-->

SILATURAHMI IKA FATERTAN UNDIP


BOGOR, Sabtu 19 Agustus 2017. Bertempat di Desa Lulut, Gunung Putri, Bogor, Ikatan Alumni Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (IKA Fatertan Undip) mengadakan pertemuan Silaturahmi, Sarasehan dan Halal Bihalal yang dihadiri oleh para alumni disekitar wilayah Jabodetabek.
Ir. Slamet Widodo selaku Ketua Panitia menyatakan, kegiatan silaturahmi ini merupakan kegiatan yang kedua kalinya, di mana kali pertama diadakan di Sentul tahun lalu. “Silaturahmi yang bertepatan pula dengan Halal Bihalal diadakan dari kita, oleh kita dan untuk kita.”
Maksudnya, lanjut Widodo, kegiatan silaturahmi ini didanai oleh kami para alumni, diselenggarakan dan diadakan oleh kami semua dan tentunya ditujukan untuk kami para alumni Fatertan Undip.
Ir. Muslikhin Irmat, Ketua Fatertan Undip yang juga peternak unggas di wilayah Bogor ini mengatakan dalam sambutannya, sengaja pertemuan atau silaturahmi kali ini diadakan di kandang sapi. Hal ini untuk mengingatkan kembali kita sebagai sarjana peternakan akan suasana kandang.
“Banyak alumni yang bekerja diluar bidang peternakan. Ada yang bekerja di perbankan, industri makanan, sipil, restoran, butik, IT, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, dengan suasana di kandang ini kami ingin hadirkan atau nostalgia kembali bagi para lulusan yang sudah lama meninggalkan profesi peternak ini,” jelas Muslikhin.
Kami, katanya, juga ingin mengajak teman-teman yang ingin memulai usaha bersama dibidang peternakan. Jika belum siap mandiri beternak, bisa bermitra dengan teman yang sudah memulai usaha.
Dengan slogan 3G “Guyub, Gayeng, Greget” silaturahmi dihadiri oleh angkatan tertua yakni angkatan ketiga atau angkatan tahun 60-an hingga angkatan termuda yakni angkatan 2012. Diharapkan ikatan alumni ini terus bisa bersama, saling berkerjasama, semangat (guyub, gayeng, greget).
Dr. Ir. Sutopo, M.Sc., Wakil Dekan III mewakili Dekan FPP Undip turut pula hadir dan menyampaikan apresiasinya atas suksesnya penyelenggaraan silaturahmi tersebut. Saat ini, kampus FPP Undip telah memiliki kandang ayam closed house sendiri dengan kapasitas 33.000 ekor. Di mana yang sudah operasional kapasitas 11.000 ekor dan kandang satunya dengan kapasitas 22.000 yang akan diresmikan pada tanggal 22 September nanti. Setiap tahun juga dapat menjual sapi sekitar 10-15 ekor, kambing 10 ekor. Sehingga setiap bulannya, FPP dapat menyumbangkan dana sekitar Rp.80-100 juta ke universitas.

Talkshow bisnis
Tidak hanya ajang silaturahmi dan HBH saja, talkshow dengan menghadirkan para pembicara yang kompeten turut pula diselenggarakan untuk memberikan inspirasi bagi para alumni.
Beberapa pembicara yang dihadirkan ialah Ir. Bambang Krista yang membicarakan tentang Bisnis Ayam Kampung, Ir. Agus Swarna mengenai Bisnis Ayam Broiler, Ir. Wasdiro tentang Ternak Sapi Potong. Serta tema mengenai Produk Olahan dibawakan oleh Ir. Suprapto.
Ir. Bambang Krista pemilik Citra Lestari Farm merupakan angkatan tahun 1982, dan sudah pernah menekuni bisnis ayam broiler selama 15 tahun. Karena fluktuasi harga ayam hidup broiler yang tidak menentu, Bambang Krista memutuskan untuk beralih budi daya ayam kampung. Selain berbudi daya ayam kampung, Bambang juga tekun menulis buku mengenai ternak ayam kampung dan mengisi beberapa pelatihan.
“Citra Lestari Farm (CLF) sudah berjalan selama sewindu, sejak tahun 2008 setelah 15 tahun budi daya ayam broiler. Ayam kampung dapat dikelola secara modern sehingga dapat memberikan benefit yang banyak bagi pelakunya. Bisnis ayam kampung tapi jangan kampungan,” ucap Bambang.
Artinya, ayam kampung yang dikelola secara profesional tidak kampungan, akan memberikan hasil yang tidak kampungan pula. Hingga kini, CLF sudah masuk sebagai 5 breeder besar peternakan ayam kampung di Indonesia.
Ir. Agus Swarna sebagai pembicara mengenai bisnis ayam broiler, memilih tidak menampilkan presentasi. Menurutnya, jika sudah siang para peserta pasti sudah ngantuk, apalagi jika ditambah dengan pemaparan materi. Agus yang juga merupakan peternak ayam broiler lebih memilih memberikan kuis berhadiah dan mampu menghidupkan suasana siang hari itu.
Sementara Ir. Wasdiro angkatan tahun 1984 alhamdulillah saya melihat para alumni cukup merasa nyaman walaupun acara di kandang sapi. Berarti tidak ada bau yang mengganggu mas mba dan adek-adek yang datang.
“Mulai tahun 1975, Indonesia sudah mulai kekurangan sapi. Terakhir pada tahun 1979 Indonesia pernah ekspor sapi dan kerbau. Sejak tahun itu hingga sekarang, Indonesia terus mengalami kekurangan sapi. Maka sampai sekarang, Indonesia mengimpor sapi dengan kisaran 500.000 - 700.000 ekor per tahun, karena kebutuhan untuk seluruh Indonesia sekitar 3,2 juta ekor. Sementara yang ada di dalam negeri dalam kisaran 2 jutaan ekor,” kata Wasdiro.
Dari data tersebut, terlihat sekali kebutuhan lebih besar dari persediaan, maka timbul suatu peluang bisnis.
Sebagai pembicara terakhir, Ir. Suprapto membawakan materi mengenai Produk Olahan. Menurutnya, industri pengolahan makanan masih terbuka lebar untuk ditekuni. “Usaha ini saya tekuni sejak saya mengundurkan diri sebagai karyawan di perusahaan swasta, dengan menerapkan sistem agensi.”
Diakhir acara, para alumni disuguhi musik country sambil menikmati makan siang dan foto bersama. (WK)

Menyelaraskan Hubungan Asosiasi dengan Pemerintah (Editorial Infovet Juli 2017)

Hubungan pemerintah dengan asosiasi perlu terus ditingkatkan.
Seperti apakah sebaiknya hubungan  antara asosiasi atau perkumpulan pelaku usaha dengan pemerintah? Pertanyaan ini menjadi penting karena akhir-akhir ini beberapa kali terjadi situasi hubungan yang kurang harmonis antara pemerintah dengan asosiasi bidang peternakan dan kesehatan hewan.
Beberapa waktu lalu pemerintah menyatakan pasokan jagung nasional cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga pemerintah menyatakan impor jagung untuk pakan tidak diperlukan. Namun beberapa waktu kemudian perusahaan pakan dan peternak mengeluhkan langkanya jagung di pasaran. Kalau toh ada, harganya jauh lebih tinggi dari harga jagung di pasar internasional.  Peternak harus membeli jagung seharga Rp. 4.700/kg sedangkan di pasar internasional konon harganya hanya Rp. 3.100/kg. Melalui negosiasi yang cukup alot, Pinsar Indonesia akhirnya bisa meyakinkan pemerintah agar tidak melakukan penghentian impor jagung sehingga peternak tidak mengalami kerugian yang berlarut-larut. Apalagi pada saat yang sama, harga jual ayam dan telur di tingkat peternak masih di bawah biaya produksi.

KEMENTAN JAMIN KETERSEDIAAN TERNAK UNTUK IDHUL ADHA 2017 AMAN

Jakarta (15/08/2017), Menjelang Hari Raya Idul Adha atau yang dikenal juga dengan Hari Raya Qurban yang akan jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah 1438 H atau bertepatan dengan tanggal 1 September 2017, setiap umat Muslim yang sudah mampu secara financial biasanya akan mencari ternak untuk digunakan sebagai hewan qurban pada hari besar tersebut. Untuk itu, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) sesuai tugas dan fungsinya telah melakukan koordinasi dengan daerah sentra produsen ternak untuk memastikan pasokan sapi-sapi qurban, terutama untuk memenuhi kebutuhan ternak untuk Ibadah Qurban tahun 2017 aman.

I Ketut Diarmita selaku Dirjen PKH Kementan menyebutkan, berdasarkan data tahun 2016, penyembelihan hewan qurban yang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah sebanyak 1.019,777 ekor, terdiri dari 279.221 ekor sapi, 7.535 ekor kerbau, 650.583 ekor kambing, dan 82.438 ekor domba. I Ketut mengatakan, kebutuhan ternak untuk ibadah qurban tahun 2017 diprediksi akan meningkat sekitar 10% dari kebutuhan tahun 2016.

“Untuk mengantisipasi kebutuhan ternak untuk ibadah qurban tahun 2017,  Ditjen PKH telah melakukan koordinasi dengan Dinas yang Membidangi Fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di seluruh provinsi di Indonesia”, tutur I Ketut. Selanjutnya disampaikan, jumlah  ternak yang siap untuk ibadah qurban tahun 2017 yaitu sebanyak 1.432.940 ekor, terdiri dari 440.323 ekor sapi, 9.851 ekor kerbau, 755.288 ekor kambing dan 227.479 ekor domba.

“Berdasarkan data tersebut, maka  estimasi kebutuhan ternak untuk Ibadah Qurban tahun 2017 dapat dijamin seluruhnya terpenuhi dari penyediaan ternak lokal” jelas I Ketut.

Menurut I Ketut Diarmita, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 114 Tahun 2014 tentang Pemotongan Hewan Kurban, hewan yang akan digunakan untuk ibadah qurban adalah ternak lokal yang telah memenuhi sesuai kriteria syariah Islam yaitu: a) sehat; b) tidak cacat, seperti: buta, pincang, patah tanduk, putus ekornya atau mengalami kerusakan daun telinga; c) tidak kurus; d) berjenis kelamin jantan, tidak dikebiri, memiliki buah zakar lengkap 2 (dua) buah dengan bentuk dan letak yang simetris; dan e) cukup umur yaitu untuk sapi/kerbau diatas 2 (dua) tahun dan kambing/domba diatas 1 (satu) tahun atau ditandai dengan tumbuhnya sepasang gigi tetap.

Selanjutnya I Ketut  mengatakan, berdasarkan laporan dari Petugas Informasi Pasar (PIP) Ditjen PKH disebutkan bahwa menjelang hari Raya Qurban tahun 2017, harga ternak di tingkat konsumen mengalami kenaikan yang bervariasi antara 5-30% dibandingkan dengan harga pada kondisi normal. Sebagai contoh untuk harga sapi di Jawa Barat berkisar antara Rp. 51.000,- sampai Rp. 65.000,- per kg berat hidup, di Jawa Tengah berkisar antara Rp. 51.000,- sampai Rp. 55.000,- per kg berat hidup, dan di Jawa Timur berkisar antara Rp. 47.000,- sampai Rp. 52.000,- per kg berat hidup. Dalam prakteknya ternak qurban dijual dengan berat taksiran (tongkrongan) tanpa ditimbang.

I Ketut menjelaskan meningkatnya harga jual sapi di tingkat produsen dan konsumen saat menjelang hari Raya Idul Adha dikarenakan beberapa hal, diantaranya: 1). Adanya permintaan ternak yang meningkat dan serentak hampir di seluruh provinsi khususnya di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi; 2). Ternak qurban telah dipilih sesuai kriteria syariah Islam dan disiapkan secara khusus sebagai ternak qurban; 3). Adanya biaya transportasi tambahan dan biaya pemeliharaan di tempat-tempat penjualan ternak qurban; 4). Pembeli tidak terlalu mempermasalahkan harga selama kriteria  ternak qurban sesuai syariah Islam terpenuhi, karena membeli ternak bertujuan untuk ber-qurban (persembahan dalam keagamaan).

Lebih lanjut disampaikan, dalam rangka mengamankan masyarakat terhadap risiko penularan penyakit zoonosis (penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya) dan upaya penyediaan daging qurban yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal), Ditjen PKH telah melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, Memfasilitasi penataan 3 pilot project tempat pemotongan hewan kurban di DKI Jakarta (Jakarta Utara, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat) melalui anggaran Tugas Pembantuan APBN Tahun 2017.

Kedua, Mengirimkan Surat Edaran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor : 20039/PK.400/F/07/2017 tanggal 20 Juli 2017, tentang Peningkatan Kewaspadaan Zoonosis terhadap Hewan/Ternak dan Pengawasan Pemantauan Hewan Qurban, kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di provinsi seluruh Indonesia. untuk meningkatkan pemeriksaan kesehatan hewan kurban dan pengawasan pelaksanaan pemotongan hewan qurban.

Ketiga, Membentuk Tim Pemantauan Hewan Qurban dengan SK Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan No. 7829/KPTS/OT. 050/F/08/2017, dengan jumlah anggota tim sebanyak 129 orang, terdiri dari Dokter hewan, Paramedik dan petugas teknis lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Tim akan diturunkan ke lapangan di wilayah DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.

Keempat, Membuat media sosialisasi penyembelihan hewan qurban, berupa: a) Leaflet “Cara Memilih Hewan Kurban yang Baik”; b) Video: “Cara Memilih Hewan Kurban yang Baik dan Kurban dan Kesejahteraan Hewan”; c) Buku Pedoman “Pedoman Penerapan Kesejahteraan Hewan dalam Pemotongan Hewan Kurban”; dan d) Media KIE “Pengelolaan dan Pelaksanaan Kurban yang Aman, Benar dan Nyaman.

Kelima, Bersama dengan DKM, Perguruan Tinggi dan LSM aktif melakukan sosialisasi penyembelihan hewan qurban yang benar sesuai Permentan No. 114 Tahun 2014 tentang Pemotongan Hewan Kurban. Keenam, Merencanakan rapat koordinasi persiapan pemantauan penyembelihan hewan kurban untuk daerah Jabodetabek pada tanggal 18 Agustus 2017. Rapat mengundang peserta dari Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan se-wilayah Jabodetabek, Perwakilan Persatuan Dokter Hewan Indonesia, Fakultas Kedokteran Hewan – IPB, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama, dan Direktorat Lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Ketujuh,  Merencanakan Bimtek “Pengawasan Penyembelihan Hewan Qurban” bagi Tim Pemantauan Hewan Qurban Lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tanggal 21 Agustus 2017. Kedelapan, Untuk memudahkan pelaporan petugas di daerah ke pusat telah digunakan sistem pelaporan on-line melalui sms gateway yang terintegrasi iSIKHNAS dimulai pada tanggal 1 September 2017 sampai dengan tanggal 6 September 2017.

“Langkah-langkah tersebut di atas, diharapkan dapat memberikan ketentraman bathin kepada umat Muslim yang akan melaksanakan ibadah qurban sekaligus memberikan jaminan keamanan daging qurban bagi masyarakat yang membutuhkan” ungakp I Ketut Diarmita. (WK)

SINERGI PEMERINTAH DALAM OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN SAPI NASIONAL

Dalam rangka mengoptimalkan sumber daya lokal (sapi-sapi lokal), terutama untuk mewujudkan pencapaian swasembada daging sapi di dalam negeri, Dewan Ketahanan Nasional bersama dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Terkait Lainnya  bersinergi untuk membuat Rumusan kebijakan pengembangan sapi nasional untuk memenuhi  tujuan swasembada daging sapi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pembahasan rumusan kebijakan tersebut dilaksanakan dalam Seminar dan Lokakarya yang diselenggaarakan oleh Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) bekerjasama dengan Universitas Andalas dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Semiloka diadakan di Padang Sumatera Barat pada tanggal 2 Agustus 2017 dengan tema “Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Lokal Untuk Pencapaian Swasembada Daging Sapi Dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional”.

Peserta seminar terdiri dari, dosen, peneliti, pemerintah pusat dan daerah, pengusaha, serta praktisi peternakan. Seminar dibuka oleh Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional Letjen TNI Nugroho Widyotomo. Keynote speaker Menteri Pertanian dibawakan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Drh I Ketut Diarmita, M.P dengan topik: “Kebijakan Swasembada Daging Sapi Nasional untuk Kesejahteraan Rakyat”. Dilanjutkan dengan penyampaian makalah dari Ditjen PKH Kementan, Kemendag,  Kemenkominfo.Kemenhub dan Kemenkop / UMKM

Dirjen PKH I Ketut Diarmita didampingi
Sekjen Wantanas Letjen TNI Nugroho Widyotomo saat jumpa pers.
Dalam sambutannya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang dibacakan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita Menteri Pertanian menganggap penting perlunya membangun kedaulatan pangan dalam rangka menjaga kedaulatan bangsa. Amran menegaskan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar warga negara yang harus dijamin ketersediaannya oleh pemerintah.

Menurutnya, kedaulatan pangan menjadi semakin relevan disaat Indonesia telah memasuki era perdagangan bebas, termasuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimana arus perdagangan barang dan jasa antar sesama negara se-kawasan Asia Tenggara akan semakin bebas untuk keluar masuk. “Kondisi ini membuat kita harus bisa meningkatkan daya saing melalui sistem produksi dan distribusi yang efisien, termasuk di dalamnya sistem produksi dan distribusi sektor peternakan,” kata Andi Amran Sulaiman dalam sambutannya.

Lebih lanjut disampaikan, Pemerintah saat ini telah merancang ambisi besar untuk menjadikan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Fokusnya pada komoditas pangan strategis meliputi padi, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, gula dan daging sapi.

Selanjutnya menurut Amran Sulaiman, pembenahan tata niaga produk pertanian domestik menjadi hal penting dalam rangka terciptanya perdagangan pangan yang berkeadilan karena Menurut Amran Sulaiman, saat ini petani menghadapi persoalan pasar monopoli dan oligopoli pada agroinputnya. Di sisi lain ketika menjual produk pertaniannya, para petani menghadapi pasar yang monopsonistik dimana posisi tawar petani sangat lemah dalam menentukan harga. Pada struktur tersebut beberapa gelintir pedagang/tengkulak yang menguasai akses pasar, informasi pasar, dan permodalan yang cukup memadai berhadapan dengan banyak petani yang kurang memiliki akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai serta kelembagaan yang lemah. “Oleh karena itu pembenahan tata niaga pertanian akan terkait erat dengan akses dan informasi pasar, kelembagaan petani dan pembiayaan bagi petani,” ungkap Amran Sulaiman.

Penguasaan jalur distribusi dan praktik kartel mafia pangan dinilai bisa menjadi ancaman bagi target swasembada nasional.

Sekretaris Jenderal Wantanas Letnan Jenderal TNI Nugroho Widyotomo, menilai pemberantasan mafia pangan menjadi pilihan yang harus dilakukan. “Oleh sebab itu, mau tidak mau hal ini harus diberantas dan merupakan tugas dari pemerintah dan kita semua untuk menghilangkannya”, kata Nugroho.

Menurutnya impor pangan itu untungnya besar sehingga sangat memungkinkan pihak yang bisa menggagalkan swasembada adalah pelaku monopoli distribusi pangan dan kartel. “Logikanya kan rezeki mereka berkurang,” tambahnya.

Nugroho mengemukakan saat ini ada 250 juta penduduk Indonesia yang harus dipenuhi kebutuhan pangan dan mencari cara supaya tidak impor. “250 juta orang ini pangsa pasar yang besar bagi negara lain, sekarang bagaimana caranya agar kita bisa memenuhi kebutuhan sendiri,” ujarnya. Ia menerangkan untuk mencapai bonus demografi salah satunya harus dipersiapkan sumber daya manusia yang baik dan kuncinya adalah pemenuhan kebutuhan pangan.

Sementara Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan pihaknya terus berupaya mewujudkan swasembada pangan salah satunya memperpendek alur distribusi agar biaya tidak tinggi dan menetapkan harga eceran terendah.

“Kalau untuk unggas kita sebenarnya sudah swasembada, konsumsi sapi saat ini 6,7 %, telur 85% dan ayam 67%,” sebut Ketut.

Terkait dengan upaya pemerintah dalam mempercepat peningkatan populasi sapi potong, pemerintah melakukan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) pada tahun 2017 dengan target 4 juta ekor akseptor dan 3 juta ekor sapi bunting.  Sesuai dengan Permentan Nomor 48 Tahun 2016, perbaikan sistem manajemen reproduksi pada UPSUS SIWAB dilakukan melalui pemeriksaan status reproduksi dan gangguan reproduksi, pelayanan IB dan kawin alam, pemenuhan semen beku dan N2 cair, pengendalian betina produktif dan pemenuhan hijauan pakan ternak dan konsentrat. Upaya lain yang dilakukan pemerintah dalam rangka percepatan peningkatan populasi sapi adalah melalui implementasi Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49 Tahun 2016 Tentang Pemasukan Ternak Ruminansia Besar Ke Dalam Wilayah Negara Republik.

Kementerian Pertanian juga bekerjasama dengan TNI dalam pengawalan sapi indukan impor yang saat ini dipelihara oleh kelompok peternak di Provinsi Riau, Sumatera Utara dan Aceh). Selain itu juga bekerjasama dengan Polri untuk pengendalian pemotongan betina produktif.

Pemerintah saat ini juga sedang melakukan perbaikan sistem logistik dan supply chain untuk komoditas sapi dan daging sapi melalui langkah-langkah antara lain:  a) Pengadaan dan operasionalisasi kapal ternak yang didesain memenuhi standar animal welfare.  mengubah struktur pasar, meningkatkan harga di peternak dan harga yang lebih rendah di tingkat konsumen.  Saat ini dialokasikan subsidi sebesar 80%  pada tarif muat ternak pada kapal ternak. Hal ini diharapkan akan terus mendorong perluasan produksi peternakan dan mencapai swasembada produksi pangan hewani. Pemberian subsidi yang tepat guna kepada suatu program rintisan pemerintah merupakan satu instrumen yang perlu diterapkan guna tercapainya program tersebut. Saat ini sedang disiapkan tambahan kapal sebanyak 5 unit, dan diharapkan dapat beroperasi tahun 2018; b) Pembangunan Rumah Potong Hewan (RPH) modern di sentra-sentra produksi; dan c) Perbaikan tata laksana dan pengawasan impor yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat.

Menurut I Ketut Diarmita, pengawasan dan pemantauan proses sistem logistik dan supply chain tersebut perlu lebih dioptimalkan melalui Penguatan Data dan Informasi peternakan dan kesehatan hewan yang dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Hal ini dilakukan melalui pengembangan  sistem  jaringan informasi di daerah sentra produksi dan wilayah konsumsi untuk memantau perkembangan populasi, produksi, ketersediaan dan distribusi ternak serta produk ternak secara aktual dan akurat dan terintegrasi antar pemangku kepentingan.  Dengan demikian kebijakan pengendalian distribusi dan ketersediaan daging nasional dalam rangka ketahanan pangan nasional.dapat dipenuhi.

Lala M. Kolopaking, Ph.D Staf Ahli Menteri Sosial Ekonomi Budaya Kominfo menyampaikan, upaya swasembada ternak dan peningkatan budidaya ternak yang berorientasi pada kesejahteraan peternak sangat penting. Kepastian pasar dengan memperoleh daya tawar pada skala usaha yang lebih rasional akan memotivasi para peternak berpartisipasi aktif dalam meningkatkan produktivitas usaha peternakan yang dimiliki.

Lala menekankan bahwa pemanfaatan Teknologi Informatika merupakan enabler dalam mencapai kesejahteraan peternak melalui aspek pengembangan ekonomi (digital economic) dan aspek transformasi sosial (digital culture). Teknologi Informasi  diyakini dapat  menyederhanakan rantai distribusi produk yang dipasarkan melalui  Aplikasi Pengelolaan Peternakan Berbasis Komunitas Peternak sebagai portal informatika. Dengan konektivitas rantai pasok online melalui jasa ekspedisi atau agen Logistik maupun delivery service pelaku usaha Peternak skala UMKM pun dapat memasarkan produknya secara online langsung ke konsumen, berapapun volumenya. Sedangkan proses transaksi online dapat difasilitasi oleh pihak perbankan. Melalui portal informatika tersebut komunitas peternak dapat berbagi informasi, melakukan promosi dan transaksi elektronik, Knowledge Management serta  dokumentasi.

Lala juga menyinggung perihal optimalisasi kelembagaan melalui koperasi usaha peternakan yang fokus pada akses pembiayaan, fokus kepada koperasi sektor riil yang berorientasi ekspor, padat karya dan digital ekonomi (eCommerce).

Hasil pembahasan dari seminar dan Lokakarya ini nantinya akan dirangkum oleh Wantannas dalam bentuk draft naskah kebijakan. Draft tersebut akan segera disampaikan kepada Presiden RI untuk mendapatkan persetujuan Presiden menjadi produk kebijakan yang berupa rekomendasi bagi Kementerian Lembaga terkait guna memperbaiki pembangunan peternakan nasional dalam rangka memenuhi ketahanan nasional. (WK)

NUSA TENGGARA TIMUR SIAP PASOK SAPI UNTUK KEBUTUHAN QURBAN

Jakarta (2/08/2017),- Jelang Hari Raya Idul Adha tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus melakukan koordinasi dengan daerah sentra produsen ternak untuk memastikan pasokan sapi-sapi qurban, terutama untuk memenuhi kebutuhan wilayah Jabodetabek yang merupakan sentra konsumen.

Provinsi NTT merupakan salah satu daerah sentra produsen sapi yang selama ini memasok sapi untuk memenuhi kebutuhan daging di wilayah Jabodetabek. Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Dani Sujadi, Jumlah Kuota Pengeluaran Ternak sapi NTT tahun 2017 sejumlah 66.300 ekor.

“Menjelang Hari Raya Idul Adha tahun ini, NTT siap untuk memasok sapi. Sebagai gambaran pada tanggal 31 Juli 2017 tersedia stock sapi yang siap dikirim sebanyak 1.790 ekor”, kata Kepala Bidang Agribisnis Peternakan Dinas Peternakan Provinsi NTT, Tay Renggi.

Menurut Tay Renggi, permintaan pengiriman sapi-sapi tersebut, saat ini terutama untuk memenuhi kebutuhan Hari Raya Qurban. Dari stock sapi yang telah siap kirim tersebut,  pada tanggal 1 Agustus 2017 malam hari sudah dikirim 500 ekor sapi dari NTT menggunakan kapal kargo dengan tujuan ke Bekasi. Sedangkan Kapal Ternak Camara Nusantara 1 direncanakan akan diberangkatkan dari Tenau pada tanggal 3 Agustus 2017 dengan memuat sebanyak 500 ekor untuk dikirim ke Jakarta.

Selanjutnya pada tanggal yang sama, tanggal 3 Agustus 2017 akan dikirim kembali 450 ekor dengan menggunakan kapal kargo. Untuk sisanya sebanyak 340 ekor akan diangkut dengan kapal kargo berikutnya.

“Mudah-mudahan dengan lancarnya transportasi sapi dari sentra produksi ke daerah konsumsi pasokan hewan qurban dapat tersedia dengan cukup, serta diharapkan peternak dapat menikmati harga sapi yang lebih baik dan sekaligus tidak memberatkan konsumen,” kata Fini Murfiani selaku Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Ditjen PKH Kementan. Selanjutnya Fini mengatakan bahwa  Petugas Informasi Pasar (PIP) daerah akan selalu menyajikan data harga harian sapi, ayam broiler dan telur ayam di tingkat produsen dari masing-masing sentra.

Terkait dengan adanya keluhan dari beberapa masyarakat tentang naiknya harga sapi hidup menjelang Hari Raya Idul Adha ini, Fini menjelaskan meningkatnya harga jual sapi di tingkat produsen dan konsumen saat menjelang hari Raya Idul Adha dikarenakan adanya peningkatan jumlah permintaan sapi untuk qurban. Harga kisaran rata-rata sapi yang biasanya dengan rata-rata kisaran 43-46 ribu /kg berat hidup di daerah konsumsi, maka pada saat menjelang hari raya qurban akan dapat mencapai 60-65 ribu/ kg berat hidup dengan catatan harga tersebut adalah harga sapi yang diambil pada saat hari Raya Qurban. Harga tersebut sudah termasuk biaya pemeliharaan ternak yang meliputi: biaya penitipan, pakan dan kesehatan selama 1 bulan, serta biaya pengiriman sapi sampai ke tempat pembeli. (WK)

Rahasia Para Pemimpin Sukses

Tatkala kita ditunjuk sebagai pemimpin, kemampuan apa yang wajib kita miliki? Ada yang berpendapat kita wajib punya kemampuan menyusun dan menjalankan visi misi organisasi, ada berpandangan bahwa kita wajib punya langkah perbaikan di 100 hari pertama. Macam-macamlah tuntutan menjadi seorang pemimpin, baik pemimpin di lembaga formal maupun non formal.

Di level managerial, tuntutan sebagai manager tampak sederhana, tapi juga tidak mudah. Mereka dituntut bisa mengayomi bawahan dan bisa berhubungan baik dengan atasan.

Coba kita simak keluhan para manager dan supervisor.
“Saya sudah memberi instruksi begitu jelas ke bawahan saya tapi mereka tidak peduli. Anak buah kok sangat sulit diatur, nggakseperti saya dulu ketika jadi bawahan,”

“Saya sudah memberi bonus terbaik pada anak buah saya, tapi mereka tidak termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi,” ini keluhan yang lain lagi.

“Saya sudah menyusun deskripsi tugas yang jelas untuk semua anak buah saya, tapi anak buah tidak bisa mematuhi pekerjaan tersebut. Generasi sekarang memang pemalas,” kata yang lain lagi.
Leadership dan manajerial tidaklah hanya sekedar visi, misi dan strategi. Bukan juga tentang struktur organisasi, bukan pula semata-mata soal deskripsi tugas . Tak kalah pentingnya adalah memahami pola berpikir orang lain, khususnya anak buah atau orang yang dipimpin. Inilah jusru yang jarang dibahas di seminar dan training leadership manapun.

Saran-saran yang paling sering kita dengar tentang leadershipadalah tentang keteladanan, cara memotivasi dan mendorong anak buah, ataupun cara menggambarkan  visi misi organisasi. Jika kita sudah punya visi yang jelas dan  sudah mampu memberi teladan sikap yang baik, apakah kepemimpinan kita akan efektif? Belum tentu.

Buku karya Agus Purwanto berjudul “Kenali Kekuatan Pola Berpikir Anda”, cukup gamblang menggambarkan bagaimana ragam pola berpikir manusia dan bagaimana aplikasinya untuk kepemimpinan.

Jika dalam bekerja Anda merasa nyaman bekerja pada struktur organisasi yang jelas dan  tata aturan yang ketat, kemungkinan besar pola pikir anda adalah tipe Struktural.  Jika ada anak buah Anda yang tipenya seperti ini, Anda mudah menanganinya.  Tata aturan perusahaan yang jelas akan membuat ia bekerja dengan tenang. Jika berprestasi, dikasih surat  ucapan selamat dan terima kasih, maka surat itu akan memotivasi dirinya. Ia akan pajang di kamar atau ruang kerjanya. Jika dia tidak mencapai target dan tidak dapat bonus, orang tipe ini akan paham dan tidak mengeluh. Namun janganlah mengira bahwa anak buah Anda yang lain juga punya pola pikir yang sama.

Ada orang yang lebih kuat dalam analisa tentang mengapa dan bagaimana. Ia adalah tipe analytical. Tipe ini mengambil keputusan didasarkan pada analisa tajam tentang mengapa harus ini, mengapa harus begitu dan bagaimana dampaknya. Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treat) cocok untuk tipe ini.

Namun banyak orang yang apriori dengan analisa ini. “Nyatanya sudah menggunakan SWOT perusahaan nggak maju juga. Saya sudah paham masalahnya tanpa SWOT, dan saya yakin bisa memajukan usaha ini dengan insting saya,” kata seorang karyawan. Orang ini kemungkinan bukan masuk kategori pola pikir Analytical.

Bisa jadi ia punya pola pikir konsentual atau bisa juga tipe sosial. Tipe konsentual akan berpikir tentang-ide-ide baru, tentang hal-hal yang kurang lazim dan  unik. Istilah anak sekarang, anti mainstream. Mereka yang bepikir tipe ini sering membayangkan sesuatu yang jarang dipikir orang lain.  Tatkala ada temuan teknologi android, ia sudah bisa membayangkan bagaimana caranya teknologi ini bisa jadi remote control, menjadi cctv dan sebagainya. Bahkan ketika duduk di suatu ruangan dan melihat lengkungan garis di tembok, ia bisa membayangkan bentuk gambar lain misalnya gunung, langit atau apapun yang kemudian melahirkan ide baru.

Orang dengan tipe ini gampang bosan dengan suasana monoton. Tidak nyaman bekerja dalam struktur hirarki organisasi dan tidak suka dikekang dengan tata aturan yang ketat. Jika ia berprestasi, ia tidak suka dengan hadiah wisata yang umum seperti ke Bali, Jogya atau kota lainnya. Sangat mungkin dia akan sangat antusias jika diberi hadiah wisata yang aneh, misalnya ke nusakambangan, naik perahu malam hari dan masuk ke area rumah tahanan.

Lain lagi tipe Sosial. Meskipun sama-sama kategori otak kanan, tipe ini berbeda dengan konseptual. Orang bertipe sosial lebih berpikir tentang “siapa”. Seorang teman bercerita, kalau libur ke luar kota, misalnya di Bali selama 3 malam, maka ia menjadwalkan pindah hotel setiap hari. “Biar saya nambah kenalan di  beberapa hotel,” demikian alasannya. Itulah contoh tipe sosial. Orang yang pola pikirnya masuk kategori ini, jika datang ke pameran, informasi yang pertama dicari adalah siapa saja teman atau relasi yang akan hadir di pameran.

Jika mau seorang pemimpin perusahaan mau mem-PKH karyawan, maka masing-masing tipe akan mempunyai pertimbangan yang berbeda. Bagaimana bedanya? 

Selengkapnya bagaimana teknik leaderhip yang aplikatif ini akan dijelaskan pada workshop terbaru dari GITA Organizer dengan topik .

  “Modern Leadership with EmergeneticsModel”
Membedah  rahasia kepemimpinan sukses dengan model psikometric terkini

Benefit  untuk peserta

    •  Meningkatkan adaptability dan Flexibility dalam memimpin tim.
    •  Dapat memberikan motivasi luar biasa kepada tim
    •  Meningkatkan kolaborasi dan team-work secara otomatis dengan        mamahami model emergenetics
    •  Menciptakan kantor bebas konflik
    •  Membahagiakan Anda dan tim dalam hubungan sehari-hari
    Peserta
    •  Manager & Supervisor (bidang apa saja)
    • Siapa saja yang  tertarik menjadi pimpinan yang mudah menyesuaikan diri dengan atasan dan bawahannya
    Waktu dan Tempat


    •  Hari, tanggal     : Kamis 24 Agustus 2017
    •  Pukul               : 09.00-15.00 WIB
    •  Tempat             :  Hotel Amaris, Pancoran - Jakarta Jl. Raya Pasar Minggu No. 15A, Pancoran, Jakarta Selatan, Phone: (62-21) 7949 777
    Trainer 
         
    Agus E. Purwanto
    • Certified Associate mergenetics International– Asia, NLP Practicionersbersertifikat.
    • Facilitator program pelatihandanpraktisi di bidang Sales, Marketing, Product Development,  Bisnis Development,dan UMKM. Mengikutibanyak program pelatihan di dalam negeri maupun di luar negeri terutama dalam bidang penjualan, kreativitas, dan psikometri.
    • Penulis buku  “Kenali Kekuatan Pola Berpikir Anda"

      Pendaftaran&Informasi :

    • Telepon : (021) 782  9689, 08777 829 6375(Mariyam)
    •  Fax         : (021) 7820408
    •  Email:gallus.marketingeo@gmail.com.
    •   Pembayaran via transfer Bank Mandiri Cab. Jakarta-Ragunan no126.0002074119 a/n PT Gallus Indonesia 
        Investasi Haya Rp 850.000/orang (harga normal Rp 1.500.000). Harga sudah termasuk lunch, break, sertifikat
        Peserta wajib membawa buku karya Agus Purwanto : “Kenali  Kekuatan Pola Berpikir Anda
        Buku bisa beli di toko buku Gramedia, Gramedia.com atau pesan ke penyelenggara
       Hubungi Gita Organizer:

    Dukung Peningkatan Produk Pertanian Lewat From Farm to Table Expo 2017

    Untuk mendukung peningkatan produktivitas di sektor pertanian dan peningkatan ekonomi lokal, tahun ini akan diselenggarakan pameran bertajuk “From Farm to Table” persembahan dari Krista Exhibitions (PT Kristamedia Pratama).
    Suasana jumpa pers pameran From Farm to Table Expo 2017
    di Gedung Pusat Informasi Agribisnis, Kementan, (20/7).
    Pameran berskala internasional yang akan dilaksanakan pada 6-9 Desember 2017 mendatang di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang ini akan menampilkan berbagai macam acara menarik dari industri pertanian, perkebunan, hortikultura, florakultura dan peternakan.
    “Pertanian kita sangat besar, karena itu kita membutuhkan wadah seperti pameran ini yang akan berfokus pada produk-produk pertanian maupun peternakan lokal, serta teknologi di dalamnya,” ujar CEO PT Kristamedia Pratama, Daud Salim, saat acara jumpa pers di Kementrian Pertanian, Kamis (20/7).
    Ia menambahkan, From Farm to Table Expo 2017 yang baru pertama kalinya akan digelar ini akan diikuti lebih dari 100 peserta dari berbagai negera, seperti Indonesia, Australia, China, Taiwan, Korea, Singapura, Jepang, Polandia, Uzbekistan, Denmark, Spanyol, Amerika Serikat, Jerman, Malaysia dll. “Sudah ada sekitar 110 perusahaan yang mendaftar ikut pameran ini, kemudian dari kedutaan Australia juga akan ikut berpartisipasi,” tambahnya.
    Lebih lanjut, nantinya perusahaan-perusahaan yang bergabung dalam pameran ini akan menampilkan berbagai produk, jasa, serta teknologi terkini di industri pertanian dari berbagai sektor, seperti horticulture, planting & irrigation, harvesting equipment & machinery, agri-chemicals, smart farming, processing, logistic dan energy. “Nanti juga akan ditampilkan berbagai pelatihan untuk usaha di bidang pertanian mulai dari awal pembibitan sampai hasil produknya di jual ke pasar. Selain itu, ada juga workshop-workshop menarik lainnya,” kata Daud.
    Sementara, Direktur PPH Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Yasid Taufik, yang turut mendukung terselenggaranya pameran ini, menyambutnya dengan positif. “Kita harapkan pameran ini mampu memberikan edukasi dan informasi secara lengkap kepada para petani kita dan memberikan efek bagi produsen maupun konsumen di Indonesia,” ujar Yasid.
    Ia pun menghimbau kepada dinas-dinas provinsi maupun kabupaten terkait untuk turut menggelar atau berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan seperti ini. “Perkenalkan produk-produk pertanian di daerahnya, karena itu perlu di eksplorasi dan ditingkatkan lagi. Dengan pemaren seperti ini sisi on farm-nya bisa diperkenalkan luas dan menarik minat masyarakat. Kita sangat apresiasi sekali pameran ini, juga kepada PT Kristamedia dan semua pihak yang terkait dalam pameran ini,” ucapnya.
    Selain dari instansi pemerintah, beberapa asosiasi di industri terkait juga turut serta mendukung From Farm to Table Expo 2017. Salah satunya Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU). Menurut Eksekutif Sekretaris GPPU, Yudi Prakosa, kondisi industri peternakan khususnya perunggasan yang merupakan sub sektor dari pertanian terus diterpa problema yang sampai saat ini belum teratasi dengan baik.
    “Semoga saja lewat pameran ini bersama PT Kristamedia, bisa menjembati kami para pembibit dan peternak unggas untuk bisa menginjak pasar ekspor yang lebih luas. Kami juga berharap pameran ini mampu mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi unggas di Indonesia,” katanya.
    Sebagai informasi, kesuksesan acara ini juga didukung oleh Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Asosiasi Perusahaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintani), Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (Aspphami), Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI), Aliansi Organis Indonesia (AOI), European-Indonesian Business Network (EIBN) dan Kamar Dagang Jerman (EKONID). (RBS)

    Dirjen Harapkan ISPI Membuat Konsep Kemitraan Unggas

    Dirjen PKH Ketut Diarmita (kiri) dan Ketua PB ISPI Ali Agus
    Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Ketut Diarmita mengharapkan Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) dapat  menyusun konsep kemitraan perunggasan yang adil bagi semua pihak yang bermitra. Harapan ini dikemukakan Dirjen pada saat menjadi narasumber di acara Rembug Sore dan Halal Bi Halal ISPI di Hotel Santika TMII Jakarta 10 Juli 2017.

    Acara dihadiri sejumlah anggota ISPI yang berkiprah di berbagai bidang antara lain Rochadi Tawaf (pengamat/peneliti), Teguh Boediono (PPSKI), Rackhmat Pambudy (Bulog), Aprillani Purwanto (mantan Ketua Umum PB ISPI), Yudhi Guntara (mantan Ketua Umum PB ISPI, pengusaha feedlot),  Didiek Purwanto (pengurus ISPI, feedloter), Joni Liano (Gapuspindo), Joko Susilo (pelaku budaya unggas), Sugeng Wahyudi (Pelaku budidaya unggas, GOPAN), Setya Winarno (GOPAN/PPUN),  dan lain-lain. Hadir pula sejumlah peneliti, pejabat , dan mantan pejabat di Ditjen PKH yang juga anggota/Pengurus ISPI antara lain Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Fini Murfiani dan Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Surahman Suwandi, mantan Direktur Pakan Murshid Ma'sum, Satria Nusantara dan lain-lain. Acara yang berlangsung pukul 17.00-21.00 itu dibuka oleh Ketua PB ISPI Prof Ali Agus dan dipandu oleh Sekjen PB ISPI Didiek Purwanto

    Sebagian peserta Rembug Sore
    Pada kesempatan itu Dirjen menyampaikan apresiasinya terhadap  tokoh ISPI yang hadir pada acara ini yang telah memberikan sumbangsihnya untuk pembangunan peternakan. "Bahwa dalam komunikasi kita kadang terjadi perbedaan pandangan , hal itu wajar.  Sebagian dari Bapak-Bapak yang hadir di sini juga ada yang sering mengkritik bahkan melakukan demonstrasi terhadap saya, itu adalah bagian dari dinamika untuk sama -sama mengembangkan peternakan," ujar Dirjen yang disambut tepuk tangan dan tawa hadirin.
    Foto bersama bersama Dirjen

    Dirjen juga menyampaikan bahwa saat ini pihaknya sedang menata data peternakan agar lebih akurat. "Saya sudah berbicara dengan BPS untuk membuat sistem pendataan peternakan agar lebih kredible. Jadi yang mendata bukan kami tapi BPS. Saya sudah sampaikan, berapapun biayanya, akan kita anggarkan asal sesuai dengan harapan kita. Dengan sistem ini kita akan tahu kapan ada over supply, kapan kekurangan," jelas Dirjen.

    "Saya tidak mau kejadian persapian 2012 terulang kembali, dimana data menyebutkan populasi sapi potong cukup dan impor dikurangi secara drastis, tapi faktanya terjadi kelangkaan sapi di pasar , harga melonjak dan banyak sapi perah dijual sebagai sapi potong karena harganya lebih menguntungkan dijual sebagai sapi potong," tegas Dirjen.

    Sementara itu Ketua PB ISPI Ali Agus menyampaikan terima kasih kepada Dirjen yang telah menyampaikan banyak hal secara terbuka di forum halal bilalal ISPI. Hal ini diharapkan semua pihak lebih memahami konsep pemikiran dan kebijakan Ditjen PKH saat ini. Ia mengatakan, acara rembug sore sengaja dibuat santai dan tidak formal karena merupakan forum halal bihalal dan agar suasana lebih terbuka. ***






    BEGINI UPAYA KEMENTAN WUJUDKAN KETAHANAN PANGAN ASAL TERNAK

    Dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional terutama mewujudkan pencapaian ketahanan pangan, pembangunan peternakan baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota bertujuan untuk mencapai ketahanan pangan melalui penyediaan protein hewani asal ternak. I Ketut Diarmita selaku Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian menyampaikan, ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengaksesnya (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun.
    Dirjen PKH I Ketut Diarmita didampingi beberapa Direkturnya.  
    “Terkait penyediaan protein hewani asal ternak, saat ini Indonesia telah mencapai swasembada daging ayam, bahkan telah mampu mengekspor telur ayam tetas (hatching eggs) ke negara Myanmar, serta mengekspor daging ayam olahan ke Papua New Guiniea dan Timor Leste,” kata I Ketut Diarmita. Menurutnya, Pemerintah saat ini terus melakukan upaya untuk membuka negara baru tujuan ekspor daging ayam olahan, untuk mencegah terjadinya kelebihan pasokan daging ayam di dalam negeri. “Saat ini Jepang telah menetapkan 5 unit usaha pengolahan daging yang disetujui untuk mengekspor ke Jepang,” ujarnya.
    Untuk perunggasan khususnya ayam ras, faktor kritis yang menjadi titik perhatian pemerintah adalah pengaturan keseimbangan supply dan demand dalam rencana produksi nasional. Rencana produksi tersebut tentunya  memperhatikan eksistensi dan keberlangsungan usaha para pebisnis perunggasan yaitu pelaku usaha integrasi, pelaku usaha mandiri, koperasi dan peternak. Pemerintah telah menetapkan regulasi terkait hal tersebut melalui Permentan No. 61 Tahun 2016 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras.
    Faktor lain yang dicermati di sektor perunggasan adalah target Kementerian Pertanian untuk zero import jagung sebagai bahan pakan ternak. Hal ini akan dicapai melalui upaya khusus penambahan luas areal penanaman jagung di lahan khusus dan melakukan kerjasama penyerapan dan pembelian hasil panen jagung oleh pabrikan pakan.
    “Sedangkan untuk produksi daging sapi/kerbau, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan program swasembada daging sapi/kerbau pada tahun 2026,” ungkap I Ketut Diarmita. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), prognosa produksi daging sapi di dalam negeri periode 2017 tercatat sebesar 354.770 ton, sdangkan perkiraan kebutuhan daging sapi mencapai 604.968 ton. Sehingga untuk memenuhi kekurangannya sebanyak 30-40 persen dipenuhi dengan impor, baik dalam bentuk impor sapi bakalan maupun daging. Kekurangan penyediaan daging sapi ini menjadi tantangan sekaligus peluan dalam pembangunan peternakan nasional.
    “Secara umum memang kita masih mengandalkan impor untuk menutupi kebutuhan daging sapi di kota-kota besar terutama untuk wilayah Jabodetabek,” ungkap Dirjen PKH. Saat ini industri sapi dan daging sapi masih lebih berkembang ke arah hilir terutama ke bisnis penggemukkan dan impor daging. Mencermati kondisi tersebut, dalam jangka menengah dan panjang Pemerintah mendorong industri peternakan sapi dan kerbau lebih ke arah hulu, yaitu ke arah perbibitan dan pengembangbiakkan. Untuk itu Pemerintah akan memperkuat aspek perbenihan dan perbibitan melalui keberadaan Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari dan Balai Inseminasi Buatan Lembang, serta 8 Balai Perbibitan Ternak untuk menghasilkan benih dan bibit unggul berkualitas.
    Dalam rangka percepatan peningkatan populasi sapi di tingkat peternak, Pemerintah akan melakukan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) pada tahun 2017 dengan target 4 juta ekor akseptor dan 3 juta ekor sapi bunting. Sesuai dengan Permentan No. 48 Tahun 2016. Perbaikan sistem manajemen reproduksi pada UPSUS SIWAB dilakukan melalui pemeriksaan status reproduksi dan gangguan reproduksi, pelayanan IB dan kawin alam, pemenuhan semen beku dan N2 cair, pengendalian betina produktif dan pemenuhan hijauan pakan ternak dan konsentrat.
    Upaya lain yang dilakukan Pemerintah dalam rangka percepatan peningkatan populasi sapi adalah melalui implementasi Permentan No. 49 Tahun 2016 Tentang Pemasukan Ternak Ruminansia besar ke Dalam Wilayah Negara Republik. Dalam regulasi tersebut, diwajibkan importir sapi bakalan untuk juga memasukkan sapi indukan dengan rasio 20% bagi pelaku usaha dan 10% bagi Koperasi Peternak dan Kelompok Peternak.
    Dalam rangka penguatan skala ekonomi dan kelembagaan peternak, Pemerintah mengupayakan serangkaian kebijakan seperti: a) Menggeser pola pemeliharaan sapi perorangan ke arah kelompok dengan pola perkandangan koloni sehingga memenuhi skala ekonomi; b) Pengembangan pola integrasi ternak tanaman, misalnya integrasi sapi-sawit; c) Pengembangan padang penggembalaan: optimalisasi lahan ex-tambang dan kawasan padang penggembalaan di Indonesia Timur; d) Fasilitasi Asuransi Usaha Ternak sapi (AUTS).
    Terkait ketersediaan daging sapi untuk HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional), yaitu bulan Puasa dan Idul Fitri Tahun 2017, Kementan khususnya Ditjen PKH telah menghitung dan menjamin ketersediaan daging dan telur ayam di dalam negeri, yang bahkan kondisinya sudah surplus. “Sedangkan untuk daging sapi, kami bersama –sama dengan Kementerian Perdagangan telah menghitung prognosa kebutuhan dan ketersediaan di dalam negeri, dan setelah dihitung memang masih ada defisit dan diperlukan upaya pemasukan daging pada tahun 2017,” ujar Ketut Diarmita.
    “Jika kita lihat dari perkembangan kondisi ketersediaan daging sapi menjelang H-4 Lebaran, kita bersyukur tidak ada gejolak harga bahan pokok khususnya yang terkait dengan komoditi peternakan, yaitu daging sapi, daging ayam dan telur ayam. Kondisi ini tentu kami harapkan dapat terus dipertahankan sampai dengan Lebaran, dan ini akan tercapai apabila ada dukungan dari semua pihak,” kata I Ketut Diarmita.
    Ketut melanjutkan, “kondisi harga bahan pokok khususnya daging sapi, daging ayam dan telur ayam, pada puasa dan lebaran tahun ini merupakan yang paling baik dibandingkan 10 tahun terakhir, yang biasanya terjadi gejolak harga bahan pokok yang sangat fluktuatif. Keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari peran serta Satgas Pangan POLRI dan KPPU yang secara bersama-sama dan sangat luar biasa aktif mendorong tercapainya stabilitas harga pangan tersebut.”
    “Kami juga menyampaikan penghargaan secara khusus kepada para pelaku usaha yang telah menyediakan daging dan telur dengan harga sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Namun demikian, terkait dengan fluktuasi daging dan telur ayam yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan penurunan harga setelah Lebaran. Oleh karena itu , Ditjen PKH tengah mengupayakan langkah-langkah konkrit untuk mencegah hal tersebut terjadi. Dan kami juga meminta seluruh stakeholder untuk ikut mendukung dan berpartisipasi dalam upaya ini,” jelas Ketut Diarmita.
    “Kami berharap dengan dukungan dari semua pihak maka diharapkan pembangunan peternakan nasional dapat berjalan sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan, dan dapat dicapai ketahanan pangan protein hewani asal ternak,” pungkas I Ketut Diarmita. (WK)

    ARTIKEL POPULER MINGGU INI

    ARTIKEL POPULER BULAN INI

    ARTIKEL POPULER TAHUN INI

    Translate


    Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
    About | Kontak | Disclaimer