Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ayam Petelur | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BRIN BERSAMA INFOVET GELAR WEBINAR RISNOV TERNAK #2

Webinar Risnov Ternak #2. (Foto-foto: Dok. Infovet)

“Peternak Ayam Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan” menjadi tema dalam webinar Risnov Ternak #2 yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Peternakan bersama Majalah Infovet, Kamis (21/3/2024).

Kegiatan tersebut bertujuan untuk berbagi informasi perkembangan riset dan inovasi bidang peternakan (risnov ternak), dengan menghadirkan narasumber di antaranya Hidayaturohman dari Jatinom Grup Blitar sekaligus Pengurus Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia. Kemudian Prof Dr Ir Arnold P. Sinurat MS (Pakar Nutrisi Unggas BRIN) dan Dr Ir Tike Sartika (Pemulia Ayam Lokal BRIN). Webinar dipandu oleh moderator Dr Hardi Julendra dari BRIN.

Para narasumber dan MC dari BRIN.

Webinar diikuti oleh 300 orang melalui zoom dan lebih dari 20 orang melalui kanal YouTube Majalah Infovet, terdiri dari kalangan peneliti, akademisi, industri pakan, obat hewan, peternak, pemerintah, serta stakeholder lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Acara diawali dengan sambutan kepala OR Pertanian dan Pangan BRIN, Dr Puji Lestari, dan Kepala Pusat Riset Peternakan BRIN, Dr Tri Puji Priyatno.

Kepala Pusat Riset Peternakan BRIN, Dr Tri Puji Priyatno.

Pada kesempatan tersebut, Hidayat yang membahas materi “Peternak Ayam Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan Menghadapi Gejolak Perunggasan” mengemukakan apa yang menjadi harapan peternak dalam menjalankan bisnisnya dan meningkatkan produktivitas ternak, salah satunya menyoal pakan seperti harga jagung dan bahan baku lainnya yang diharapkan bisa berimbang.

“Kalau jagung impor memang harganya murah, namun ongkos transportasinya cukup besar. Oleh karena itu, bahan pakan sumber energi lainnya seperti ketela, sorgum, dan sebagainya bisa dimanfaatkan,” katanya.

Pakan memang mempunyai kontribusi biaya tertinggi dalam usaha ayam petelur. Jumlah pakan/bahan pakan yang dibutuhkan terus meningkat menyebabkan harga pakan melambung. Oleh sebab itu, perlu dilakukan peningkatan efisiensi. Hal itu seperti dikatakan oleh Prof Arnold.

Adapun strategi nutrisi yang ditawarkan olehnya untuk meningkatkan efisiensi (ekonomis dan teknis) di antaranya dengan menggunakan bahan pakan yang tersedia dan lebih ekonomis dengan menerapkan prinsip-prinsip formulasi pakan yang benar, menerapkan teknologi seperti penggunaan imbuhan pakan yang dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam bahan pakan, dapat menggunakan bahan pakan berserat seperti BIS lebih banyak dalam pakan.

Webinar Risnov Ternak #2.

“Kemudian dengan menggunakan salah satu produk hasil teknologi dalam negeri yang sudah dihasilkan adalah enzim BS4,” jelasnya. Enzim pemecah serat tersebut dihasilkan dengan membiakkan Eupenicilium javanicum pada substrat bungkil kelapa. Di isolasi dari biji sawit, dimaksudkan untuk meningkatkan kecernaan gizi produk ikutan industri sawit (solid, BIS).

Selain pakan, dalam meningkatkan jumlah produktivitas telur secara nasional, potensi ternak ayam lokal juga bisa dimanfaatkan. Seperti disampaikan Tike Sartika, ayam lokal dapat dimanfaatkan sebagai penghasil telur yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bisa di branding sebagai telur omega tinggi, warna kuning telurnya juga lebih oranye sehingga termasuk dalam kategori pasar niche market. (INF)

Rekaman webinar dapat dilihat di YouTube Majalah Infovet berikut ini.

INFESTASI CACING YANG BIKIN MERINDING

Ascaridia galli. (Foto: Istimewa)

Orang awam mungkin mengetahui cacing sebagai salah satu mahluk penggembur tanah atau umpan memancing. Namun tidak semua cacing menguntungkan, ada beberapa jenis cacing yang justru merugikan bagi manusia dan hewan ternak.

Cacing yang akan dibahas dalam artikel ini merupakan cacing yang bersifat parasitik, terutama pada unggas. Cacingan merupakan penyakit akibat infeksi/infestasi cacing parasit di dalam tubuh makhluk hidup.

Cacing parasit banyak menginfeksi saluran pencernaan ternak, tak terkecuali unggas. Parasit ini sering menimbulkan banyak keluhan terutama dari peternak layer maupun breeding farm. Keluhan awal yang terjadi umumnya penurunan nafsu makan, diare berkepanjangan, keseragaman bobot badan yang tidak baik, bobot badan berada di bawah standar, penurunan produksi telur disertai daya tetas telur yang berkurang.

Selain itu, cacingan dapat menginduksi penyakit-penyakit pencernaan seperti necrotic enteritis (NE) dan yang paling berbahaya adalah menyebabkan penurunan daya tahan tubuh (imunosupresi) yang berujung pada kematian.

Mengidentifikasi Cacing Parasit
Menurut Dosen Mata Kuliah Endoparasit SKHB IPB University, Drh Risa Tiuria, dikatakan bahwa jenis cacing yang sering menginfeksi ayam terdiri dari dua jenis, yaitu jenis cacing gelang (nematoda) dan cacing pita (cestoda). Parasit cacing gelang sangat sering dijumpai pada breeding farm yang menggunakan sistem closed house dan pemeliharaan postal yang memakai litter. Hal ini dikarenakan kondisi pada litter sangat mendukung siklus perkembangan cacing dan tingginya kemungkinan ayam memakan telur cacing yang ada pada litter. Jenis cacing gelang yang kerap dijumpai menginfeksi ayam di lapangan adalah:

• Cacing Ascaris sp. Cacing ini paling sering dijumpai, berbentuk seperti spageti dengan panjang sekitar 5-12 cm dan dapat ditemukan di sepanjang usus halus. Cacing ini memiliki lama siklus hidup dari telur yang termakan hingga bertelur kembali berkisar 5-8 minggu. Larva dari cacing ini menyebabkan pendarahan pada usus halus, sehingga meningkatkan risiko infeksi sekunder dari bakteri Clostridium perfringens yang dapat menyebabkan NE.

• Cacing Capillaria sp. Cacing ini berbentuk seperti benang halus, biasanya cacing ini ada pada kerongkongan dan/atau tembolok. Cacing ini dapat menembus mukosa saluran pencernaan bagian atas sehingga menyebabkan peradangan pada tembolok dan dinding kerongkongan. Hal ini akan menyebabkan ayam mengalami kesulitan makan yang mengakibatkan penurunan nafsu makan.

• Cacing Heterakis gallinarum. Cacing Heterakis berbentuk seperti benang halus dan dapat ditemukan pada sekum. Cacing ini menyebabkan peradangan pada sekum yang ditandai dengan berkurangnya lipatan-lipatan mukosa pada sekum. Cacing ini juga merupakan vektor penyebaran dari penyakit histomoniasis atau black head disease.

Sedangkan jenis cacing pita yang umum ditemukan pada ayam adalah cacing pita dari jenis... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024. (CR)

CACING SI MALING NUTRISI

Siklus hidup Ascaridia sp. Periode Prepaten sekitar 45 hari. (Bautista-Vanegas et al., 2023)

Cacing merupakan parasit atau organisme yang mendapatkan makanan dan menggantungkan hidupnya bersama atau berada dalam hospes atau induk semangnya. Parasit selalu mendapatkan keuntungan dari hubungan hidup dengan hospesnya. Parasit dikategorikan obligat apabila seluruh siklus hidupnya tergantung oleh hospesnya dan dikategorikan sebagai fakultatif apabila siklus hidupnya dapat bersama hospes atau hidup bebas.

Parasit yang hidup di dalam tubuh hospes biasa dikenal sebagai endoparasit, sementara parasit yang hidup di luar atau pada permukaan tubuh hospesnya dikenal sebagai ektoparasit. Yang menarik dari parasit adalah siklus hidup kompleksnya yang biasanya terdiri dari berbagai macam bentuk siklus hidup yang akan memberikan pengaruh berbeda terhadap lingkungan maupun hospesnya.

Perhatian peternak terhadap parasit cacing kerap kurang dibanding perhatiannya terhadap penyakit yang disebabkan virus maupun bakteri, meskipun sering kali faktor penyakit parasit merupakan faktor pendukung utama atas terjadinya kasus yang disebabkan virus maupun bakteri. Hal yang menyebabkan kurangnya perhatian peternak karena anggapan parasit merupakan penyakit yang mudah untuk ditanggulangi dan diobati, serta dengan manajemen yang ketat dan intensif akan mudah menghindari kasus penyakit parasit. Hal lain yang menyebabkan kurangnya perhatian peternak adalah penyakit ini jarang menimbulkan kematian tinggi, hanya terbatas pada penurunan tingkat pertumbuhan dan produksi telur.

Cacing, sebagai parasit sering kali ditemukan pada berbagai tipe skala peternakan ayam. Cacing pada ayam secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu cacing gilig (nematoda) dan cacing pita (cestoda). Cacing hidup pada saluran pencernaan ayam dan menular antar ayam melalui telur-telur yang dikeluarkan bersama feses.

Ada dua jenis siklus hidup cacing, siklus hidup langsung dan tidak langsung. Pada cacing dengan siklus hidup langsung hanya membutuhkan satu spesies hospes untuk memenuhi siklus hidupnya secara lengkap, meskipun pada beberapa stadium siklus hidup berada di luar tubuh hospesnya. Sedangkan pada cacing dengan siklus hidup tidak langsung, memerlukan dua spesies hospes yang berbeda untuk memenuhi seluruh siklus hidupnya secara lengkap, yaitu hospes tetap dan sementara. Cacing dengan siklus hidup tidak langsung berada pada stadium belum dewasa di hospes sementara dan memerlukan perpindahan pada hospes tetap agar siklus hidupnya berubah menjadi dewasa.

Periode grower ayam pada umumnya merupakan masa yang rawan infeksi cacing. Infeksi umumnya menimbulkan gejala klinis di antaranya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
PT Romindo Primavetcom
Jl. Dr Saharjo, No. 264 Jakarta
HP: 0812-8644-9471

PELAN NAMUN PASTI, CACING MERUGIKAN

Cacing gilig yang sering menyerang ayam. (Sumber: layinghens.hendrix-genetics.com)

Cacing adalah salah satu penyakit yang masih sering menyerang ayam petelur maupun pedaging. Tidak begitu mematikan, tetapi kerugian yang ditimbulkan tidaklah sedikit. Terlebih lagi, kondisi saat ini harga pakan naik signifikan.

Serangan cacing bisanya terjadi perlahan, bahkan kadang tidak teridentifikasi. Namun sejalan dengan berjalannya waktu, penurunan produksi telur maupun pertumbuhan bisa sangat signifikan. Saat serangan awal biasanya ayam tidak menunjukkan gejala yang signifikan. Konsumsi ransum juga dirasakan masih sama. Penurunan berat atau besar telur biasanya belum teridentifikasi, kecuali dilakukan pengamatan data recording dengan lebih jeli. Bahkan kadang kala kasus cacing ini tidak terpantau, meskipun produksi telur sudah turun secara signifikan karena konsentrasi peternak maupun tenaga kesehatan lebih besar pada kasus bakterial atau viral.

Cacing yang Sering Menyerang
Cacing yang sering menyerang ayam di antaranya adalah cacing gilig dan cacing pita. Ada sebuah analisis (meta-analysis) dari peneliti Anwar Shifaw et al. (2021), dipublikasikan oleh Poultry Science terkait jenis cacing yang sering menyerang ayam. Dari sebanyak 2.985 artikel yang dipublikasikan selama tahun 1948 sampai 2019, menunjukkan data jenis cacing yang menyerang ayam adalah Ascaridia galli (35,9%), Heterakis gallinarum (28,5%), Capillaria spp. (5,90%), dan Raillietina spp. (19%).

Lalu bagaimana data yang ada di Indonesia? Data identifikasi cacing yang sering menyerang ayam petelur di salah satu sentra peternakan ayam petelur, Udanawu Blitar, pernah dilakukan oleh peneliti dari Universitas Airlangga (Klalissa dkk, 2023). Hasilnya menunjukkan bahwa dari 96 sampel yang diambil, terdeteksi ada 81,25% sampel positif terserang cacing. Setelah diidentifikasi lebih lanjut, sebanyak... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support-Research and Development,
PT Mensana Aneka Satwa

UNTUK PERTAMA KALINYA PAPUA PRODUKSI TELUR OMEGA 3 SENDIRI

Drh Sabelina Fitriani (kedua dari kanan) bersama pemilik Peternakan Permata Farm Timika

Permata Farm yang berlokasi di Kelurahan Karang Senang, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Papua Tengah saat ini menjadi peternakan pertama di Tanah Papua yang menghasilkan telur dengan kandungan Omega 3.

Diketahui telur dengan kandungan Omega 3 ini dari segi kualitasnya jauh lebih baik dari telur yang biasa dikarenakan mengandung Omega 3 & 6, Vitamin B & E, Selenium, Zinc, dan Mangan. Untuk tahap awal ini, Permata Farm Timika dapat menghasilkan telur dengan kandungan Omega 3 kurang lebih 252 mika perhari

Terkait hal ini Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Mimika, drh. Sabelina Fitriani menyampaikan dari populasi 40 ribu ayam petelur, Hal ini disiasati oleh dinas peternakan dan kesehatan hewan untuk bekerja sama dengan Permata Farm dengan mempasok pakan sebanyak 326 sak pakan ternak yang mengandung omega tiga dan mengembangkan sebanyak 2.800 ekor ayam untuk menghasilkan telur dengan kandungan Omega 3.

“Ini merupakan hasil telur dengan kandungan Omega 3 yang pertama di Papua dan ini diproduksi pertama kali di Timika,” jelasnya saat ditemui di Peternakan Permata Farm Timika, Rabu (21/2)

Dijelaskan kualitas dan perbedaan telur dengan kandungan Omega 3 ini bisa di lihat dari cangkang dan kuning telur yang warnanya lebih pekat dari telur biasanya serta putih telurnya juga lebih kental.

“Yang kita harus tau bahwa telur ini memiliki kualitas yang baik terutama untuk kesehatan. Dalam pemeliharaannya, ayam petelur yang menghasilkan telur dengan kandungan Omega 3 tidak menggunakan antibiotik, semua secara alami sehingga sangat bagus kualitasnya,” ujarnya

Sabelina berharap telur dengan kandungan Omega 3 ini dapat diproduksi lebih banyak karena sangat bagus untuk kesehatan terutama untuk dikonsumsi pasien di rumah sakit.

“Jadi untuk ayam yang menghasilkan telur dengan kandungan Omega 3 ini ada perlakuan khusus, jadi Permata Farm ini jadi contoh, sehingga tahun depan kita akan coba berikan kepada binaan kami para peternak OAP, untuk mengembangkan, ” ungkapnya

Owner Permata Farm Timika, Oki Permana menyampaikan, saat ini ada 2.800 ekor ayam yang menghasilkan lebih dari 2.500 butir telur dengan kandungan Omega 3. Untuk penjualan telur dengan kandungan Omega 3 lanjutnya saat ini baru ada dsalah satu supermarket di area Kuala Kencana. Telur dengan kandungan Omega 3 dijual dalam kemasan berisi 10 butir dengan harga Rp 45.000.

“Satu hari kami bisa produksi sekitar 252 mika, sementara masih di Primo karena permintaan banyak juga,” katanya. (INF)

TELUR INFERTIL, BISA HEMAT BIAYA JADI TAMBAHAN PAKAN

Telur infertil ternyata bisa dimanfaatkan sebagai tambahan pakan. (Foto: Istimewa)

Banyak cara yang dilakukan peternak ayam, khususnya peternak skala kecil untuk menambahkan nutrisi pada pakan ayam peliharaanya. Ada yang menggunakan aneka rempah, dedaunan, dan lainnya sebagai pakan tambahan. Setiap peternak dipastikan akan berusaha agar pengeluaran biaya pakan lebih hemat.

Pola pemberian pakan tambahan dengan menggunakan bahan-bahan non-pabrikan, lazimnya dilakukan para peternak ayam buras, baik ayam kampung biasa, ayam KUB (Kampung Unggulan Balitnak), ayam Joper, dan varian lainnya. Sementara untuk peternak ayam ras broiler maupun ras petelur, umumnya mereka menggunakan pakan pabrikan.

Jika ada peternak ayam yang memberikan pakan tambahan berupa limbah tahu (ampas tahu), itu sudah banyak yang melakukan. Tapi bagaimana jika pakan tambahan yang diberikan berupa telur ayam yang dihasilkan dari kandang ayam yang sama? Amankah?

“Aman. Dari pengalaman saya selama ini tidak ada masalah. Saya sering memberikan pakan tambahan untuk ayam Joper dan KUB saya pakai telur-telur yang gagal menetas atau infertil,” tutur Zulkarnaen Nasution, peternak ayam kampung mandiri di Kota Asahan, Sumatra Utara, kepada Infovet.

Kendati demikian, dengan diberi pakan telur dari kandang yang sama, apakah tidak memunculkan sifat kanibal pada ayam? Karena ayam memakan bagian yang dikeluarkan dari dirinya sendiri. Menurut zulkarnaen hal itu tidak terjadi. “Saya sudah praktikkan bertahun-tahun dan aman-aman saja,” sebutnya.

Zulkarnaen adalah peternak ayam kampung jenis KUB dan Joper. Usaha peternakannya dimulai sejak empat tahun lalu. Masih tergolong baru, namun omzet dan keuntungan yang dinikmati tergolong besar. Masih sedikitnya peternak yang ada di daerahnya, menjadikan aparatur sipil negara (ASN) ini leluasa mengembangkan usahanya karena minim persaingan.

Usaha ternak yang dijalani Zulkarnaen tergolong mandiri. Ia tak hanya memiliki kandang pembesaran, tetapi juga usaha penetasan. Bahkan, belakangan ia merambah ke penjualan telur yang siap tetas (fertil). Pelanggannya tak hanya berasal dari Kota Asahan, tapi juga dari luar kota.

Di lahan pekarangan yang cukup luas di belakang rumahnya, Zulkarnaen memiliki lebih dari 10 kandang indukan. Satu kotak kandang berisi lima indukan betina dan satu pejantan. “Alhamdulillah, selain panen ayam kampung pedaging, bisa panen telur tetas juga,” ujarnya.

Dengan jumlah indukan 100 ekor, dalam sehari produksi telur fertil antara 50-60 butir. Sebagai peternak yang tak mau merugikan pelanggan atau mitranya, Zulkarnaen memberikan garansi 85% telur menetas. Artinya, jika telur yang diserahkan kepada mitra hanya menetas 75%, maka selisihnya yang 10% akan diganti.

“Jadi, misalnya orang beli 100 butir, maka yang digaransi adalah 85 butir benar-benar dibuahi oleh pejantan. Tentu saja dengan catatan mesin tetasnya bagus dan tidak bermasalah,” ucap dia.

Pakan Tambahan
Sebagian telur tetasnya di masukkan ke dalam mesin tetas dan sebagian lagi dikemas untuk dikirim para pemesannya. Untuk mengirim telur, Zulkarnan ekstra hati-hati dalam pengemasannya. Mengemas telur sangat berbeda dengan mengemas produk lain.

“Harus sangat hati-hati, karena telur mudah pecah. Makanya setiap 100 butir telur yang dikirim, saya kasih lebihan dua butir untuk jaga-jaga jika ada yang pecah selama pengiriman,” ungkapnya.

Sementara untuk yang akan ditetaskan, telur-telur yang sudah dibersihkan masuk ke dalam mesin tetas. Seperti biasa, di hari keempat Zulkarnaen melakukan pengecekan kualitas telur, memastikan semua telur tersebut layak tetas (fertil) atau tidak (infertil).

Dengan menggunakan lampu pijar, telur yang tampak kemerahan dan ada semacam serat berwarna merah (menyerupai bentuk akar tanaman) di dalam telur dimasukkan kembali ke dalam mesin tetas. Telur-telur tersebut dipastikan sebagai telur fertil atau telur yang dibuahi oleh sperma ayam pejantan. Telur ini dipastikan bisa ditetaskan dengan baik.

Sedangkan telur yang tampak terang dan tak terlihat ada serat warna merah, dikeluarkan dari mesin tetas. Beberapa telur yang infertil segera dipisahkan di keranjang. Telur infertil merupakan telur yang tidak dibuahi oleh sperma pejantan dan tidak dapat ditetaskan.

Telur-telur yang gagal tetas akan dipisahkan. Telur infertil yang sudah empat hari masuk ke mesin tetas, belum mengalami perubahan komposisi kuning dan putih telurnya. Artinya telur masih aman untuk dikonsumsi. Sebab itu, banyak para peternak yang tak membuang telur yang baru empat hari berada di dalam mesin tetas.

Zulkarnaen memanfaatkan telur infertil yang sudah empat hari di mesin tetas sebagai sumber protein ayam indukan pejantan. “Ini bisa jadi sumber protein yang bagus untuk ayam pejantan,” katanya.

Selain telur infertil yang masih bagus, Zulkarnaen juga mencampur dengan telur yang sudah bercampur bagian kuning dan putihnya. Cara ini tentu saja akan mengurangi biaya pakan untuk ayam-ayam di kandangnya.

“Saya kan peternak, kalau jumlah telurnya yang infertil terlalu banyak enggak mungkin dimakan semua. Makanya sebagian saya jadikan puding dan dikasih ke ayam pejantan. Ayamnya lebih sehat,” ungkapnya.

Peternak ini mengaku tak tahu persis berapa nilai penghematannya setelah memanfaatkan telur-telur infertil sebagai pakan tambahan indukan pejantan miliknya. Yang pasti, asupan nutrisi untuk pejantan indukan terpenuhi dan ayam-ayamnya tergolong sehat.

“Sampai saat ini saya tidak pernah hitung berapa persentase penghematannya. Yang penting begitu ada telur yang gagal tetas, saya olah jadi puding untuk pakan tambahan ayam indukan,” ujarnya.

Pahami Arti Infertil
Bagi para peternak pemula, sebutan telur fertil dan infertil masih terdengar asing. Pemahaman jenis telur fertil dan infertil ini penting dimiliki oleh para peternak, khususnya peternak pemula, agar terhindar kerugian yang terlalu besar.

Untuk para peternak pemula yang memilih membeli telur fertil, sebaiknya perlu memahami lebih dulu istilah telur fertil dan infertil. Kalau telur fertil mudah dipahami, yakni telur yang dibuahi oleh ayam pejantan dan kemungkinan besar bisa menetas.

Lalu, apa itu telur infertil? Bagi peternak pemula, bisa mengecek laman Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Di laman ini dijelaskan secara rinci tentang telur infertil. Secara definisi, telur infertil bisa dikatakan telur yang tidak mengalami pembuahan (fertilisasi) oleh sel sperma dari ayam jantan.

Infertilitas bisa juga disebut sebagai kemandulan, yaitu istilah dapat juga diartikan sebagai kegagalan, tidak berhasil, atau tidak dapat membentuk. Ada dua jenis telur infertil yang dibedakan berdasarkan asal sumber telurnya.

Jenis telur infertil yang pertama yaitu telur infertil bersumber dari ayam ras petelur atau layer komersial hasil budi daya atau telah lazim disebut telur konsumsi. Bukan telur hasil pembibitan, dalam pemeliharaannya tidak dicampur dengan pejantan. Telur ini merupakan telur infertil yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, serta tidak dicirikan oleh warna cangkang tertentu. Warna cangkang atau kerabang telur dari semua strain ayam layer yang dibudidayakan di Indonesia umumnya cokelat. Warna kerabang sendiri dipengaruhi deposit pigmen induk selama proses pembentukan telur dan ditentukan oleh genetik ayam.

Sedangkan telur infertil jenis kedua yaitu telur infertil hasil dari breeding farm ayam ras. Telur infertil ini adalah telur tetas atau hatching egg (HE) yang tidak dibuahi oleh sel sperma dari ayam jantan. Pembuahan telur HE melalui inseminasi buatan (IB) atau pencampuran dengan pejantan dalam pemeliharaannya. Telur infertil ini merupakan ayam ras yang telah melewati masa inkubasi 18 hari (dalam mesin setter/inkubator).

Dengan menguasai informasi ilmiah ini, para peternak pemula bisa lebih cermat dan hemat dalam pemberian pakan kepada ternak ayamnya. Meski angka penghematannya tak terlalu besar, setidaknya tidak ada kata mubazir dengan memanfaatkan telur infertil untuk pakan tambahan ternak. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

AYAM AUSTRALORP: KARAKTERISTIK DAN KEUNGGULANNYA

Ayam Australorp

Pada awal tahun 1900-an, William Cook mengimpor ayam Orpington dari Inggris ke Australia. Tujuannya adalah untuk mengembangkan ayam petelur sekaligus pedaging yang cocok dengan iklim Australia.

Ayam Orpington tersebut kemudian disilangkan dengan Rhode Island Red, Minorca, White Leghorn, Langshan, dan mungkin Plymouth Rock. Hasilnya adalah ayan Australian Orpington atau ayam Australorp.

Ayam Australorp adalah ayam bertubuh besar dan berat dengan bulu yang lembut dan rapat. Ayam ini juga mempunyai jenis bantam.

Keunggulan ayam Australorp pertumbuhannya cukup cepat. Bobot ayam Australorp yang jantan antara 3,8-4,5 kg, dan betina antara 2,9-3,6 kg. Sedangkan yang bantam beratnya 0,9-1,2 kg untuk jantan dan 0,7-0,9 kg untuk betina.

Australorp umumnya berbulu hitam namun ada juga yang berbulu putih dan biru. Bulunya lembut dan indah. Ketika terkena sinar matahari tampak sedikit warna-warna cerah seperti ungu dan hijau.

Cara berjalannya anggun mirip cara berjalan ayam Orpington. Temperamennya lembut dan jinak.

Bisa dipelihara dalam kandang tapi lebih suka dibiarkan berkeliaran bebas. Yang baik bagi ayam Australorp karena agak rentan obesitas jika terus dikandang.

Rata-rata menghasilkan 250-300 butir telur per tahun. Jika dipelihara secara komersial bisa bertelur lebih banyak lagi.

Harapan hidupnya rata-rata antara 6-10 tahun. Merupakan ayam yang kuat dan cukup tahan terhadap penyakit. Australorp tidak dianggap memiliki penyakit tertentu yang spesifik untuk rasnya.

Mampu beradaptasi dengan baik pada iklim panas maupun dingin. Namun perlu diberikan akses ke tempat berteduh, karena lebih rentan terhadap sengatan panas dibandingkan jenis ayam lainnya.


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer