Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Telur Ayam | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MENGINTIP PERALATAN KANDANG LAYER CLOSED HOUSE MODERN

Kandang closed house dilengkapi berbagai peralatan yang bertujuan memberikan ayam layer modern lingkungan yang optimal. (Foto: Istimewa)

Seperti broiler, ayam layer modern juga membutuhkan lingkungan yang ideal agar bisa berproduksi dengan maksimal. Karena itu kandang closed house menjadi pilihan yang baik karena mampu menyediakan lingkungan ideal yang stabil.

Kandang closed house dilengkapi dengan berbagai peralatan yang bertujuan untuk memberikan ayam layer modern lingkungan yang optimal, perlindungan dari penyakit dan memaksimalkan produksi.

Feeder System
Kandang baterai biasanya menggunakan talang pakan yang dipasang memanjang. Pemberian pakan bisa secara manual oleh anak kandang atau dilakukan secara otomatis. Pakan ditampung di dalam hopper/penampung lalu disalurkan ke semua talang pakan.

Drinker System
Nipple drinker banyak digunakan di kandang layer closed house. Dilengkapi dengan water pressure regulator untuk mengontrol tekanan air. Juga untuk melalukan flush (pembersihan) setelah pemberian obat, vaksin atau vitamin melalui air minum.

Kelebihan nipple drinker adalah mudah diakses oleh ayam dari segala arah, tidak mudah bocor dan tahan lama jika terbuat dari bahan berkualitas.

Heater System
Pada fase starter bisa digunakan space heater, yaitu pemanas yang mampu memanaskan seluruh kandang. Karena panas yang dihasilkan disirkulasikan menggunakan kipas.

Space heater berbahan bakar gas dan bisa dipadukan dengan climate controller, sehingga suhu bisa diatur dan bisa otomatis mati jika kandang sudah mencapai temperatur tertentu. Space heater bisa digunakan untuk kandang yang populasinya besar.

Ventilation System
Temperatur dan kualitas udara dalam kandang perlu... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2022. (NDV)

CAHAYA DAN PENGARUHNYA PADA AYAM PETELUR

Cahaya memudahkan ayam mencari makanan dan air untuk tumbuh atau bertelur. (Foto: Istimewa

“Cahaya memudahkan ayam mencari makanan dan air. Tujuan utama untuk setiap jenis produksi ayam adalah agar ayam dapat menemukan makanan untuk tumbuh atau bertelur,” kata Technical Services Manager South East Asia Hy-Line International, Dr Sieche Genger, pada Poultry Week Webinar Informa Markets.

“Kita ingin memiliki ritme sirkadian yang normal untuk ayam,memungkinkan untuk mengatur ritme tubuh internal yang membuat ayam tetap sehat dan menjaga berbagai sistem berfungsi dengan baik.”

Cahaya bertanggung jawab untuk inisiasi dan kemudian regulasi pelepasan hormon. Juga untuk banyak regulasi metabolisme. Ini memiliki efek yang sangat penting pada reproduksi ayam petelur juga memiliki efek penting pada proses pembentukan tulang.

Cahaya masuk dan mengenai retina dan mata, persepsi visual ini dibuat melalui transmisi ke otak yang menciptakan image. Ketika itu terjadi juga ada pelepasan dopamin dan sinar UVA yang memengaruhi pelepasan melatonin.

Hal-hal tersebut kemudian berinteraksi dengan kelenjar pineal dan kelenjar hipotalamus. Kelenjar pineal memiliki fotoreseptor yang menerima cahaya pada panjang gelombang lebih dari empat lux. Itulah yang mengatur jam sirkadian.

Hipotalamus bertanggung jawab atas kematangan seksual. Ada reseptor yang menerima cahaya di hipotalamus dan menyebabkan stimulasi dan regulasi hormon seksual, yang akhirnya untuk menciptakan pematangan yang tepat dan proses seksual seperti bertelur.

Intensitas Cahaya
Intensitas lux akan berbeda berdasarkan seberapa tinggi cahaya dari lantai. Bola lampu yang jauh lebih dekat ke lantai memiliki efek sorotan yang lebih terkonsentrasi.

“Untuk mengukur apakah kandang sudah memiliki intensitas cahaya yang sesuai kami memiliki pengukur cahaya yang Anda dapat membelinya dari sejumlah lokasi,” kata Genger.

“Tidak semua pengukur cahaya dibuat sama,pengukur cahaya tradisional yang paling umum hanya akan memperhitungkan spektrum penglihatan manusia.Kami memiliki pengukur cahaya khusus hewan yang dapat menghitung penglihatan spektrum penuh tetapi memang lebih mahal.”

Pengukuran intensitas cahaya tujuannya adalah… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2022. (NDV)

DI TENGAH PANDEMI INDONESIA EKSPOR TELUR TETAS KE MYANMAR

Ekspor telur tetas Final Stock (HE FS) layer strain ISA Brown ke Myanmar. (Foto: Istimewa)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) memberikan apresiasi pelaku usaha yang terus melakukan peningkatan ekspor di tengah pandemi COVID-19.

“Üpaya yang dilakukan para pelaku usaha ini tentu sejalan dengan program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mendorong peningkatan ekspor. Di tengah pandemi saat ini ekspor komoditas peternakan Indonesia tumbuh positif dan mampu menembus pasar internasional ke-97 negara,” ujar Dirjen PKH, Nasrullah, di Jakarta, Rabu (16/2).

Ia menyampaikan itu setelah PT Intama Taat Anugerah kembali melakukan ekspor telur tetas Final Stock (HE FS) layer strain ISA Brown ke Myanmar, Jumat (11/2).

Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor komoditas peternakan 2021 tercatat senilai USD 1 miliar atau setara Rp 15,1 triliun. Menurut Nasrullah, hasil ini apabila dibandingkan periode yang sama pada 2020 (YoY) meningkat sebesar 11,94%. “Pertumbuhan ini melebihi angka pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 3,69%,” ucap dia. 

“Dengan adanya program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks), kami targetkan pertumbuhan ekspor peternakan pada 2024 naik 300% menjadi 1,9 miliar USD atau setara Rp 27 triliun ke 100 negara tujuan.”

Sementara di tempat terpisah, Direktur Utama PT Intama Taat Anugerah, Tjandra Srimulianingsih, menyampaikan pelepasan pengiriman HE FS layer strain ISA Brown ke Myanmar sebanyak 30.000 butir.

Ia pun memberi apresiasi karena di tengah kasus COVID-19 yang semakin meningkat, dipermudah proses perizinan sehingga dapat melakukan ekspor ke Myanmar. PT Intama Taat Anugerah merupakan salah satu unit usaha dari Taat Indah Bersinar Group, dimana usahanya meliputi pembibitan ayam kampung jenis KUB-2, pembibitan ayam petelur (layer), dan penetasan telur (hatchery).

“Seperti kita ketahui bersama, Myanmar sebagai salah satu negara di Asia yang sangat membutuhkan banyak suplai telur karena keterbatasan produksi dalam negeri mereka,” kata Tjandra.

Tidak hanya Myanmar, kata dia, negara di kawasan Asia lainnya juga bisa dijadikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan nilai ekspornya. Perlu kerja sama berbagai pihak untuk dapat merealisasikannya. “Dukungan pemerintah sudah kami rasakan betul dalam meningkatkan nilai ekspor produk peternakan,” pungkasnya. (INF)

AYAM ABANG, AFKIRAN PETELUR YANG DIGEMARI MASYARAKAT DESA

Ayam abang adalah ayam ras petelur yang sudah memasuki masa “pensiun” bertelur. (Foto: Dok. Infovet)

Ayam abang menjadi salah satu bisnis “sisipan” bagi para peternak ayam petelur. Hanya ayam-ayam yang sudah dianggap “pensiun” bertelur ayam ini masuk dalam kandang ayam abang. Meski harganya terpaut jauh dengan ayam pullet, namun hasil jualnya menambah pundi-pundi peternak.

Pernah mendengar istilah ayam abang? Istilah unggas yang satu ini cukup dikenal masyarakat pedesaan, khususnya di daerah Jawa Tengah. “Abang” dari bahasa Jawa yang artinya merah. Jadi, ayam abang adalah ayam merah. Bukan ayam hias, melainkan ayam konsumsi lazimnya ayam pedaging broiler.

Ayam abang adalah ayam ras petelur yang sudah memasuki masa “pensiun” bertelur. Di kalangan peternak umumnya disebut ayam afkir, ayam yang sudah lewat masa produksinya. “Ayam ini merupakan ayam petelur yang sudah tidak mampu menghasilkan telur secara maksimal,” ujar Agus Wiyono, peternak asal Mojokerto kepada Infovet.

Menurut peternak yang juga dokter hewan ini, ayam abang usianya sekitar 80 minggu ke atas. Karena warna bulunya merah, maka masyarakat di daerahnya menyebut ayam abang. Daging ayam abang ini sedikit alot, karena umurnya sudah cukup tua.

Persoalan ayam petelur afkir ini pernah diatur ketentuannya oleh pemerintah. Pada 2019, Kementerian Pertanian menginstruksikan pengurangan produksi telur konsumsi dengan cara afkir final stock (FS) layer yang berumur Iebih dari 80 minggu pada peternak layer komersial berpopulasi Iebih dari 50.000 ekor. Instruksi itu disampaikan melalui Surat Edaran Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan No. 12141/SE/PK.230/F/11/2019 tertanggal 10 November 2019. Pelaksanaan afkir FS layer berumur lebih dari 80 minggu dilaksanakan bertahap mulai 10 November sampai 31 Desember 2019.

“Untuk hal tersebut diperintahkan kepada saudara pimpinan perusahaan dan peternak layer komersial melaksanakan poin-poin tersebut. Pelaksanaan kegiatan afkir FS layer yang berumur Iebih dari 80 minggu dilakukan pengawasan oleh tim pengawas pusat dan/atau dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi/kabupaten/kota,” ditegaskan dalam surat itu.

Instruksi afkir ayam layer komersil berumur lebih dari 80 minggu dikeluarkan untuk menyeimbangkan ketersediaan (supply) dengan kebutuhan (demand) telur konsumsi, sesuai Peraturan Menteri Pertanian No. 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

Penjualan ayam afkir petelur cukup ramai di pasar tradisonal. Di Jawa Tengah harga ayam abang per ekor bervariasi, mulai dari Rp 35.000-40.000 di tingkat produsen. Jika sudah dalam bentuk karkas, harganya bisa mencapai Rp 45.000-50.000/ekor. Harga ini lebih tinggi dibanding harga karkas ayam broiler yang berkisar Rp 29.000-33.000/ekor. Berat per ekor ayam abang menjadi perbedaan harga dengan ayam broiler. Ayam abang per ekornya rata-rata di atas 1 kg.

Harga ayam afkir petelur ini di bawah harga ayam tersebut masih jadi pullet yang mencapai Rp 70.000/ekor. Karena ayam afkir, sudah pasti harga lebih murah dibanding ketika masih produktif bertelur. 

Namun demikian, minat masyarakat untuk membeli ayam afkir cukup tinggi. “Ayam afkir sudah menjadi komoditas ayam pedaging atau ayam konsumsi masyarakat sejak lama. Ukurannya yang besar cukup digemari konsumen di daerah,” kata Agus.

Mata Rantai Penjualan
Pola penjualan ayam abang di pasar tradisonal hampir sama di setiap daerah. Umumnya penjual ayam abang ini sekaligus memberikan layanan potong dan pembeli menerimanya dalam keadaan sudah bersih. Ceker dan jeroan jadi satu paket dagingnya.

Dari pemantauan Infovet di salah satu pasar di Kota Pemalang, Jawa Tengah, untuk konsumen yang membeli dalam bentuk karkas satu paket akan dikenai biaya potong Rp 5.000/ekor.

Menurut Agus, berjualan ayam abang menjadi nilai tambah para peternak ayam petelur. Peternak sudah menikmati hasil penjualan telurnya. Di masa tua ayamnya, masih bisa dijual dengan harga cukup lumayan.

Hanya saja, jual beli ayam abang tidak bisa dilakukan secara rutin dalam rentang waktu yang pendek, misal setiap hari atau setiap minggu. Tapi menunggu ayam petelurnya memasuki masa afkir. “Peternak baisanya akan mensortir lebih dulu ayam-ayam petelur yang sudah dianggap afkir, untuk selanjutnya masuk ke penjualan sebagai ayam pedaging,” jelas Agus.

Mata rantai bisnis ayam abang ini tergolong pendek. Dari peternak biasanya langsung didrop ke lapak ayam di pasar-pasar tradisional. Peternak mensuplai ayam afkiran ke para pemilik lapak. Selanjutnya para pemilik lapak menjual ke konsumen dengan dua pilihan, yakni ayam hidup atau ayam potong, tentu ada selisih harga. Ada juga peternak yang langsung menjual ke konsumen.

Nurkhikmah, ibu rumah tangga asal Kota Pemalang, Jawa Tengah, mengaku sering membeli daging ayam abang di warung dekat rumahnya. Terkadang juga membeli di pasar dengan harga lebih murah. Dalam seminggu, setidaknya dua kali mengolah ayam abang untuk santapan keluarganya.

Menurut wanita 33 tahun ini, daging ayam abang lebih enak. Dagingnya tebal dan berasa seperti ayam kampung. “Kalau soal alot itu tergantung cara masaknya. Butuh waktu masak lebih lama agar dagingnya empuk,” ujar Nurkhikmah.

Di Pasar Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, hampir setiap hari lapak penyedia ayam abang menjual puluhan ekor. Di pasar ini ada dua lapak yang khusus menjual ayam abang. Di dua lapak ini disediakan juga tempat pemotongan ayam. Untuk ayam hidup per ekor dengan berat 1 kg lebih berkisar Rp 40.000-45.000. Namun jika dipotong dan dibersihkan, pembeli hanya diminta tambahan biaya Rp 5.000/ekor.

Khusus pada Rabu dan Minggu, kedua lapaknya paling ramai dikunjungi pembeli. Dua hari tersebut merupakan hari “Pasaran”, pengunjung pasar jauh lebih banyak dibanding hari lainnya. Biasanya lapak ayam abang ramai dikunjungi pembeli saat bulan Ramadan, menjelang Idul Fitri, atau tahun baru. (AK)

DUH! KONSUMSI ROKOK & PULSA LANGKAHI BELANJA TELUR DAN DAGING AYAM

Angka belanja rokok yang jauh lebih tinggi dari belanja makanan bergizi dapat memicu terjadinya kemiskinan dalam keluarga. (Foto: Dok. Infovet)

Data BPS menyebutkan, komoditi kedua belanja rumah tangga di Indonesia adalah rokok  sebanyak 12.2% di kota dan 10.9% di desa. Sedangkan belanja telur ayam di peringkat ketiga sebesar 4.3% di kota dan 3.7% di desa.

Tak ada yang membantah bahwa rokok adalah salah satu candu yang mengancam kesehatan manusia. Bahkan, tak sedikit lembaga kesehatan yang merilis fakta-fakta berbahaya tentang merokok. Organisasi tingkat dunia seperti World Health Organization (WHO) sudah menyatakan bahwa rokok adalah penyebab utama kematian dan penyakit di dunia.

Di 2021 WHO merilis, tiga juta orang mengalami kematian dini setiap tahunnya terkait konsumsi tembakau yang menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke, penyebab kematian utama di dunia. Di dalam negeri, Kementerian Kesehatan juga merilis tentang data yang didukung data dari WHO. Kematian tersebut termasuk 890.000 kematian para perokok pasif.

Meskipun sudah diketahui dan dipahami bahwa merokok merusak kesehatan, toh nyatanya konsumsi “bakar-bakaran di mulut” tetap berlangsung. Ini menjadi salah satu bukti bahwa rokok adalah candu yang nyata dan dilegalkan.

Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun tetap bertengger di atas persentase 25% dari jumlah usia produktif. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, jumlah penduduk perokok umur 15 tahun ke atas 28,69%. Turun sedikit dibanding 2019 yang mencapai 29,03%.

Masih menyimak rilis BPS di 2020, laporan Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik 2020 menunjukkan bahwa konsumsi rokok menempati peringkat kedua dalam konsumsi rumah tangga di Indonesia pada Maret 2020. Data tersebut memperlihatkan komoditi utama belanja rumah tangga di Indonesia adalah beras sebanyak 20.2% di kota dan 25.3% di desa. Sedangkan rokok menempati peringkat kedua sebanyak 12.2% di kota dan 10.9% di desa.

Di peringkat ketiga ada telur ayam 4.3% di kota dan 3.7% di desa. Selanjutnya, daging ayam dengan angka 4.1% di kota dan 2.4% di desa. Peringkat kelima adalah mie instan dengan angka 2.3% di kota dan 2.1% di desa.

“Artinya kalau satu keluarga membelanjakan 100% uangnya, itu 12% untuk beli rokok. Beli telur dan daging hanya 4%, gimana mau satu keluarga sehat?” ujar Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kemen PPPA, Dra Lenny Nurhayanti Rosalin MSc dalam webinar Kemen PPPA beberapa waktu lalu.

“Jadi satu orang yang membeli rokok di keluarga berarti egois, karena dia lebih memilih untuk beli rokok dibanding beli makanan bergizi.”

Rokok dan Pulsa 
Melihat angka belanja rokok yang jauh lebih tinggi dari belanja makanan bergizi dapat memicu terjadinya kemiskinan dalam keluarga. “Ya sudah pasti, orang uangnya untuk beli rokok bukan untuk beli gizi. Nanti anaknya kurang gizi, udah kurang gizi nanti sekolahnya terganggu. Kalau sekolahnya terganggu akhirnya pendidikannya tidak maksimal. Kalau pendidikannya tidak maksimal, ya dia pasti jadi SDM yang kurang berkualitas,” ucap Lenny.

“Kalau dia bukan SDM yang berkualitas, siapa yang mau menerima dia sebagai pekerja, berarti dia tidak produktif. Sementara itu, dia membutuhkan makan, minum dan lain sebagainya tapi dia tidak bisa bekerja, akhirnya muncullah kemiskinan.”

Itulah rangkaian pemaparan yang disampaikan Lenny dalam webinar tersebut. Miris memang. Data yang dirilis BPS adalah data yang terjadi saat masyarakat sudah memasuki masa pandemi COVID-19. Masa yang semestinya orang mementingkan asupan gizi untuk memperoleh kekebalan tubuh yang maksimal. Namun yang terjadi malah sebaliknya, menambah asupan nikotin ke dalam tubuh.

“Rokok kretek filter menjadi terbesar kedua terhadap garis kemiskinan,” kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto. Persentase kontribusi rokok pada angka kemiskinan hanya kalah dari komponen makanan, dalam hal ini beras, yang berada di posisi pertama.

Persoalan konsumsi rokok mengalahkan konsumi telur dan daging ayam juga pernah terjadi pada pengeluaran untuk membeli pulsa handphone dengan konsumsi telur dan daging ayam, pada beberapa tahun sebelumnya.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (Susenas, BPS) 2016 menunjukkan, dalam enam tahun terakhir, biaya pengeluaran pulsa bulanan masyarakat Indonesia terus meningkat. Rata-ratanya mengalahkan jumlah pengeluaran pembelian buah dan daging (termasuk daging ayam).

Jumlah rata-rata pengeluaran pulsa secara nasional per bulan pada 2016 mencapai Rp 22.182/kapita. Sedangkan pengeluaran buah Rp 19.268 dan daging Rp 20.526/kapita. Meski begitu, nilai pengeluaran pembelian pulsa belum mengalahkan rata-rata pengeluaran bulanan untuk kebutuhan pokok seperti beras, sebanyak Rp 64.566.

Dengan selisih sedikit berbeda, biaya pengeluaran pulsa telepon bulanan ini lebih tinggi dari biaya rata-rata pengeluaran SPP bulanan anak sekolah yakni sebesar Rp 21.276/kapita pada 2016. Dengan pengeluaran sebesar itu, kini posisi pulsa dalam masyarakat Indonesia bukan lagi kebutuhan tersier, melainkan kebutuhan sekunder setelah terpenuhinya kebutuhan pokok.

Budaya Suka Ngobrol
Fenomena “konsumsi” pulsa handphone dan rokok jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi daging ayam mendapat perhatian dari para pakar gizi. Pakar gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yuny Erwanto PhD, menyebutkan, fenomena semacam ini sungguh miris. Kebutuhan asupan gizi dikalahkan kebutuhan pulsa hanya untuk gaya hidup.

“Dapat dibayangkan dengan Rp 20.000 bisa makan daging, berarti kalau diasumsikan sebagai daging ayam hanya sekitar 0,5 kg sebulan. Kalau diasumsikan dengan daging sapi malah prihatin lagi, hanya setara 200 gram/bulan/kapita,” ujar Erwanto.

Dosen Pangan Hasil Ternak Fakultas Peternakan UGM ini berpendapat, perputaran uang untuk biaya komunikasi, dalam hal ini pulsa, hanya akan berputar pada kurang dari 10 perusahaan besar saja. Sementara untuk konsumsi daging perputaran uangnya sangat luas, mulai dari petani jagung dan bahan pakan lain, peternak, perusahaan pakan ternak, perusahaan pembibitan, usaha restoran, usaha pemotongan hewan beserta jalur pasar yang mereka lewati melibatkan banyak pelaku usaha.

“Artinya kalau semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk daging akan mempunyai daya ungkit bagi usaha yang terlibat dan akan membuka lapangan kerja yang jauh lebih besar dibandingkan dengan uang yang berputar untuk biaya pulsa,” ungkapnya.

Erwanto tak sependapat dengan anggapan peningkatan daya beli pulsa masyarakat berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan. Sederhananya, masyarakat mau makan pulsa atau mau makan daging yang akan meningkatkan produktivitas? Jadi tidak ada hubungannya antara biaya pulsa yang tinggi dengan tingkat kesejahteraan.

Ia berargumen, kalangan yang menggunakan telepon atau data internet dalam rentang yang panjang dan kadang tidak terkontrol dapat terjadi pada semua segmen ekonomi. Bahkan, sampai yang tidak punya duit sekalipun, bila ada kesempatan mereka kadang akan menggunakan pulsa dan data tanpa kendali. “Artinya pokok persoalan utama adalah pemahaman masyarakat dan budaya kita memang lebih suka ngobrol dan kurang produktif,” ucap dia.

Menurut pakar gizi ini, penyebab rendahnya konsumsi masyarakat terhadap daging ayam tidak sekadar karena faktor pengetahuan atau pemahaman. Kalau pengetahuan dan pemahaman lebih cenderung keseimbangan gizi yang sering tidak dipahami.

“Mungkin salah satu faktor yang menyebabkan masih rendahnya konsumsi daging ayam adalah kekhawatiran kandungan antibiotik dan obat-obatan pada ayam broiler yang tinggi, namun sebenarnya tidak separah yang dikhawatirkan,” pungkasnya. (AK)

WEBINAR MENINGKATKAN KUALITAS KERABANG TELUR

Webinar meningkatkan kualitas kerabang telur yang digelar Behn Meyer bekerja sama dengan Novindo. (Foto: Infovet/Ridwan)

PT Behn Meyer bersama PT Novindo Agritech Hutama bekerja sama menyelenggarakan webinar “How to Improve Eggshell Quality” pada Rabu (12/1/2022).

Webinar diawali dengan sambutan dari Executive Director Sales Behm Meyer Chemicals, Teddy Candinegara, beserta Direktur Utama Novindo Agritech Hutama, Drh Irawati Fari.

Acara yang dimulai pada pukul 13:30 WIB menghadirkan narasumber Private Poultry Consultant, Tony Unandar, yang menjelaskan mengenai kualitas kerabang telur pada ayam modern.

“Ternak ayam modern, baik itu layer komersil maupun breeder sudah berkembang luar biasa. Mulai bertelur lebih cepat dengan masa remaja lebih pendek, sudah mampu belajar bertelur di umur 15-16 minggu. Pada broiler breeder juga demikian, terjadi banyak perubahan,” ujar Tony.

Kendati demikian, dengan produktivitas yang tinggi dibutuhkan asupan mineral dan kalsium yang mencukupi bagi ayam. Apabila itu tak terpenuhi, akan berpengaruh pada kualitas telur yang dihasilkan, misal tipis dan mudah retaknya kerabang telur.

 “Telurnya lebih banyak dan beratnya lebih besar membutuhkan banyak mineral dan kalsium. Karena saat ayam di masa produksi akan terjadi pembongkaran kalsium dalam tulang, makin tinggi produksi makin tinggi pembongkaran kalsiumnya,” jelasnya.

“Oleh karena itu tantangan di masa pullet menjadi penting bagaimana kita bisa memberikan asupan mineral dan kalsium yang cukup untuk pembentukan kerangka dan kepadatan tulang. Apabila itu tidak terpenuhi bisa terjadi kelumpuhan atau terjadi osteoporosis ketika ayam di masa produksi dan berakibat pada penurunan nafsu makan yang berdampak pada buruknya kualitas telur yang dihasilkan.”

Hal senada juga diungkapkan Product Manager Intracare B.V, Lee Yee Cheng yang menjadi narasumber berikutnya. Ia mengemukakan dibutuhkan pemberian vitamin D3 dalam mengoptimalkan penyerapan kalsium, magnesium dan fosfor untuk pembetukan tulang dan integritas kerangka, sekaligus pertumbuhan sel dan sistem imum, agar performa ayam optimal. (RBS)

MEWASPADAI PENYAKIT VIRAL PADA AYAM PETELUR, AGAR PRODUKSI TETAP SUBUR

Apapun penyakit yang menyerang, produksi telur pasti akan turun. (Foto: Infovet/Ridwan)

Telur merupakan sumber protein hewani yang harganya relatif murah dan mudah ditemukan di pasar. Indonesia juga merupakan salah satu dari 10 negara penghasil telur terbanyak di dunia. Namun pada praktiknya, menghasilkan telur tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena banyak penyakit yang menjadi hambatan.

Beternak layer komersil dan breeder bisa dibilang susah-susah gampang. Masa pemeliharaan yang lebih lama daripada ayam broiler, menjadi salah satu alasannya. Selain biaya pakan, yang perlu diperhitungkan adalah ancaman penyakit yang otomatis lebih berisiko dikarekanan lamanya masa pemeliharaan.

Pada dasarnya banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada produksi telur, misalnya saja manajemen pemeliharaan, nutrisi, stres, lingkungan dan penyakit. Beberapa penyakit pada layer terutama yang disebabkan oleh virus kerap menyerang dan menimbulkan kerugian ekonomis. Oleh karenanya, butuh perhatian lebih dalam menghadapi tantangan tersebut.

Kenali Betul Musuh Kita
Beberapa penyakit viral kerap kali menjadi “langganan” di kandang peternak layer. Seperti Infectious Bronchitis (IB), Newcastle Disease (ND), Egg Drop Syndrome (EDS) dan yang sedang hits yakni Avian Influenza (AI) H9N2 yang juga menjadi kontroversi di kalangan peternak, peneliti, akademisi dan pemerintah.

Terlepas dari itu tentunya tidak ada peternak yang ingin merugi akibat serangan penyakit viral tersebut, baik serangan secara tunggal maupun komplikasi. Pada dasarnya, semua penyakit infeksius viral maupun bakterial akan menghasilkan dampak buruk berupa penurunan produksi dan kualitas telur pada layer komersial dan breeder. Hal tersebut dikemukakan Factory Manager PT Sanbio Laboratories, Drh Arini Nurhandayani. 

Menurutnya, yang menjadi permasalahan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2021. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer