-->

APLIKASI BIOSENSOR UNTUK DIAGNOSIS SURRA PADA TERNAK

 

Surra, penyakit parasit disebabkan agen Trypanosoma evansi (disnakkeswanjateng)

Para peneliti muda Balai Besar Penelitian Veteriner (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) diantaranya April Hari Wardhana SKH MSi Ph.D, Hasim Munawar Ssi Mphil dan tim mengembangkan aplikasi biosensor untuk diagnosis penyakit parasitik.

Dalam karya ilmiahnya, April dan kawan-kawan menyoroti Trypanosoma evansi masih menjadi penyebab utama penyakit trypanosomiasis di Indonesia, yang dikenal dengan nama Surra.

Menurut April, kelemahan dalam mendiagnosa yang tepat dari Card Agglutination Test for Trypanosomiasis/T. evansi (CATT/T. evansi), ELISA, dan PCR menyebabkan pengendalian Surra di lapang masih menghadapi kendala. Untuk itu, diperlukan alternatif piranti diagnosis yang cepat, akurat dan mudah diaplikasikan, yaitu biosensor.

Surra yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi masih menjadi permasalahan utama pada ternak, bahkan akhir-akhir ini cenderung menular ke manusia (Zoonosis)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biosensor Surra/T. evansi berbasis protein merupakan piranti yang menjanjikan untuk dikembangkan dalam mendeteksi Surra pada ternak. (Rilis/INF)

 

PROYEK UNGGAS PEDESAAN MEMBERDAYAKAN RUMAH TANGGA ZIMBABWE

Pemerintah Zimbabwe berencana untuk memperkenalkan Skema Unggas Pedesaan Kepresidenan (Presidential Rural Poultry Scheme). Setiap rumah tangga akan menerima unggas asli yang dikenal sebagai ayam road-runner.

Menurut Menteri Tanah, Pertanian, Perikanan, Air, dan Pemukiman Pedesaan Zimbabwe, Dr Anxious Masuka, inisiatif ini akan memastikan bahwa semua orang diberdayakan secara ekonomi. Ia menambahkan bahwa pertanian adalah industri yang signifikan di negara tersebut dan terus menempati peran dominan dalam pemulihan ekonomi. Sebelumnya telah memberikan kontribusi hingga 20% dari PDB negara, 33% untuk pekerjaan formal, 65% kebutuhan bahan mentah untuk agro-industri, dan menyumbang mata pencaharian 67 % populasi yang tinggal di daerah pedesaan sebagai petani kecil.

Dr Masuka mencatat bahwa meskipun ternak penting bagi mata pencaharian pedesaan, sangat mengecewakan bahwa sektor ini dicirikan oleh produktivitas yang rendah. Hambatan utama yang berkontribusi terhadap produktivitas ternak yang rendah termasuk tidak tersedianya pakan, kualitas genetik hewan yang buruk, penyakit hewan dan kekeringan yang sering terjadi.

Pengumuman dari Presidential Rural Poultry Scheme dibuat oleh Dr Masuka pada peluncuran nasional proyek Sistem Produksi Peternakan-Zimbabwe (LIPS-ZIM), yang didanai hampir US $ 6 juta. Proyek yang akan berjalan hingga Desember 2023, berupaya untuk mengadopsi pendekatan metodologi penelitian adaptif melalui pengujian dan pengembangan teknologi dan model, dalam memastikan praktik pemberian makan cerdas iklim dan pengawasan penyakit untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak di negara tersebut. Pendekatan ini akan mempertimbangkan Sistem Pengetahuan Pribumi sebagai salah satu alat dalam meningkatkan adopsi inovasi yang tepat untuk mendorong sektor peternakan.

“Proyek LIPS ZIM bekerja sama dengan lembaga penelitian dan universitas dalam agenda Penelitian dan Pengembangan. Hasil inovasi penelitian akan memberi kemampuan kepada penyuluh dengan metode pertanian modern yang relevan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak,” kata Dr Masuka.

KEWIRAUSAHAAN PERUNGGASAN DIBAHAS DALAM POULTRYPRENEUR ACADEMY

Webinar PoultryPreneur Academy, Rabu (17/3/2021). (Foto: Dok. Infovet)

Kewirausahaan bidang perunggasan bagi calon SDM (sumber daya manusia) pemimpin masa depan dalam pembangunan perunggasan nasional, guna mempercepat penggerakan roda perekonomian menjadi penopang utama dalam pemenuhan protein hewani masyarakat.

Hal tersebut dibahas dalam webinar PoultryPreneur Academy (PPA) yang diselenggarakan oleh Indonesia Livestock Alliance (ILA) dan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), Rabu (17/3/2021).

Webinar menghadirkan narasumber Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada, Prof Ali Agus. Dalam paparannya, ia menjelaskan ragam dinamika bisnis perunggasan yang terjadi ibarat pohon yang sedang meranggas. Karena itu, untuk meningkatkan daya saing sebagai penggerak roda ekonomi rakyat maupun di kancah internasional, dibutuhkan peningkatan SDM dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

“Kuncinya SDM dan iptek. Diperlukan SDM yang bekualitas salah satunya melalui pendidikan untuk menambah keahlian/skill, inovatif, kreatif, memiliki jiwa kepemimpinan dan lain sebagainya. Ini menjadi sangat penting sekali,” jelas Prof Ali yang juga menjabat Sekretaris Jenderal South East Asia Network of Animal Science.

Sementara dari sisi pemanfaatan iptek, lanjut dia, pengembangan mengenai breeding, feed and feeding, housing dan it support sangat dibutuhkan. Contohnya perkembangan genetika unggas, pengembangan kandang closed house, sampai munculnya aplikasi yang membantu manajemen budi daya hingga pemasaran unggas (start up) yang dinilai sangat bermanfaat bagi peternak dan masyarakat.

Hal senada juga disampaikan oleh Guru Besar sekaligus Wakil Dekan I Fapet Universitas Brawijaya, Prof M. Halim Natsir yang juga menjadi pembicara. Ia menyebut, SDM yang memiliki karakter wirausaha harus berani tampil beda (inovatif). “Juga berani mengambil risiko dan mau menjemput bola dalam melihat peluang bisnis,” tukas Prof Halim.

Kegiatan yang dihadiri 200-an orang ini juga menampilkan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diwakili Koordinator Unggas dan Aneka Ternak, Iqbal Alim. Dan sebagai informasi, PPA merupakan program yang digagas untuk memberikan pembekalan seputar kewirausahaan perunggasan selama dua bulan (Maret-April 2021) bagi mahasiswa terseleksi dan peserta umum. (RBS)

MENGINTIP KANDANG DAN PERALATAN AYAM RAS PEDAGING

Diperlukan kandang yang memadai dan memenuhi syarat dalam memelihara ternak ayam broiler. (Foto: Dok. Infovet)

Untuk pemeliharaan ayam ras pedaging atau ayam broiler dibutuhkan kandang serta peralatan yang memadai dan memenuhi syarat, agar mempermudah manajemen menuju target keuntungan (profit) usaha. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peternak atau calon peternak, yaitu:

A. Pemilihan Lokasi Kandang yang Tepat
Dalam pemilihan lokasi kandang yang hendak dibangun perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

• Kondisi suhu dan lingkungan apakah sesuai dengan karakter ayam broiler yang mudah stres.
• Topografi, kontur, tekstur tanah dan sumber air harus cukup baik.
• Luas lahan tersedia harus sesuai dengan pengembangan peternakan ke depan.
• Akses transportasi dan instalansi listrik cukup tersedia.
• Jarak dengan lokasi pemukiman penduduk untuk sekarang dan mendatang cukup jauh, sehingga dapat diharapkan memperkecil risiko gangguan lingkungan sosial. Menurut Peraturan Kementerian Pertanian No. 40/Permentan/OT. 140/7/2011 tahun 2011, jarak peternakan ayam dan pemukiman minimal 500 m dari pagar terluar.
• Pembuangan air limbah pencucian kandang tidak mengontaminasi sawah/kolam/sungai penduduk sekitar.
• Perizinan sesuai peraturan daerah (Perda) setempat. Usahakan ada bukti resmi tentang pembangunan peternakan agar terhindar dari penggusuran/penutupan peternakan. Perizinan tersebut meliputi Surat Persetujuan Masyarakat Setempat, Surat Rekomendasi Desa, Surat Izin Pemerintah Kota/Kabupaten, Surat Izin Mendirikan Bangunan, Surat AMDAL (Analisa Dampak Lingkungan), Surat Izin Usaha dan Surat Izin Gangguan (HO).
• Jarak antara peternakan yang akan dibangun dengan peternakan lain yang telah ada minimal 1 km, karena kebanyakan peternakan ayam broiler di Indonesia open house. Tetapi bila memakai sistem closed house, jarak tersebut bisa 500 m sesuai dengan persyaratan Environment Code of Practice for Poultry Farm in Western Australia 2014.

B. Menghitung Skala Usaha
Besarnya skala usaha atau kapasitas/daya tampung kandang sebaiknya disesuaikan dengan standar kapasitas ayam broiler dewasa yang ideal di kandang terbuka (open house), yaitu 5-16 kg/m2. Jika ayam broiler dewasa akan dipanen dengan bobot 1,8 kg/ekor, maka dari ketentuan standar kepadatan tersebut peternak dapat memelihara ayam 0-10 ekor/m2. Dengan demikian bila memiliki kandang berukuran 40 x 7 m (luas kandang 280 m2), peternak bisa memasukkan ayam 2.520-2.800 ekor (asumsi 9-10 ekor/m2).

C. Tata Letak (Layout) yang Komprehensif
Idealnya dalam suatu lokasi peternakan tersedia pos jaga,  tempat parkir, kantor, gudang pakan, mess karyawan, kantin dan bangunan pendukung lainnya (rumah genset, kandang karantina/afkir, rumah sumber, tempat pemusnahan limbah dan lain sebagainya) hendaknya dilakukan dengan baik. Tujuannya agar alur distribusi ayam, personel (manusia), pakan maupun peralatan dapat berjalan efektif. Kandang disarankan membujur ke arah Barat-Timur, sehingga intensitas sinar matahari yang masuk dalam kandang tidak berlebih.

Tata letak ini juga merupakan bagian dari biosekuriti (Biosecurity Structural) karena berperan menekan rantai penularan penyakit. Untuk sistem kandang open house sangat disarankan di satu lokasi peternakan mengaplikasikan one age farming (all in all out), dimana pada satu peternakan hanya ada satu jenis ayam dengan umur dan strain yang sama, karena lebih memudahkan dalam monitoring pemeliharaan ternak secara seragam, disamping memperkecil rasio penularan penyakit akibat variasi umur.


Untuk persyaratan teknis kandang yang baik antara lain lebar kandang maksimal 7 m agar sirkulasi udara lancar, tinggi kandang 1,8-2 m yang akan memperlancar sirkulasi udara dan mempermudah pembersihan serta disinfeksi kandang, atap kandang (genting, alumunium, asbes, rumbia/seng) dengan derajat kemiringan harus 30-35 dan ketinggian dari lantai hingga puncak atap sekitar 6-7 m, sedang dari lantai ke atap terendah kiri-kanan sekitar 2,5-3 m.

Bila sistem all in all out tidak mungkin dilakukan, maka jarak kedatangan DOC harus kurang dari satu minggu agar pengendalian penyakit lebih mudah. Juga bila DOC berasal dari beberapa perusahaan/breeding farm disarankan masing-masing DOC dipelihara pada brooding tersendiri tetapi tetap dengan perlakuan manajemen yang sama, dengan maksud mempermudah evaluasi kualitas DOC dari masing-masing sumber bibit (perusahaan pensuplai).

Bila waktu kurang dari satu minggu sulit dilakukan, maka maka saat chick-in perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• DOC yang kedatangannya berbeda dipelihara pada brooding berbeda pula.
• Jarak antar kandang yang berisi DOC yang berbeda minimal 7 m (1 x lebar kandang).
• Alur distribusi personel dan peralatan antar kandang dengan umur dan jenis DOC yang berbeda harus dibatasi, terutama pada periode starter dan pada terjadi outbreak penyakit.
• Monitoring dilakukan mulai dari ayam yang lebih muda dulu dan selanjutnya ke yang lebih tua/dewasa.
• Lakukan disinfeksi secara rutin pada masing-masing kandang.
• Program vaksinasi dibuat sama untuk semua kandang.

D. Peralatan Kandang
Berbagai peralatan kandang yang perlu dipersiapkan antara lain nampan pakan DOC (kapasitas 40-80 ekor) atau DOC feeder (kapasitas 50-80 ekor) atau tempat pakan DOC kecil (kapasitas 15-25 ekor) atau tempat pakan DOC besar (kapasitas 25-35 ekor), tempat pakan gantung (kapasitas bermacam-macam sesuai umur dan jumlah ayam yang dipelihara), tempat minum gantung (berbagai kapasitas) atau tempat minum otomatis mapun tempat minum nipple, pemanas kapasitas 750-1.000 ekor DOC/buah, disinfektan (spray kecil, spray gendong bertekanan tinggi, spray otomatis cuci kandang).

Kemudian dipersiapkan pula keranjang ayam plastik kapasitas 15-20 ekor/buah atau 12-15 ekor/buah, timbangan ayam manual atau timbangan ayam digital, sikat lantai bertangkai, ember plastik/karet, sepatu boots, selang air, kipas angin, sapu lidi besar, sekop, cangkul, termometer ruangan, spuit/alat suntik ayam, lampu bohlam kandang dan gunting bedah ayam. Semua barang-barang tersebut di atas sangat dibutuhkan dalam memulai usaha beternak ayam broiler, agar bisnis yang dijalani memberikan keuntungan yang baik. (SA)

REKOR EKSPOR AYAM KOREA SELATAN TAHUN 2020

Ekspor ayam Korea Selatan mencapai rekor tertinggi baru pada tahun 2020 dengan pengiriman ayam olahan meningkat hampir 60% dari tahun 2019.

Permintaan global untuk produk makanan siap saji terus meningkat. Sementara itu, budaya pop Korea semakin populer di seluruh dunia. Hal itu turut menyumbang peningkatan pengiriman ayam olahan ke luar negeri mencapai US $ 21 juta pada 2020, naik 59,5% dari tahun sebelumnya.

Laporan dari Asosiasi Perdagangan Internasional Korea menyatakan bahwa lonjakan itu terjadi ketika ekspor sup ayam kemasan tradisional, atau samgyetang, serta dada ayam, melonjak karena meningkatnya permintaan makanan olahan terkait corona. Laporan tersebut juga mengaitkan peningkatan tersebut dengan Korean wave, yaitu popularitas drama, film, dan musik Korea di negara-negara di seluruh dunia.

AS merupakan pasar ekspor ayam terbesar Korea Selatan tahun lalu, dengan pengiriman mencapai US $ 5,9 juta, atau 28,1% dari total ekspor. Daging ayam olahan Korea Selatan menyumbang 2,1% dari impor ayam AS, naik dari 0,9% pada 2016. Hong Kong adalah pasar ekspor terbesar kedua Korea Selatan pada tahun 2020, dengan US $ 4,96 juta, meningkat 162,4% dari tahun sebelumnya. Jepang menyumbang 22,7% diikuti oleh Kanada (6,7%), Taiwan (6,2%), Myanmar (2,5%), dan Australia (2,1%). (via poultryworld.net)

ANNUAL MEETING MENSANA DAN SANBIO: TETAP SEMANGAT DAN BERPRESTASI DALAM SITUASI PANDEMI

PT Mensana Aneka Satwa kembali menggelar agenda rutin tiap tahunnya yaitu annual meeting dari tanggal 23 sampai 24 Februari 2021. Kali ini diselenggarakan dalam suasana yang berbeda dan secara virtual, diikuti oleh lebih dari 100 peserta yang terdiri dari para AHTS, jajaran manajemen kantor pusat, dan para perwakilan divisi. Di Jakarta, tepatnya di Hotel Avenzel Cibubur yang diikuti oleh Manajemen Kantor Pusat dari PT Mensana Aneka Satwa dan PT Sanbio Laboratories, sedangkan semua peserta diluar Jakarta mengikuti dari cabang masing-masing.

Kendati terselenggara secara virtual, tidak mengurangi semangat seluruh peserta meeting dengan tetap memperhatikan aturan protokol kesehatan. Hal ini sesuai dengan tema annual meeting ke 26 ini yaitu “Tetap Semangat dan Berprestasi Dalam Situasi Pandemi”. 

Setelah dibuka oleh Direktur Utama PT Mensana Aneka Satwa, Dani Ong, agenda acara annual meeting ke 26 tahun ini dilanjutkan dengan presentasi dari beberapa cabang. Beberapa kritik, saran dan usulan yang positif menjadi bahan masukan yang sangat bermanfaat demi kemajuan bersama. Untuk menambah wawasan peserta diberikan seminar tehnical dari beberapa divisi dari PT Mensana Aneka Satwa dan PT Sanbio Laboratories. Seluruh peserta dapat menyimak materi yang diberikan dari layar masing-masing.

Sebagai puncak acara annual meeting ke 26 adalah pengumuman para juara Tour De MAS 2020 yang terdiri juara perorangan dan juara group. Hal ini membuktikan situasi pandemi bukanlah menjadi penghalang untuk berprestasi. PT Mensana Aneka Satwa selalu berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan. Semoga pandemi ini cepat berlalu. Tetap semangat. (Rilis/INF)

 

MANFAAT DAGING KELINCI

Tidak banyak masyarakat yang mengetahui manfaat daging kelinci selain sebagai sumber protein hewani. Hal itu wajar karena di Indonesia saat ini konsumsi daging kelinci belum sepopuler konsumsi daging ayam, sapi, bebek, puyuh, atau ikan.

Daging kelinci diketahui mengandung lemak, lemak jenuh, lemak tak jenuh tunggal, lemak tak jenuh ganda, kolesterol, sodium, potasium, protein, kalsium, vitamin B12, zat besi, vitamin B6, dan magnesium.

Kelinci memiliki daging dengan persentase protein yang dapat dicerna tertinggi dibandingkan dengan daging lain, juga memiliki jumlah lemak terendah. Namun tetap kaya akan lemak sehat seperti lemak tak jenuh ganda dan lemak tak jenuh tunggal. Daging kelinci juga memiliki kalori lebih sedikit dibanding daging ayam dan memiliki lebih sedikit kolesterol dibanding daging lain seperti daging sapi, babi, dan ayam.

Kadar fosfor dan kalsium daging kelinci lebih tinggi daripada ayam. Kedua mineral ini berguna untuk membangun tulang yang sehat. Kelinci juga tinggi niasin, yang membantu mengubah karbohidrat menjadi energi.

Daging kelinci juga mengandung selenium. Mineral yang digunakan tubuh untuk membuat antioksidan yang dapat membantu mencegah kanker perut, paru-paru, prostat, dan kanker kulit. Selenium juga membantu mencegah pengerasan arteri.

Daging kelinci rendah kandungan lipidnya, juga lebih rendah kandungan natriumnya dibanding sebagian besar daging lain. Tinggi akan fosfor, kalium, kaya akan omega 3. Singkatnya daging kelinci bermanfaat untuk asupan keseimbangan vitamin dan mineral sehari-hari.

RUSIA MEMBAHAS RENCANA PEMOTONGAN PAJAK ATAS AYAM IMPOR

Rusia berencana mengurangi pajak impor daging unggas dari Brasil untuk mengendalikan inflasi domestik karena kenaikan harga pangan.

Rencana pemotongan pajak tersebut diterbitkan oleh kantor berita Rusia RIA. Pemotongan pajak yang mungkin pertama kali dibahas dalam pertemuan antara pejabat dari Kementerian Pertanian Rusia dan produsen unggas besar di negara itu. Menurut RIA, mereka terus berdialog tentang kenaikan harga unggas dan telur sejak tahun lalu. Ayam dan telur adalah protein hewani paling populer yang tersedia bagi penduduk Rusia. Permintaan domestik meningkat dalam 12 bulan terakhir, sementara produksi unggas di Rusia menurun tahun ini setelah beberapa produsen dilanda wabah flu burung.

Kuota Rusia untuk mengimpor unggas selama 2021 ditetapkan sebesar 364.000 ton tanpa pajak untuk semua negara. Di luar kuota, pajak naik hingga 65%. Persentase itu sekarang sedang dibahas. “Tercatat dalam pertemuan tersebut bahwa pemerintah sedang membahas pengurangan pajak impor daging ayam dari Brasil, yang merupakan salah satu pemasok utama produk ini, sebagai kemungkinan langkah stabilisasi. Langkah ini bisa diambil jika solusi lain tidak mencukupi,” kata RIA. (via poultryworld.net)

HEPATITIS VIRAL MENULAR PADA BROILER

Gejala klinis awal ditemukan pada broiler tinja encer, putih kekuningan sedikit kehijauan. (Sumber: Istimewa)

Kerusakan organ hati merupakan salah satu akibat serangan penyakit viral yang cepat menular dan mematikan pada unggas. Selain hati, kerusakan jaringan juga terjadi pada organ penting lainnya seperti ginjal dan jantung. Kematian yang bersifat epidemik akan terjadi dengan cepat pada kawanan ayam terutama broiler. Penyakit ini menyebar cepat ke seluruh dunia dan banyak dilaporkan terjadi oleh para peneliti.

Kondabatulla G. (2000), menyampaikan bahwa penyakit dengan perubahan patologi berupa hepatitis pada ayam telah terjadi mulai 1994 dengan istilah lokal “Angara Disease”, di India dikenal dengan sebutan “Leechy Disease” (Govida dan Satyanarayana, 1994).

Pada wabah yang terjadi di Brasil, Mettifogo (2014), mengidentifikasi dengan PCR bahwa penyebabnya adalah Fowl Adenovirus (FAdV) grup I dan penyebab serangkaian wabah pada broiler di Brasil, yang ditandai dengan terjadinya pembengkakan dan kekuningan pada hati ayam serta penumpukan cairan pada perikardium. FAdV grup I menyebabkan timbulnya penyakit yang disebut dengan Inclusion Body Hepatitis (IBH) yang juga menyebabkan Hidropericardium Syndrome (HPS).

Munuswamy P. et al., (2014), melaporkan wabah HPS oleh FAdV pada broiler di Ultar Pradesh dan Srinagar, India, dengan kematian 10-15% pada broiler umur 3-5 minggu. Panigrahi S. et al., (2016), melaporkan bahwa kematian bisa mencapai kisaran 20-80% pada broiler. Kasus di Libanon pada broiler juga dilaporkan oleh Shaib H. et al., (2017), dengan mortalitas 53,3% dan hasil identifikasi serta analisa filogenik ternyata penyebab virusnya FAdV strain D dan serotipe 11 dan memiliki kemiripan 100% dengan virus di Iran.

Gejala klinis
Performa broiler yang terinfeksi biasanya akan tampak jelek, banyak yang kecil dan kematian yang memuncak tiap harinya, terjadi kondisi epidemik. Seringkali penyakit ini tidak berdiri sendiri, pada broiler yang terserang FAdV bisa juga adanya infeksi virus lainnya seperti Chicken Anemia Virus (CAV) atau Infectious Bursal Disease (IBD). Klinis oleh agen virus lain bisa muncul di kandang. Adanya infeksi CAV, penyebab kekerdilan pada ayam serta anemia telah dilaporkan oleh Revajova V. et al., pada 2017.

Gejala klinis yang bisa dikenali pada ayam di kandang yang terserang FAdV berupa... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2021.

Ditulis oleh:
Sulaxono Hadi (Medik Veteriner Ahli Madya) &
Ratna Loventa Sulaxono (Medik Veteriner Ahli Pertama)

FRISIAN FLAG BANGUN PABRIK BARU DENGAN NILAI INVESTASI 3,8 T

Frisian flag, produsen susu asal Belanda semakin tunjukkan eksistensinya di Indonesia

PT Frisian Flag Indonesia membangun pabrik baru di Cikarang, Jawa Barat, dengan investasi tahap awal senilai 225 juta euro atau setara Rp 3,8 triliun untuk produk susu cair dan krimer kental manis. Pabrik ini memiliki kapasitas 244 juta liter per tahun untuk susu cair serta 476.000 ton per tahun untuk produk krimer kental manis.

Presiden Direktur Frisian Flag Indonesia Maurits Klavert menyampaikan bahwa setelah hampir 100 tahun hadir di Indonesia, pabrik itu menjadi simbol kebanggaan bagi perusahaan. Seiring investasi tersebut, perusahaan akan meningkatkan pula penyerapan susu segar dalam negeri yang dipasok oleh belasan ribu peternak sapi perah rakyat di Tanah Air.

“Pabrik baru ini akan mencakup fasilitas produksi atau pengolahan produk susu cair siap minum dan susu kental manis, sentra logistik dan distribusi serta perkantoran dengan menggunakan teknologi modern dan ramah lingkungan,” katanya, Selasa, 9 Maret 2021.

Sebanyak 90 persen hasil produksi akan menyasar pasar ekspor dan 10 persen sisanya untuk pasar dalam negeri. Pabrik baru seluas 25 hektare tersebut diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja akan sebanyak 848 orang.

Adapun pabrik Cikarang ini akan melengkapi dua fasilitas produksi perseroan yang sudah ada saat ini di Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur. Terakhir perseroan mencatat omzet tahunan berjumlah 11,6 miliar euro atau Rp 197,7 triliun pada 2018.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang yang ikut hadir dalam seremoni pembangunan pabrik mengapresiasi Frisian Flag yang turut berupaya mendorong pertumbuhan produksi susu segar.

Industri pengolahan susu merupakan salah satu sektor manufaktur pangan yang mendapat prioritas pengembangan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.

“Industri ini masih dihadapkan pada tantangan pemenuhan bahan baku, karena sampai saat ini hanya 22 persen bahan baku susu yang dipasok dari dalam negeri,” katanya saat peresmian pembangunan pabrik Frisian Flag. (INF)

TANTANGAN PENYEDIAAN PAKAN BERKUALITAS UNTUK PETERNAKAN SAPI RAKYAT

Kondisi ideal peternakan sapi rakyat akan dapat dicapai apabila faktor utamanya, yakni aspek pakan dapat dikelola dengan baik. (Foto: Istimewa)

((Era industri 4.0 saat ini menuntut upaya efisiensi optimal budi daya peternakan sapi pedaging, termasuk di peternakan rakyat. Pakan sebagai salah satu faktor utama penentu keberhasilan dalam usaha sapi pedaging dituntut untuk melakukan hal yang sama dalam mendukung upaya efisiensi tersebut.))

Era disrupsi yang ditandai dengan adanya revolusi industri 4.0 melanda berbagai bidang, termasuk bidang pemenuhan pakan. Di era ini, perubahan yang terjadi adalah adanya upaya melakukan peningkatan efisiensi yang setinggi-tingginya di tiap tahapan proses rantai nilai suatu proses industri. Langkah efisiensi tersebut salah satunya dilakukan dengan menerapkan sistem digital baik pada proses produksi, penyimpanan, distribusi bahan pakan, hingga kontrol digital pada saat pemberian pakannya.

Pada industri pakan ternak sapi pedaging, memasuki industri 4.0 ini, telah memiliki bekal teknologi berupa kendali penuh terhadap sumber bahan baku penyusun pakan, serta dosis aditif dan suplemen dari setiap formulasi pakan yang digunakan. Dengan kombinasi aplikasi digital, maka seluruh tahapan proses produksi pakan semakin terkontrol dan terautomasi.

Ahli nutrisi dan teknologi pakan dari Universitas Diponegoro (Undip), Prof Dr Bambang Whep, dalam sebuah kesempatan menyatakan, kontribusi peralatan canggih di industri ruminansia sudah banyak dilakukan, seperti sistem kontrol Radio Frequency Identification (RFID), sistem perangkat lunak untuk penimbangan dan lain sebagainya.

Namun kemajuan industri pakan tersebut belum diimbangi oleh kondisi umum peternakan sapi rakyat, yang memiliki karakteristik seperti calving interval yang panjang lebih dari 14 bulan, pemilihan bakalan sapi yang tidak selektif, pemberian pakan yang belum memadai dalam hal mutu, jumlah maupun penyediaannya secara rutin.

Ciri lain peternakan sapi rakyat yakni kenaikan berat badannya yang rendah, kurang dari 0,8 kg/hari, posisi tawar peternak rakyat yang juga rendah, karena sapi dijual melalui blantik atau pengepul, serta sapi seringkali dijual atau disembelih sebelum waktunya.

Demi kemajuan peternakan sapi rakyat, maka kondisi ideal yang diharapkan untuk dapat diraih adalah seperti hasil kajian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak), yakni dari segi sistem pembibitan diharapkan angka service per conception (S/C) kurang dari 1,55, calving interval kurang dari 14 bulan, angka kelahiran pedet dari populasi induk lebih dari 70%, kematian pedet pra sapih kurang 3% dan penambahan berat badan harian (average daily gain/ADG) pedet pra sapih pada sapi Bali atau Madura lebih dari 0,3 kg, sapi Peranakan Onggole (PO) lebih dari 0,4 kg dan sapi silangan lebih dari 0,8 kg.

Kondisi berikutnya yang diharapkan dari peternakan sapi rakyat yakni pemilihan bibit atau bakalan sapi dilakukan secara selektif dan ditimbang berat hidupnya, pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan idealnya, baik mutu, jumlah dan keberlangsungan pasokannya. Kemudian kenaikan berat badan harian minimal kurang lebih 1,3 kg/hari, sapi dijual atau disembelih pada kondisi yang tepat, antara lain pada berat badan telah mencapai sekitar 500kg dan sapi dijual langsung ke pembeli atau ke rumah potong hewan tanpa melalui perantara, serta penjualan sapi dilakukan dengan berdasar timbang berat hidup dan persentase karkas bisa lebih dari 50%.

Kondisi ideal peternakan sapi rakyat tersebut akan dapat dicapai apabila faktor utamanya, yakni aspek pakan dapat dikelola dengan baik. Apalagi kalau melihat komposisi usaha peternakan sapi, maka pakan menempati porsi 57,67% (BPS, 2017).

Dalam tata kelola penyediaan sapi pedaging, maka setidaknya ada empat aspek utama yang harus diperhatikan, yakni penaksiran nilai nutrisi bahan baku pakan, kebutuhan nutrisi ternak, formulasi pakan, serta identifikasi, perkiraan dan penanggulangan kekurangan nutirisi dan metabolisme.

Namun di lapangan, terdapat tantangan pakan ruminansia ini, yakni bahan baku pakan sumber protein yang mahal dan sulit didapat, kandungan protein dalam formula pakan belum memenuhi standar, karena biaya tinggi dan seringkali bahan baku pakan yang dipakai adalah produk samping industri pertanian dan perkebunan seperti jerami padi, dedak atau onggok, sehingga terjadi permasalahan defisiensi protein.

Khusus tentang permasalahan kekurangan protein yang kerap terjadi di tingkat peternak, maka saat ini telah dikembangkan model pemberian nutrisi protein untuk sapi yang relatif baru. Jika sebelumnya pemberian protein pakan sapi menganut sistem crude protein (CP sistem) atau berbasis serat kasar, maka kini para ahli telah mengembangkan lebih lanjut ke sistem yang lebih komplek, yakni mengacu pada metabolism protein (MP sistem).

Pada prinsipnya, MP sistem ini berbasis pada tiga hal utama, yakni degradabilitas protein rumen (rumen degradable protein/RDP), protein tidak terdegradasi di rumen (rumen undegradable protein/RUP) dan RUP yang tercerna di usus halus. Keunggulan pendekatan dengan sistem ini adalah dirancang untuk memenuhi kebutuhan protein bagi mikrobial rumen, serta pemberian protein yang lolos degradasi rumen, tetapi tercerna dalam usus.

Untuk menjaga performa sapi pedaging yang dipelihara, maka paling tidak pakan yang diberikan harus memiliki empat syarat penting, yakni dapat dicerna dan disukai ternak, bernilai ekonomis, mampu memenuhi kebutuhan ternak dan mikrobia rumen yakni berupa hijauan dan bahan baku konsentrat, serta dapat menghasilkan produk ternak yang berkualitas sekaligus aman dikonsumsi manusia.

Khusus untuk hijauan pakan yang berkualitas baik, adalah hijauan yang berciri kadar lignin rendah, kadar Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF)  yang tidak terlalu tinggi, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan ADF dan NDF sapi, serta kadar protein dan total digestible nutrient (TDN) yakni ernergi/kalori yang tinggi.

Untuk mengatasi masalah rendahnya protein dalam pakan sapi pedaging akibat kualitas pakan yang diberikan kurang, maka disamping hijauan berkualitas baik, perlu juga tambahan pakan dalam bentuk suplementasi protein terpadu untuk memenuhi kekurangan nutrien lainnya.

Menurut Bambang Whep, program ini sangat strategis karena disamping efisien dalam hal waktu dan mampu mengurangi beban tenaga kerja, dosis pemberian yang sedikit, mampu memperbaiki metabolisme dan kemampuan mikrobial rumen, bahan baku suplemen protein yang dapat diusahakan secara lokal, serta mampu mengatasi defisiensi protein, terutama pada sapi pedaging yang memiki potensi genetika tinggi, seperti sapi Brahman Cross.

Suplementasi protein terpadu juga mengandung nutrien penting lain, yakni mineral dan vitamin, termasuk vitamin A yang sangat vital peranannya dalam sistem pencernaan sapi pedaging, apalagi kondisi di peternakan rakyat yang seringkali hijauan pakannya berkualitas rendah, bahkan hijauannya terbatas, atau kadar karoten pada konsentrat yang diberikan rendah.

Hal yang tak kalah pentingnya dalam pemenuhan nutrisi bagi ternak sapi pedaging adalah air minum. Pemberian air minum bagi sapi pedaging sebaiknya disediakan secara ad libitum (tak terbatas), karena air sangat penting dalam upaya meningkatkan konsumsi pakan, membantu proses pencernaan, medium untuk aktivitas metabolik, sebagai pelumas pertautan tulang dan bantalan pada sistem syaraf sapi. ***

Bahan Baku Pakan Lokal untuk Konsentrat Sapi

Jenis Bahan Baku

Sumber

Sumber serat

Rumput gajah, pucuk tebu, bagasse, jerami padi, jerami jagung, tongkol jagung, tumpi jagung, kulit kopi, kulit kacang, kulit cokelat, kulit ketela dan lain-lain

Sumber protein

Ampas tahu, bungkil sawit, solid sawit, bungkil kelapa, bulu ayam, bungkil kapuk, tepung ikan, tepung daun lamtoro dan lain sebagainya

Sumber energi

Tetes, onggok, dedak bekatul, polard, gaplek, dedak jagung dan lain-lain

Sumber: Bambang Whep, 2019.

Syarat Teknis Pakan Konsentrat Sapi Pedaging (Penggemukan)

Nutrisi

Kandungan

Kadar air

Maksimal 14%

TDN

Minimal 70%

Protein kasar (PK)

Minimal 13%

UDP 40% PK

Minimal 5,2%

NDF

Maksimal 35%

Lemak

Maksimal 7%

Abu

Maksimal 12%

Kalsium

0,8-1,0%

Fosfor

0,6-0,8%

Aflatoksin

Maksimal 200 ppb

Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI) Konsentrat Sapi Potong (Penggemukan).

Ditulis oleh: Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)

10 JENIS KELINCI PEDAGING POPULER

Berikut 10 jenis kelinci pedaging yang populer di tingkat internasional.

1 New Zealand White

Jenis kelinci pedaging ini termasuk yang paling populer. Beratnya mencapai empat sampai lima kilogram.

2 American Chinchilla

Kelinci ini termasuk favorit para koki mungkin karena rasanya yang lezat.

3 California

Merupakan hasil persilangan New Zealand White dan American Chinchilla. Bertubuh gempal dengan berat tiga sampai lima kilo.

4 Flemish Giant

Jenis kelinci ini nafsu makannya besar, tapi sepadan dengan berat badannya yang sembilan kilogram.

5 Blanc de Hotot

Keinci yang dikembangkan di Perancis pada 1900an ini adalah salah satu ras dengan ukuran badan terbesar. Biasanya beratnya mencapai sekitar sebelas kilo.

6 Rex

Selain dagingnya, kelinci Rex juga diambil bulunya yang tebal untuk bahan pembuat pakaian.

7 Palomino

Mempunyai berat antara tiga sampai empat kilo dan cukup populer di pasaran.

8 Silver Fox

Kelinci ini telah lama menjadi favorit para peternak rumahan. Biasanya tumbuh dengan berat antara empat sampai lima kilo.

9 Champagne d’Argent

Jenis kelinci yang cukup gemuk ini telah diternakkan untuk produksi daging sejak awal tahun 1600an. Biasanya memiliki berat sekitar empat kilo ketika cukup dewasa untuk disembelih.

10 Cinnamon

Kelinci jenis ini biasanya memiliki berat sekitar empat kilogram. Ras ini dikembangkan secara tidak sengaja pada awal 1970an.

MELIHAT POTRET DAN PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA

Webinar Agrina Agribisnis Outlook “Prospek Agribisnis Indonesia 2021”. (Foto: Dok. Infovet)

Rabu, 10 Maret 2021. Agrina Agribisnis Outlook “Prospek Agribisnis Indonesia 2021” diselenggarakan secara daring. Webinar yang dihadiri 90-an orang ini fokus membahas bagaimana potret dan pengembangan sektor agribisnis Indonesia yang tengah dilanda pandemi COVID-19.

“Untuk menatap prospek agribisnis ke depan, kita harus melihat kejadian-kejadian dari tahun sebelumnya, bahkan melihat juga ke depan bagaimana menyiapkan strategi jangka menengah maupun jangka panjangnya,” ujar Ketua Dewan Redaksi Majalah Agrina, Prof Bungaran Saragih dalam sambutannya.

Sebab adanya kondisi pandemi, lanjut dia, berpengruh besar secara global terutama dari segi kesehatan yang berdampak pada kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.

“Tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi kita negatif. Namun walau pertumbuhannya rendah, produk domestik bruto (PDB) agribisnis khususnya on farm walaupun ikut berdampak turun, tapi masih tetap positif,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Deputi Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Mahmud, yang menjadi pembicara pada sesi I. Ia menjelaskan, pada 2020 sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mampu tumbuh positif.

“Pertumbuhan ini banyak terstimulus dari stimulus fiskal berupa bantuan sosial-ekonomi serta mulai membaiknya kondisi ekonomi sejak triwulan III. Begitu juga pada sub sektor tanaman pangan dan tanaman hortikultura yang memperlihatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari sekitarnya,” kata Musdhalifah. PDB pertanian 2020 untuk tanaman pangan (3,54%), tanaman hortikultura (4,17%), tanaman perkebunan (1,33%), peternakan (0,33%), serta jasa pertanian dan perburuan (1,60%).

Lebih lanjut dijelaskan, untuk PDB pertanian 2021 diproyeksikan tumbuh di atas 3%. Guna mencapai hal itu, lanjut dia, dibutuhkan dorongan dari sisi produksi disertai dukungan sisi permintaan.

“Perbaikan harga komoditas tanaman perkebunan dan perbaikan sisi permintaan konsumsi produk hewani diharapkan memperbaiki pertumbuhan subsektor tanaman perkebunan dan subsektor peternakan,” jelas dia.

Ia juga menyebut, adapun tantangan yang harus diperhatikan pemerintah pada tahun ini diantaranya anomali iklim, penerapan teknologi, regenerasi sumber daya manusia, diversifikasi pangan, akses pangan maupun kerawanan pangan. Kemudian kelembagaan, akses pembiayaan, integrasi data dan logistik yang juga menjadi challenge, selain alih fungsi dan kepemilikan lahan.

Sementara memasuki webinar sesi II, dihadirkan pembicara Koordinator Evaluasi dan Layanan Rekomendasi, Sekretariat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Batara Siagian. Dalam paparannya, ia menjelaskan beragam upaya yang telah dan akan dilakukan dalam memenuhi ketersediaan jagung untuk pakan ternak.

“Upaya pada 2020 kita sudah lakukan bantuan benih jagung bersertifikat (1,4 juta ha), kerja sama pengembangan budi daya jagung (3.000 ha), pengembangan petani benih jagung (2.600 ha), food estate jagung Sumba Tengah (2.000 ha) dan budi daya jagung hibrida (21.500 ha),” ujar Batara.

Sementara untuk tahun ini, lanjut dia, pihaknya sudah menyiapkan beberapa strategi dalam memenuhi ketersediaan jagung dalam negeri. Diantaranya bantuan benih jagung bersertifikat 988.000 ha, budi daya jagung pangan 3.000 ha, pengembangan jagung wilayah khusus 9.000 ha, pengembangan petani benih jagung 1.250 ha dan food estate jagung Sumba Tengah 4.380 ha.

“Untuk target produksi jagung pada 2021 sebanyak 23 juta ton pipilan kering, dengan terus melakukan perbaikan mutu jagung dalam negeri melalui perbaikan standar jagung (SNI 8926: 2020 jagung) dan pendampingan uji mutu bagi pelaku jagung nasional,” katanya.

Sedangkan dari sisi perunggasan, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Sugiono, mengemukakan dinamika ketidakstabilan harga unggas hidup secara nasional melalui pengendalian produksi DOC FS dengan cutting HE fertil dan afkir dini PS.

“Terdapat korelasi positif upaya pengendalian produksi DOC FS (akhir Agustus-November 2020) dengan perkembangan harga live bird (LB). Kenaikan LB ini turut berpengaruh pada naiknya permintaan dan harga DOC FS dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.000/ekor,” kata Sugiono.

Untuk mengatasi persoalan itu, ia menjelaskan, “Setiap perusahaan pembibit harus memprioritaskan distribusi DOC FS untuk eksternal farm (peternak rakyat) sebanyak 50% dari produksinya dengan harga sesuai acuan Permendag Rp 5.500-6.000/ekor.”

Sebelumnya harga LB di tingkat peternak, DOC dan pakan di Pulau Jawa pada Januari-Februari 2021, disampaikan Sugiono dari data PIP untuk LB berada dikisaran Rp 17.600-19.500/ekor, DOC antara Rp 6.750- 7.700/ekor dan pakan berkisar antara Rp 7.400-7.800/kg.

Untuk itu adapun beberapa poin upaya permanen stabilisasi perunggasan yang dijelaskan Sugiono, diantaranya pengaturan supply-demand, pembibit GPS wajib menyediakan DOC FS (20%) dari produksi kepada pembibit PS eksternal.

“Kemudian 50% DOC FS untuk ekternal farm, menyerap dan memotong LB di RPHU oleh pembibit GPS sebesar produksi FS secara bertahap selama lima tahun, memotong LB bagi pelaku usaha menengah-besar, kewajiban penguasaan RPHU dan rantai dingin oleh pembibit GPS secara bertahan selama lima tahun dan peningkatan konsumsi pangan asal unggas melalui kampanye sadar gizi secara massif,” pungkasnya.

Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 10:00-16:00 WIB juga turut menghadirkan pembicara lain, diantaranya Bhima Yudhistira Adinegara (peneliti INDEF), Togar Sitanggang (Wakil Ketua III GAPKI) dan Tinggal Hermawan (Kementerian Kelautan dan Perikanan). (RBS)

MORRISONS MERENCANAKAN TELUR NOL KARBON PADA TAHUN 2022

Morrisons, jaringan supermarket di UK, bertekad untuk menjadi supermarket pertama yang sepenuhnya dipasok oleh pertanian dan peternakan nol karbon pada tahun 2030. Telur akan menjadi produk pertama yang mencapai nol karbon pada tahun 2022.

Agrikutur UK saat ini menyumbang 10% dari seluruh emisi gas rumah kaca Inggris. National Farmer Union telah meminta anggotanya mencapai target nol karbon 2040, dan supermarket mencapai nol karbon pada 2035.

Morrisons Maret ini akan mulai bekerja untuk menciptakan model farming nol karbon. Bersama dengan para petani dan peternak mereka akan melihat gambaran emisi melalui seluruh siklus hidup hasil pertanian, dari perkecambahan hingga mencapai rak di Morrisons. Setelah cetak biru yang dapat diterapkan dibuat, model tersebut kemudian akan dibagikan dengan semua petani dan peternak Morrisons, sehingga semua makanan dapat diproduksi dengan cara bersih tanpa karbon.

Pengurangan karbon akan dicapai melalui membesarkan berbagai jenis hewan, menggunakan pakan rendah jarak tempuh, menggunakan energi terbarukan dan kandang rendah emisi, mengurangi penggunaan bahan bakar dan pupuk. Mereka juga akan berupaya mengimbangi emisi karbon melalui menanam padang rumput, memulihkan lahan gambut, meningkatkan kesehatan tanah, dan menanam pohon. (via poltrynews.co.uk)

IRAN MEMUSNAHKAN LEBIH DARI SATU JUTA LAYER KARENA AI

Otoritas veteriner Iran telah memusnahkan 1,4 juta ayam layer setelah terjadi wabah flu burung H5N8 di 50 peternakan di Iran.

Pejabat veteriner Iran berjanji bahwa tidak akan ada intervensi lebih lanjut karena penyebaran virus tampaknya terkendali. Sementara Homeland Poultry Farmers Union mengatakan bahwa flu burung (AI) menyebabkan terganggunya pasokan telur.

Khususnya di provinsi Khorasan selatan, di mana virus menyerang dengan parah, harga telur naik tajam. Ali Safar Maknali, kepala Organisasi Kedokteran Hewan Iran, menepis laporan tentang kemungkinan kekurangan telur di pasar domestik. “Saat ini kami memiliki lebih dari 75 juta ayam petelur di dalam negeri, dan kemarin produksi telur mencapai 3.067 ton, 667 ton lebih banyak dari realisasi kebutuhan dalam negeri,” ujarnya.

Ada 4 jenis AI yang berbeda di Iran, dan pihak berwenang menggunakan sistem diagnostik molekuler canggih untuk mendeteksi wabah, menurut Ali Safar Maknali. Seperti di banyak negara lain, penyakit ini diyakini berasal dari burung yang bermigrasi. “Flu burung yang sangat patogen telah dilaporkan di Uni Eropa, Kazakhstan, Jepang, Arab Saudi, Irak, dan Rusia. Sekarang semua negara di jalur burung yang terbang bebas terkena gelombang penyakit,” katanya. (via poultryworld)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer