Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Peternak Ayam | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PEMERINTAH BANTU SERAP TELUR PETERNAK RAKYAT

Pemerintah bantu serap 1 juta telur milik peternak rakyat. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan aksi peduli dengan menyerap 1 juta telur dari peternak rakyat.  Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah membantu penyerapan telur di tingkat peternak sekaligus peningkatan konsumsi protein hewani.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, menyampaikan bahwa kegiatan penyerapan telur ini merupakan tindak lanjut dari hasil koordinasi dengan Kemenko Perekonomian yang kemudian mengimbau aksi solidaritas bersama untuk peternak rakyat.

“Telur yang dibeli oleh Kementan diperuntukkan untuk konsumsi pegawai Kementan, yayasan panti asuhan dan yatim piatu,” ujar Mentan Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/11).

Ia mengemukakan, penyerapan telur peternak ini ditargetkan sebanyak 1 juta butir atau setara 62,5 ton dengan harga beli Rp 19.000/kg. Pada tahap pertama telah diserap sebanyak 30 ton dan sisanya sebanyak 32,5 ton akan diserap pada tahap selanjutnya. Lokasi sentra penyerapan telur terdiri dari Provinsi Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Dukungan semua pihak dalam melakukan aksi solidaritas sangat dibutuhkan sebagai bentuk kepedulian terhadap peternak. Semoga upaya kepedulian ini dapat memicu pemulihan stabilitas perunggasan telur ayam ras,” ucap dia.

Ia menambahkan, harga telur ayam ras dipengaruhi oleh volume supply di kandang dan daya serap pelaku pasar. Sementara, volume supply di kandang tergantung dari struktur umur induk dan sebaran produksi puncak tidak merata setiap bulan.

Selain itu, pola konsumsi juga bersifat musiman, terutama di daerah-daerah sentra produksi dan menyesuaikan HBKN dan kegiatan hajatan masyarakat berkaitan dengan penanggalan Jawa. “Produksi telur tinggi di daerah sentra memengaruhi peternak dan pelaku pasar mencari potensi pasar di daerah yang memiliki tren harga stabil dan lebih tinggi,” katanya.

Akibat mekanisme pasar dan distribusi telur antar daerah, harga telur ayam ras fluktuatif. Terlebih, adanya kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama pandemi COVID-19, pengaruhi konsumsi telur mengalami penurunan. Padahal, potensi produksi telur ayam ras pada Oktober sebanyak 426.241 ton dan kebutuhannya 377.744 ton. Jumlah ini berpotensi surplus sebanyak 48.497 ton. Pada 2021, produksi telur ayam diperkirakan mencapai 5,52 juta ton dengan tingkat konsumsi sebesar 5,48 juta ton.

Sementara Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah, menyampaikan pada saat harga telur di bawah harga acuan, maka pemerintah akan bergerak menyerap komoditas tersebut. Penyerapan telur dari peternak rakyat akan dilakukan terus oleh Kementan hingga harga membaik.

“Hal yang terpenting kita dapat berupaya mengurangi efek fluktuasi harga yang menekan harga telur dan merugikan peternak,” kata Nasrullah.

Berdasarkan laporan Petugas Informasi Pasar (PIP), harga telur ayam ras di tingkat peternak di Pulau Jawa per 13 Oktober 2021 tercatat rata-rata Rp 15.943/kg, harga terendah terjadi di Provinsi Jawa Timur rata-rata Rp 13.333/kg dan di Jawa Barat Rp 16.719/kg.

Sementara dari data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per 13 Oktober 2021, rata-rata harga jual telur di tingkat konsumen mencapai Rp 23.100/kg secara nasional. Namun harga telur di sejumlah wilayah terpantau berada di bawah rata-rata. Misalnya DKI Jakarta harga telur kini Rp 19.000/kg, Jawa Barat Rp 18.900/kg dan Jawa Timur Rp 18.050/kg. Selain itu, di Lampung kini harga telur Rp 20.350/kg, Jambi Rp 19.850/kg dan Sulawesi Barat Rp 18.150/kg.

Pada kesempatan tersebut turut juga ditandatangani nota kesepahaman antara Ditjen PKH dengan PT Biogene Plantation, terkait kerja sama penyerapan telur dalam rangka upaya stabilisasi pasokan dan harga pembelian di tingkat peternak UMKM. (INF)

TEMUI KEMENTERIAN PERTANIAN, PERHIMPUNAN PETERNAK MINTA PERLINDUNGAN

Audiensi peternak mandiri yang tergabung dalam PPRN bersama Ditjen PKH di Gedung C, Kementan. (Foto: Dok. Infovet)

Para peternak ayam yang tergabung dalam Perhimpunan Peternak Rakyat Nusantara (PPRN) kembali menemui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), meminta perlindungan usahanya yang kerap merugi akibat produksi dan fluktuasi harga.

Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, rencananya peternak melakukan aksi damai di Gedung A Kementan dan Istana Negara. Namun hal itu disambut pemerintah dengan menggelar audiensi bersama Ditjen PKH di Gedung C, Kementan.

“Intinya dalam diskusi tadi peternak mandiri ingin meminta kepastian harga live bird (LB) minimal di harga acuan Permendag No. 7/2020. Memasuki Juli harga LB itu jeblok, paling parah di Jawa Tengah dikisaran Rp 10.000-11.000/ekor,” kata Ketua PPRN, Alvino Antonio, ditemui Infovet usai audiensi di Kementan, Selasa (28/7/2020).

Kendati demikian lanjut Alvino, walau pada Senin (27/7/2020), harga LB sudah mulai merangkak naik, namun masih tetap berada di bawah HPP (harga pokok produksi) peternak yang sebesar Rp 18.500. “Kita enggak tahu kenapa naiknya, tapi kan selalu disaat demo harga naik dan setelah demo harga turun lagi,” ucapnya.

Harga ayam pun diakui Alvino sempat bagus pada April-Mei 2020, namun itu tidak dirasakan peternak karena ketidaksiapan peternak mandiri pada saat chick-in dan kekurangan modal.

“Pemeliharaan peternak mandiri saat itu berkurang, sejak ditetapkannya pandemi COVID-19 harga justru sempat bagus tuh, kan lucu disaat pandemi yang katanya demand turun diperkirakan 50-60% tapi harga di atas 22.000/ekor, enggak masuk akal,” ungkap Alvino.

Ia menambahkan, “Memang saat itu kandang-kandang peternak mandiri belum siap akibat panen tertunda dan banyak yang tidak punya uang. Karena uang yang ditanam itu tinggal 25-30% dampak dari harga LB yang sempat menyentuh Rp 6.000-7.000/ekor, kalau HPP kita di 17.500-18.500 bisa dibayangkan kerugiannya seperti apa. Jadi otomatis pada mengurangi chick-in,”

Untuk itu ia pun menilai untuk memperbaiki harga di tingkat peternak, upaya cutting PS (parent stock) masih sangat diperlukan. “Tadi sempat dibicarakan juga, nanti biar pemerintah yang mengatur bersama para breeding PS saja,” kata dia.

“Pokoknya yang penting dari peternak mandiri, kita minta perlindungan kepada pemerintah agar keberlangsungan usaha kita jadi jelas, yakni harga LB tingkat peternak berada di harga acuan pemerintah.”

Hal senada juga disampaikan oleh peternak yang juga tergabung dalam PPRN, Kadma Wijaya. Menurutnya perbaikan harga di tingkat peternak sangat diperlukan agar usaha peternak rakyat mandiri tidak punah dan tetap bertahan.

Upaya Jangka Pendek-Menengah-Panjang
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Kementan, Sugiono, yang turut hadir dalam diskusi, menjelaskan beberapa langkah untuk stabilisasi perunggasan nasional.

“Dalam program jangka pendek kami akan mengoptimalkan data setting hatching report (SHR) sebagai acuan penyajian data supply dan demand FS (final stock) aktual setiap minggu,” kata Sugiono.

Berdasarkan basis data supply dan potensi demand mingguan tersebut, secara cepat dapat dilakukan tindakan antisipatif berupa pengendalian produksi FS melalui afkir dini PS. Penyerapan live bird peternak oleh mitra perusahaan perunggasan dan penugasan BUMN juga akan ada dikala supply berlebih dan harga live bird berada di bawah HPP.

Pemerintah juga dikatakan Sugiono akan mengawal penyimpanan dan distribusi daging beku (karkas) dari cold storage untuk menstabilkan harga daging ayam yang mahal melebihi harga acuan penjualan di tingkat konsumen.

“Kami juga menghimbau peternak mandiri agar segera melakukan Standing Order (SO) DOC FS kepada pembibit untuk 3-4 minggu ke depan. SO sebagai acuan produksi DOC FS, pembibit melakukan setting telur HE berdasarkan SO untuk peternak mandiri dan internal farm,” jelasnya.

Adapun langkah yang akan dilakukan untuk jangka menengah seperti mengusulkan review struktur biaya produksi ayam ras sebagai rekomendasi perubahan harga acuan Permendag No. 7/2020. Lalu, harga acuan pembelian di tingkat peternak untuk live bird dan telur ayam ras diupayakan mencapai efisiensi dalam aspek upaya produktivitas (performa) serta mempertimbangkan harga pakan dan DOC.

Selanjutnya, diharapkan adanya efisiensi biaya produksi maka HPP live bird dan telur ayam ras menjadi lebih rendah dan menjadi rekomendasi perubahan harga acuan Permendag yang dinilai terlalu tinggi. Meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) subsektor peternakan dengan perbaikan harga LB dan telur ayam ras. Juga upaya memvalidasi data demand dari setiap provinsi sebagai basis perhitungan supply-demand menurut wilayah.

Sedangkan dalam upaya jangka panjang, pemerintah akan merumuskan kewajiban pemotongan ayam ras di RPHU dan optimalisasi cold storage untuk menekan peredaran LB. Optimalisasi tata niaga ayam ras melalui rantai dingin, akselerasi target peningkatan konsumsi daging dan telur ayam ras melalui promosi dan peningkatan industri olahan, serta akselerasi capaian target ekspor produk unggas dengan memperluas penerapan sistem kompartemen bebas AI. (RBS)

HINGGA KINI SERAPAN AYAM PETERNAK MANDIRI SUDAH 600 RIBU EKOR

Pembelian ayam milik peternak mandiri di Kampung Curug Dendeng, Desa Lulut, Kecamatan Kalapa Nunggal, Kabupaten Bogor. (Foto: Humas PKH)

Kerja sama penyerapan ayam ras (livebird) peternak mandiri oleh para mitra peternakan hingga 7 Mei 2020, sudah mencapai 613.870 ekor atau 14,90% dari target 4.119.000 ekor.

“Kami terus mengimbau perusahaan pembibitan ayam ras dan perusahaan pakan ternak yang telah melakukan pembelian livebird agar dapat terus memaksimalkan penyerapan sesuai komitmennya,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (7/5/2020).

Lebih lanjut dikatakan, data capaian pembelian livebird di tingkat provinsi diantaranya Provinsi Jawa Barat (312.024 ekor), Banten (18.695 ekor), Jawa Tengah (181.585 ekor), DI Yogyakarta (6.847 ekor), Jawa Timur (79.487 ekor) dan Sumatera Utara (15.232 ekor).

Ia menambahkan, dari kerja sama tersebut terdapat enam mitra peternakan yang penyerapannya di atas 50% dan empat perusahaan mitra lainnya telah melebihi target (lebih dari 100%) yakni PT Expravet, PT Intertama Trikencana Bersinar, PT Ayam Manggis dan CV Surya Inti Pratama.

Menurut catatan timnya juga, penyerapan terbesar saat ini dilakukan oleh PT Charoen Pokphand sebanyak 190.513 ekor (19,05% dari komitmen) dan PT De Heus sebanyak 115.161 ekor (11,52% dari komitmen). 

“Tentunya kami apresiasi komitmen yang diberikan sebagai wujud solidaritas untuk saling menguatkan rasa kebersamaan dalam membantu peternak saat ini,” ucapnya.

Sementara Head Poultry Value Chain PT De Heus, A. Bagus Pekik, menyampaikan bahwa bagi mereka pembelian livebird peternak ini merupakan bentuk kebersamaan anak bangsa. “Kami siap membeli satu juta ekor livebird peternak mandiri, walaupun kami tidak memiliki RPHU dan cold storage, namun kami carikan untuk membantu masalah ini,” kata Bagus. 

Hal senada juga disampaikan oleh Suwandi pimpinan PT Karya Indah Pertiwi yang berkomitmen membeli livebird peternak mandiri sebanyak 50.000 ekor dengan harga Rp 15.000/kg. “Semoga ini jadi awal perbaikan harga ayam pedaging menuju harga BEP dan mendukung sukses dan berkembangnya peternak rakyat mandiri,” ucapnya.

Dukungan para mitra peternakan disambut baik oleh peternak mandiri juga oleh dinas terkait di enam provinsi. Salah satunya Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, Muhamad Syafriadi. Ia berharap fasilitasi penyerapan livebird dapat mengurangi supply ayam ke pasar, sehingga akan terjadi keseimbangan.

“Diharapkan harga akan meningkat dan pada gilirannya peternak bisa menikmati hasil usahanya,” pungkasnya. (INF)

SEBANYAK 455.318 EKOR AYAM PETERNAK MANDIRI TELAH DISERAP

Pembelian ayam milik peternak mandiri di kawasan Rumpin, Bogor. (Foto: Humas PKH)

Dalam waktu sembilan hari sejak disepakatinya komitmen pembelian ayam ras (live bird) peternak mandiri oleh mitra peternakan yang terdiri dari perusahaan pembibitan ayam ras dan perusahaan pakan ternak, sebanyak 455.318 ekor live bird peternak mandiri telah berhasil diserap oleh mitra peternakan.

“Sampai 1 Mei 2020, live bird yang sudah dibeli mitra peternakan sekitar 11,05% dari target 4.119.000 ekor,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementan, I Ketut Diarmita, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jum'at (1/5/2020).

Berdasarkan data yang dimilikinya, pembelian live bird terbanyak selama sembilan hari itu dilakukan oleh PT Charoen Pokphan Indonesia, yakni sebanyak 154.921 ekor atau 15,49% dari target satu juta ekor yang akan dibelinya.

“Bahkan ada tiga mitra peternakan kita yang sudah melakukan pembelian dan telah melebihi komitmen yang disampaikan, yakni PT Expravet, PT Intertama Trikencana Bersinar dan PT Ayam Manggis,” ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa pembelian live bird peternak mandiri tersebar di enam provinsi, dengan capaian Provinsi Jawa Barat sebanyak 253.566 ekor, Banten 8.040 ekor, Jawa Tengah 120.915 ekor, DI Yogyakarta 3.905 ekor, Jawa Timur 53.660 ekor dan Sumatera Utara 15.232 ekor.

Sementara itu Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono, menyebutkan bahwa pembelian ayam hidup oleh mitra peternakan ini terus berjalan setiap hari. Ia menegaskan bahwa Tim Ditjen PKH selalu memonitor proses ini dan berharap bahwa langkah yang dilakukan melalui dapat meringankan beban peternak mandiri yang terkena dampak COVID-19. 

“Kita berharap bahwa penugasan penyerapan/pembelian live bird peternak mandiri oleh BUMN dapat segera terwujud, sehingga semakin banyak peternak mandiri terbantu," pungkasnya. (INF)

PETERNAK MADIUN BAGI AYAM GRATIS

Warga berebut "bantuan" ayam dari peternak di Madiun

Lagi - lagi pil pahit terpaksa ditelan oleh peternak. Parahnya kini, selain berkutat dengan masalah fluktuasi harga, secara tidak langsung pendapatan mereka berangsur menurun akibat wabah Covid-19.

Seperti yang dilakukan oleh peternak ayam broiler di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Mereka membagikan ribuan ayam secara gratis, menyusul anjloknya harga ayam sejak pertengahan 2019 hingga saat ini.

Di Pasar Dungus, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Kamis (16/4/2020), sejumlah peternak mulai membagi-bagikan ayam secara gratis, warga di sekitar pasar pun terlihat antusias menerima "bantuan" ayam tadi.

Setidaknya delapan mobil pick up dikerahkan untuk mengangkut sekitar 2.000 ekor ayam broiler hidup. Setelah mobil terparkir, ratusan warga berlari mendekat hingga berdesak-desakan berebut mengambil ayam.  Pengambilan ayam tidak dibatasi. Rata-rata warga mengambil dua hingga tiga ekor. 


"Harga ayam hidup di kandang saat ini sangat hancur sampai kami tidak mampu membeli pakan. Harga saat ini sebesar Rp 6.000 per kilogram. Sementara harga pokok penjualan (HPP) sesuai peraturan menteri pertanian paling rendah Rp 17.000 per kilogram," ujar Yusak Dwi Prasetyo, salah satu peternak ayam di Kabupaten Madiun.

 Aksi bagi-bagi ayam gratis sebagai bentuk wujud keresahan peternak ayam yang tidak mampu lagi berpoduksi jika harga masih jauh di bawah standar. Peternak lebih baik membagikan ayam itu gratis kepada masyarakat daripada membiarkan ribuan ayam mati kelaparan karena tidak diberi makan.

"Lebih baik kami bagikan ayam ini gratis kepada masyarakat agar bisa dinikmati," ungkap Yusak.  Bila tidak ada perubahan harga dalam waktu dekat, peternak akan kembali membagikan ribuan ayam kepada masyarakat.

Harapannya, aksi bagi ayam gratis dapat membuka mata pemerintah bahwa peraturan yang dibuat tidak berjalan efektif di lapangan. Salah satunya peraturan pemerintah yang mengatur harga ayam hidup ambang terendah di kandang sebesar Rp 17.000 per kilogram. Para peternak pun kebingungan dengan jatuhnya harga ayam hidup di lapangan. Pasalnya harga eceran daging ayam di pasar tetap stabil diatas Rp 20.000.

"Semestinya bila harga di kandang Rp 6.000 perkilogram maka harga daging ayam seharusnya Rp 15.000 perkilogramnya," jelas Yusak.

Senada dengan Yusak, Suwito peternak ayam lainnya menyatakan harga ayam hidup makin anjlok setelah wabah corona melanda Indonesia. Bahkan selama beternak ayam belasan tahun, harga ayam hidup terendah mencapai Rp 6.000 per kilogram, jauh di bawah harga standar.

"Harga ayam hidup makin hancur setelah wabah corona terjadi. Banyak peternak ayam gulung tikar karena tidak kuat menanggung beban biaya pakan dan operasional," jelas Suwito.

Suwito mengatakan harga ayam hidup mulai jatuh sejak pertengahan 2019. Harga ayam makin anjlok setelah masuk awal tahun 2020. Menurut Suwito, saat ini masih ada peternak yang bertahan lantaran menghabiskan stok ayam hidup. Suwito berharap pemerintah segera mengambil langkah cepat untuk menyelamatkan peternak ayam. (CR)






AGAR PENCERNAAN BEKERJA OPTIMAL

Kepadatan kandang harus diperhatikan agar meminimalisir stres yang bisa memicu penyakit pencernaan. (Foto: Dok. Infovet)

Dalam aspek pemeliharaan ayam, banyak sekali tantangan yang dihadapi peternak. Masalah pada saluran pencernaan kerap kali terjadi, baik yang bersifat infeksius maupun non-infeksius. Lebih kece lagi ketika keduanya berkomplikasi dan menimbulkan masalah yang epik di lapangan.

Seperti yang pernah dialami oleh peternak broiler kemitraan asal Bogor, Supendi. Ketika kebijakan pakan non-AGP (Antibiotic Growth Promoter) mulai diberlakukan, dirinya merasa performa ayam di kandangnya menurun cukup drastis. Hal ini semakin rumit karena diperparah dengan cuaca ekstrem, sangat panas di siang hari dan dingin di malam hari.

“Awalnya ayam cuma diare, terus saya kasih obat anti diare. Setelah jalan dua hari bukannya sembuh enggak tahunya malah diare berdarah gitu. Saya panik, langsung telepon TS obat, besoknya dateng konsultasi dan fix ayam saya kena koksi,” tutur Supendi kepada Infovet

Saat itu untungnya ayam sudah berusia 25 hari, walaupun bobot badannya di bawah standar, Supendi langsung melakukan panen dini ketimbang merugi lebih lanjut. Ia pun langsung berbenah, semua aspek yang berkaitan dengan kasus yang ia alami langsung diperbaiki dan cari tahu penyebabnya. 

“Pakan dan air minum tidak bermasalah, semua aspek saya sudah penuhi. Tetapi memang mungkin saya teledor pada cara pemeliharaannya, memang beda ketika AGP sudah dilarang, cara pelihara juga harus berubah,” ungkap dia.

Merubah Cara Pandang 
Dilarangnya AGP kerap kali dijadikan kambing hitam oleh peternak di lapangan terkait masalah yang mereka alami. Tidak semua orang seperti Supendi, memiliki pemikiran positif dan mau merubah tatacara budidayanya. Di luar sana masih banyak peternak yang sangat yakin bahwa AGP adalah “dewa” yang harus hadir disetiap pakan unggasnya.

Seorang nutrisionis PT Farmsco Indonesia, Intan Nursiam, mengakui bahwa saat ini mindset dari peternak harus diubah, utamanya terkait pakan. “Semua produsen pakan pasti berlomba-lomba dengan keadaan yang ada saat ini tentang bagaimana menggantikan AGP dengan formulasi yang terbaik. Masalahnya, mindset peternak ini sulit diubah, mereka pasti akan selalu menganggap pakan merk A, B dan sebagainya udah tidak sebagus dulu. Hal ini wajar, soalnya tiap formula berbeda, tinggal peternaknya saja,” kata Intan.
Lebih lanjut dikatakan, jika mindset peternak tidak kunjung berubah di era yang memang sudah berubah ini, tentunya akan... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2019.

PETERNAK MENUNTUT HARGA PAKAN DAN DOC TURUN

Demonstrasi peternak unggas rakyat yang tergabung dalam PPRPN di depan Istana Negara, Selasa (5/3). (Foto: Infovet/Ridwan)

Ribuan peternak ayam broiler yang tergabung dalam Sekber Penyelamatan Peternak Rakyat dan Perunggasan Nasional (PPRPN) menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Negara, Selasa (5/3).

Sebagian tuntutan dari peternak yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia ini meminta harga DOC dan pakan turun, agar biaya produksi tak membengkak.

"Harapan kita hari ini pemerintah mendengar apa yang menjadi keinginan peternak rakyat, yakni harga ayam harus naik di tingkat peternak. Sebab DOC dan pakan, serta sapronak lain yang kita beli di perusahaan tinggi harganya, ini memicu peternak rakyat bangkrut. Padahal kita hanya ingin menikmati hasil dari budidya kita," ujar Sugeng Wahyudi, salah satu koordinator aksi saat ditemui Infovet.

Hal senada juga diungkapkan oleh beberapa perwakilan peternak rakyat dari daerah, diantaranya Lampung, Jawa Timur, Kalimantan, Bandung, Medan, yang meminta harga bibit serta pakan ternak turun dan harga jual ayam tidak ambruk di bawah hpp (Harga Pokok Produksi).

"Turunkan harga bibit dan pakan, jika tidak kita bakar saja. Pemerintah itu kalo kita jual (ayam) di atas hpp, pemerintah bertindak, tapi kalo harga jual turun di bawah hpp pemerintah diam saja," ujar perwakilan peternak Kalimantan saat menyampaikan aspirasinya.

Harga pokok produksi yang sudah diatur saat ini mencapai Rp 19-20 ribu/kg (live bird). Namun beberapa tahun terakhir harga jual ayam selalu berada di bawah hpp. Sementara adapun kenaikan harga DOC yang mencapai Rp 1.595/ekor dan pakan sebesar Rp 850/kg. Kenaikan terjadi sebanyak enam kali sepanjang 2018. Melonjaknya harga pakan disebabkan kenaikan harga jagung dalam negeri dan penguatan dollar. Sedangkan kenaikan harga DOC dipicu kenaikan harga pakan dan kenaikan biaya depresiasi akibat kosongnya kandang induk pasca pemangkasan produksi.


Aksi demonstrasi peternak rakyat yang meminta perlindungan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Selain itu, ditambahkan perwakilan peternak daerah Lampung, yang meminta budidaya dikembalikan seutuhnya kepada peternak mandiri. "Budidaya itu milik rakyat, kita juga ingin besar. Tolong perhatikan nasib kami (peternak). Ini kita akan perjuangkan sampai titik darah penghabisan."

Ini tentunya menjadi indikasi lemahnya pemerintah mengawasi industri perunggasan. Hal itu juga yang disampaikan Haris Azhar dari Lokataru.

"Pemerintah tidak mau mendengar peternak yang tiap hari gulung tikar dan merugi, mereka lebih peduli terhadap perusahaan besar, kita tidak bisa biarkan ini. Kita harus tuntut produksi peternakan milik peternak rakyat," katanya dihadapan para peternak. (RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer