

Defisit yang sangat besar terjadi dalam produksi telur di Kenya dan mengakibatkan negara itu harus mengimpor telur dari negara tetangga. Menurut Waiguru, Kenya mengimpor 10 juta butir telur setiap bulannya.

Total 40.000 DOC telah dikirim ke kelompok peternak pada bulan Maret lalu dan sekarang telah dewasa menghasilkan sekitar 100.000 dalam satu minggu. Layer tersebut diharapkan mencapai kapasitas optimal mulai September ini.

“Proyek unggas Wezesha ditujukan untuk meningkatkan mata pencaharian masyarakat Kirinyaga terutama perempuan dan pemuda, serta menawarkan sumber pendapatan alternatif sehingga mengurangi ketergantungan yang berlebihan pada pertanian tanaman komersial,” kata Waiguru.

Untuk memastikan bahwa para peternak mendapatkan pakan yang terjangkau dan berkualitas, pemerintah county telah mendistribusikan pakan ayam bersertifikat. “Kami memproduksi pakan sendiri untuk mengurangi biaya,” kata Waiguru, seraya menambahkan bahwa pakan tersebut bersertifikat dan diproduksi sesuai dengan standar internasional. Pabrik pakan tersebut hingga saat ini telah memproduksi 6.828 karung yang setara dengan 478 ton pakan. (Sumber poultryworld.net)

APA ITU PALM KERNEL MEAL DALAM PAKAN? GRATIS...IKUTI WEBINAR INI

Indonesia merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas areal perkebunan mencapai 12,3 juta hektar. Dalam proses produksinya, industri kelapa sawit menghasilkan berbagai produk hasil samping, salah satunya yaitu Palm Kernel Meal (PKM) yang produksinya mencapai 5,8 juta ton/tahun.

Berdasarkan kandungan nutrisinya, PKM berpotensi sebagai sumber energi dan protein, namun memiliki constraint kandungan serat yang tinggi sehingga tidak cocok dengan saluran pencernaan hewan monogastrik.

Berbagai teknologi diterapkan untuk memperbaiki kualitas nutrisi PKM diantaranya melalui perlakuan fisik, kimia dan enzimatik.

Pada Zoominar AINI ke-8 yang diselenggarakan oleh @ainifeednutrition ini akan dibahas mengenai "Optimalisasi Pemakaian Palm Kernel Meal dalam Pakan Unggas, Babi dan Ikan", yang akan diselenggarakan pada
Kamis, 1 Oktober 2020 pukul 09.00-11.10

Acara ini gratis dengan kuota terbatas
Silakan segera mendaftar pada link bit.ly/ZOOMINARAINI8

Acara ini didukung oleh media partner: @majalahinfovet;
@livestockreview; @majalahtrobos; @poultryindonesia; @agropustaka; @majalahagrina

MAHASISWA POLIWANGI AJAK MASYARAKAT MANFAATKAN LIMBAH TERNAK UNTUK BIOGAS

Program Hibah Desa Binaan di Desa Glagahagung, Banyuwangi. (Foto: Istimewa)

Mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) mengajak masyarakat Desa Glagahagung, Banyuwangi, untuk turut menyukseskan Program Hibah Desa Binaan (PHDB) yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program tersebut merupakan salah satu program untuk pengabdian pada masyarakat yang dikelola langsung oleh himpunan mahasiswa di bawah bimbingan dosen.

Pada tahun ini PHDB mengenai Integrated System and Sustainable Farming (ISSF). Dosen pembimbing program, Dyah Triasih, menyebutkan bahwa melalui program PHDB, masyarakat diajak menerapkan ISSF melalui pemanfaatan limbah ternak yang dapat digunakan menjadi biogas dan pupuk organik.

Menurut Dyah, pemanfaatan limbah ternak dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang biasanya dibuang atau ditumpuk begitu saja, hingga dapat mengganggu ekosistem di sekitar lokasi peternakan.

“Inilah tujuan sebenarnya dari program, yakni untuk mengajak mahasiswa turut serta memberikan edukasi kepada masyarakat awam terkait pentingnya pengelolaan limbah ternak,” kata dosen Poliwangi ini.

Pengelolaan limbah yang akan dijadikan biogas menggunakan metode yang cukup sederhana menggunakan biogas portable. Menurut Dyah, biogas portable tidak memerlukan banyak bahan dan alat, sehingga mudah diadopsi oleh masyarakat, utamanya di Desa Glagahagung.

Ia pun menguraikan tata cara pembuatan biogas portable, diawali dengan pembuatan digester atau reaktor dari drum besar yang memliki volume 400 liter. Digester harus memiliki dua saluran, pertama sebagai tempat memasukkan kotoran ternak dan kedua dijadikan sebagai saluran keluarnya aliran gas. Kemudian kotoran dimasukkan ke dalam digester dengan perbandingan 1:1 dengan air, hal ini bertujuan untuk mempercepat fermentasi.

Sementara narasumber dalam kegiatan PHDB, Joko, menyebutkan bahwa untuk mempercepat terbentuknya gas di dalam digester, perlu ditambahkan air cucian beras. Dalam pembuatan biogas, hal yang juga perlu diperhatikan adalah suhu digester yang tidak boleh melebihi 100° C.

“Suhu yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada bakteri sehingga proses pembentukkan gas pun bisa gagal. Nah suhu digester yang dianjurkan selama proses pembuatan biogas adalah 90° C,” kata Joko.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam proses pembuatan biogas, perlu dilakukan pengecekan sekitar tiga hari atau seminggu sekali. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah biogas telah mengeluarkan gas dihari ketiga hingga hari ketujuh atau belum. Ia menegaskan jika gas tidak keluar selama periode tersebut, maka proses pembuatan biogas bisa dikatakan gagal.

Selanjutnya, digester disambungkan dengan penampung gas serta kompor melalui selang beregulator atau selang biasa. Dalam pembuatan biogas menghasilkan sisa berupa ampas. Ampas ini dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.

“Secara keseluruhan, mulai dari limbah, lalu dibuat biogas, selanjutnya ampas dari biogas itu sendiri dapat dijadikan sebagai pupuk tanaman, artinya kegiatan ini dapat meminimalkan limbah ternak,” kata Joko.

Diharapkan Program Hibah Desa Binaan ini dapat menjadikan contoh bagi masyarakat untuk mengolah limbah ternak menjadi sesuatu yang berguna. Dengan demikian dapat tercipta lingkungan lestari dengan kondisi kehidupan masyarakat yang sejahtera. (Dyah Triasih/Sadarman)

POLIJE GELAR WEBINAR ILMU PETERNAKAN TERAPAN

Webinar yang dilaksanakan Politeknik Negeri Jember. (Foto: Infovet/Sadarman)

Webinar mengenai ilmu peternakan terapan diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Jember (POLIJE). Mengusung tema “Kedaulatan Pangan Nasional Melalui Pengembangan Potensi Ternak Lokal di Era Kenormalan Baru” merupakan rangkaian Dies Natalis POLIJE ke-32 pada 2020.

Ketua panitia pelaksana, Drh Aan Awaludin, menyebut bahwa acara dilaksanakan dalam dua kegiatan, yaitu webinar pada 19 September 2020 dan kegiatan konferensi pada 21-22 September 2020.

“Kegiatan bertujuan untuk menggali hasil-hasil penelitian bidang ternak terapan yang telah dilakukan, lalu disajikan dalam forum, dibaca dan diterapkan oleh pengguna akhir (peternak),” ujar Aan.

Pada kesempatan serupa, Direktur POLIJE, Saiful Anwar, memberikan apresiasi kepada panitia karena dimasa pandemi COVID-19 mampu menyelenggrakan webinar nasional dengan sangat baik. “Terima kasih juga kepada para narasumber yang telah ikut dalam kegiatan ini,” kata Saiful.

Lebih lanjut terkait tema, Saiful mengatakan kedaulatan pangan merupakan kemampuan memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri melalui produk lokal. Upaya ini dapat memberikan hak kepada masyarakat untuk mengambil peran dalam pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri.

“Harus kita sadari bahwa upaya untuk mencapai ketahanan pangan nasional dapat terwujud melalui kemandirian pangan, salah satunya adalah kemandirian produk pangan dari hasil ternak,” tegas dia.

Menurutnya, terwujudnya ketahanan pangan salah satunya dapat dilakukan dengan peningkatan produksi ternak. Komoditi pangan yang berasal dari produk pertanian ataupun peternakan masih bersifat fluktuatif. Di samping itu, beragam masalah dihadapi peternak dalam mewujudkan kedaulatan pangan, diantaranya sarana dan prasarana belum memadai, panjangnya rantai tata niaga dan produk impor yang lebih murah. Oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi antara industri, peneliti dan juga peternak untuk mewujudkan kedaulatan pangan.

“Webinar ini salah satu contoh kolaborasi mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia, selain juga menumbuhkan kegairahan potensi ternak lokal di era yang baru ini,” tukasnya.

Webinar dihadiri sekitar 490 orang peserta, 27orang peserta mendaftar sebagai pemakalah yang terbagi menjadi 4 topik, yaitu 9 artikel tentang produksi dan kesehatan ternak, 6 artikel tentang nutrisi dan teknologi pakan, 7 artikel tentang teknologi hasil ternak, dan 5 artikel terkait tentang sosial ekonomi peternakan. Peserta berasal dari lembaga penelitian, dinas peternakan, perguruan tinggi dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, NTT dan Maluku.

Panitia juga menghadirkan narasumber yang andal di bidangnya, di antaranya Assoc Prof Dr Morakot Kaewthamasorn (Faculty of Veterinary Science Chulalongkorn University), Ir Sugiono (Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH), Prof Dr Ir Cece Sumantri (Fakultas Peternakan IPB), Dr Ir Dadik Pantaya (Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Jember), Prof Dr Irma Isnafia Arief (Fakultas Peternakan IPB), Dewi Masyitoh (PT Kembang Joyo Sriwijaya) dan Nur Agis Aulia (Jawara Farm). (Sadarman)

PENERAPAN SISTEM PELACAKAN PADA INDUSTRI SAPI PEDAGING

Tri Nugrahwanto dalam Training Online bertajuk “Ketertelusuran (Traceability) pada Rantai Pasok Sapi Potong Berbasis Teknologi Informasi”. (Foto: Istimewa)

Di Indonesia, rantai pasok dan teknologi untuk melacak sapi pedaging impor Australia mengalami perkembangan, terutama di sektor usaha penggemukan (feedlot), pasca terjadinya penghentian ekspor sapi hidup Australia ke Indonesia pada 2011 silam.

Rantai pasok (supply chain) dibentuk sebagai suatu jaringan untuk mempermudah melakukan sistem pelacakan sapi-sapi yang diimpor dari Australia. Pelacakan tersebut dilakukan oleh feedlot dengan penerapan standar kesejahteraan hewan (animal welfare) sejak un-loading sapi di pelabuhan sampai sapi dipotong di rumah pemotongan hewan ruminansia (RPH-R).

Hal itu seperti disampaikan Supply Chain Manager PT Tanjung Unggul Mandiri, Tri Nugrahwanto, dalam Training Online bertajuk “Ketertelusuran (Traceability) pada Rantai Pasok Sapi Potong Berbasis Teknologi Informasi” yang dilaksanakan pada Sabtu (19/9/2020).

Acara yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut menghadirkan pula narasumber penting lain yakni Guru Besar pada Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Prof Dr Kudang Boro Seminar.

Dalam paparannya, Tri mengatakan keterlacakan sapi pedaging akan mudah dilakukan melalui sistem pencatatan (recording) ternak digital. Jika melihat bagaimana Australia mengelola sapi-sapinya, sistem pelacakan ternak di Australia sudah terstandarisasi secara baku dan wajib dilaksanakan oleh semua peternak. Sedangkan di Indonesia masih ala kadarnya karena tidak ada sistem pencatatan (recording) digital ternak yang baku dan valid. 

“Sistem recording ternak sapi digital secara nasional dapat untuk mengetahui tingkat ketersediaan dan ketahananan pangan, serta mengangkat potensi ekonomi peternak,” kata Tri.

Ia menambahkan, salah satu unsur recording sapi pada perusahaan feedlot adalah identifikasi individual sapi yang digunakan dalam bentuk ear tags (tag manual) dan RFID (elektronik tag). (IN)

PAKAN MENJADI TIDAK TERJANGKAU BAGI PETERNAK UNGGAS IRAN

Pasokan yang langka dan harga yang tinggi di pasar pakan Iran membuat ribuan peternak unggas tidak beroperasi selama beberapa bulan terakhir. Pemerintah gagal mendistribusikan pakan pakan yang cukup bagi peternakan unggas dengan harga yang dijamin, demikian kata Habibollah Asad-Nejad, wakil ketua Asosiasi Produsen Ayam Iran.

Di Iran, pihak berwenang memperkenalkan nilai tukar pemerintah khusus untuk bahan makanan impor. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah mendistribusikan pakan dengan harga yang jauh lebih rendah daripada harga di pasar terbuka untuk menghindari fluktuasi harga di pasar daging ayam. Namun dalam beberapa bulan terakhir, permintaan pakan lebih tinggi dari yang bisa didistribusikan pemerintah. Di pasar terbuka, peternakan unggas harus membayar IRR 120.000 (US $ 0,5) per kg pakan unggas, lebih tinggi dari harga pemerintah.

Sejak Mei 2020, pemerintah hanya mampu menyuplai 50% kebutuhan peternakan unggas untuk pakan, Asad-Nejad memperkirakan. Masalah pasokan pakan telah menyebabkan 7.000 peternakan unggas berhenti beroperasi dan mendorong banyak hatchery untuk mengurangi produksi.

Gangguan pasokan disebabkan oleh mata uang Iran yang terus turun. Real Iran telah kehilangan sekitar 49% nilainya pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19 dan akibatnya terjadi penurunan harga minyak. Pada awal September, nilai tukar jatuh ke rekor terendah terhadap dolar AS. Ini membuat semua produk impor, termasuk bahan pakan, lebih mahal. Iran mengimpor sekitar 80% bahan pakan untuk produksi pakan unggas.

Saat ini, total produksi DOC adalah sekitar 110 juta per bulan, sedangkan sebelum pandemi Covid-19 adalah 120 juta. Pada Mei 2020, kekurangan pakan unggas yang akut di pasar domestik telah mendorong hatchery untuk mengubur hidup-hidup DOC karena tidak ada yang membeli.

Menurut Asosiasi Industri Pakan Iran, pandemi Covid-19 tidak bisa disalahkan. Sanksi AS telah memblokir pembayaran untuk 3 juta ton jagung dan kedelai impor, membuat pasar domestik kekurangan bahan makanan. Peternak unggas Iran meminta pemerintah untuk mengambil langkah segera untuk melindungi industri unggas domestik. Menurut Asad-Nejad, krisis saat ini dapat berdampak parah dan berdampak jangka panjang pada industri perunggasan Iran. (Sumber poultryworld.net)

BRASIL MEMINTA FILIPINA MENGAKHIRI EMBARGO DAGING AYAM

Kementerian Pertanian dan Urusan Luar Negeri Brasil pada awal September 2020 mengeluarkan sebuah catatan yang menyerukan penghentian segera embargo yang diberlakukan oleh Filipina atas daging ayam Brasil.

Pada Agustus 2020, Filipina berhenti mengimpor daging dari Brasil setelah Cina melaporkan dugaan hasil positif untuk Covid-19 dalam tes yang dilakukan pada sayap ayam yang diekspor oleh fasilitas Aurora di kota Xaxim, negara bagian Santa Catarina.

Kementerian menyoroti bahwa Filipina saat ini satu-satunya negara yang memberlakukan pembatasan daging ayam dari Brasil. “Embargo pemerintah Filipina atas impor daging ayam Brasil tidak mengikuti prinsip dan ritus wajib yang ditetapkan dalam Pasal 5 Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang Tindakan Sanitasi dan Fitosanitasi (Perjanjian SPS), yang jelas merupakan pelanggaran Pasal dari Perjanjian tersebut.”

Pemerintah Brasil mengatakan bahwa protokol Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Codex Alimentarius menunjukkan bahwa makanan dan kemasannya bukan merupakan vektor penularan Covid-19. Ia berencana untuk membawa kasus ini ke WTO jika tidak ada justifikasi ilmiah untuk atau diakhirinya penangguhan impor. (Dari poultryworld.net)

INDUSTRI AYAM UKRAINA DIPREDIKSI STABIL

Ayam tetap menjadi protein hewani utama yang dikonsumsi di Ukraina. Konsumsi unggas di negara tersebut kemungkinan akan tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2020 dan diperkirakan akan meningkat lebih lanjut pada tahun 2021.

Produsen-produsen industri besar ayam pedaging mendominasi sektor produksi ayam Ukraina, tumbuh 1% pada tahun 2020. Produksi daging ayam industri di negara ini terkonsentrasi dengan 1 produsen besar mendominasi lebih dari 60% pasar dan 6 produsen menengah mendominasi 30% pasar. Kurang dari 9% terbagi di sejumlah besar peternakan kecil.

Sebagian besar produsen besar dan menengah adalah perusahaan yang terintegrasi secara vertikal, dan dalam banyak yang menanam tanaman pakan sendiri, dan mengoperasikan pabrik pakan, pembibitan, fasilitas produksi, pemotongan, dan distribusi.

Di Ukraina, produsen daging ayam menghabiskan lebih dari 60% konsumsi pakan. Meskipun cuaca musim gugur kering dan hasil panen yang lebih rendah, industri unggas Ukraina tidak akan mengalami kekurangan pakan pada musim 2020/21. Ukraina akan tetap menjadi eksportir tanaman pakan utama dan produsen daging ayam akan terus menikmati keuntungan harga pakan mereka.

Pada tahun 2020/21, Ukraina akan tetap menjadi eksportir besar daging ayam potong dan utuh, sedangkan jeroan ayam masih diimpor. Ekspansi produksi jeroan dalam negeri belakangan ini diperkirakan berdampak pada penurunan impor. Ekspor kemungkinan akan tumbuh pada tahun 2020 dan 2021 dengan mengorbankan pertumbuhan produsen kecil dan menengah serta pemanfaatan fasilitas yang lebih baik oleh produsen terbesar. Ekspor akan terus melebihi impor baik dari segi volume maupun nilai.

Setelah penerapan kuota tarif baru (TRQ) pada 2019, negara UEA terus kehilangan perannya sebagai tujuan utama ekspor daging ayam bagi produsen Ukraina. Pangsanya turun dari 35% pada 2018 menjadi 16% pada 2020. Negara-negara Timur Tengah dengan cepat menjadi tujuan utama untuk daging ayam premium Ukraina, terutama ayam utuh. UEA menjadi konsumen terbesar ayam Ukraina pada paruh pertama tahun 2020. Ekspor ke Arab Saudi, Oman, dan pasar yang baru dibuka di Qatar melambat akibat larangan impor HPAI. Namun ekspor ke Kuwait dan Irak tetap kuat. (Sumber poultryworld.net)

MAHASISWA INDONESIA RAIH BEASISWA WVA VETERINARY SCHOLARSHIP PROGRAM

Suwatibul Annisa, peraih beasiswa WVA Veterinary Student Scholarship 2020


Suwaibatul Annisa atau yang akrab disapa Ica, mahasiswa Pendidikan Dokter Hewan Unair angkatan 2017 menjadi satu-satunya mahasiswa Indonesia yang berhasil mendapatkan beasiswa dari MSD Animal Health/WVA Veterinary Student Scholarship Program 2020.Dari program tersebut, Ica mendapatkan bantuan dana pendidikan sebesar 5.000 dolar AS.

“Rencananya biaya tersebut akan digunakan untuk upgrade karir saya di dunia kedokteran hewan dan untuk meningkatkan pengalaman akademik saya dengan magang atau mengikuti konferensi,” ucap Ica.

Dalam proses mengajukan beasiswa tersebut, selain menyiapkan transkrip nilai dan surat keterangan aktif, Ica juga perlu meminta surat rekomendasi dari dosen dan dekan dan membuat personal statement. Pada tahap pembuatan personal statement Ica harus menceritakan kelebihannya, aktivitas studi, keadaan finansial, dan potensi di masa depan. Untuk itu, ia perlu mengetahui passionnya. Salah satu cara untuk menemukan passion dan tujuan karir dilakukannya dengan mencoba-coba.

“Lakukan sekarang mumpung masih muda. Coba semua hal agar tahu mana yang membuat enjoy atau tidak, mana yang bisa diusahakan atau tidak,” terang Ica.

Dalam mempersiapkan persyaratan untuk mengajukan beasiswa. Ica juga sempat mengalami hambatan. Yaitu ketika meminta surat rekomendasi dekan dari kemahasiswaan. Menurutnya, beberapa beasiswa taraf internasional dan nasional memiliki perbedaan format dalam penulisan recommendation letter. Program beasiswa yang diikuti dIca tersebut mempersyaratkan agar recommendation letter ditulis dalam bentuk esai, namun format dari kemahasiswaan fakultasnya adalah hanya dengan menyertakan nama dan nomor induk mahasiswa (NIM) mahasiswa.

“Karena recommendation letter memerlukan KOP, maka butuh waktu untuk berdiskusi dengan pihak kemahasiswaan agar mau mengubah format tersebut menjadi bentuk esai,” terang Ica. Tantangan lain adalah dalam hal bahasa. Program beasiswa internasional mengharuskan beberapa dokumen dalam bentuk bahasa inggris.

“Persiapan berkas dan persyaratan pengajuan beasiswa juga jangan sampai mendekati tenggat waktu deadline karena hal tersebut bisa membuat kehilangan kesempatan ketika melewati tenggat waktu,” pesannya pada mahsiswa yang ingin mengajukan beasiswa, “ tutupnya. (INF)







MEMPERKUAT PEREKONOMIAN RAKYAT DENGAN KORPORASI PETERNAKAN

Korporasi peternakan sangat diperlukan untuk kemajuan peternakan. (Foto: Istimewa)

Pembentukan korporasi peternakan rakyat bisa menjadi kunci penting dalam pemberdayaan sumber daya lokal dalam menjamin keberlanjutan produksi peternakan. Korporasi peternakan adalah kelembagaan ekonomi peternak, berbentuk badan hukum seperti koperasi atau badan hukum lainnya, dengan sebagian besar kepemilikan modal dimiliki oleh peternak.

Dalam sejarahnya hingga yang terjadi saat ini, korporasi rakyat seperti koperasi bahkan telah mejadi lembaga penyelamat perokonomian rakyat di berbagai negara di belahan dunia. Kemajuan perekonomian rakyat telah ditunjukkan oleh peran penting koperasi-koperasi di banyak negara, seperti yang terjadi saat adanya resesi dunia pada 1930 dan pasca Perang Dunia II.

Kala itu di wilayah perdesaan di banyak negara di dunia, koperasi-koperasi pertanian mampu membantu para petani bertahan dari depresi ekonomi. Di sisi lain, yang terjadi di perkotaan, koperasi berperan penting dalam membangun kembali perumahan rakyat yang hancur semasa perang.

Korporasi milik rakyat kian menunjukkan peran nyata seperti yang terjadi di Kanada yang melahirkan Credit Union, sebuah koperasi kredit terbesar di dunia saat ini, sementara di Belanda muncul Frisian Flag yang tampil sebagai salah satu produsen susu terbesar di dunia yang berbasis pada koperasi peternakan. Produsen susu tersebut kini merupakan koperasi peternak sapi perah terbesar dunia yang berpusat di Belanda dan beranggotakan sebanyak 17.413 peternak sapi perah di Belanda dan Jerman. Di Belanda pula, telah lahir sebuah koperasi petani bernama Rabobank, yang bahkan sanggup mendirikan cabang-cabangnya di banyak negara.

Adapun di New Zealand, koperasi peternakan telah melahirkan produsen susu terkemuka yang produknya banyak diekspor ke Indonesia, yakni koperasi susu multinasional yang dimiliki oleh 10.600 peternak Selandia Baru. Perusahaan ini bahkan tercatat menguasai 30% ekspor produk susu dunia. Demikian juga di Jepang dan beberapa negara-negara Skandinavia, tidak ada usaha di sektor pertanian yang tidak dikelola koperasi.

Korporasi Peternakan

Pengembangan sebuah korporasi peternakan pernah dibahas secara mendalam dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi06, oleh Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Dr Soeharson, beberapa waktu lalu.

Soeharsono mengemukakan bahwa korporasi peternakan sangat diperlukan untuk kemajuan peternakan ke depan dan hal itu mesti didukung dengan adanya kawasan peternakan yang merupakan gabungan dari sentra-sentra peternakan dan komponen pendukungnya yang harus memenuhi syarat batas minimal skala ekonomi pengusahaan. Kawasan peternakan itu harus dilakukan dengan efektivitas manajemen pembangunan wilayah secara berkelanjutan, serta terkait secara fungsional dalam hal potensi sumber daya alam, kondisi sosial budaya, faktor produksi dan adanya infrastruktur penunjang.

Pengembangan kawasan peternakan berbasis pada korporasi peternak tersebut merupakan strategi penting dalam pemberdayaan ekonomi rakyat, dengan tujuan dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu wilayah.

Pengembangan kawasan peternakan juga dapat memperkuat sistem usaha peternakan secara utuh dalam satu manajemen kawasan, sekaligus dapat memperkuat kelembagaan peternak dalam mengakses informasi, teknologi, prasarana dan sarana publik, permodalan, hingga dalam hal pengolahan dan pemasarannya. 

Jika hal itu dapat diwujudkan, maka rantai pasok suatu produk hasil peternakan dapat terkoordinasi dalam keseluruhan proses sejak dari penyiapan awal proses produksi, serta penyaluran produk hingga ke konsumen, sejak dari proses penyediaan input, proses produksi, transportasi, pergudangan, distribusi, hingga penjualan dan pengirimannya ke masyarakat sebagai konsumen.

Pergerakan produk peternakan tersebut harus difasilitasi oleh unit usaha logistik dan transportasi khusus untuk dapat menjamin bahwa produk hasil peternakan dapat sampai kepada konsumen dengan baik, tepat waktu dan dalam kondisi kualitas terbaik. ***

Andang S. Indartono

Koordinator Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI)

ADVANCING ANIMAL PRODUCTION SYSTEM FOR RURAL DEVELOPMENT AND ENVIROMENTAL SUSTAINABILITY

The 2nd Animal Science and Food Technoloy Conference (AnSTC) 2020

Konferensi Ilmu Hewan dan Teknologi Pangan ke-2 (AnSTC) 2020

The 2nd Animal Science and Food Technology Conference (AnSTC) 2020 adalah Seminar Internasional tentang kenyataan bahwa hingga saat ini industri peternakan masih memainkan peran penting di banyak negara di kawasan tropis seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan lainnya.

Salah satu pertanyaan yang menarik adalah apa saja tantangan dan peluang bagi industri peternakan di daerah tropis dengan datangnya revolusi industri keempat (Industri 4.0). Juga, penting untuk menemukan perspektif yang tepat tentang bagaimana industri peternakan agar dapat mendukung peningkatan produksi ternak untuk mengatasi kemiskinan dan ketahanan pangan dinegara tropis.

The 2nd AnSTC ini menawarkan forum yang menarik bagi para peneliti, akademisi, profesional, pegawai pemerintah, dan mahasiswa pascasarjana untuk berinteraksi dan berbagi pengetahuan mereka di berbagai bidang ilmu dan industri peternakan. Penelitian yang berkualitas dalam semua aspek ilmu peternakandan kerja sama internasional antara peneliti, pembuat kebijakan dan industri perlu diikat bersama untuk membangun perspektif yang tepat dalam peningkatan produksi ternak guna mengatasi kemiskinan dan ketahanan pangan di negara tropis.

Pelaksanaan The 2nd AnSTC disinergikan bersamaan dengan perhelatan Dies Nastalis Fakultas Peternakan Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman) Purwokerto yang ke 54 tahun 2020. Para peneliti, pembuat kebijakan, industri, dan mahasiswa pascasarjana yang terlibat dalam bidang peternakan diundang dalam konferensi internasional ini untuk membahas perkembangan terbaru dan inovasi di bidang Ilmu Peternakan serta untuk menciptakan peluang baru, termasuk membangun kolaborasi baru.

Output dari buah pemikiran peneliti dan ahli/pakar dalam Seminar Internasional ini diharapkan mampu menjadi refrensi bagi pengembangan industri dan bisnis peternakan di wilayah tropis.

The 2nd AnSTC akan dilaksanakan secara daring. Para akademisi, pengusaha, serta pemangku kebijakan terkait industri peternakan akan berbagi ilmu dan memperluas jejaring dalam sebuah forum daring. Meski demikian, panitia berpegang teguh untuk menyelenggarakan forum daring secara profesional sehingga tidak mengurangi kualitas The 2ndAnSTC.

Tujuan:
1. Menyediakan forum untuk sharing atau berbagi pengetahuan tentang perkembangan terbaru dan isu-isu dalam ilmu dan industripeternakan, khususnya yang di daerah tropis.
2. Membahas dan menemukan perspektif tentang bagaimana industri peternakandapat mendukung peningkatan produksi ternak untuk mengatasi kemiskinan dan ketahanan pangan di negara tropis.
3. Mengembangkan jaringan di antara akademisi, profesional, dan pemerintah.

Manfaat:

1.Meningkatkan paradigma berpikir sesuai kepakaran.
2.Terjalinnya komunikasi antar pakar keilmuan.
3.Diperolehsolusi atas permasalahan pada pengembangan industri peternakanditinjau dari produksi, nutrisi, sosial-ekonomi,danteknologi.
4.Diperoleh solusi pada peningkatan produksi ternak untuk mengatasi kemiskinan dan ketahanan pangan di negara tropis.

BENTUK KEGIATAN

 Tema: Fakultas Peternakan sebagai lembaga pendidikan tinggi berkontribusi dalam pembangunan peternakandi daerah tropis. Oleh karena itu tema Seminar Internasional pada Dies Natalis ke 54 tahun 2020 ini adalah “Advancing Animal Production System for Rural Development and Environmental Sustainability”.

Kegiatan: Pelaksanaan The 2nd Animal Science and food Technology Conference (AnSTC) 2020 merupakan serangkaian kegiatan seminar yang akan dilaksanakan pada hari Rabu-Kamis, Tanggal 4-5 November 2020 secara daring.

Peserta: Target total peserta adalah 200 orang yang terdiri atas dosen, peneliti, mahasiswa S1, S2, S3, pakar/professional, pebisnis dan pemerintahan.

Narasumber pada Plenary Session adalah:
a. Prof. Todor Vasiljevic (Victoria University, Australia)
b. Prof. Dr. Vu Dinh Ton (Vietnam National University of Agriculture, Vietnam)
c. Assoc. Prof. Dr. Yanin Opatpatanakit (Maejo University,Thailand).
d. Assoc. Prof. Henny Akit, Ph.D (Universiti Putra Malaysia, Malaysia).
e. Prof. Dr. Budi Guntoro (Universitas Gadjah Mada, Indonesia).
f. Prof. Dr. Edy Kurnianto (Universitas Diponegoro, Indonesia).
g. Prof. Dr. Suyadi (Universitas Brawijaya, Indonesia).
h. Assoc. Prof. Juni Sumarmono, Ph.D (Universitas Jenderal Soedirman, Indonesia).
i. Assoc. Prof. Dr. Triana Setyawardani (Universitas Jenderal Soedirman, Indonesia)

Output Kegiatan
Output kegiatan berupa terbitnya prosiding IOP (terindeks SCOPUS).

Narahubung: Dr. Ir. Elly Tugiyanti, M.P.(08154881 8474)

****(DARMA)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer