-->

PT Charoen Pokphand Indonesia Hibahkan Kandang Closed House untuk Unsoed


Purwokerto – INFOVET. Lembaga Karya Pokphand  sebagai lembaga yang menangani seluruh kegiatan sosial dari PT Charoen Pokphan Indonesia, Tbk menghibahkan kandang closed house untuk Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (Unsoed). Seremonial penyerahan berlangsung pada Kamis (14/12/2017) di Aula Seminar Fakultas Peternakan Unsoed, Karangwangkal, Purwokerto.   

Penandatanganan hibah oleh Rektor Unsoed Dr Ahmad Iqbal dan Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Dr (HC) Thomas Effendy SE, MBA dengan disaksikan Ketua Dewan Riset Nasional, Dr Ir Bambang Setiadi MS.

Acara dilanjutkan dengan kuliah umum dari Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia yang mengusung tema “Prospek Perunggasan ke Depan”.

Dekan Fakultas Peternakan Unsoed, Profesor Ismoyowati kepada awak media mengemukakan, keberadaan kandang closed house itu dapat dimanfaatkan untuk kegiatan riset mahasiswa dan dosen.

Penandatanganan hibah closed house
PT Charoen Pokphand Indonesia sebagai pelopor industri perunggasan di Indonesia yang telah lama mempergunakan teknologi closed house, membuktikan kepedulian yang besar terhadap pendidikan di Tanah Air.

Merujuk pada penandatanganan MoU yang telah dilakukan antara Lembaga Karya Pokphand bersama dengan empat universitas pada 15 Mei 2016 lalu, selain Unsoed, PT Charoen Pokphand Indonesia membangun kandang closed house untuk Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Diponegoro Semarang, dan Universitas Hasanuddin Makassar. (nu)

Sumber foto: kafapet group


MENTAN DORONG PEMDA KERJASAMA DENGAN PERBANKAN DAN INVESTOR UNTUK WUJUDKAN SWASEMBADA DAGING SAPI

Mentan Amran Sulaiman saat gelar jumpa wartawan usai acara. 
Jakarta (14/12/2017), Bertempat di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Menteri Andi Amran Sulaiman memfasilitasi pertemuan antara Bupati/Walikota dengan Perbankan hari ini Kamis tanggal 14 Desember 2017.

"Kami ingin mendorong peran aktif, serta sinergi antara Pemerintah Daerah dan Perbankan dengan Investor, dalam upaya akselerasi pengembangan peternakan sapi untuk mewujudkan swasembada daging sapi", kata Mentan Amran Sulaiman.

Menurut Amran, tahun 2045 diperkirakan akan terjadi krisis pangan dunia, untuk itu Indonesia telah merancang menjadi Lumbung Pangan Dunia dengan fokus pada komoditas pangan strategis yang meliputi padi, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, gula dan daging sapi.

"Tahapan kerja untuk masing-masing komoditas telah disusun dan akan dilaksanakan secara konsisten, untuk mencapai target telah ditetapkan strategi oleh pemerintah", ucap Mentan Amran.

"Strategi penataan regulasi menjadi faktor penting dalam rangka mempercepat pelaksanaan program pembangunan dan peningkatan efektivitas pelaksanaan anggaran dan belanja pemerintah di sektor pertanian", ujarnya.

Amran menyampaikan, berbagai program pembangunan pertanian sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan, yaitu produksi padi 2016 sebesar 79,1 juta ton GKG naik 11,7% dibandingkan 2014, produksi jagung 2016 juga naik 21,9%, bawang merah 11,3% dan cabai 2,3% dibanding 2014. Lebih lanjut dijelaskan, sejak 2016 tidak ada impor beras medium, cabai segar dan bawang merah konsumsi dan pada 2017 tidak ada impor jagung pakan ternak.

"Stabilitas harga sekarang dapat dicapai tanpa impor", tandasnya.

Amran mengatakan, dalam upaya meningkatkan populasi ternak, khususnya untuk meningkatkan produksi daging nasional, Kementerian Pertanian telah menyelenggarakan Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) yang merupakan kegiatan peningkatan produktivitas ternak sapi melalui Inseminasi Buatan.

"Berdasarkan laporan ISIKHNAS dapat kami sampaikan bahwa per tanggal 10 Desember 2017, realisasi IB sebanyak 3.720.791 ekor  atau 93,02% dari target 4 juta ekor; dan bunting 1.653.103 ekor atau  55,10% dari target 3 juta ekor; serta telah lahir 709.697 ekor", ungkap Amran.

Penandatangan nota kerjasama Pemda dan Perbankan
dalam mengimplementasikan kemitraan pengembangan ternak sapi
Amran menuturkan, dari laporan ISIKHNAS dalam 3 (tiga) tahun terakhir pemotongan rata-rata di atas 22 ribu ekor per tahun. Untuk itu, Kementerian Pertanian telah bekerjasama dengan Badan Pemelihara Keamanan (BAHARKAM) Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melakukan pengendalian. "Hal tersebut tentunya masih memerlukan komitmen Bapak/Ibu Bupati untuk turut serta dalam upaya-upaya pencegahan dan pengawasan pemotongan betina produktif", kata Amran.

Lebih lanjut disampaikan, strategi penting lainnya bagi upaya peningkatan produksi pertanian adalah investasi dan hilirisasi, sehingga dibutuhkan partisipasi swasta untuk membangun pertanian dalam bentuk investasi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, serta hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani.

Amran mengungkapkan, usaha peternakan sapi memiliki karakteristik yang berbeda dengan ternak lainnya antara lain jangka waktu usaha yang panjang dan pembiayaan yang lebih besar. "Untuk itu peran swasta sebagai investor yang berperan sebagai avalis maupun off-taker sangat diperlukan dalam mengembangkan kemitraan dengan para peternak mengingat sebagian besar peternak sapi adalah peternak kecil dengan skala usaha 2-3 ekor sehingga harus didorong untuk dapat menciptakan korporasi peternak yg berorientasi bisnis dalam pengembangan usahanya", ucapnya.

"Saya juga mengajak pihak perbankan dan asuransi, agar memberi perhatian khusus bagi sektor peternakan. Jangan dibandingkan dengan industri jasa atau perdagangan", kata Amran.

Disampaikannya,  Pemerintah telah memberikan program bunga bersubsidi dengan Kredit Usaha Rakyat. "Untuk itu, perbankan kita harapkan dapat meningkatkan penyalurannya mengingat penyaluran KUR untuk sektor pertanian baru mencapai 19,3% (35,2 triliun rupiah) dari total penyaluran nasional sebesar 182,6 triliun rupiah", himbaunya.

Menurutnya, penyaluran KUR untuk sektor pertanian tersebut sebagian besar untuk usaha tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura, untuk peternakan masih relatif kecil.

Amran kembali menegaskan, Pemerintah selama ini telah hadir melalui regulasi dan deregulasi, pembinaan dan pengawasan. Khusus dalam pengembangan peternakan sapi. "Saya berharap Bupati/Walikota berperan dalam penyediaan infrastruktur, penyediaan lahan dan kemudahan perijinan usaha,  mendorong pihak swasta sbg investor utk menanamkan investasi dlm pengembangan usaha peternakan sapi, serta mengoptimalkan peran pembinaan oleh satuan kerja pemerintah daerah dalam mendorong  kemitraan antara swasta dengan peternak yang berkeadilan untuk kemajuan bersama", pintanya.

"Saya ucapkan terimakasih atas kerjasama Pemerintah Daerah dan Pihak Perbankan yang telah mengimplementasikan kemitraan pada pengembangan ternak sapi. Saya percaya niat baik yang diikuti usaha yang sungguh-sungguh akan membawa kebaikan bagi masyarakat dan juga negara", kata Mentan Amran. "Saya optimis dengan kerja keras dan gotong royong kita semua mampu mewujudkan Indonesia Menjadi Lumbung Pangan Dunia 2045, sehingga tercipta pembangunan yang lebih baik dan berkeadilan untuk mewujukan kesejahteraan rakyat", tambahnya. (WK)

LOWONGAN PEKERJAAN PT. VETINDO CITRAPERSADA

PT. Vetindo Citrapersada membutuhkan empat (4) orang tenaga kerja untuk
posisi Technical Service, dengan ketentuan sbb:

• Pendidikan: S1 Kedokteran Hewan atau Peternakan (Drh/Spt)
• Pengalaman Kerja: Diutamakan berpegalaman dibidang sales/marketing
• Bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia
• Peminat hubungi: boris@vetindo.co.id; haykal@vetindo.co.id


Animo Tinggi, Peserta Pelatihan PJTOH ASOHI Membludak


Jakarta - INFOVET. Bertempat di Hotel Santika TMII, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) menyelenggarakan Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) Angkatan XIV. Kegiatan pelatihan digelar Rabu-Kamis, 13 dan 14 Desember 2017.

Pelatihan PJTOH selalu mendapat sambutan luar biasa dari para pelaku obat hewan dan pabrik pakan. Membludaknya peserta yang ingin mengikuti acara itu diluar dugaan kepanitiaan.

Sebanyak 90 peserta memenuhi Ruang Kecapi 6, tempat di mana pelatihan berlangsung.  

Drh. Forlin Tinora, ketua panitia
Ketua ASOHI, Drh Irawati Fari dalam sambutannya mengemukakan, pelatihan PJTOH bertujuan meningkatkan kemampuan dan keterampilan bagi Penanggung Jawab Teknis baik Dokter Hewan maupun Apoteker perusahaan obat hewan.

Sebelumnya, Ketua Panitia yaitu Drh Forlin Tinora memberi kata sambutan.

"Ada yang berbeda dari Pelatihan PJTOH angkatan XIV ini. Terdapat materi baru terkait dengan Permentan No 14 Tahun 2017 mengenai klasifikasi obat hewan serta Permentan Penyediaan dan Peredaran Hewan," ungkap Forlin. 

Ketua Umum ASOHI Drh. Irawati Fari
Usai pemukulan gong pertanda telah dibukanya pelatihan, Drh Ni Made Ria Isriyanthi PhD selaku Kasubdit POH memaparkan materi Sistem Kesehatan Hewan Nasional (SISKESWANAS) dan Regulasi Obat Hewan Indonesia.

Berdasarkan data Subdit POH, jumlah perusahaan yang telah memperoleh ijin usaha obat hewan di Kementerian Pertanian hingga November 2017 adalah 202 importir, 29 eksportir, dan 93 produsen.

Disampaikan Kasubdit POH, tentang Klasifikasi Obat Hewan yang termuat dalam Permentan No 14 /Permentan/PK.350/5/2017.

Obat hewan yang dilarang berdasarkan cara penggunaan berupa Antibiotik Imbuhan Pakan (feed additive) dalam pasar 16 terdiri atas, produk jadi Imbuhan Pakan atau bahan baku obat hewan yang dicampurkan ke dalam pakan. 

Produk feed additive yang telah memiliki nomor pendaftaran dan masih berlaku, dinyatakan tetap berlaku hingga 31 Desember 2017. Apabila nomor pendaftaran telah habis masa berlakunya sebelum 31 Desember 2017, dilarang mendaftarkan ulang. (nu)

DIRJEN PKH KEMENTAN: CAPAIAN UPSUS SIWAB 92,27%

Surabaya (11/12/2017), Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menyampaikan, capaian IB (Inseminasi Buatan) nasional berdasarkan data kumulatif hingga tanggal 8 Desember 2017 adalah sebanyak 3.690.721 ekor atau 92,27% dari target 4 juta ekor. Hal tersebut disampaikan saat Pertemuan Evaluasi Upsus Siwab Nasional Tahun 2017 tanggal 10-11 Desember 2017 di Provinsi Jawa Timur.

Pertemuan yang dihadiri oleh Kepala Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan seluruh Indonesia dan Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis), serta Direktur lingkup Ditjen PKH ini ditujukan untuk mengetahui hasil capaian pelaksanaan UPSUS SIWAB tahun 2017.

Dalam pertemuan tersebut I Ketut Diarmita mengatakan, kegiatan UPSUS SIWAB (Upaya Khusus sapi Indukan wajib Bunting) menjadi fokus utama di jajaran Ditjen PKH tahun 2017 dan akan dilanjutkan pada tahun 2018. Menurutnya, Upsus Siwab merupakan langkah nyata Pemerintah untuk mengakselerasi percepatan target pemenuhan populasi sapi potong dalam negeri.

“Dari laporan iSKHNAS per tanggal 8 Desember 2017,  jumlah kebuntingan nasional mencapai 1.624.614 ekor atau 54,13% dari target 3 juta ekor, serta jumlah kelahiran sebanyak 706.314 ekor”, kata I Ketut Diarmita. “Capaian masih terus kita evaluasi sampai tahun 2018, mengingat tanda-tanda kebuntingan baru bisa dideteksi setelah beberapa bulan setelah sapi di IB”, ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan, untuk kegiatan pendukung Upsus Siwab telah dilaksanakan beberapa hal, yaitu: Pertama, penanganan gangguan reproduksi tahun 2017 telah diperiksa sebanyak 288.345  ekor sapi dan sebanyak 281.117 ekor dilakukan penanganan gangguan reproduksi.  “Hal ini artinya untuk penanganan gangguan reproduksi tercapai 93,7% dari yang targetkan sebanyak 300.000 ekor, sedangkan untuk kesembuhannya terealisasi sebanyak 149.615 ekor atau 53 % dari target 200.000 ekor.

Menurut I Ketut, gangguan reproduksi pada akseptor merupakan salah satu penyebab kegagalan kebuntingan, untuk itu upaya penanganan gangguan reproduksi secara terus menerus dilakukan dan menjadi aktivitas yang tidak terpisahkan mendukung keberhasilan UPSUS SIWAB.

Kedua, untuk mempertahankan struktur betina dewasa dan angka betina produktif sebagai akseptor yang akan di IB, maka telah dilaksanakan pencegahan pemotongan betina produktif di 17 Provinsi.  “Sampai dengan akhir November 2017 telah diselamatkan atau ditolak pemotongannya sebanyak 6.974 ekor”, ungkap I Ketut. “Implementasi penanggulangan pemotongan betina produktif tersebut bekerjasama dengan BAHARKAM POLRI”, ujarnya.

Ketiga. Untuk menjamin aktifitas pelayanan dalam pelaksanaan Upsus Siwab, Ditjen PKH menargetkan produksi semen beku pada tahun 2018 sebanyak 6 juta yang dihitung berdasarkan services per conception (SC) 2 yang akan disebar ke seluruh peternak Indonesia. Ketersediaan dan produksi semen beku di balai inseminasi buatan pemerintah, yaitu, BBIB Singosari, BIB Lembang dan BIBD Kalimantan Selatan  sebanyak 9.040.003 dosis, sedangkan jumlah semen beku yang sudah didistribusikan pada tahun ini sebanyak 5.995.075 dosis ke peternak seluruh Indonesia.

Keempat, Ditjen PKH bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan dalam proses distribusi N2 cair dan semen beku dengan menggunakan pesawat ATR Garuda pada 44 rute penerbangan. “Kita lakukan kerjasama ini untuk mengatasi kendala akan sulitnya mendapatkan N2 cair di lapangan”, kata I Ketut. Menurutnya, ketersediaan sarana tersebut dilapangan merupakan faktor yang sangat penting dalam mensukseskan UPSUS SIWAB.

Kelima, Untuk penguatan pakan, telah dilakukan pengembangan HPT (Hijauan Pakan Ternak) yang terealisasi seluas 5.925 Ha atau 62,45% dari target 9.487 Ha, sedangkan pakan konsentrat terealisasi 2.747 ton atau 92,65% dari target 2.965 *ton

I Ketut Diarmita mengungkapkan, saat ini merupakan tahun pertama pelaksanaan UPSUS SIWAB, sehingga kendala dan permasalahan yang terjadi pada tahun ini kita cari penyelesaiannya bersama agar pelaksanaan tahun 2018 dapat berjalan lebih baik.

“Untuk kelancaran pelaksanaan tahun 2018 kami mengajak kepada seluruh pihak untuk all out bersama-sama mewujudkan target yang telah kita tetapkan”, himbau I Ketut Diarmita. Selain itu, I Ketut juga menuturkan agar pedoman pelaksanaan UPSUS SIWAB Tahun 2018 disempurnakan dengan berkaca pada pelaksanaan tahun 2017.

”Kita semua tentunya berharap UPSUS SIWAB ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mewujudkan target pembangunan peternakan”, kata I Ketut Diarmita. “Kita harapkan semoga melalui UPSUS SIWAB, tujuan kita untuk mempercepat peningkatan populasi sapi dan kerbau dapat terwujud sesuai dengan yang ditargetkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan Swasembada Daging Sapi di tahun 2026”, ucapnya menambahkan. (WK)

PROTAS: TERTIB TERHADAP REGULASI OBAT HEWAN

Bertempat di Menara 165 Jakarta, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) sukses menyelenggarakan Program Temu Anggota ASOHI (Protas), bertajuk “Perkembangan Regulasi Obat Hewan di Indonesia” pada Rabu (6/12).
Foto bersama usai Protas ASOHI Desember 2017.
Menurut Ketua Panitia Protas, Drh Erwin Heriyanto, kegiatan ini dilakukan untuk sharing informasi seputar industri obat hewan sepanjang tahun 2017. “Protas bertujuan untuk saling bertukar pikiran dan informasi antara ASOHI dengan pemerintah, terkait kemajuan industri obat hewan di Indonesia,” ujar Drh Erwin dalam sambutannya.
Menyambung sambut Erwin, Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, menyatakan, lewat Protas ini pihaknya ingin membina dan meningkatkan pengetahuan para anggotanya untuk tetap menjalankan usaha sesuai dengan aturan yang berlaku. “Kami berharap anggota bisa menjalankan usaha yang sehat dan tertib, artinya produk yang di pasarkan bisa dipertanggung jawabkan dan mengikuti peraturan yang berlaku, baik dari ASOHI maupun pemerintah,” kata Drh Ira.
Sebab, lanjut dia, tahun depan tantangan di industri obat hewan akan semakin berat. “Tahun ini saja pemerintah sudah memberikan surat peringatan kepada beberapa perusahaan obat hewan yang tidak patuh. Tantangannya semakin berat, perusahaan (obat hewan) baru makin banyak. Intinya tertib pada aturan,” ucapnya.
Selain itu, Drh Ira juga sempat menyinggung soal kewajiban iuran kepada puluhan anggota ASOHI yang hadir saat itu. “Kegiatan kita sangat padat, sehingga dibutuhkan iuran anggota, semua itu untuk kepentingan bersama, salah satunya protas ini. Saya sangat apresiasi kepada anggota yang tertib,” imbuhnya.
Sementara itu, hadir mewakili Direktur Kesehatan Hewan, Kasubdit Pengawas Obat Hewan (POH), Kementerian Pertanian, Drh Ni Made Ria Isriyanti, mengatakan, ASOHI sangat aware kepada perkembangan obat hewan. “Kita berharap bisa bejalan beriringan, kita akan sharing program-program pemerintah ke depannya untuk sama-sama memiliki visi-misi memajukan industri peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia,” kata Drh Ria.
Ia menambahkan, tahun ini yang disebut sebagai tahun yang penuh dengan regulasi bisa ditaati bersama. “Taat terhadap aturan, karena aturan bertujuan untuk kebaikan. Kita harap dari pertemuan ini kami mendapat masukkan yang positif dan membangun,” tukasnya.

Adapun Protas kali ini menghadirkan pembicara Kasubdit POH Drh Ni Made Ria Isriyanti, Kepala Bagian Perundang-Undangan II Biro Hukum dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Drs Zulkifli, Kepala Seksi Pengamanan Hasil Uji BBPMSOH Drh Cynthia Devy Irawati, Kepala Subbidang Keamanan Hayati Hewani Impor Karantina Pertanian Drh Sri Endah Ekandari dan Pimpinan Bea & Cukai. (RBS)

Presdir Medion Jonas Jahja Resmi Dapat Gelar Doktor Honoris Causa

"Pemantauan penyakit-penyakit penting pada unggas yang berpengaruh pada produktivitas unggas seperti ND, AI, IB (Infectious Bronchitis) dan Gumboro (IBD/Infectious Bursal Disease) perlu dilakukan secara rutin. Pemantauan tersebut membutuhkan kerjasama antara pihak peternak, perguruan tinggi dan pihak swasta yang bergerak di bidang industri obat hewan. Hasil pemantauan tersebut sangat bermanfaat dalam meningkatkan efektivitas vaksin yang akhirnya dapat memperbaiki produktivitas ternak"

Demikian salah satu saran yang disampaikan oleh Drs. Jonas Jahja, Apt di depan sidang Senat Universitas Diponegoro (Undip) pada acara Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Ternak Unggas, yang berlangsung Sabtu 9 Desember 2017 di Kampus Undip Semarang.

Dalam orasi yang berjudul "Pengembangan Vaksin dan Obat Unggas yang Inovatif dalam Upaya Peningkatan Protektivitas", Drs. Jonas Jahja, Apt juga memberikan saran penting berupa perlunya kerjasama penelitian obat herbal untuk pengembangan peternakan nasional, mengingat Indonesia kaya akan sumber daya obat herbal.

"Ekstrak herbal yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas antara lain  sebagai imunostimulan, peningkat nafsu makan, mengurangi bau amonia kandang, mengobati penyakit bakterial, parasit, antiradang dan yang lainnya," ujarnya.

Drs. Jonas Jahja, Apt (kanan) resmi menerima Doktor HC
Drs. Jonas Jahja, Apt dinilai layak mendapat gelar doktor antara lain karena perannya dalam kegiatan penelitian dan pengembangan obat dan vaksin, yang melibatkan pakar dari berbagai perguruan tinggi, menjalankan pengabdian masyarakat berupa penyuluhan dan penerbitan buletin untuk peternak yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan, serta mengembangkan usaha obat hewan hingga mampu menembus pasar internasional.

Rektor Undip Prof. Dr. Yos Johan Utama SH., M.Hum. dalam  sambutannya mengatakan, Drs. Jonas Jahja, Apt telah lolos dalam penilaian akademik dan penilaian non akademik. "Saudara Drs Jonas Jahja telah  berhasil menyediakan vaksin dan obat unggas sehingga unggas Indonesia lebih sehat dan produktif, dengan demikian ia ikut berkontribusi dalam penyediaan pangan, khususnya daging dan telur unggas," ujarnya

Acara penganugerahan gelar doktor honoris causa dihadiri tak kurang dari 50 guru besar termasuk para guru besar ahli kesehatan hewan dan Peternakan dari berbagai perguruan tinggi antara lain Prof Wayan Teguh Wibawan (IPB), Prof. Agus Setiono (IPB), Prof. CA Nidom (Unair), Prof. Mahadika (Unud), Prof. I Nyoman Suparta (Unud) Prof. Widya Asmara (UGM) yang duduk di barisan depan. Rektor Undip. mengatakan, baru kali ini begitu banyak guru besar yang hadir dalam acara penganugerahan gelar doktor.

Sementara itu undangan yang hadir di acara ini tak kurang dari 500 orang, meliputi wakil dari Pemda
Hadir para tokoh peternakan dari berbagai wilayah
Jawa tengah, para pimpinan asosiasi peternakan, para peternak dari berbagai daerah, para dosen, mahasiswa, utusan karyawan Medion serta keluarga dari Drs. Jonas Jahja, Apt.

Konsisten Mengembangkan Obat Hewan

Drs. Jonas Jahja, Apt adalah pendiri, dan pimpinan PT. Medion, sebuah perusahaan obat hewan generasi pertama di Indonesia yang kini menjadi perusahaan obat hewan yang menjadi pemain global. Tak kurang dari 20 negara menjadi negara tujuan ekspor Medion. Drs. Jonas Jahja, Apt yang lahir di Indramayu 30 Januari 1945, lulus dari Fakultas Farmasi ITB tahun 1969 dan resmi menyandang gelar profesi apoteker dari kampus yang sama tahun 1971.

Prof Agus, Prof Nyoman Suparta, Prof Wayan, Peter Yan, Prof Nidom, Prof Mahardika
Ia merintis usahanya yang semula memelihara 50 ekor ayam petelur, melakukan eksperiman obat unggas, dan selanjutnya fokus untuk mengembangkan obat hewan, hingga kemudian berhasil mendirikan pabrik obat hewan dan vaksin di Bandung.

Lompatan paling penting dalam sejarah bisnisnya adalah melakukan terobosan pasar ke luar negeri, tatkala perusahaan lain masih asyik dengan pasar Indonesia yang dinilai masih terus berkembang pesat. Langkah ini tak berhenti hanya mengekspor produk obat hewan, melainkan juga membangun pabrik di luar negeri, salah satunya yang sudah berjalan adalah pabrik di Vietnam.

Perannya dalam mengembangkan usaha ternak skala kecil telah dikenal luas sejak tahun 1980an. Medion menerbitan buletin Info Medion secara rutin setiap bulan dan dibagikan gratis untuk para peternak hingga sekarang. Konsistensi menerbitkan buletin terbukti berdampak positif bagi kemajuan peternak dan juga Medion.

Demikian pula program penyuluhan yang dilakukan melalui forum diskusi dan seminar untuk para peternak. Menurut Peter Yan, salah satu Direksi Medion, dalam setahun tak kurang dari 800 kali penyuluhan dan seminar untuk peternak di seluruh Indonesia, ini belum termasuk kegiatan seminar di luar negeri.

Kegiatan penyuluhan yang semula sekitar masalah teknis budidaya ternak, kini berkembang dengan berbagai topik, salah satunya adalah seminar khusus untuk pemilik peternakan dengan topik Family Business. Topik ini belakangan menjadi topik paling menarik bagi para pemilik peternakan, karena Drs. Jonas Jahja, Apt telah membangun Medion sebagai perusahaan keluarga yang profesional dan berhasil melakukan kaderisasi. Ia kini bisa disebut sebagai panutan dan guru Family Business bagi kalangan peternak.

Sejumlah penghargaan telah ia terima, baik dari pemerintah maupun swasta antara lain anugerah Perusahaan berorientasi kerayatan dan Ekspor, Perusahaan Berdaya Saing Internasional (Indolivestock Award), Perusahaan Obat Hewan Perintis (ASOHI)  dan sebagainya.

(Bams)***








ADU NASIB DI KANDANG CLOSED HOUSE

Contoh kandang closed house. (Sumber: HighTop)
Berawal dari daerah subtropis dengan iklim empat musim, kini penerapan sistem kandang closed house telah merambah peternakan di daerah tropis, khususnya Indonesia. Potensi untung menarik peternak mencari peruntungan di sistem kandang ini.

BADAI CEMPAKA HANYUTKAN PULUHAN TERNAK DI YOGYAKARTA

Sebanyak 11 ekor sapi dan 40 ekor kambing, serta ribuan ekor ayam hanyut tersapu air akibat banjir besar yang melanda Yogyakarta. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Ir Bambang Wisnu Broto, kepada Infovet yang menemui secara khusus di kantornya. Dari peristiwa itu, yang terparah menderita dampak bencana adalah Kecamatan Tepus, Rongkop, Karangmojo dan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan di Kabupaten Bantul masih dalam Provinsi yang sama, wilayah yang yang terkena dampak adalah Kecamatan Pundong, Imogiri Jetis dan Kretek.
Drh Dewi mewakili KAHMIVet (tengah), saat menyerahkan bantuan ke Posko Gunung Kidul.
Bencana disebabkan adanya siklon tropis di atas Samudera Indonesia pada 27-29 November lalu. Siklon tropis yang berada sekitar 30 km dari bibir Pantai Selatan Pulau Jawa itu telah meluluh-lantakan beberapa rumah penduduk, tanaman pangan, termasuk kandang ternak beserta isinya.
Menurut Bambang, bencana tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini diperkuat informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa peristiwa itu muncul karena hujan deras yang berlangsung hampir dua hari berturut-turut, sehingga menyebabkan air sungai meluap dan di sisi yang lain secara bersamaan permukaan air laut mengalami pasang.
“Padahal di Kabupaten Gunung Kidul sendiri ada lebih dari 10 sungai berada di bawah tanah pegunungan Kapur, hanya terdapat tiga sungai kecil yang berada di atas permukaan tanah. Akibatnya arus sungai yang berada di bawah tanah menjadi terhambat memasuki muaranya, sehingga gua-gua yang umumnya merupakan mata air sungai menjadi meluap di Kecamatan Tepus dan Rongkop,” katanya menjelaskan.
“Kecamatan itu merupakan area yang dikenal sebagai wilayah geografis tertandus dan kering, namun kini kawasan tersebut berubah menjadi danau-danau baru. Meluapnya air juga menyebabkan puluhan ternak ikut hanyut, sementara ribuan ekor sisanya masih dapat diselamatkan dibawa ke permukaan yang lebih tinggi,” tambahnya.
Salah satu Breeding Farm milik PT Malindo dan PT Januputro berhasil selamat dari bencana, tetapi beberapa peternak ayam potong dan jenis petelur menderita kerugian ekonomi yang cukup memprihatinkan. Menurut Bambang, kerugian ekonomis belum bisa dipastikan. Namun dari laporan para petugas di lapangan selain ternak yang hanyut terseret air juga nilai materi yang lain berupa kandang yang hilang dan rusak, serta ladang tanaman pakan ternak yang terendam hingga 3 meter.
Di Kabupaten Bantul, hal yang sama juga mengakibatkan banyak kandang ternak rusak dan ratusan hektar lahan Hijaun Tanaman Ternak (HMT) terendam. Pasca kejadian, problema utama ketersediaan pakan hijauan untuk ternak dan kandang darurat sangat dibutuhkan. KAHMIVet sebagai organisai yang menghimpun para dokter hewan langsung terjun memberikan bantuan berupa obat-obatan, pakan konsentrat maupun hijauan pakan, terpal dan sokongan dana untuk rehabilitasi kandang ternak.

Menurut Drh Dewi dan Drh Heny, yang mewakili KAHMIVet sehari pasca bencana, langsung terjun ke lapangan mendampingi peternak dan mengerahkan beberapa alumni KAHMIVet di daerah-daerah yang terkena bencana. “Dukungan alumni KAHMIVet yang tersebar di seluruh Indonesia mengalir untuk ikut meringankan penderitaan peternak dan ternaknya,” katanya. (iyo)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer