Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Telur Ayam | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PEMERINTAH BANTU SERAP TELUR PETERNAK RAKYAT

Pemerintah bantu serap 1 juta telur milik peternak rakyat. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan aksi peduli dengan menyerap 1 juta telur dari peternak rakyat.  Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah membantu penyerapan telur di tingkat peternak sekaligus peningkatan konsumsi protein hewani.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, menyampaikan bahwa kegiatan penyerapan telur ini merupakan tindak lanjut dari hasil koordinasi dengan Kemenko Perekonomian yang kemudian mengimbau aksi solidaritas bersama untuk peternak rakyat.

“Telur yang dibeli oleh Kementan diperuntukkan untuk konsumsi pegawai Kementan, yayasan panti asuhan dan yatim piatu,” ujar Mentan Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/11).

Ia mengemukakan, penyerapan telur peternak ini ditargetkan sebanyak 1 juta butir atau setara 62,5 ton dengan harga beli Rp 19.000/kg. Pada tahap pertama telah diserap sebanyak 30 ton dan sisanya sebanyak 32,5 ton akan diserap pada tahap selanjutnya. Lokasi sentra penyerapan telur terdiri dari Provinsi Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Dukungan semua pihak dalam melakukan aksi solidaritas sangat dibutuhkan sebagai bentuk kepedulian terhadap peternak. Semoga upaya kepedulian ini dapat memicu pemulihan stabilitas perunggasan telur ayam ras,” ucap dia.

Ia menambahkan, harga telur ayam ras dipengaruhi oleh volume supply di kandang dan daya serap pelaku pasar. Sementara, volume supply di kandang tergantung dari struktur umur induk dan sebaran produksi puncak tidak merata setiap bulan.

Selain itu, pola konsumsi juga bersifat musiman, terutama di daerah-daerah sentra produksi dan menyesuaikan HBKN dan kegiatan hajatan masyarakat berkaitan dengan penanggalan Jawa. “Produksi telur tinggi di daerah sentra memengaruhi peternak dan pelaku pasar mencari potensi pasar di daerah yang memiliki tren harga stabil dan lebih tinggi,” katanya.

Akibat mekanisme pasar dan distribusi telur antar daerah, harga telur ayam ras fluktuatif. Terlebih, adanya kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama pandemi COVID-19, pengaruhi konsumsi telur mengalami penurunan. Padahal, potensi produksi telur ayam ras pada Oktober sebanyak 426.241 ton dan kebutuhannya 377.744 ton. Jumlah ini berpotensi surplus sebanyak 48.497 ton. Pada 2021, produksi telur ayam diperkirakan mencapai 5,52 juta ton dengan tingkat konsumsi sebesar 5,48 juta ton.

Sementara Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah, menyampaikan pada saat harga telur di bawah harga acuan, maka pemerintah akan bergerak menyerap komoditas tersebut. Penyerapan telur dari peternak rakyat akan dilakukan terus oleh Kementan hingga harga membaik.

“Hal yang terpenting kita dapat berupaya mengurangi efek fluktuasi harga yang menekan harga telur dan merugikan peternak,” kata Nasrullah.

Berdasarkan laporan Petugas Informasi Pasar (PIP), harga telur ayam ras di tingkat peternak di Pulau Jawa per 13 Oktober 2021 tercatat rata-rata Rp 15.943/kg, harga terendah terjadi di Provinsi Jawa Timur rata-rata Rp 13.333/kg dan di Jawa Barat Rp 16.719/kg.

Sementara dari data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per 13 Oktober 2021, rata-rata harga jual telur di tingkat konsumen mencapai Rp 23.100/kg secara nasional. Namun harga telur di sejumlah wilayah terpantau berada di bawah rata-rata. Misalnya DKI Jakarta harga telur kini Rp 19.000/kg, Jawa Barat Rp 18.900/kg dan Jawa Timur Rp 18.050/kg. Selain itu, di Lampung kini harga telur Rp 20.350/kg, Jambi Rp 19.850/kg dan Sulawesi Barat Rp 18.150/kg.

Pada kesempatan tersebut turut juga ditandatangani nota kesepahaman antara Ditjen PKH dengan PT Biogene Plantation, terkait kerja sama penyerapan telur dalam rangka upaya stabilisasi pasokan dan harga pembelian di tingkat peternak UMKM. (INF)

TEKNOLOGI MESIN TETAS TELUR, EFEKTIF DAN EFISIEN

Mesin tetas telur semi otomatis. (Foto: Istimewa)

Mesin tetas atau inkubator merupakan alat yang sangat berperan dalam usaha peternakan dan pembibitan unggas, baik unggas produksi maupun unggas hobi, dimana dengan berbagai keunggulannya dibanding penetasan secara alami menjadikan mesin tetas kian banyak dipakai.

Teknologi mesin tetas pun terus mengalami perkembangan pesat, walau asalnya dibuat secara sederhana, baik bahan maupun sistem kerjanya, dimana mesin tetas semula hanya berupa mesin manual, kemudian berkembang menjadi semi otomatis hingga full otomatis yang mampu membantu mempercepat perkembangbiakan unggas lebih efektif dan efisien. Adapun manfaatnya sebagai berikut:

• Meningkatkan prosentase tetas, yaitu meningkatkan jumlah telur yang menetas hingga dapat mencapai 80-90% (sedang pada penetasan alami dengan induk unggas hanya 50 -60%). Hal ini bisa tercapai karena gangguan dari induk dan hewan lain dapat dihindari, disamping pemakaiannya mampu mengatur suhu dan kelembapan sesuai kebutuhan telur tetas.

• Meningkatkan produksi telur, dimana induk unggas tidak perlu kehilangan waktu selama 21 hari untuk mengerami telurnya dan bisa langsung melanjutkan produksi telur setelah kondisi fisiknya pulih. Dengan penggunaan mesin tetas, telur dapat langsung ditetaskan tanpa harus dierami induk.

• Tidak terkendala kemampuan dan karakter induk, dimana pada penetasan alami, seringkali dijumpai induk unggas tidak mampu mengerami seluruh telur yang dihasilkannya, terutama pada ayam yang berproduksi tinggi. Juga anak ayam yang baru menetas secara alami sering mati akibat terinjak induknya. Pemakaian mesin tetas juga diperlukan pada unggas yang dikawinkan secara inseminasi buatan pada usaha pembibitan/breeder ayam broiler dan layer.

Penggunaan Mesin Tetas
• Persiapan telur, pastikan telur yang akan ditetaskan masuk kategori telur fertil yang dibuahi pejantan, baik melalui perkawinan alami maupun kawin suntik (IB). Pilih telur yang berukuran standar untuk telur ayam ras 55-65 gram, ayam kampung 35-45 gram, itik 60-74 gram dan puyuh 9-11 gram. Kemudian pilih telur yang cangkangnya bertekstur halus dan licin, tidak retak dan tidak berlubang, hindari telur yang cangkangnya terlalu tebal (warnanya gelap), yang cangkangnya tipis (warna terang). Telur berumur tidak lebih dari tujuh hari sejak dikeluarkan dari tubuh ayam. Telur sebelum ditetaskan disimpan di tempat sejuk (suhu 16-17° C) karena bila disimpan pada suhu 31-32° C embrio akan berkembang dan setelah dimasukkan ke mesin tetas embrio akan mati. Telur cukup dibersihkan dengan lap kering karena bila dicuci dikhawatirkan zat antibakteri pada cangkang rusak/hilang dan untuk telur yang kotor atau tidak bagus segara lakukan afkir.

• Persiapan mesin tetas, antara lain letakkan mesin tetas di lantai datar, tidak sering dilewati orang, terhindar dari sorotan cahaya matahari langsung, terhindar dari tetesan air hujan, jauh dari sumber suara yang menghasilkan getaran dan pastikan semua displai menyala. Masukkan air ke dalam nampan, lalu masukkan ke bagian terbawah rak telur. Biarkan mesin tetas menyala selama 3 jam, lalu buka pintu mesin tetas selama 15 menit dan telur tetas siap dimasukkan.

• Proses penetasan, dimana lama proses penetasan dengan mesin tetas sama waktu dibutuhkan dengan lama induk unggas mengerami telurnya, lihat tabel:

Periode Pengeraman Telur

Jenis Unggas

Lama Pengeraman (Hari)

Ayam

21

Itik

28

Puyuh

16

Entok (Itik Manila)

35

Angsa

40

Burung

18

Sumber: Sukses Menetaskan Telur Unggas Hingga 90% oleh Supri (2019).

Untuk tahapan pengoperasiaan penetasan telur, sebagai berikut:
• Memasukkan telur ke dalam mesin tetas, dimana langkah pertama ialah memasukkan telur yang terseleksi ke dalam rak dengan posisi tidur atau berdiri. Bila diposisikan berdiri pastikan bagian yang tumpul (berongga udara) berada di bagian atas.

• Peneropongan telur (candling), yang dilakukan di ruang gelap sebanyak tiga kali selama proses penetasan telur ayam dan itik, yaitu pada hari ke-3, ke-7 dan ke-14. Peneropongan pada hari ke-3 bertujuan untuk menyeleksi telur yang infertil (tidak dibuahi pejantan) dengan menggunakan alat candler. Bila telur saat peneropongan terlihat terang/jernih dan tidak ada gumpalan hitam, berarti telur termasuk infertil dan segera diafkir untuk dimanfaatkan sebagai telur konsumsi. Bila telur terlihat ada gumpalan darah berbentuk cincin berarti telur termasuk fertil tetapi embrionya telah mati dan segera afkir. Peneropongan pada hari ke-7 bertujuan untuk seleksi embrio. Pada telur dengan embrio yang hidup dan berkembang, memperlihatkan adanya saluran syaraf darah dan denyut jantung, sedangkan telur dengan embrio yang mati menampakkan tidak terbentuknya saluran syaraf darah dan hanya terihat bercak darah tidak beraturan. Peneropongan hari ke-14 bertujuan juga mencari telur berembrio mati yang ditandai adanya bercak putih di sekitar ruang udara dan tidak dapat menjadi telur konsumsi lagi karena embrio sudah terbentuk dan membusuk, namun masih bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan.

• Pemutaran rak telur (turning), dilakukan mulai hari ke-4 setelah telur masuk ke mesin pengeraman (setter) dan tidak ada standar harus diputar berapa kali perhari, namun untuk telur ayam dan itik umumnya diputar 1,5 jam sekali, sedang untuk telur puyuh dan telur burung tiap 1 jam sekali. Menjelang telur menetas pemutaran rak telur dihentikan, pada telur ayam dihentikan pada hari ke-18, pada telur itik dihentikan pada hari ke-26,  telur puyuh petelur pada hari ke-21, telur puyuh pedaging pada hari ke-15 dan telur merpati pada hari ke-16. Selanjutnya telur dipindahkan ke mesin/kotak penetasan (hatcher).

• Pengaturan sirkulasi udara (ventilasi), saat pertama kali telur dimasukkan ke dalam mesin tetas, lubang udara di bagian atas mesin tidak dibuka agar kelembapan dalam ruangan mesin tetas tidak menurun karena dapat mengakibatkan telur mengering (kehilangan kelembapan sebelum waktunya). Penutup lubang udara boleh dibuka pada hari ke-3 setelah telur masuk mesin tetas.

• Penambahan air pada nampan, dimana selama proses penetasan berlangsung air dalam nampan jangan sampai habis, oleh karena itu perhatian/kontrol terhadap air dalam nampan perlu dilakukan berkala. Sebagai patokan, nampan wajib terisi air minimal 3/4 dari ketinggian nampan (75% dari kapasitas nampan. Hindari terjadinya tumpahan air saat penambahan air karena dapat menyebabkan tingkat kelembapan berlebih.

• Pemeliharaan setelah menetas, yaitu setelah menetas unggas dibiarkan dalam hatcher sampai seluruh bulunya kering, kemudian segera dikeluarkan agar tidak mengalami dehidrasi. Pindahkan ke dalam kandang brooding yang dilengkapi lampu/bohlam penghangat dan semua dinding tertutup kecuali bagian atas dilengkapi kawat untuk ventilasi. ***

Ditulis oleh:
Ir Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan, alumni Fapet Unpad

JANGAN SAMPAI ANAK BOSAN MAKAN TELUR

Olahan telur pindang atau yang sering disebut telur bumbu coklat. (Foto: Istimewa)

Jika anak bosan mengonsumsi telur ceplok, dadar, atau sambal balado, cobalah berganti dengan aneka olahan yang berbeda dari biasanya. Beda olahan, asupan gizi telur tetap didapat.

Masa pandemi COVID-19 yang masih terus terjadi, membuat siapapun merasa bosan. Bosan berdiam di rumah, tak bisa wisata kuliner atau sekadar menikmati suasana rekreasi lainnya. Kebosanan juga dirasakan oleh anak-anak yang terbiasa menikmati aneka santapan di luar rumah.

Namun bagi kaum ibu, memiliki kepiawaian tersendiri untuk menghilangkan kebosanan buah hatinya untuk urusan menu makanan. Untuk anak-anak mereka yang gemar memakan telur, banyak cara yang dilakukan para ibu rumah tangga yang “menyulap” sebutir telur menjadi menu yang menarik.

Siapapun tahu bahwa telur memiliki kandungan protein tinggi. Telur juga menjadi menu favorit bagi masyarakat untuk memenuhi asupan gizi setiap hari. Selain praktis dalam mengolahnya, protein hewani ini juga tak sulit untuk didapatkan. Di warung, minimarket, hingga supermarket menyediakan.

Kepintaran seorang ibu dalam menyajikan menu yang bervariasi menjadi kunci anak-anaknya tak mudah bosan mengonsumsi telur. Olahan telur yang monoton bukan hanya membuat anak bosan, namun juga memicu anak enggan menyantap dan mulai beralih ke menu makanan lain yang bisa jadi kandungan gizinya di bawah telur.

“Kalau anak sudah bosan dengan olahan telur dadar atau ceplok, saya biasanya cari resep lain yang anak belum pernah coba, tapi tetep pakai bahan telur,” tutur Rina Nurkhikmah, ibu rumah tangga di Depok, Jawa Barat.

Menurut wanita yang pintar masak ini, banyak varian makanan yang bisa diolah dengan menggunakan telur sebagai bahannya. Dalam seminggu, setidaknya tiga hari ia menyiapkan menu telur untuk keluarganya. Olahnya berganti-ganti, mulai dari telur bulat sambal balado, dadar Jawa, kadang dibuat gulai telur.

“Sebisa mungkin saya resep olahan telur, biar anak saya enggak bosan, karena memang anak-anak suka makan telur,” tambahnya.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, Prof Dr Ir Ali Khomsan, juga berpendapat sama. Variasi dalam mengolah telur penting dilakukan agar anak-anak tak mudah bosan mengonsumsi, seperti dibuat omelet, dicampur dengan bahan makanan lain, sehingga lebih nikmat dan tidak membosankan. Dengan cara membuat variasi sajian, maka asupan protein dari telur juga bisa menjadi lebih baik.

“Sesuatu yang dimakan secara rutin setiap hari memang membosankan, kecuali makan nasi. Tapi kalau makan telur setiap hari bisa bosan,” ujarnya.

Menurut Ali Khomsan, kebosanan konsumsi telur bisa dihindari jika diselingi dengan sumber protein lainnya. Misal, dalam seminggu divariasi dengan ikan, daging, atau sumber protein lainnya. Kuliner Indonesia cukup bagus dalam mengolah telur dengan variasi penyajiannya, sehingga tidak membosankan.

Banyak Varian 
Di zaman serba digital saat ini mencari informasi teknik membuat varian menu berbahan telur ayam tidaklah sulit. Cukup banyak portal wisata kuliner, bahkan media sosial, yang menyuguhkan tutorial lengkap memasak makanan berbahan baku telur. Kadang, dilengkapi dengan foto hasil olahan yang menggoda selera.

Misalnya, olahan telur pindang atau yang sering disebut telur bumbu coklat. Olahan ini memiliki kekhasan dalam rasa. Selain ada rasa gurih dari telurnya, juga ada rasa manis dari bumbu kecap dan aroma rempahnya.

Jika keluarga bosan dengan sajian telur yang itu-itu saja, tak ada salahnya jika mencoba berganti olahan ala menu negara luar. Misalnya, menu Masala asal India, Huevos Rancheroz dari Meksiko, atau Oeoufs Au Plat Bressane ala Perancis semacam roti yang dipanggang dengan krim dan telur.

Panduan teknik mengolahnya bisa didapatkan di internet. Cukup ketik “varian menu telur”, dijamin akan muncul puluhan resep pilihan. Dengan tutorial yang lengkap dan mudah, para ibu rumah tangga pasti mampu membuatnya.

Varian olahan telur semacam ini sudah barang tentu akan menarik perhatian anak untuk menyantapnya. Bentuk olahannya beda, namun kandungan gizi dalam telur tetap didapat.
Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, asupan gizi dari protein hewani dalam telur sangat dibutuhkan. Kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Bagaimana dengan orang dewasa, benarkah sebaiknya dibatasi mengonsumsi telur setiap hari? Bagi sebagian orang, mengonsumsi telur setiap hari tidak masalah. Namun ada juga yang khawatir terkena kolesterol. Menurut Ali Khomsan, meskipun nikmat, namun menikmati telur juga harus diperhatikan jumlahnya. “Kita mesti bijak dalam mengonsumsi,” katanya.

Menurut dia,  untuk orang Indonesia mengonsumsi telur lebih dari satu butir sehari tidak masalah, karena konsumsi pangan hewan lainnya seperti daging dan susu masih rendah. Oleh karena itu, konsumsi telur menjadi alternatif karena harganya lebih murah.

Kampanye Harus Gencar
Rendahnya tingkat konsumsi telur masyarakat Indonesia selama ini menjadi pemberitaan dari tahun ke tahun. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian pada 2016, menunjukkan rata-rata konsumsi telur ayam ras/kapita/tahun  99.796 butir.

Data lain menyebutkan pada 2017, konsumsi telur di Indonesia mencapai 18,44 kg/kapita/tahun. Tahun 2018 mencapai 17,73 kg/kapita/tahun, pada 2019 mencapai 17,77 kg/kapita/tahun. Namun terjadi peningkatan cukup signifikan pada 2020, yakni mencapai 28,16 kg/kapita/tahun.

Menurut Ali Khomasan, upaya peningkatan konsumsi telur ayam (termasuk daging ayam) harus jadi upaya semua pihak secara massif, terstruktur dan terpadu. Sebab itu, kampanye konsumsi telur perlu ditingkatkan lagi.

“Di level masyarakat kampanye ini bisa dilakukan melalui posyandu (pos pelayanan terpadu), di level nasional paling tidak Dirjen Peternakan atau Menteri Pertanian yang menyuarakan,” ujarnya.

Kampanye gizi dan edukasi kepada masyarakat harus digencarkan. Publik perlu terus diedukasi bahwa telur dan daging ayam merupakan sumber protein hewani yang ekonomis. Jika dilihat perbandingan harga per gram protein antara daging ayam dan telur ayam terhadap daging sapi, susu, domba, kambing, ikan dan lainnya, maka telur dan daging ayam lebih murah harganya. (AK)

KONSUMSI PROTEIN HEWANI DAN NABATI HINDARI ANCAMAN STUNTING

Webinar nasional asupan protein hewani dan nabati kurangi kasus stunting yang dipandu oleh Alfred Kompudu (kiri), bersama narasumber Muhammad Yani (kanan) dan Ali Khomsan (bawah). (Foto: Infovet/Ridwan)

Asupan pangan bergizi merupakan kebutuhan esensial bagi tiap individu, khususnya bagi ibu hamil dan balita. Kekurangan pangan bergizi dari protein hewani dan nabati menjadi salah satu penyebab tingginya kasus stunting.

“Balita yang stunting kecerdasannya akan kurang maksimal, dampak lainnya turut meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan. Situasi ini dapat memengaruhi pertumbuhan Indonesia,” ujar Ricky Bangsaratoe, selaku panitia penyelenggara Webinar Nasional “Gizi Seimbang Protein Hewani dan Nabati untuk Mengurangi Kasus Stunting di Indonesia”, Kamis (22/7/2021).

Saat ini prevalensi kasus stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Dari data yang ada pada 2020, kasus stunting berada diangka 24,1% dan menjadikan Indonesia urutan ketiga kasus stunting tertinggi di Asia. Ini juga berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan masyarakat. Karena itu, upaya pemerintah hingga 2024 mendatang, menargetkan penurunan stunting 2,5% per tahun, sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang mengharapkan prevalensi stunting turun 14% pada 2024.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Agus Suprapto, yang hadir sebagai keynote speech, menyebut untuk mengupayakan penurunan kasus stunting yang termasuk kronis ini dibutuhkan intervensi secara spesifik, terpadu dan konsisten, salah satunya melalui konsumsi protein hewani dan nabati.

Hal senada juga disampaikan Guru Besar Pangan dan Gizi IPB, Prof Dr Ir Ali Khomsan, yang menjadi narasumber. Menurutnya, intervensi gizi harus memprioritaskan pada keluarga yang memiliki anak stunting, juga pada keluarga miskin. Adapun tiga hal yang dapat dilakukan yakni subsidi pangan, perbaikan sanitasi dan pengentasan kemiskinan.

“Dari penelitian saya, keluarga miskin memiliki balita stunting 40%, sedangkan keluarga tidak miskin jumlah balita stunting-nya hanya 14,3%. Oleh karena itu, pemberian telur setiap hari sebagai makanan tambahan dapat mengentaskan stunting pada anak hingga 47% dan kasus anak kurus turun 74%,” ungkap dia.

Kendati demikian, realitas yang terjadi kebanyakan masyarakat Indonesia lebih gemar membeli rokok ketimbang sumber pangan bergizi bagi keluarga. Data dari BPS 2020, menyebutkan konsumsi rokok per tahun mencapai 1.300 batang dengan nilai mencapai Rp 2 juta/tahun. Sementara konsumsi daging ayam 15 kg dengan nilai Rp 525 ribu/tahun dan konsumsi telur hanya 9,5 kg dengan nilai Rp 235 ribu/tahun.

Hal itu salah satunya menjadi pemantik strategi nasional penurunan percepatan stunting di Indonesia. Beberapa strategi itu disebutkan Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Dr dr Muhammad Yani MKes PKK, diantaranya menurunkan prevalensi kasus stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi.

“Dampak stunting ini sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, kecerdasan, pertumbuhan dan gangguan metabolisme. Stunting juga menjadi penyakit penyebab kemiskinan, selain berpotensi menjadi ancaman bagi indeks pembangunan manusia di Indonesia,” pungkasnya. (RBS)

ASOSIASI PERUNGGASAN MINTA DAGING AYAM, TELUR DAN PAKAN JANGAN KENA PPN

Daging ayam. (Foto: Istimewa)

Bocornya isu PPN (Pajak Pertambahan Nilai) terhadap bahan pokok ramai menjadi perbincangan. Banyak yang menilai hal itu semakin mencekik rakyat apalagi di tengah kondisi pandemi COVID-19 yang urung usai.

Anggota DPR RI, Singgih Januratmoko, yang juga Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), berharap produk industri perunggasan beserta penunjangnya tidak dikenai pajak.

“Karena kalau dikenakan PPN ini pasti akan terjadi kenaikan cost produksi. Mengingat kondisi sekarang saja masih jauh dari harapan teman-teman peternak. Harapan peternak untuk ayam, telur dan pakan, serta industri penunjangnya tidak dikenakan PPN,” tutur Singgih dalam webinar “Dampak RUU PPN Terhadap Industri Strategis Nasional” yang digelar Pataka, Senin (1/7/2021).

Hal senada juga disampaikan Ketua Gabungan Organisasi Peternakan Ayam Nasional (GOPAN), Herry Darmawan. “Jangankan mikirin pajak, untuk mikirin hidupnya saja peternak sudah terengah-engah. Kita saat ini tengah dibebani penurunan harga ayam, itu dulu yang harus dibenahi, apalagi ditambah isu RUU PPN ini yang belum ada tapi sudah dilempar ke publik,” kata Herry.

Kendati demikian, ia tetap memperjuangkan agar industri perunggasan beserta penunjangnya tidak tersangkut pajak. “Saya sedang perjuangkan ini. Apabila pakan ternak dan obat hewan dikenai pajak, mungkin mereka bisa bayar, tapi bayarnya pakai duit peternak yang beli. Intinya jangan sampai pemerintah membebani pajak kepada peternak,” harapnya.

Walau belum pasti PPN dikenakan ke daging dan telur ayam maupun pakan ternak, namun hal ini menjadi batu sandungan bagi peningkatan konsumsi dua protein hewani tersebut, mengingat konsumsinya di Indonesia masih sangat rendah.

Hal itu disampaikan Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Achmad Dawami. Ia khawatir kesadaran masyarakat terhadap konsumsi protein hewani paling murah di Indonesia ini akan semakin menurun.

“Sebab saat ini edukasi terkait itu juga masih rendah. Jangan sampai kebutuhan prima ini membebani masyarakat yang akan mempermahal harganya dan memperkecil konsumsi protein hewani masyarakat,” ucap Dawami.

Kondisi itu juga menjadi perhatian Ketua Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Irawati Fari. “Kita lihat dulu kondisi masyarakat seperti apa. Contohnya ibu rumah tangga, ketika harga telur naik Rp 1.000 saja mereka pasti heboh. Karena apabila industri unggas dikenakan pajak, otomatis akan dibebani ke konsumen, dan bisa jadi akan terjadi pengurangan pembelian konsumsi protein hewani,” kata Irawati.

Dalam kesempatan yang sama, Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo, mengemukakan bahwa RUU PPN dirancang untuk mengatur dan menata kembali ke dalam sistem agar terdata secara baik. “Tidak terbesit sedikitpun pemerintah berniat mengenakan pajak untuk masyarakat bawah,” kata Yustinus.

Ia menjelaskan, skema PPN bahan pokok nantinya diperuntukan untuk komoditas yang bukan menjadi kebutuhan masyarakat luas. “Untuk kebutuhan masyarakat terkait bahan pokok, barang esensial tidak dipungut PPN, untuk barang sekunder bisa dengan PPN final rate (1%) dan barang lainnya bisa dengan tarif lebih rendah lagi,” paparnya.

Adapun usulan pengenaan PPN diantaranya general rate (12%), lower rate/GST (5%/7%), high rate (15%-25%) dan eskpor (0%). “Untuk industri strategis bisa dikenai tarif rendah, final rate atau bahkan tidak dipungut. Dan dari 11 bahan pokok, kemungkinan daging (sapi) dan beras akan dikenakan PPN, mengingat adanya gap yang masih sangat lebar,” ucap dia.

Dua hal tersebut disampaikan Yustinus, karena kelompok menengah ke atas masih menikmati PPN 0% pada barang dan jasa tertentu, termasuk bahan pokok. Padahal daya beli dan jenis harganya berbeda. Contohnya daging sapi biasa dengan daging wagyu atau beras biasa dengan beras premium. (RBS)

MAKAN TELUR, SIAPA TAKUT?

Tony Unandar. (Foto: Infovet/Ridwan)

Oleh:
Tony Unandar
Sekretaris Dewan Pakar Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI)

Tidak ada korelasi positif antara kegemaran mengonsumsi telur ayam dengan peluang mendapatkan serangan jantung. Penelitian ilmiah secara intensif yang berakhir tahun 1996 oleh Harvard School of Public Health Amerika telah membuktikan hal tersebut. Apakah hal ini merupakan secercah harapan baru untuk para penggemar telur?

Hewan ovipar, termasuk ayam umumnya meletakkan telur untuk kelangsungan keturunannya. Agar embrio yang terdapat di dalamnya dapat berkembang dengan baik, maka telur tersebut tentu saja harus mengandung komponen nutrisi lengkap dan seimbang sesuai yang dibutuhkan embrio selama perkembangan di dalamnya. Namun dengan adanya intensifikasi dan efisiensi peternakan ayam modern selama tiga dekade terakhir, telur konsumsi umumnya berasal dari ayam petelur modern yang tidak dibuahi.

Telur Ayam dan Nilai Nutrisi
Andai kata telur tidak mengandung kolesterol, tentu saja tidak akan ada kontroversi antara konsumsi telur dengan kesehatan manusia. Yang jelas menurut National Academy of Sciences (NAS) Amerika, sebutir telur ayam ras yang besar mengandung kira-kira 215 miligram (mg) kolesterol atau sama dengan duapertiga dari total kebutuhan kolesterol manusia dewasa perhari, yaitu sekitar 300 mg.

Tiap butir telur mengandung kira-kira 6 gram protein dan 5 gram senyawa lemak. Kira-kira 50% dari total protein telur terdapat dalam bentuk albumin (putih telur), sedangkan senyawa lemak umumnya terdapat dalam kuning telur dengan komposisi lemak tidak jenuh lebih dari 50%. Protein telur merupakan protein yang ideal bagi manusia, karena terdiri atas asam-asam amino esensial yang seimbang. Selain itu, telur juga mengandung zat besi (Fe), riboflavin, asam folat, vitamin B12, D dan E. Hampir serupa dengan daging, zat besi yang terkandung dalam kuning telur terbukti mempunyai bioaviabilitas tinggi, dengan demikian merupakan asupan penting bagi anak yang sedang bertumbuh. Walaupun tidak mengandung vitamin C, telur merupakan sedikit jenis makanan yang mengandung vitamin D cukup tinggi.

Telur mata sapi tiga-per-empat matang. (Foto: Istimewa)

Kolin merupakan suatu substansi nutrisi yang sangat penting bagi perkembangan fungsi kognitif (kesadaran dan pengertian) dari jaringan otak (Hasler, 2000). Kolin juga ditemukan dalam susu, hati dan kacang-kacangan. Secara alamiah, tubuh manusia mampu membentuk kolin sendiri, namun jumlahnya tidak mencukupi. Menurut NAS, seorang laki-laki dewasa membutuhkan asupan kolin sebanyak 550 mg/hari, sedangkan wanita dewasa sebanyak 425 mg/hari. Padahal, sebutir telur ayam mengandung paling tidak 280 mg kolin/butir. Ini berarti memenuhi lebih dari separuh kebutuhan kolin baik pada laki-laki maupun wanita dewasa.

Kandungan Nutrisi Perbutir Telur Ayam Ras (ACSH*, 2002)

Komponen

Kandungan/Butir Telur

Kalori

75 kal

Total lemak (fat)

5 gr

Lemak jenuh

1,5 gr

Kolesterol

213 mg

Protein

6,25 gr

Vitamin A

317 IU

Vitamin D

24 IU

Vitamin E

0,7 mg

Vitamin B12

0,5 mcg

Vitamin B6

0,07 mg

Asam folat

23 mcg

Thiamin

0,031 mg

Riboflavin

0,254 mg

Fosfor

89 mg

Zink

0,5 mg

Zat Besi

0,72 mg

Kolin

280 mg

Lutein

150-250 mcg

Zeaxanthin

200 mcg

Sumber: ACSH/American Council on Science and Health (2002).


Telur Ayam dan Konsep Kepadatan Nutrisi
Seorang ahli nutrisi umumnya selalu mencermati komposisi dan kepadatan nutrisi dari masing-masing bahan pangan. Bahan pangan yang mengandung kepadatan nutrisi tinggi adalah bahan pangan yang secara relatif mengandung komponen nutrisi penting dalam porsi tinggi seperti yang dibutuhkan manusia setiap harinya. Itulah sebabnya untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, setiap orang sebaiknya mengonsumsi bahan pangan yang mempunyai kepadatan nutrisi tinggi.

Telur ayam adalah salah satu contoh bahan pangan yang mengandung kepadatan nutrisi tinggi. Secara substansial telur ayam juga mengandung komponen nutrisi yang sangat bervariasi (lihat juga pada tabel di atas). Tiap butir telur ayam yang relatif besar (+ 60 gram/butir) mengandung 4% dari total kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh seseorang yang mengonsumsi 2.000 kalori perhari. Sebutir telur ayam juga paling tidak memberi kontribusi sedikitnya 4% dari kebutuhan manusia dewasa perharinya dalam hal protein, riboflavin, vitamin A, vitamin B6, vitamin B12, asam folat, zat besi, fosfor dan seng (zinc).

Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan Amerika pada 2002, ternyata orang yang mengonsumsi telur ayam rata-rata mempunyai tingkat kecukupan dan kelengkapan nutrisi yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak mengonsumsi telur ayam. Karena telur ayam tidak mengandung vitamin C, maka sangat dianjurkan selain mengonsumsi telur ayam juga mengonsumsi jus buah atau buah-buahan segar secara bersamaan.

Telur Ayam dan Isu Kolesterol
Pandangan mengenai peranan telur ayam dalam diet ternyata terus mengalami pergeseran nyata. Dalam masyarakat tradisional misalnya, telur ayam dianggap suatu bahan makanan yang terbaik, murah dan mempunyai cita rasa lezat. Itulah sebabnya, setiap anggota masyarakat dianjurkan mengonsumsi telur setiap hari. Akan tetapi, pada sejak dekade 1970-an, ketakutan akan mengonsumsi telur mengalami peningkatan. Adanya isu keterkaitan kandungan kolesterol yang ada dalam telur ayam dengan insiden serangan jantung pada masyarakat modern telah mengakibatkan suatu ketakutan untuk makan telur ayam. Walaupun ternyata keliru, kondisi ini kadang kala dimanifestasikan dalam tindakan yang berlebihan.

Dari banyak penelitian ilmiah telah dibuktikan bahwa kadar kolesterol darah yang tinggi, khususnya low-density cholesterol (LDL) biasanya selalu berasosiasi dengan tingginya risiko kejadian aterosklerosis (suatu kondisi dimana pembuluh darah mengalami penebalan dan pengerasan). Kondisi terakhir inilah yang merupakan faktor pencetus tingginya insiden serangan jantung (strokes) pada manusia.

Patut diketahui bahwa kolesterol dalam sistem sirkulasi darah manusia sebenarnya berasal dari dua sumber, yaitu yang dibentuk di dalam tubuh dan sebagian berasal dari bahan makanan. Dalam kondisi normal, tubuh selalu menjaga agar kadar kolesterol darah selalu berada dalam kondisi stabil. Ini berarti jika konsumsi kolesterol dari bahan makanan meningkat, maka tubuh secara otomatis akan mengurangi sintesa (pembentukan) kolesterol dalam tubuh, demikian juga sebaliknya. Mekanisme inilah sebenarnya merupakan argumentasi awal yang dapat menjelaskan mengapa mengonsumsi kolesterol dari bahan makanan hanya akan memberi efek yang tidak terlalu besar terhadap peningkatan kadar kolesterol dalam darah.

Majalah Circulation yang diterbitkan oleh American Heart Association dalam edisi ketiga volume 102 tahun 2000 mempublikasikan bahwa kolesterol dalam diet (makanan) bukanlah suatu faktor utama yang menentukan kadar kolesterol darah. Laporan penelitian ini sebenarnya memperkuat hasil penelitian ilmiah intensif yang dilakukan oleh ACSH pada 1996 yang membuktikan bahwa jenis dan jumlah lemak yang ada dalam diet adalah lebih penting dalam mempengaruhi kadar kolesterol darah, bukan kadar kolesterol dalam diet. Padahal, kadar LDL dalam darah sudah terbukti disebabkan karena konsumsi lemak jenuh yang berlebihan. Sebutir telur, walaupun mengandung kolesterol, namun hanya memenuhi 1,7% kebutuhan lemak jenuh pada manusia dewasa (J Am Coll Nutr 2000; 19: 495S-498S).

Jadi, dengan adanya penelitian yang intensif terkait dengan diet dan penyakit metabolik secara umum, pandangan mengenai peranan telur ayam dalam frekuensi kejadian serangan jantung pada manusia mengalami pergeseran. Sekarang, telur ayam justru dianjurkan untuk dikonsumsi pada batas-batas yang wajar, bukan dianggap suatu yang sangat menakutkan.

Telur Ayam dan Isu Alergi
Reaksi alergi terhadap beberapa bahan makanan dapat saja terjadi pada beberapa individu yang peka terhadap bahan tertentu. Kondisi ini dapat terjadi pada anak-anak atau orang dewasa, hanya saja kejadian pada anak bisanya relatif lebih tinggi. Sebagai contoh, di Amerika kira-kira 1,5% orang dewasa dan 6% anak-anak dilaporkan mengalami alergi terhadap satu atau beberapa jenis bahan makanan. Reaksi alergi yang tampak bisa mulai dari yang paling ringan misalnya gatal-gatal sampai ke yang paling parah yaitu kematian.

Berdasarkan laporan Food Allergy and Anaphylaxis Network pada 2001, ternyata ada kira-kira 175 jenis bahan makanan yang mengandung senyawa kimia yang dapat menjadi pencetus reaksi alergi pada orang tertentu yang mengonsumsinya. Sebanyak 90% dari bahan makanan tersebut tergolong dalam kacang tanah, kenari, kacang almond, buah kemiri, susu, ikan, telur, kacang kedelai, tepung terigu dan bangsa kerang. Walaupun reaksi alergi terhadap telur ayam pada beberapa individu memang ada, akan tetapi insiden kejadiannya di lapangan relatif sangat kecil. Sebagai pembanding, berdasarkan laporan Food Allergy Basics pada 2001, reaksi alergi hebat terhadap bahan makanan di Amerika hanya berkisar 30.000 kasus/tahun.

Jadi, telur memang sangat dibutuhkan bagi anak yang sedang berkembang, selain mencegah stunting (kekerdilan) pada balita, juga perlu untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap mendapat nutrisi yang cukup dan lengkap, terutama dimasa pandemi COVID-19 yang masih berkecamuk. (toe)

MENKO PEREKONOMIAN DORONG KONSUMSI AYAM DAN TELUR

Menko Perekonomian, Airlangga Hartanto (tengah), saat simbolis mengonsumsi ayam dan telur dalam kunjungan kerja di Jatinom, Klaten. (Foto: Dok. Pinsar)

Klaten, Sabtu 19/6/2021. Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Airlangga Hartarto, menggelar kunjungan kerja di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Ia mendorong masyarakat mengonsumsi protein hewani untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Menurut politisi Golkar yang juga anggota Komisi VI DPR, Singgih Januratmoko, mengatakan kunjungan kerja tersebut sekaligus membagikan bantuan sosial berupa paket ayam dan telur. Bansos tersebut merupakan kerja sama Menko Aialangga Hartarto,  DPP Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Indonesia dan BNI.

“Acara ini sekaligus pemecahan rekor MURI, pembagian 50.000 telur. Penyerahan simbolik paket ayam dan telor diserahkan kepada 500 warga Jatinom,” ujar Singgih yang juga Ketua Pinsar Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (19/6).

Singgih menambahkan, pemecahan rekor Muri tersebut merupakan salah satu upaya Menko Perekonomian mendorong konsumsi protein hewani dalam kondisi pandemi COVID-19. Hal tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan daya serap produksi unggas nasional.

“Pemecahan rekor MURI tersebut menunjukkan kepedulian Menko Airlangga Hartarto terhadap masalah perunggasan dengan kampanye konsumsi ayam dan telur,” ucap dia.

DPP Pinsar yang menaungi peternak mandiri UMKM berharap, kepedulian dan dukungan Menko Perekonomian mampu menggerakkan ekonomi, sehingga rakyat sehat dan ekonomi bangkit.

“Menko Airlangga Hartarto menjadi ikon bagi masyarakat perunggasan dan bagi keluarga Indonesia pada umumnya, dalam kepedulian terhadap pemenuhan gizi keluarga melalui protein ayam dan telur,” ungkap Singgih.

Ia pun turut menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan BNI dan masyarakat Jatinom yang membantu kesuksesan acara penyaluran bantuan sosial sekaligus pemecahan rekor MURI. Selain itu, juga dilakukan penandatangan kerja sama antara BNI dan DPC Pinsar Klaten untuk penguatan modal usaha bagi peternak. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer