-->

MENDALAMI VARIASI GENETIK VIRUS AI BERSAMA ADHPI

Foto Bersama Para Peserta Seminar 
(Foto : CR)


Pada hari kedua pameran ILDEX 2025, tepatnya 18 September 2025 Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia menggelar seminar teknis perunggasan. Tema yang diangkat yakni "Molecular Basis for Antigenic Variation in H5N1 and It's Impact on Control By Vaccination". Yang bertindak sebagai pembicara yakni Dr Teguh Prajitno selaku peneliti yang juga merupakan Strategic Business Unit Animal Health & Livestock Equipment PT JAPFA.

Dalam sambutan pembukaan, Ketua Panitia Drh Baskoro Tri Caroko menyampaikan rasa syukurnya atas terselenggaranya acara tersebut. Ia juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kesuksesan acara tersebut.

Menurutnya mewabahnya penyakit Avian Influenza (AI) alias Flu Burung merupakan tonggak sejarah yang tak bisa dilupakan dan merupakan cikal bakal berdirinya ADHPI di kemudian hari.

"Tidak bisa dipungkiri, ketika wabah AI melanda Indonesia pada 2003-2004 lalu, kita semua kelimpungan, akan tetapi kita semua membuktikan bahwa dokter hewan di perunggasan dapat bekerja sama, berkolaborasi sebagai sebuah tim yang bertugas untuk menyelamatkan negara dari wabah AI, ini tentunya penting bagi ketahanan pangan kita," tutur Baskoro.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum ADHPI Drh Dalmi Triyono mengatakan bahwa AI merupakan penyakit hewan menular strategis yang bersifat zoonotik dan penting untuk dipantau perkembangannya. Oleh karena itu anggota ADHPI diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam pengendalian AI.

Dalam seminar tersebut Dr Teguh menjabarkan A to Z mengenai perkembangan terkini AI di Indonesia dan seluruh dunia. Mulai dari sejarah wabah AI di Indonesia, aneka ragam genetik virus yang berkembang di Indonesia dan dunia, serta berbagai anomali dan mutasi genetik virus AI kekinian yang dapat menginfeksi tidak hanya unggas dan manusia, tetapi juga sapi, harimau, mink, dan hewan lain.

Ia juga menekankan akan pentingnya upaya pengendalian dan pencegahan AI, karena AI tidak hanya bicara vaksinasi dan biosekuriti saja, tetapi juga political will serta strategi yang tepat dalam mengendalikannya. (CR)

SUDAH SIAPKAH INDONESIA MENYAMBUT ERA TELUR CAGE FREE?

Ayam Yang Dipelihara Dengan Sistem cage free Dinilai Lebih Berperikehewanan
(Foto : Istimewa)


Telur merupakan sumber protein hewani termurah yang dapat diperoleh masyarakat Indonesia. Namun bagaimana jika telur yang dikonsumsi berasal dari ayam yang tidak dikandangkan alias cage free?. Seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat akan konsumsi telur cage free di seluruh dunia, Indonesia seakan tidak mau ketinggalan. Hal tersebut terlihat pada booth Indonesian Cage Free Association (ICFA) yang hadir pada perhelatan ILDEX 2025 pada 17 - 19 September lalu. 

Berdasarkan penuturan Yovela Sukamto Program Associate ICFA yang ditemui infovet, ICFA merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang peternakan ayam tanpa kandang alias cage free. Tujuan hadirnya ICFA mengajak kepada peternak Indonesia untuk beralih ke sistem cage free.

"Kami tidak memaksa atau anti terhadap sistem konvensional, kami hanya hadir sebagai alternatif untuk peternak yang menginginkan nilai tambah bagi produknya serta menjawab kebutuhan masyarakat mengenai telur ayam cage free," tuturnya. 

Program - program yang dijalankan oleh ICFA diantaranya adalah Training nasional beternak bebas sangkar, pendampingan sertifikasi kesejahteraan hewan, business matchmaking, seminar, serta kegiatan lain yang mengarah kepada peternakan ayam cage free.

"Untuk bergabung syaratnya cuma 3, memiliki visi yang sama, berpartisipasi aktif, dan saling transparansi antar anggota. Kami terbuka bagi peternak baru maupun peternak yang ingin beralih sistem dari konvensional ke cage free. Nanti akan kami adakan pelatihannya, survey, serta diskusi mengenai apapun yang dibutuhkan dalam sistem ini," kata Yovela.

Hingga saat ini lanjut Yovela, ICFA sudah memiliki anggota sebanyak 27 peternak yang terdiri atas peternakan mandiri maupun perusahaan yang menghasilkan produk telur cage free. Kesemuanya tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali. 

Terkait hambatan, menurut Yovela hambatan yang masih dihadapi yakni sedikitnya demand akan telur cage free di Indonesia. Selain itu menurut Yovela, telur cage free harganya memang lebih mahal, menbgutungkan bagi produsen namun kurang bersahabat dikantong konsumen. Namun begitu Yovela optimis seiring berkembangnya waktu dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan animal welfare, pasar untuk telur cage free dengan sendirinya akan terbentuk. (CR) 

PERINGATI HUT KE -10, NUTRICELL RAYAKAN DENGAN EKSPOR PRODUK KE AMERIKA

Prosesi Simbolik Pelepasan Ekspor Nutricell Ke Amerika Serikat
(Foto : CR)


Perhelatan ILDEX 2025 di ICE Tangerang bukan hanya ajang pameran semata. PT Nutricell Pacific misalnya, selain berpartisipasi dalam pameran tersebut, mereka juga menambah meriah suasana dengan melakukan seremoni pelepasan ekspor ke Amerika Serikat. Acara tersebut terjadi pada hari pertama ILDEX yakni 17 September 2025 yang tentunya membuat pameran semakin meriah. 

Sejumlah pejabat seperti Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Wakil Menteri Pertanian, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan hewan terlihat menghadiri acara pelepasan kegiatan ekspor ke Amerika Serikat tersebut.

Kebanggaan Indonesia 

Dalam sambutannya Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Prof Rachmat Pambudy menyatakan kebanggannya serta apresiasi setinggi - tingginya kepada Nutricell.  Ia mengatakan bahwa Nutricell merupakan salah satu perusahaan di bidang obat hewan yang frekuensinya cukup sering dalam melakukan ekspor. 

"Saya hitung - hitung sudah lebih dari 2 kali Nutricell melakukan ekspor, kali ini rasanya sangat melegakan sekaligus menggembirakan. Pasalnya, ditengah keadaan ekonomi yang masih bergejolak sertai isu perang tarif Amerika, Nutricell tetap tak bergeming untuk membuktikan bahwa mereka tetap bisa mengharumkan nama bangsa di bidang obat hewan," tutur Rachmat. 

Ia berharapNutricell tidak boleh berpuas diri dan turut mendo'akan agar Nutricell tidak berhenti berinovasi dan tetap konsisten dan berkomitmen dalam mengharumkan nama bangsa melalui kegiatan ekspor. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Drh Agung Suganda juga menyatakan kekagumannya pada Nutricell. Menurutnya Nutricell membuktikan bahwa produk kesehatan asal Indonesia adalah produk yang berkualitas dan berdaya saing sehingga dapat menembus pasar Internasional. 

"Tentunya upaya ini bukan hanya terjadi dalam satu - dua bulan, atau tahun. Nutricell berhasil konsisten dengan inovasinya serta kualitasnya sehingga pasar Amerika Serikat yang banyak orang impikan dapat mereka tembus. Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada Nutricell, semoga dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan lain untuk terus berupaya melakukan penetrasi pasar internasional," kata Agung. 

Kado Spesial di Ulang Tahun Ke-10

Sejak beroprasi pada September 2015 lalu, tahun 2025 merupakan tahun ke-10 Nutricell beroperasi. Dengan segala hambatan yang melintang, nyatanya Nutricell masih dapat survive bahkan mengharumkan nama bangsa melalui produk - produknya. 

Suaedi Sunanto selaku CEO Nutricell mengatakan bahwa ini adalah kado dari Nutricell untuk Indonesia. Ia menyatakan bahwa ini merupakan peristiwa yang spesial bagi dirinya dan perusahaan yang ia pimpin. 

"Momennya pas, ILDEX, HUT ke -10, kami persembahkan ini untuk Indonesia. Kami telah membuktikan bahwa kami mampu bersaing bahkan hingga negeri Paman Sam. Kedepannya kami mohon do'a restu agar kami dapat kembali mengharumkan nama bangsa melalui ekspor," kata Suaedi. 

Ia juga mengatakan bahwa produk yang diekspor ke Amerika Serikat pada hari itu memiliki total nilai mencapai 170.000 USD atau sekitar 2,8 Miliar Rupiah. Jumlah produk yang diekspor terdiri atas dua jenis produk yakni Nutrifat Ca-84 dan Toxicell - Plus. Keduanya merupakan produk feed suplement untuk hewan ternak.

Nutrifat Ca-84 merupakan suplemen nutrisi ternak yang berfungsi sebagai sumber energi bagi ternak untuk meningkatkan performa produksi. Sedangkan Toxicell - Plus merupakan suplemen pengikat dan penetral mikotoksin yang berperan penting dalam keamanan pakan serta menjaga kesehatan hewan ternak dari ancaman cemaran mikotoksin.

"Kami juga berterima kasih kepada seluruh jajaran yang telah membantu kami dalam mencapai keberhasilan ini. Tentunya ini adalah kerja sama yang apik antara pemerintah dan swasta. Kami juga akan terus berusaha melangkah, menjajaki pasar di negara lain, dan tentunya mengekspor produk ke sana," tutup Suaedi. (CR)

CATATAN HARIAN SEORANG PETERNAK ALA SUGENG WAHYUDI

Suasana Peluncuran Buku Milik Sugeng Wahyudi
(Foto : Ramdan)


Riuh tepuk tangan bergema di ICE BSD, Tangerang pada Rabu (17/9), ketika Sugeng Wahyudi peternak mandiri sekaligus Sekjen Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) resmi memperkenalkan karyanya yang berjudul: Catatan Harian Seorang Peternak 2015–2025. Buku setebal 106 halaman itu bukan sekadar kumpulan tulisan, melainkan refleksi panjang tentang jatuh bangun perunggasan rakyat selama satu dekade terakhir.

Acara tersebut digelar disela - sela kegiatan pameran peternakan ILDEX 2025. Sugeng yang tampil dengan suara bergetar, namun penuh keyakinan mengucapkan rasa syukurnya dalam peluncuran buku tersebut. 

“Buku ini lahir dari keresahan seorang peternak kecil. Dari pahitnya harga ayam yang jatuh, hingga peliknya kebijakan yang tak berpihak. Tapi ini juga catatan harapan, agar perjuangan kita tidak sia-sia,” ucapnya di hadapan para tamu.

Dari Catatan Kandang ke Panggung Nasional

Dalam bukunya, Sugeng merangkum perjalanan panjang dunia perunggasan. Ia menyinggung era 1970–1980, ketika pemerintah masih membatasi jumlah ayam, hingga masa liberalisasi industri yang membuka pintu persaingan bebas. Namun, kebebasan itu ternyata melahirkan tantangan baru: kepemilikan yang timpang dan persaingan tak sehat antara peternak kecil dan perusahaan besar.

Buku ini terbagi dua: catatan teknis berisi manajemen kandang, pakan, hingga infrastruktur, serta catatan non-teknis yang menyoroti masalah struktural seperti validitas data, kebijakan harga, dan pentingnya peran asosiasi. “Asosiasi itu wadah perjuangan. Di sana kita bisa menyatukan persepsi demi kepentingan bersama,” tegas Sugeng.

Ia juga menuntut kehadiran negara. “BUMN jangan hanya jadi penonton. Mereka harus hadir jadi penyangga harga agar peternak kecil tidak tersisih,” katanya lantang.

Dukungan dan Canda Tawa

Apresiasi pun mengalir deras. Ketua GOPAN, Herry Dermawan, menyebut karya Sugeng sebagai inspirasi. “Saya lebih sanggup bicara lima jam daripada menulis dua lembar. Jadi ini karya luar biasa. Tinggal ditambah catatan utang biar lebih jujur,” ujarnya, disambut gelak tawa audiens.

Tak hanya itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Agung Suganda juga memberi penghargaan tinggi. Menurutnya, buku Sugeng adalah refleksi penting bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan. “Kami mendengar suara peternak. Buku ini adalah salah satu cermin berharga,” kata Agung, sembari mengajak semua pihak menjaga stabilitas harga ayam melalui kerja sama erat.

“Catatan Harian Seorang Demonstran”

Mantan Ketua KPPU, Mohamad Sarkawi, bahkan menyebut karya Sugeng tak ubahnya catatan perjuangan seorang demonstran. “Apa yang dilakukan Pak Sugeng ini luar biasa. Buku ini merekam betul perlawanan peternak rakyat terhadap fluktuasi harga, mahalnya pakan, hingga dominasi integrator besar,” ucapnya.

Sarkawi menekankan kata kunci: efisiensi. Menurutnya, jika biaya produksi bisa ditekan, harga akan stabil dan konsumsi meningkat. Ia juga menyoroti program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah yang berpotensi menjadi pasar besar bagi peternak rakyat. “Jangan sampai pasar ini hanya dikuasai yang besar. Peternak kecil harus ikut dalam rantai pasoknya,” tegasnya.

Bukan Hanya Sekadar Buku

Catatan Harian Seorang Peternak 2015–2025 bukan hanya dokumentasi, tetapi juga pesan moral: bahwa peternak kecil tak boleh dibiarkan mati di tengah arus besar industri. “Silakan yang besar tetap membesar, tapi yang kecil jangan sampai tersisih. Kesejahteraan harus kita nikmati bersama,” tutup Sugeng.

Bagi generasi muda, buku ini menjadi pintu untuk memahami kerasnya dunia perunggasan tanpa harus merasakannya langsung. Sebuah karya yang lahir dari kandang ayam, kini menggema di panggung nasional, mengingatkan bahwa perjuangan peternak rakyat masih jauh dari selesai. (CR)

ILDEX 2025 RESMI TERSELENGGARA, PERKUAT BISNIS PETERNAKAN NASIONAL

Foto bersama pembukaan ILDEX 2025. (Foto: Dok. Infovet)

International Livestock, Dairy, Meat Processing and Aquaculture Exposition (ILDEX) Indonesia 2025 kembali terselenggara untuk yang ketujuh kalinya. Pameran berskala internasional ini mengambil tempat di ICE BSD City, Tangerang, Banten, pada 17-19 September 2025.

Direktur PT Permata Kreasi Media, Fitri Nursanti Poernomo, selaku penyelenggara ILDEX Indonesia, dalam sambutannya mengatakan bahwa gelaran ini bisa memperkuat lintas sektor sekaligus melahirkan bisnis yang berdaya saing, juga membuka sinergi dalam perkembangan industri peternakan, perikanan, dan pertanian dalam mewujudkan kedaulatan pangan.

Lebih lanjut disampaikan, pameran ini juga diharapkan dapat menjadi wadah untuk saling bertukar informasi, pengetahuan, dan inovasi teknologi di bidang pertanian, peternakan, dan kesehatan hewan.

"Tahun ini ada sebanyak 278 peserta yang terdiri dari perusahaan, asosiasi, institusi pemerintah dan pendidikan, dengan 26 negara ikut berpartisipasi di antaranya Thailand, China, Filipina, dan lainnya, serta seminar sebanyak 70 sesi dari 13 negara," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya ILDEX Indonesia 2025.

"Kami sangat apresiasi ILDEX yang diinisiasi oleh PT Permata Kreasi Media dan menjadi pameran peternakan dengan skala internasional di Indonesia. Pameran ini menjadi ajang bertemunya para stakeholder peternakan dari dalam dan luar negeri untuk melakukan bisnis, transfer ilmu, inovasi, teknologi, serta bekerja sama dan menunjukkan potensi peternakan indonesia kepada dunia," kata Agung.

"Diharapkan pameran ini juga berdampak pada PDB sektor peternakan dan pertanian dengan adanya banyak business deal yang terjadi."

Hal senada juga disampaikan oleh Gubernur Banten, yang diwakili Asisten Pemerintahan Umum dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Banten, Komarudin. Ia sampaikan dukungan dan apresiasi kepada ILDEX Indonesia 2025 yang diharapkan mampu memberikan kontribusi besar pada wilayah Banten.

"Semakin sering tentu akan berkontribusi terhadap pendapat daerah kami. Kami harap melalui acara ini banyak investor baru bidang peternakan di Provinsi Banten," katanya. (RBS)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer