-->

MUSIM BERGANTI, TOKSIN MENGINTAI

Jagung bahan baku pakan yang rentan tercemar mikotoksin. (Foto: Pixabay)

Musim penghujan tiba, kekhwatiran insan perunggasan tetap sama, mikotoksin. Senyawa tak kasat mata yang bisa mencemari bahan baku dan pakan jadi tersebut, masih menjadi ancaman dalam industri pakan.

Sebagai negara tropis dengan curah hujan cukup tinggi, berkisar di antara 2.000-3.000 mm/tahun, Indonesia merupakan negara yang cukup "nyaman" sebagai tempat hidup kapang atau jamur.

Masalahnya, jamur tersebut dapat tumbuh pada tanaman bebijian seperti jagung dan kedelai yang merupakan bahan baku pakan. Tak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar bebijian yang digunakan sebagai bahan pakan sangat rentan terhadap kontaminasi toksin yang dihasilkan jamur tersebut.

Faktor iklim yang dimiliki Indonesia serta kualitas manajemen dan handling di lapangan, membuat mikotoksin tidak bisa dielakkan, sehingga mengakibatkan potensi kerugian yang besar.

Sejatinya, toksin dapat diartikan sebagai senyawa beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup, dalam dunia veteriner disepakati terminologi biotoksin dalam menyebut mikotoksin maupun toksin lainnya, karena toksin diproduksi secara biologis oleh mahluk hidup memalui metabolisme bukan artificial (buatan).

Dalam industri pakan ternak sering didengar istilah mikotoksin (racun yang dihasilkan oleh kapang/jamur). Sampai saat ini cemaran dan kontaminasi mikotoksin dalam pakan ternak masih membayangi tiap unit usaha peternakan, tidak hanya di negeri ini tetapi juga di seluruh dunia.

Berbeda Macam Tetap Sama Bahayanya
Dalam industri pakan setidaknya ada tujuh jenis mikotoksin yang sangat ditakuti mencemari bahan baku maupun pakan jadi, ketujuhnya kerap mengontaminasi dan menyebabkan masalah pada ternak. Terkadang dalam satu kasus, tidak hanya satu mikotoksin yang terdapat dalam sebuah sampel.

Menurut Nutrisionis BEC Feed Solution, Mega Pratiwi Saragi, masalah mikotoksin merupakan masalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2025. (CR)

MENJAGA KEAMANAN PAKAN

Jaminan keamanan pakan harus tercapai, karena hal itu akan menunjang jaminan keamanan pangan, sehingga masyarakat tidak ragu dalam mengonsumsi produk ternak. (Foto: Istimewa)

Pakan merupakan salah satu faktor dasar yang sangat penting dalam usaha peternakan, karena mempunyai pengaruh besar terhadap produktivitas ternak. Pakan dari sudut nutrisi merupakan unsur utama untuk menunjang kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi ternak. Penjagaan keamanan pakan menjadi hal mendasar dalam pemenuhan keamanan produk pangan asal ternak.

Pakan adalah salah satu unsur segitiga emas pilar produksi peternakan, disamping pilar breeding yakni bibit yang berkualitas, serta pilar manajemen yakni pengelolaan dan cara budi daya ternak yang baik.

Pakan bahkan menduduki unsur utama yang memengaruhi biaya produksi peternakan. Menurut hasil survei struktur ongkos usaha peternakan 2017, yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), biaya pakan ayam ras pedaging menduduki 56,95%, ayam ras petelur 70,97%, sapi perah 67,08%, sapi pedaging 57,67%, kambing 51,80%, dan domba 51,94%.

Tidak hanya berperan utama dalam proses produksi peternakan, pakan juga menjadi kunci dalam keberlanjutan industri pakan dan peternakan, karena menjadi faktor utama dalam mencapai produktivitas dan jaminan keamanan pakan. Hal itu menjadi modal penting dalam faktor penjagaan keamanan pangan asal ternak beserta olahannya.

Syarat utama penjaminan keamanan pakan yakni bahan baku pakan yang berkualitas, formulasi pakan yang tepat, pemanfaatan teknologi dalam penjaminan mutu, dan penyimpanan serta distribusi untuk mencegah rekontaminasi.

Jika jaminan kualitas pakan dan keamanan pakan dapat terwujud, maka hal itu akan menunjang jaminan keamanan pangan, sehingga masyarakat tidak ragu dalam mengonsumsi produk ternak.

Bahan Baku Pakan
Bahan pakan berkualitas menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Untuk itu sangat diperlukan adannya kontrol kualitas (quality control/QC) untuk memastikan tidak terdapat kontaminasi atau pemalsuan bahan pakan. Melalui QC pula dapat diidentifikasi adanya faktor-faktor pembatas lain dalam penggunaan bahan pakan, seperti besarnya kandungan serat kasar atau kerapatan jenis, kandungan anti-nutrisi, kandungan asam amino esensial, nilai kecernaan, kandungan lemak kasar, keseimbangan mineral di dalamnya, efeknya terhadap daging, telur atau susu yang dihasilkan, palatabilitas, serta harga dan ketersediaan bahan baku pakan yang akan digunakan (Osfar, 2021).

Penerapan kontrol kualitas yang baik tidak hanya untuk menopang jaminan keamanan pakan, namun lebih dari itu juga dapat diraihnya berbagai manfaat, yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024.

Ditulis oleh:
Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)
IG: @and4ng
Email: andang@ainionline.org

INDUSTRI DIMINTA SERAP BAHAN BAKU PAKAN LOKAL

Mentan saat meninjau peresmian pabrik pakan di Pasuruan, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), mendorong para pelaku usaha dan industri pakan untuk melakukan penyerapan jagung dan produk lokal seperti dedak yang diproduksi petani Indonesia. Hal ini diungkapkan Mentan saat meresmikan pabrik pakan milik De Heus di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

“Saya berharap dengan adanya pabrik pakan di sini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat, terutama penyerapan bahan baku pakan lokal seperti jagung, dedak dan sebagainya yang akan mendorong pengembangan ekonomi pedesaan,” kata SYL, melalui keterangan resminya, Rabu (2/11/2022).

Ia mengemukakan, berdasarkan hasil survei BPS mengenai struktur ongkos usaha peternakan, komponen pakan memiliki kontribusi 56,95 % terhadap total biaya pada budi daya broiler di tingkat peternakan rakyat. Sedangkan untuk budi daya layer, kontribusi pakan mencapai 70,97%.

“Karena itu pabrik pakan dapat menyerap bahan baku pakan dari petani setempat dan harga pakan untuk peternak dapat lebih terjangkau. Di sisi lain saya berharap pabrik pakan memberikan pengaruh ke harga pangan asal ternak yang lebih kompetitif di tingkat konsumen. Yang pasti kita harapkan nantinya ada kerja sama yang saling menguntungkan, antara petani, peternak dan masyarakat sekitar,” harapnya.

Ia menambahkan, pertanian dan peternakan merupakan sektor yang memberi solusi kongkrit bagi tumbuh kembangnya sebuah ekonomi. Kontribusi keduanya bahkan terbukti menjadi kunci utama bagi bangsa Indonesia menghadapi krisis dunia.

Sejauh ini, kata dia, Indonesia mampu menguatkan ekonomi dari ancaman pandemi dan krisis lainya. Indonesia bahkan menjadi negara terkuat pada sistem ketahanan pangan setelah FAO dan IRRI memberi penghargaan swasembada beras selama tiga tahun berturut-turut.

“Dalam menghadapi global warming, dampak COVID-19 dua tahun setengah, dimana ekonomi sedang tergoncang, pangan bersoal di seluruh negara, Indonesia salah satu negara yang sangat survive menghadapi tantangan itu. Bahkan FAO dan IRRI memberikan penghargaan kepada Bapak Presiden terhadap bagaimana pertanian Indonesia menjadi kekuatan bangsa sekarang ini,” tukasnya. (INF)

KOLABORASI TROUW NUTRITION INDONESIA DENGAN BPMSP DALAM MENJAMIN KEAMANAN DAN KUALITAS PAKAN

PT Trouw Nutrition Indonesia, menjadi partner BPMSP dalam uji kualitas pakan dan bahan baku pakan (Foto : CR)

Untuk menghasilkan pakan ternak yang berkualitas prima tentunya juga dibutuhkan kualitas bahan baku yang prima. Keamanan dan kualitas pakan tentunya akan terjamin melalui pengujian laboratorium. 

Atas dasar tersebut Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan (BPMSP) berkomitmen bersama Masterlab Asia yang merupakan bagian dari PT Trouw Nutrition Indonesia untuk melangsungkan kerjasama. Secara simbolis penandatanganan MoU tersebut dilakukan di markas PT Trouw Nutrition Indonesia di Cibitung, Bekasi pada 3 Desember 2019. Kerjasama tersebut nantinya akan berjalan terhitung pada 1 Januari 2020 - 31 Desember 2020.

Ditemui oleh Infovet pada acara tersebut, Kepala BPMSP Irwandi mengatakan bahwa bisnis pakan ternak di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini kata Irwandi dapat dilihat dari bertambahnya sampel yang diujikan di BPMSP.

"Selama tahun 2018 lalu kita sudah menguji sekitar 3.888 sampel dengan 27.464 parameter uji, di tahun 2019 ini baru sampai bulan Oktober sampel yang masuk dan diujikan sudah mencapai 3.998 dengan 25.177 parameter uji," tukas Irwandi.

Ia juga menambahkan BPMSP sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam mengeluarkan sertifikasi pakan tentunya juga memiliki kekurangan. Oleh karenanya dalam mengatasi kekurangan dan juga meningkatkan kepuasan para pengguna jasa, BPMSP menggaet PT Trouw Nutrition Indonesia dalam hal ini.

"Kami sudah yakin dengan PT Trouw, lima tahun belakangan ini kami sudah bekerjasama, dan hari ini kami nyatakan komitmen bersama kami. Masterlab sudah memenuhi semua persyaratan, tim audit kami juga sudah melakukan audit dan hasilnya PT Trouw secara teknis memenuhi bahkan melampaui persyaratan. Saya berharap ini menjadi kerjasama yang baik dan saling menguntungkan," tutur Irwandi.

Sementara itu, Ivan Kupin Presdir PT Trouw Nutrition Indonesia menunjukkan rasa bangganya dapat menjadi partner lembaga sekelas BPMSP. Dirinya berharap dengan adanya kerjasama ini kualitas pakan dan bahan baku pakan ternak di Indonesia dapat lebih ditingkatkan.

"Saya ucapkan terima kasih kepada BPSMP sudah mempercayai kami. Tentunya kami juga akan melakukan yang terbaik untuk hal ini. Saya senang karena ini adala pengakuan bahwa PT Trouw Nutrition Indonesia adalah penyedia solusi yang profesional. Sekali lagi terima kasih atas epercayaan yang diberikan," kata Ivan.

Selesai acara penandatanganan MoU, Kepala BPSMP beserta undangan yang hadir diajak berkeliling laboratorium milik Masterlab Asia. Dengan dukungan teknologi canggih semacam Near Infra-Red (NIR), Atomic Absorption Spectofotometer serta peralatan lainnya, tentunya uji kualitas pakan serta bahan baku pakan akan terjamin akurasinya. Selain itu Masterlab Asia juga mengantongi akreditasi ISO 17025:2017, sehingga sistem manajemen mutu laboratorium sudah sesuai dengan standar internasional. (CR)




Trik Membebaskan Bahan Baku dan Pakan dari Ancaman Toksin

Jagung yang merupakan salah satu pakan ternak unggas. (Foto: Infovet/Ridwan)

Indonesia yang terletak di iklim tropis memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau. Musim hujan yang biasanya mulai datang pada bulan Oktober, dalam beberapa tahun terakhir seringkali meleset. Begitu pula pada musim kemarau, tidak jarang hujan tiba sewaktu-waktu. Namun secara umum, pada Oktober-Maret sering digolongkan ke dalam musim penghujan dan sebaliknya pada bulan April-September dianggap musim kemarau.

Pada saat pergantian musim banyak dijumpai berbagai kasus penyakit yang menyerang peternakan ayam pedaging (broiler) dan ayam petelur (layer), salah satunya penyakit yang disebabkan cendawan/jamur dan toksin/racun cendawan antara lain Aspergillosis, Candidiasis, Favus, Aflatoxicosis, Ochratoxicosis dan Fusarium T-2 Mycotoxicosis. Hal ini terjadi disebabkan adanya perubahan temperatur dan kelembaban, dimana saat itu memicu berkembang-biaknya cendawan, kapang dan berbagai kuman di lapangan atau kandang.

Memasuki musim penghujan, intensitas cahaya matahari menurun dan curah hujan meninggi, yang akan menyebabkan kelembaban meningkat dan temperatur rendah, disamping angin bertiup kencang dengan arah yang berubah-rubah, fluktasi suhu dan kelembaban yang tajam, serta perbedaan suhu yang menyolok antara siang dan malam dengan perbedaan lebih dari 4°C. Kondisi ini memicu peningkatan jumlah cendawan, kapang dan berbagai bakteri dan virus yang berbuntut pada rentannya ayam terhadap penyakit, lambatnya pertumbuhan, rendahnya keseragaman (uniformity) dan kegagalan vaksinasi.

Pembebasan Bahan Baku dan Pakan Ayam
Kondisi Indonesia yang beriklim tropis terbukti mendukung pertumbuhan cendawan/jamur/kapang, terlebih lagi jika kadar air bahan pakan melebihi standar (≥ 14%). Oleh karena itu, harus diusahakan penyimpanan bahan baku pakan harus di tempat/gudang yang kering/bebas dari kebocoran atap dan lembabnya dinding dan lantai, disamping pemberian anti jamur/mold inhibitor pada bahan pakan tersebut yaitu Asam propionat.

Saat jamur telah mengontaminasi maka dipastikan bahan pakan akan tercemar toksin/racun yang dihasilkan cendawan. Cendawan/jamur yang mengontaminasi tersebut dapat dengan mudah diatasi, namun tidak demikian dengan toksinnya, yang akan sangat sulit dihilangkan baik secara fisik, kimia maupun biologi. Oleh karena itu, suplementasi (imbuhan) mold inhibitor pada bahan pakan dan toxin binder pada pakan merupakan strategi yang banyak dilakukan untuk mencegah dan mengatasi kontaminasi mikotoksin. Prinsip kerja toxin binder adalah mengikat toksin yang masuk ke dalam pencernaan, sehingga tidak terserap ke dalam aliran darah, lalu mengeluarkannya bersama kotoran. Beberapa jenis toxin absorben dapat dilihat pada Tabel 1 berikut... (SA)


Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi Oktober 2018.

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer