Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini telur | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

TAKUT MAKAN TELUR DAN AYAM KARENA PAKAN PABRIKAN

Daging dan telur ayam sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. (Foto: Istimewa)

Pakan pabrikan untuk ternak unggas bersumber dari bahan yang sehat dan sudah melalui proses sangat ketat serta terjamin keamanannya. Aman bagi unggas, aman pula bagi orang yang mengonsumsi telur dan daging ayam.

Masih rendahnya konsumsi telur dan daging ayam di Indonesia memang terkendala banyak persoalan. Yang selama ini masih menjadi “hantu” bagi sebagian masyarakat dalam mengonsumsi daging dan telur ayam adalah berkembangnya berbagai mitos. Mulai dari mitos bakal bisulan pada anak-anak, hingga mitos ibu hamil hindari makan telur karena dikhawatirkan kulit bayinya akan belang-belang semacam panu saat lahir.

Ternyata, bukan hanya mitos-mitos yang terus berhembus saja yang menjadikan sebagian orang enggan makan telur dan daging ayam. Pemahaman tentang ayam pedaging (broiler) dipenuhi dengan pakan pabrikan yang mengandung obat-obatan juga banyak terdengar di tengah masyarakat.

Memang aroma pakan ayam pabrikan menyengat dan khas. Seperti ada aroma obat-obatan yang kurang nyaman saat tercium hidung. Aroma inilah yang dianggap sebagian orang, bahwa pakan mengandung obat-obatan. Artinya, daging ayam broiler dan telur yang dihasilkan juga dianggap mengandung obat-obatan.

Kalau tak ada edukasi yang baik dan tepat, bisa jadi isu ini makin membuat orang khawatir makan daging dan telur ayam. Orang yang semula sedikit mengonsumsi telur akan berhenti total makan produk asal unggas itu.

Lantas, seberapa aman sebenarnya pakan pabrikan yang diberikan kepada ayam, sehingga produk daging dan telurnya juga aman untuk dikonsumsi manusia?

“Pakan untuk ayam akhirnya jadi telur dan daging berasal dari bahan baku pakan yang aman untuk dikonsumsi. Semua bahan yang ada dicampur sehingga memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan ayam petelur maupun pedaging,” ujar Animal Protein Technical Consultant, U.S. Soybean Export Council, Yahya Munirudin, dalam webinar Healthy Family with Chicken Meat and Egg di Jakarta.

Menurut Yahya, secara umum bahan baku pakan ayam berasal dari dua sumber, yaitu hewan dan tumbuhan. Untuk bahan pakan yang bersumber dari hewan antara lain tepung ikan, tepung tulang dan lainnya. Sedangkan untuk bahan pakan yang bersumber dari tumbuhan seperti kedelai, jagung, umbi-umbian, bekatul dan lainnya.

Sebagai pelengkap, pakan ayam juga ditambahkan vitamin dan zat pengawet pakan, yang semuanya aman. “Untuk menghasilkan kualitas pakan yang baik, bahan pakan diseleksi dengan ketat. Bahan baku yang mengalami kerusakan, misalnya jagung yang sudah berjamur, sudah pasti ditolak masuk ke pabrik pakan,” jelas Yahya.

Ketatnya seleksi bahan pakan untuk ayam menjadi jaminan keamanan bagi produk daging dan telur ayam yang akan dikonsumsi. Industri pakan ayam memiliki alat pendeteksi berteknologi tinggi untuk memastikan bahan pakan yang akan diolah memiliki kualitas yang baik atau sebaliknya.

Aman dari Obat-obatan
Menurut Yahya, dalam proses pengolahan, industri pakan juga melakukan perlakuan khusus terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sebagai pakan olahan. Sebagai contoh, sebelum diolah menjadi pakan jadi, kedelai dimatangkan terlebih dahulu, seperti melalui proses roasting. “Proses ini bertujuan untuk menonaktifkan zat antinutrisi yang ada pada kedelai,” ujarnya.

Dari sisi bahan pembuatan pakan sudah aman. Namun bagaimana dengan obat-obatan dalam proses pembuatan pakan? Pertanyaan ini juga masih menggelayut di benak sebagian masyarakat. Terjaminnya kualitas bahan pembuatan pakan ayam pabrikan, sebanding dengan harga produknya yang dianggap mahal oleh para peternak.

Dijelaskan Yahya, dari sisi proses pembuatan pakan, pabrikan tidak menggunakan obat-obatan sebagai bahan campuran. Tentang hal ini sudah diatur larangannya oleh pemerintah dalam penggunaan obat-obatan yang bisa berdampak pada kesehatan manusia yang mengonsumsiya. Permentan No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan, sejak 1 Januari 2018, pemerintah melarang penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) dalam pakan.

“Bahan pakan diawasi dengan ketat sebelum diproses menjadi pakan. Quality control pakan pada industri dilakukan sejak pemasukan bahan pakan sampai menjadi produk akhir pakan,” papar Yahya.

Untuk penggunaan obat-obatan hanya diberikan kepada ayam jika sakit. Tentu saja harus seusai aturan pakai. Maka pada kemasan obat biasanya disertakan peringatan “Harus dengan resep dokter hewan”.

“Untuk penggunaan obat-obatan pengawasannya sudah cukup ketat, jadi tidak bisa sembarangan. Dan setiap pabrik obat hewan pasti ada dokter hewannya, sebagai penanggung jawab produk obatnya,” ucap dia.

Nutrisi Hebat di Telur dan Daging Ayam
Menyimak dari proses dan sumber bahan pakan unggas di atas, dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi hasil akhir ternak unggas berupa daging dan telur ayam yang menggunakan pakan pabrikan tetap menyehatkan. Tak perlu khawatir tentang kandungan nutrisinya.

Sudah cukup banyak edukasi yang disampaikan melalui media maupun lewat beragam kegiatan offline tentang manfaat mengonsumsi telur dan daging ayam. Sudah saatnya masyarakat mengabaikan berbagai mitos buruk yang berkembang tentang sumber protein tersebut.

Perlu dipahami bahwa satu butir telur atau sepotong daging ayam, memiliki kandungan gizi luar biasa yang sangat dibutuhkan tubuh. Dalam lembaran informasi gizi yang diterbitkan U.S. Soybean Export Council, ada data yang menarik untuk disimak.

Satu porsi telur (100 g) memiliki kandungan vitamin D, memenuhi sekitar 10-60% dari nilai Recommended Dietary Allowances (RDA) negara-negara di Asia Tenggara. Sementara daging ayam juga kaya akan Vitamin D, dengan setiap 100 g dada ayam diperkirakan memiliki 0,29 g vitamin D.

Vitamin D mempromosikan pengaturan jumlah kalsium dan fosfat yang diserap tubuh dan mendukung perkembangan tulang yang sehat. Selain itu, vitamin D mendukung fungsi normal sistem kekebalan tubuh, yang merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi. Oleh karena itu, individu didorong untuk mengeksplorasi kemungkinan peningkatan asupan vitamin D melalui konsumsi daging dan telur.

Sementara dalam 100 g dada ayam mengandung 13,3 mg vitamin B3 dan 0,6 mg vitamin B6. Di sisi lain, satu porsi telur (100 g) memiliki 0,01 mg vitamin B3 dan 0,2mg vitamin B6. Direkomendasikan Nilai Nutrient Intake (RNI) untuk vitamin B3 adalah 16 mg untuk sebagian besar negara Asia Tenggara, sedangkan nilai untuk vitamin B6 berkisar 1,2-1,7 mg. Oleh karena itu, kandungan vitamin B3 dan B6 yang tinggi terdapat pada telur dan daging (unggas) dapat dengan mudah memenuhi nilai RDA/RNI sebagian besar negara di kawasan ini.

Vitamin B3 berfungsi dalam berbagai sistem enzim intraseluler, termasuk yang terlibat dalam energi produksi. Sedangkan vitamin B6 memainkan peran penting dalam fungsi sekitar 100 enzim yang mengkatalisis reaksi kimia penting dalam tubuh manusia. Ini juga membantu dalam sintesis neurotransmiter dan penting dalam sintesis heme iron.

Lembaran informasi tersebut juga menyebutkan, vitamin B12 penting untuk sintesis asam deoksiribonukleat (DNA), yang merupakan komponen inti sel, penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia yang tepat. Vitamin B12 ditemukan secara alami dalam makanan yang berasal dari hewan.

Oleh karena itu, vegan mungkin perlu melengkapi diet mereka dengan vitamin ini atau mengonsumsi makanan yang diperkaya vitamin B12, atau makanan fermentasi yang merupakan sumber vitamin B12. Untuk non-vegan, individu didorong untuk memenuhi nilai RDA/RNI mereka (dari 1-4 g untuk negara regional) dari konsumsi sumber protein hewani seperti unggas (0,4 g/100 g) dan kuning telur (0,9 g/100 g).

Bagaimana dengan zat besi yang terkandung di dalam telur dan daging ayam? Zat besi adalah salah satu mineral kunci yang memainkan peran penting dalam kesehatan manusia. Kekurangan zat besi menyebabkan beberapa hambatan dalam fungsi normal tubuh. Secara khusus, kekurangan zat besi pada anak dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental.

Ada dua jenis besi, non-heme dan heme. Besi non-heme yang hadir terutama dalam sayuran silangan, kacang-kacangan dan produk susu, memiliki daya serap dan bioavailabilitas lebih rendah berkisar antara 2-20%.

Terlebih lagi, penyerapan zat besi non-heme dari sumber nabati berpotensi lebih lanjut terhambat jika produk makanan sendiri mengandung fitat. Di sisi lain, zat besi heme, yang ditemukan dalam produk daging, memiliki kadar yang jauh lebih tinggi bioavailabilitas dan penyerapan oleh tubuh manusia. (AK)

HARGA TELUR MENDADAK MELEDAK, INI KATA PETERNAK

Stok Aman, Harga Naik Kata Salah Seorang Agen Telur di Palmerah

Harga telur ayam ras tengah bergerak naik lagi, bahkan kini di Jakarta sudah tembus Rp33.000 per kg. Padahal harga telur ayam sudah sempat melandai setelah sebelumnya hingga tak lama setelah Lebaran 2022.

Informasi Pangan Jakarta mencatat, harga telur pada hari Senin, 22 Agustus 2022 naik Rp42 dari sehari sebelumnya menjadi Rp30.563 per kg. Harga tertinggi dilaporkan terjadi di Pasar Pluit yang mencapai Rp33.000 per kg dan terendah di Pasar Anyer Bahari yaitu Rp28.000 per kg.

Secara rata-rata nasional, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat harga telur ayam ras hari Senin (22/8/2022) naik Rp100 dibandingkan Jumat (19/8/2022) menjadi Rp30.900 per kg.

Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi, lonjakan harga telur saat ini sebagai efek domino penurunan populasi ayam petelur di saat pandemi hingga memasuki masa Lebaran 2022.

Sementara, permintaan telur beranjak naik sejak semakin longgarnya kegiatan sosial ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Permintaan yang meningkat, ujarnya, juga berasal dari serapan-serapan bantuan sosial di masyarakat sehingga turut mendongkrak konsumsi telur.

"Hingga kemudian PPKM sudah level 1, permintaan naik tapi populasi ayam produksi (ayam petelur) belum pulih. Supply berkurang untuk kebutuhan masyarakat. Kemudian ada program bantuan sosial telur untuk masyarakat," kata Musbar.

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pemerintah tengah mengkaji ulang harga acuan tingkat produsen maupun konsumen untuk sejumlah bahan pangan pokok, termasuk telur ayam ras.

Menurut Arief, pembahasan intens terus dilakukan lintas kementerian dan lembaga hingga nanti disahkan lewat Peraturan Presiden.

"Untuk daging ruminansia, ayam, telur, memang sudah waktunya di-review," kata Arief. (INF)

PERAN PROTEIN HEWANI WUJUDKAN GENERASI EMAS INDONESIA

Webinar peran protein hewani mewujudkan generasi emas Indonesia. (Foto: Infovet/Ridwan)

Senin (1/31/2022), Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Askesmaveti) bekerja sama dengan Agrina menyelenggarakan webinar “Peran Protein Hewani Mewujudkan Generasi Emas Indonesia.”

Untuk mewujudkan generasi emas penerus bangsa, Indonesia mendapat bonus demografi yang harus dimanfaatkan dengan baik. “Salah satunya melalui terpenuhinya protein hewani,” ujar Ketua Askesmaveti, Drh Sri Hartati MSi.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian, Drh Syamsul Ma’arif MSi, bahwa segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewani secara langsung atau tidak memengaruhi kesehatan manusia.

Kendati demikian, lanjut dia, masih banyak masyarakat yang salah paham dengan konsumsi pangan asal hewani ini. Masih banyak penyalahgunaan bahan berbahaya, praktik pemalsuan daging, penyebaran informasi yang tidak benar, penerapan higiene dan sanitasi yang belum memadai, rendahnya pemahaman dan lain sebagainya menjadi tantangan berat keamanan pangan di Indonesia.

Padahal melalui konsumsi protein hewani yang aman, sehat, utuh dan halal, dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Hal itu seperti disampaikan Ahli Gizi Ibu dan Anak FKM UI, Prof Dr drg Sandra Fikawati MPH.

Ia menitikberatkan pada masalah stunting di Indonesia yang masih menjadi tantangan pengembangan SDM berkualitas. Dijelaskan, stunting akan menyebabkan kemampuan kognitif dan prestasi belajar rendah, tinggi tidak optimal, kualitas kerja tidak kompetitif.

“Kemudian kekebalan tubuh menurun sehingga mudah sakit, berisiko tinggi munculnya PTM (diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah), serta berdampak pada produktivitas ekomoni rendah,” jelas Prof Sandra.

Hal yang sama juga disampaikan Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Prof Drh M. Rizal M. Damanik Mrep Sc Phd, bahwa stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kondisi kekurangan gizi kronis. Data Survei Status Gizi Balita 2021, angka stunting nasional sebesar 24,20%.

Oleh karena itu, pada 1.000 pertama kehidupan yang merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan anak, penting untuk memberikan asupan gizi yang kuat, diantaranya zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin, mineral).

Asupan protein bisa didapat dari nabati (tahu, tempe, kacang) dan hewani (daging, susu, telur, ikan). “Protein hewani sangat penting karena memiliki asam amino esensial (AAE) yang lengkap dan banyak dibanding protein nabati. Pangan hewani juga memiliki kandungan vitamin dan mineral yang beragam dan berkualitas yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh,” pungkasnya. (RBS)

MEWASPADAI PENYAKIT VIRAL PADA AYAM PETELUR, AGAR PRODUKSI TETAP SUBUR

Apapun penyakit yang menyerang, produksi telur pasti akan turun. (Foto: Infovet/Ridwan)

Telur merupakan sumber protein hewani yang harganya relatif murah dan mudah ditemukan di pasar. Indonesia juga merupakan salah satu dari 10 negara penghasil telur terbanyak di dunia. Namun pada praktiknya, menghasilkan telur tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena banyak penyakit yang menjadi hambatan.

Beternak layer komersil dan breeder bisa dibilang susah-susah gampang. Masa pemeliharaan yang lebih lama daripada ayam broiler, menjadi salah satu alasannya. Selain biaya pakan, yang perlu diperhitungkan adalah ancaman penyakit yang otomatis lebih berisiko dikarekanan lamanya masa pemeliharaan.

Pada dasarnya banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada produksi telur, misalnya saja manajemen pemeliharaan, nutrisi, stres, lingkungan dan penyakit. Beberapa penyakit pada layer terutama yang disebabkan oleh virus kerap menyerang dan menimbulkan kerugian ekonomis. Oleh karenanya, butuh perhatian lebih dalam menghadapi tantangan tersebut.

Kenali Betul Musuh Kita
Beberapa penyakit viral kerap kali menjadi “langganan” di kandang peternak layer. Seperti Infectious Bronchitis (IB), Newcastle Disease (ND), Egg Drop Syndrome (EDS) dan yang sedang hits yakni Avian Influenza (AI) H9N2 yang juga menjadi kontroversi di kalangan peternak, peneliti, akademisi dan pemerintah.

Terlepas dari itu tentunya tidak ada peternak yang ingin merugi akibat serangan penyakit viral tersebut, baik serangan secara tunggal maupun komplikasi. Pada dasarnya, semua penyakit infeksius viral maupun bakterial akan menghasilkan dampak buruk berupa penurunan produksi dan kualitas telur pada layer komersial dan breeder. Hal tersebut dikemukakan Factory Manager PT Sanbio Laboratories, Drh Arini Nurhandayani. 

Menurutnya, yang menjadi permasalahan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2021. (CR)

MEMPERINGATI HARI TELUR SEDUNIA ALA PHIBRO

Satu ton telur disalurkan oleh Phibro ke Dinas Sosial Kabupaten Bogor

Hari telur sedunia (World Egg Day) diproklamirkan pertama kali oleh Komisi Telur Dunia (International Egg Commission) pada tahun 1996 di Wina, Austria. Sejak itu tiap tahunnya pada Jumat kedua di bulan Oktober diperingati sebagai hari telur sedunia. Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan konsumsi protein hewani (telur) masyarakat dunia.

Hari telur sedunia tahun 2021 juga diperingati oleh salah satu stakeholder peternakan Indonesia yakni PT Phibro Animal Health Indonesia. Perusahaan yang bergerak di bidang obat hewan tersebut memperingati World Egg Day 2021 dengan membagikan seribu kilogram telur kepada masyarakat di Kabupaten Bogor pada Jumat 8 Oktober 2021 yang lalu.

Ditemui oleh Infovet pada acara penyerahan telur di Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Arik Farzeli selaku Country Director Phibro Animal Health Indonesia menyatakan bahwa kegiatan tersebut bukan hanya dilakukan oleh Phibro di Indonesia saja, melainkan seluruh dunia.

"Dalam kondisi Covid-19 ini masyarakat tentunya butuh asupan protein hewani untuk menjaga imunitas, itulah tujuan kami melakukan kegiatan ini, selain itu momen ini juga kami harapkan dapat membantu peternak layer agar usahanya kembali menggeliat ditengah ketidakpastian harga bebera waktu belakangan," tutur Arik.

Dalam Kesempatan yang sama, Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Supriyadi menyambut baik kegiatan yang dilakukan oleh Phibro dan mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi - tingginya atas kontribusi Phibro terhadap masyarakat Kabupaten Bogor. 

"Terima kasih kepada Phibro, telur - telur ini akan kami distribusikan kepada yayasan dan pesantren di sekitar Kabupaten Bogor. Dengan ini semoga masyarakat semakin menyadari akan pentingnya konsumsi protein hewani, terutama dimasa pandemi seperti ini," kata Supriyadi.

Rasa terima kasih juga disampaikan langsung oleh Romli Eko Wahyudi salah satu perwakilan pesantren yang juga hadir dan menerima bantuan telur tersebut. 

"Ini merupakan kegiatan yang sangat positif, kami mendoakan agar Phibro selalu sukses dan tidak hentinya memberi kontribusi untuk negeri ini. Santri juga pasti senang, biasanya seorang makan telur separuh, beberapa hari kedepan mereka bisa makan sebutir utuh," kelakar Romli. (CR)



JANGAN SAMPAI ANAK BOSAN MAKAN TELUR

Olahan telur pindang atau yang sering disebut telur bumbu coklat. (Foto: Istimewa)

Jika anak bosan mengonsumsi telur ceplok, dadar, atau sambal balado, cobalah berganti dengan aneka olahan yang berbeda dari biasanya. Beda olahan, asupan gizi telur tetap didapat.

Masa pandemi COVID-19 yang masih terus terjadi, membuat siapapun merasa bosan. Bosan berdiam di rumah, tak bisa wisata kuliner atau sekadar menikmati suasana rekreasi lainnya. Kebosanan juga dirasakan oleh anak-anak yang terbiasa menikmati aneka santapan di luar rumah.

Namun bagi kaum ibu, memiliki kepiawaian tersendiri untuk menghilangkan kebosanan buah hatinya untuk urusan menu makanan. Untuk anak-anak mereka yang gemar memakan telur, banyak cara yang dilakukan para ibu rumah tangga yang “menyulap” sebutir telur menjadi menu yang menarik.

Siapapun tahu bahwa telur memiliki kandungan protein tinggi. Telur juga menjadi menu favorit bagi masyarakat untuk memenuhi asupan gizi setiap hari. Selain praktis dalam mengolahnya, protein hewani ini juga tak sulit untuk didapatkan. Di warung, minimarket, hingga supermarket menyediakan.

Kepintaran seorang ibu dalam menyajikan menu yang bervariasi menjadi kunci anak-anaknya tak mudah bosan mengonsumsi telur. Olahan telur yang monoton bukan hanya membuat anak bosan, namun juga memicu anak enggan menyantap dan mulai beralih ke menu makanan lain yang bisa jadi kandungan gizinya di bawah telur.

“Kalau anak sudah bosan dengan olahan telur dadar atau ceplok, saya biasanya cari resep lain yang anak belum pernah coba, tapi tetep pakai bahan telur,” tutur Rina Nurkhikmah, ibu rumah tangga di Depok, Jawa Barat.

Menurut wanita yang pintar masak ini, banyak varian makanan yang bisa diolah dengan menggunakan telur sebagai bahannya. Dalam seminggu, setidaknya tiga hari ia menyiapkan menu telur untuk keluarganya. Olahnya berganti-ganti, mulai dari telur bulat sambal balado, dadar Jawa, kadang dibuat gulai telur.

“Sebisa mungkin saya resep olahan telur, biar anak saya enggak bosan, karena memang anak-anak suka makan telur,” tambahnya.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat, Prof Dr Ir Ali Khomsan, juga berpendapat sama. Variasi dalam mengolah telur penting dilakukan agar anak-anak tak mudah bosan mengonsumsi, seperti dibuat omelet, dicampur dengan bahan makanan lain, sehingga lebih nikmat dan tidak membosankan. Dengan cara membuat variasi sajian, maka asupan protein dari telur juga bisa menjadi lebih baik.

“Sesuatu yang dimakan secara rutin setiap hari memang membosankan, kecuali makan nasi. Tapi kalau makan telur setiap hari bisa bosan,” ujarnya.

Menurut Ali Khomsan, kebosanan konsumsi telur bisa dihindari jika diselingi dengan sumber protein lainnya. Misal, dalam seminggu divariasi dengan ikan, daging, atau sumber protein lainnya. Kuliner Indonesia cukup bagus dalam mengolah telur dengan variasi penyajiannya, sehingga tidak membosankan.

Banyak Varian 
Di zaman serba digital saat ini mencari informasi teknik membuat varian menu berbahan telur ayam tidaklah sulit. Cukup banyak portal wisata kuliner, bahkan media sosial, yang menyuguhkan tutorial lengkap memasak makanan berbahan baku telur. Kadang, dilengkapi dengan foto hasil olahan yang menggoda selera.

Misalnya, olahan telur pindang atau yang sering disebut telur bumbu coklat. Olahan ini memiliki kekhasan dalam rasa. Selain ada rasa gurih dari telurnya, juga ada rasa manis dari bumbu kecap dan aroma rempahnya.

Jika keluarga bosan dengan sajian telur yang itu-itu saja, tak ada salahnya jika mencoba berganti olahan ala menu negara luar. Misalnya, menu Masala asal India, Huevos Rancheroz dari Meksiko, atau Oeoufs Au Plat Bressane ala Perancis semacam roti yang dipanggang dengan krim dan telur.

Panduan teknik mengolahnya bisa didapatkan di internet. Cukup ketik “varian menu telur”, dijamin akan muncul puluhan resep pilihan. Dengan tutorial yang lengkap dan mudah, para ibu rumah tangga pasti mampu membuatnya.

Varian olahan telur semacam ini sudah barang tentu akan menarik perhatian anak untuk menyantapnya. Bentuk olahannya beda, namun kandungan gizi dalam telur tetap didapat.
Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, asupan gizi dari protein hewani dalam telur sangat dibutuhkan. Kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Bagaimana dengan orang dewasa, benarkah sebaiknya dibatasi mengonsumsi telur setiap hari? Bagi sebagian orang, mengonsumsi telur setiap hari tidak masalah. Namun ada juga yang khawatir terkena kolesterol. Menurut Ali Khomsan, meskipun nikmat, namun menikmati telur juga harus diperhatikan jumlahnya. “Kita mesti bijak dalam mengonsumsi,” katanya.

Menurut dia,  untuk orang Indonesia mengonsumsi telur lebih dari satu butir sehari tidak masalah, karena konsumsi pangan hewan lainnya seperti daging dan susu masih rendah. Oleh karena itu, konsumsi telur menjadi alternatif karena harganya lebih murah.

Kampanye Harus Gencar
Rendahnya tingkat konsumsi telur masyarakat Indonesia selama ini menjadi pemberitaan dari tahun ke tahun. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian pada 2016, menunjukkan rata-rata konsumsi telur ayam ras/kapita/tahun  99.796 butir.

Data lain menyebutkan pada 2017, konsumsi telur di Indonesia mencapai 18,44 kg/kapita/tahun. Tahun 2018 mencapai 17,73 kg/kapita/tahun, pada 2019 mencapai 17,77 kg/kapita/tahun. Namun terjadi peningkatan cukup signifikan pada 2020, yakni mencapai 28,16 kg/kapita/tahun.

Menurut Ali Khomasan, upaya peningkatan konsumsi telur ayam (termasuk daging ayam) harus jadi upaya semua pihak secara massif, terstruktur dan terpadu. Sebab itu, kampanye konsumsi telur perlu ditingkatkan lagi.

“Di level masyarakat kampanye ini bisa dilakukan melalui posyandu (pos pelayanan terpadu), di level nasional paling tidak Dirjen Peternakan atau Menteri Pertanian yang menyuarakan,” ujarnya.

Kampanye gizi dan edukasi kepada masyarakat harus digencarkan. Publik perlu terus diedukasi bahwa telur dan daging ayam merupakan sumber protein hewani yang ekonomis. Jika dilihat perbandingan harga per gram protein antara daging ayam dan telur ayam terhadap daging sapi, susu, domba, kambing, ikan dan lainnya, maka telur dan daging ayam lebih murah harganya. (AK)

MAKAN TELUR, SIAPA TAKUT?

Tony Unandar. (Foto: Infovet/Ridwan)

Oleh:
Tony Unandar
Sekretaris Dewan Pakar Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI)

Tidak ada korelasi positif antara kegemaran mengonsumsi telur ayam dengan peluang mendapatkan serangan jantung. Penelitian ilmiah secara intensif yang berakhir tahun 1996 oleh Harvard School of Public Health Amerika telah membuktikan hal tersebut. Apakah hal ini merupakan secercah harapan baru untuk para penggemar telur?

Hewan ovipar, termasuk ayam umumnya meletakkan telur untuk kelangsungan keturunannya. Agar embrio yang terdapat di dalamnya dapat berkembang dengan baik, maka telur tersebut tentu saja harus mengandung komponen nutrisi lengkap dan seimbang sesuai yang dibutuhkan embrio selama perkembangan di dalamnya. Namun dengan adanya intensifikasi dan efisiensi peternakan ayam modern selama tiga dekade terakhir, telur konsumsi umumnya berasal dari ayam petelur modern yang tidak dibuahi.

Telur Ayam dan Nilai Nutrisi
Andai kata telur tidak mengandung kolesterol, tentu saja tidak akan ada kontroversi antara konsumsi telur dengan kesehatan manusia. Yang jelas menurut National Academy of Sciences (NAS) Amerika, sebutir telur ayam ras yang besar mengandung kira-kira 215 miligram (mg) kolesterol atau sama dengan duapertiga dari total kebutuhan kolesterol manusia dewasa perhari, yaitu sekitar 300 mg.

Tiap butir telur mengandung kira-kira 6 gram protein dan 5 gram senyawa lemak. Kira-kira 50% dari total protein telur terdapat dalam bentuk albumin (putih telur), sedangkan senyawa lemak umumnya terdapat dalam kuning telur dengan komposisi lemak tidak jenuh lebih dari 50%. Protein telur merupakan protein yang ideal bagi manusia, karena terdiri atas asam-asam amino esensial yang seimbang. Selain itu, telur juga mengandung zat besi (Fe), riboflavin, asam folat, vitamin B12, D dan E. Hampir serupa dengan daging, zat besi yang terkandung dalam kuning telur terbukti mempunyai bioaviabilitas tinggi, dengan demikian merupakan asupan penting bagi anak yang sedang bertumbuh. Walaupun tidak mengandung vitamin C, telur merupakan sedikit jenis makanan yang mengandung vitamin D cukup tinggi.

Telur mata sapi tiga-per-empat matang. (Foto: Istimewa)

Kolin merupakan suatu substansi nutrisi yang sangat penting bagi perkembangan fungsi kognitif (kesadaran dan pengertian) dari jaringan otak (Hasler, 2000). Kolin juga ditemukan dalam susu, hati dan kacang-kacangan. Secara alamiah, tubuh manusia mampu membentuk kolin sendiri, namun jumlahnya tidak mencukupi. Menurut NAS, seorang laki-laki dewasa membutuhkan asupan kolin sebanyak 550 mg/hari, sedangkan wanita dewasa sebanyak 425 mg/hari. Padahal, sebutir telur ayam mengandung paling tidak 280 mg kolin/butir. Ini berarti memenuhi lebih dari separuh kebutuhan kolin baik pada laki-laki maupun wanita dewasa.

Kandungan Nutrisi Perbutir Telur Ayam Ras (ACSH*, 2002)

Komponen

Kandungan/Butir Telur

Kalori

75 kal

Total lemak (fat)

5 gr

Lemak jenuh

1,5 gr

Kolesterol

213 mg

Protein

6,25 gr

Vitamin A

317 IU

Vitamin D

24 IU

Vitamin E

0,7 mg

Vitamin B12

0,5 mcg

Vitamin B6

0,07 mg

Asam folat

23 mcg

Thiamin

0,031 mg

Riboflavin

0,254 mg

Fosfor

89 mg

Zink

0,5 mg

Zat Besi

0,72 mg

Kolin

280 mg

Lutein

150-250 mcg

Zeaxanthin

200 mcg

Sumber: ACSH/American Council on Science and Health (2002).


Telur Ayam dan Konsep Kepadatan Nutrisi
Seorang ahli nutrisi umumnya selalu mencermati komposisi dan kepadatan nutrisi dari masing-masing bahan pangan. Bahan pangan yang mengandung kepadatan nutrisi tinggi adalah bahan pangan yang secara relatif mengandung komponen nutrisi penting dalam porsi tinggi seperti yang dibutuhkan manusia setiap harinya. Itulah sebabnya untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, setiap orang sebaiknya mengonsumsi bahan pangan yang mempunyai kepadatan nutrisi tinggi.

Telur ayam adalah salah satu contoh bahan pangan yang mengandung kepadatan nutrisi tinggi. Secara substansial telur ayam juga mengandung komponen nutrisi yang sangat bervariasi (lihat juga pada tabel di atas). Tiap butir telur ayam yang relatif besar (+ 60 gram/butir) mengandung 4% dari total kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh seseorang yang mengonsumsi 2.000 kalori perhari. Sebutir telur ayam juga paling tidak memberi kontribusi sedikitnya 4% dari kebutuhan manusia dewasa perharinya dalam hal protein, riboflavin, vitamin A, vitamin B6, vitamin B12, asam folat, zat besi, fosfor dan seng (zinc).

Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan Amerika pada 2002, ternyata orang yang mengonsumsi telur ayam rata-rata mempunyai tingkat kecukupan dan kelengkapan nutrisi yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak mengonsumsi telur ayam. Karena telur ayam tidak mengandung vitamin C, maka sangat dianjurkan selain mengonsumsi telur ayam juga mengonsumsi jus buah atau buah-buahan segar secara bersamaan.

Telur Ayam dan Isu Kolesterol
Pandangan mengenai peranan telur ayam dalam diet ternyata terus mengalami pergeseran nyata. Dalam masyarakat tradisional misalnya, telur ayam dianggap suatu bahan makanan yang terbaik, murah dan mempunyai cita rasa lezat. Itulah sebabnya, setiap anggota masyarakat dianjurkan mengonsumsi telur setiap hari. Akan tetapi, pada sejak dekade 1970-an, ketakutan akan mengonsumsi telur mengalami peningkatan. Adanya isu keterkaitan kandungan kolesterol yang ada dalam telur ayam dengan insiden serangan jantung pada masyarakat modern telah mengakibatkan suatu ketakutan untuk makan telur ayam. Walaupun ternyata keliru, kondisi ini kadang kala dimanifestasikan dalam tindakan yang berlebihan.

Dari banyak penelitian ilmiah telah dibuktikan bahwa kadar kolesterol darah yang tinggi, khususnya low-density cholesterol (LDL) biasanya selalu berasosiasi dengan tingginya risiko kejadian aterosklerosis (suatu kondisi dimana pembuluh darah mengalami penebalan dan pengerasan). Kondisi terakhir inilah yang merupakan faktor pencetus tingginya insiden serangan jantung (strokes) pada manusia.

Patut diketahui bahwa kolesterol dalam sistem sirkulasi darah manusia sebenarnya berasal dari dua sumber, yaitu yang dibentuk di dalam tubuh dan sebagian berasal dari bahan makanan. Dalam kondisi normal, tubuh selalu menjaga agar kadar kolesterol darah selalu berada dalam kondisi stabil. Ini berarti jika konsumsi kolesterol dari bahan makanan meningkat, maka tubuh secara otomatis akan mengurangi sintesa (pembentukan) kolesterol dalam tubuh, demikian juga sebaliknya. Mekanisme inilah sebenarnya merupakan argumentasi awal yang dapat menjelaskan mengapa mengonsumsi kolesterol dari bahan makanan hanya akan memberi efek yang tidak terlalu besar terhadap peningkatan kadar kolesterol dalam darah.

Majalah Circulation yang diterbitkan oleh American Heart Association dalam edisi ketiga volume 102 tahun 2000 mempublikasikan bahwa kolesterol dalam diet (makanan) bukanlah suatu faktor utama yang menentukan kadar kolesterol darah. Laporan penelitian ini sebenarnya memperkuat hasil penelitian ilmiah intensif yang dilakukan oleh ACSH pada 1996 yang membuktikan bahwa jenis dan jumlah lemak yang ada dalam diet adalah lebih penting dalam mempengaruhi kadar kolesterol darah, bukan kadar kolesterol dalam diet. Padahal, kadar LDL dalam darah sudah terbukti disebabkan karena konsumsi lemak jenuh yang berlebihan. Sebutir telur, walaupun mengandung kolesterol, namun hanya memenuhi 1,7% kebutuhan lemak jenuh pada manusia dewasa (J Am Coll Nutr 2000; 19: 495S-498S).

Jadi, dengan adanya penelitian yang intensif terkait dengan diet dan penyakit metabolik secara umum, pandangan mengenai peranan telur ayam dalam frekuensi kejadian serangan jantung pada manusia mengalami pergeseran. Sekarang, telur ayam justru dianjurkan untuk dikonsumsi pada batas-batas yang wajar, bukan dianggap suatu yang sangat menakutkan.

Telur Ayam dan Isu Alergi
Reaksi alergi terhadap beberapa bahan makanan dapat saja terjadi pada beberapa individu yang peka terhadap bahan tertentu. Kondisi ini dapat terjadi pada anak-anak atau orang dewasa, hanya saja kejadian pada anak bisanya relatif lebih tinggi. Sebagai contoh, di Amerika kira-kira 1,5% orang dewasa dan 6% anak-anak dilaporkan mengalami alergi terhadap satu atau beberapa jenis bahan makanan. Reaksi alergi yang tampak bisa mulai dari yang paling ringan misalnya gatal-gatal sampai ke yang paling parah yaitu kematian.

Berdasarkan laporan Food Allergy and Anaphylaxis Network pada 2001, ternyata ada kira-kira 175 jenis bahan makanan yang mengandung senyawa kimia yang dapat menjadi pencetus reaksi alergi pada orang tertentu yang mengonsumsinya. Sebanyak 90% dari bahan makanan tersebut tergolong dalam kacang tanah, kenari, kacang almond, buah kemiri, susu, ikan, telur, kacang kedelai, tepung terigu dan bangsa kerang. Walaupun reaksi alergi terhadap telur ayam pada beberapa individu memang ada, akan tetapi insiden kejadiannya di lapangan relatif sangat kecil. Sebagai pembanding, berdasarkan laporan Food Allergy Basics pada 2001, reaksi alergi hebat terhadap bahan makanan di Amerika hanya berkisar 30.000 kasus/tahun.

Jadi, telur memang sangat dibutuhkan bagi anak yang sedang berkembang, selain mencegah stunting (kekerdilan) pada balita, juga perlu untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap mendapat nutrisi yang cukup dan lengkap, terutama dimasa pandemi COVID-19 yang masih berkecamuk. (toe)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer