Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini kesehatan hewan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

UPAYA MEMAKSIMALKAN KINERJA SALURAN PENCERNAAN

Yang menjadi kunci kesuksesan dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan yakni seimbangnya jumlah mikroorganisme yang ada pada saluran pencernaan. (Foto: Dok. Infovet)

Bicara masalah kesehatan ayam, penyakit infeksius memang datangnya lebih banyak dari saluran pernapasan. Tetapi bukan berarti masalah kesehatan saluran pencernaan harus diabaikan, karena komplikasi dalam kasus ayam yang sakit kerap kali terjadi.

Semua aspek pemeliharaan sangat besar pengaruhnya dan mereka saling terkait. Sederhananya, ayam yang saluran pernapasannya sakit salah satu gejalanya bisa jadi tidak mau makan, namun ayam yang saluran pencernaannya sakit dan nutrisinya kurang mudah terinfeksi penyakit lain termasuk pernapasan.

Keseimbangan Adalah Kunci
Dari kaca mata ilmu anatomi, saluran pencernaan ayam dapat dikelompokkan menjadi tujuh bagian yang terdiri dari tembolok (crop), lambung (proventriculus), ventriculus, usus halus, usus buntu (caecum), usus besar (colon), dan cloaca. Masing-masing bagian tubuh ini dihuni secara alami oleh mikroflora yang terdiri dari bakteri, protozoa, maupun jamur. Namun bagian yang paling banyak dihuni oleh jenis bakteri adalah saluran usus.

Yang menjadi kunci kesuksesan dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan yakni seimbangnya jumlah mikroorganisme yang ada pada saluran pencernaan. Jika keseimbangan tersebut bergeser, misalnya mikroorganisme patogen lebih banyak ketimbang mikroorganisme komensal dan yang menguntungkan, tentu akan merugikan ayam sebagai hospes dari mikroorganisme tersebut.

Poultry Consultant Jefo Nutrition Inc., David Marks, angkat bicara mengenai hal tersebut. Menurutnya, ada beberapa hal yang dapat memengaruhi keseimbangan mikroflora di dalam usus. Faktor pertama yakni dari ransum serta air minum. Inilah alasan pentingnya mengecek kualitas pakan dan air minum. “Pakan yang nutriennya rendah dan tercemar mikotoksin, tidak higienis, serta mengandung cemaran feses kerap kali menimbulkan masalah pada ayam,” kata David.

Selain itu, air minum juga dapat menjadi media tumbuh kembang ideal bagi bakteri seperti E. coli maupun organisme patogen lainnya, sehingga dapat menyebabkan keseimbangan mikroflora usus terganggu.

Faktor kedua yakni stres. Stres terjadi karena reaksi fisiologis normal pada ayam dalam rangka beradaptasi dengan situasi baru, baik yang terkait dengan lingkungan maupun perlakuan ayam.

“Pada kondisi stres, ayam akan mengalami peningkatan produksi hormone kortikosteroid yang dapat menghambat organ kekebalan dalam menghasilkan antibody sehingga terjadi kondisi imunosupresi,” jelasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, stres juga menyebabkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024. (CR)

PENCEGAHAN PENYAKIT PENCERNAAN UNTUK MEMBANTU OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS AYAM

Kesehatan saluran cerna akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan tubuh ayam, termasuk juga pertumbuhan organ yang berperan dalam sistem imun ayam. (Foto: Istimewa)

Kinerja saluran pencernaan memiliki peran krusial dalam pencapaian performa produksi. Sistem pencernaan berperan mencerna makanan dan menyerap nutrisi esensial. Nutrisi yang diserap tubuh inilah yang berperan dalam pertumbuhan dan produktivitas ayam sebagai penghasil daging dan telur.

Kesehatan saluran cerna akan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan tubuh ayam, termasuk juga pertumbuhan organ yang berperan dalam sistem imun ayam. Sistem imun yang berkembang baik dapat membantu ayam dalam mengatasi permasalahan infeksi penyakit di lapangan. Efeknya jelas saat terjadi penyakit maka produktivitas akan menurun. Melihat hal tersebut untuk mencapai performa produksi ayam yang optimal, kesehatan saluran cerna pastinya menjadi faktor krusial untuk diupayakan.

Menjaga kesehatan saluran cerna dari berbagai penyakit berbahaya penting untuk dilakukan. Secara umum, berbagai penyakit berbahaya yang bisa mengganggu saluran pencernaan adalah sebagai berikut:

Clostridium perfringens: Penyebab necrotic enteritis, rentan menyerang ayam broiler umur 2-5 minggu, sedangkan pada ayam petelur biasanya rentan umur 3-6 bulan. Serangannya mengganggu terutama di usus kecil yang menjadi rapuh dan berisi gas. Lapisan usus dilapisi oleh lapisan pseudomembran berwarna kuning. Ayam menjadi tidak nafsu makan dan diare.

Escherichia coli (E. coli): Penyebab colibacillosis yang dapat menyerang unggas pada berbagai tingkatan umur, tetapi lebih banyak terjadi pada ayam muda terutama umur 2-4 minggu. Bersifat oportunistik, infeksi yang hebat pada saluran pencernaan menyebabkan hemoragi petekie pada submukosa dan subserosa, gastritis, dan enteritis. Ayam menjadi lesu, ompalitis, oedema, dan jaringan sekitar pusar lembek.

• Newcastle disease: Paramyxovirus, ayam umur muda memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibanding ayam dewasa. Tipe velogenik viscerotropik menyebabkan gangguan organ saluran cerna. Tipe mesogenik memiliki tingkat kematian yang lebih rendah, namun hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi dapat terjadi. Gangguan organ pencernaan seperti perdarahan bintik (petekie) pada proventrikulus, nekrosa pada usus, dan juga perdarahan pada secatonsil.

• Gumboro: Virus RNA dari genus Avibirnavirus. Ayam muda terutama umur 3-6 minggu memiliki kerentanan yang tinggi. Virus ini sebenarnya lebih berdampak pada sistem kekebalan tubuh karena target utamanya adalah sel pre-B pada bursa fabrisius sehingga menyebabkan terjadinya imunosupresif. Imunosupresif yang ditimbulkan akan meningkatkan kepekaan ayam terhadap agen patogen lainnya. Gangguan organ pencernaan dapat dilihat dari ditemukannya perdarahan pada mukosa dekat pertautan antara proventrikulus dengan ventrikulus.

Inclusion body hepatitis: Adenovirus dari famili Adenoviridae. Ayam muda umur 4-10 minggu. Perubahan anatomi organ lebih terfokus pada hati, dimana hati tampak membengkak, berwarna kuning kecokelatan, terdapat bercak, perdarahan di bawah membran, serta konsistensi terasa lebih lunak.

Helicopter disease: Virus utama yang menyebabkan penyakit ini di Indonesia adalah Reovirus. Rentan terhadap anak ayam terutama broiler. Anak ayam yang terinfeksi helicopter disease menunjukkan laju pertumbuhan yang lambat pada umur 5-7 hari sehingga bobot badan rendah. Selain itu, banyak ditemukan tungkai bulu sayap primer yang patah. Perubahan patologi anatomi pada organ pencernaan yang dapat teramati adalah peradangan pada usus dan proventrikulus, usus tampak berdilatasi dan pucat.

Pencegahan utama untuk melindungi berbagai penyakit pencernaan ini dapat dilakukan dengan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024.

MENGHAMBAT PENYAKIT BAKTERIAL SEBELUM TERLAMBAT

Menjaga kesehatan ternak demi menuai performa yang produktif wajib hukumnya. (Foto: Freepik.com/Istimewa)

Dalam dunia mikroorganisme, bakteri merupakan salah satu yang paling sering dibicarakan. Terutama bakteri yang bersifat patogen. Celakanya, dalam dunia peternakan khususnya unggas, bakteri-bakteri patogen kerap menjadi permasalahan bagi peternak.

Menjaga kesehatan ternak demi menuai performa yang produktif wajib hukumnya. Terlebih lagi dalam perunggasan, selain penyakit non-infeksius, ada penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri yang kerap mewabah. Kadang wabah dari infeksi bakteri yang terjadi di suatu peternakan ayam dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Oleh karenanya, dibutuhkan trik jitu dalam menanganinya.

Karena Bakteri Jadi Merugi
Kesuksesan mengontrol bakteri patogen, menghindari kontaminasi, mencegah multifikasi, dan menyebabkan penyakit menurut Ensminger (2004), adalah salah satu kunci sukses menjaga performa dan produksi ternak. Namun tidak semua peternak mampu melakukannya. Cerita datang dari Junaidi, peternak asal Tanah Tinggi, Tangerang. Pernah ia mengalami kerugian akibat wabah penyakit chronic respiratory disease (CRD) kompleks beberapa tahun lalu.

Awal mula menjadi peternak broiler ia mengira bahwa memelihara ayam itu mudah, hanya tinggal memberi pakan dan menunggu saja, walaupun kenyataannya tidak. Dirinya baru mengetahui bahwa ayamnya terserang colibacillosis ketika ada staf technical service dari perusahaan obat mendatangi kandangnya.

“Saya enggak tahu-menahu awalnya, yang saya tahu penyakit ayam ya kalau enggak tetelo, flu burung,” tukas Junaidi. Ia kemudian perlahan belajar mengenai manajemen pemeliharaan yang baik dan benar dari berbagai sumber. Ketika diserang colibacillosis, kerugian ekonomi yang diderita Junaidi mencapai 50% dari total ayamnya.

Sementara kata Product & Registration Manager PT Sanbe Farma, Drh Dewi Nawang Palupi, bahwa infeksi bakteri sangat berbahaya dan merugikan. Penyakit bakterial seperti colibacillosis ditentukan oleh manajemen kebersihan kandang. Terlebih jika manajemen kebersihan kandang buruk dan tidak menerapkan sanitasi dalam kandang dan air minum.

“Kematian sekitar 1-2% dan bisa berlangsung lama bila tidak ditangani dengan baik. Jika terjadi di minggu pertama masa pemeliharaan, kematian bisa mencapai 10-15%. Jika kematian sampai 50% mungkin ada campur tangan penyakit lain (komplikasi),” katanya.

Walaupun begitu, ia menjelaskan bahwa colibacillosis sesungguhnya bukan penyakit yang serta-merta menyerang begitu saja. Kemungkinan jika ada kandang yang terserang colibacillosis itu hanya dampak sampingan saja.

E. coli itu bakteri komensal di usus dan organ pencernaan, jadi kalau tiba-tiba berubah jadi patogen pasti karena penyebab lain. Ini yang harus diwaspadai, sampingannya saja bisa berakibat begitu, apalagi bakteri patogen yang memang dapat menyebabkan penyakit secara langsung,” jelas dia.

Potensi Zoonotik
Selain kerugian pada hewan, yang tidak boleh dilupakan juga adalah beberapa penyakit infeksi bakterial pada unggas juga dapat menular ke manusia. Sebut saja penyakit salmonellosis, kadang banyak dilupakan bahwa penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp. bisa menular kepada manusia dan penyebabkan penyakit pencernaan.

Bakteri Salmonella sp. sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4971/2012 tentang Zoonosis Prioritas, bahwa salmonellosis menempati urutan kelima dan merupakan zoonosis yang banyak menyebabkan kasus pada manusia, salah satunya bersifat foodborne yaitu ditularkan melalui makanan.

Menurut pakar Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dr Drh Denny Widaya Lukman, beberapa zoonosis yang bersifat foodborne pada produk unggas (karkas dan telur) di antaranya diakibatkan oleh Salmonella enterica serotype (serovar) enteritidis (S. enteritidis), Salmonella typhimurium, Salmonella infantis, Salmonella reading, Salmonella blockey, Clostridium perfringens, Campylobacter jejuni, dan E. coli.

Denny menjelaskan, insidensi salmonellosis non-tifoid di dunia diperkirakan sekitar 1,3 miliar kasus dan 3 juta kematian setiap tahunnya. “Nah, kadang kita hanya berkonsentrasi di hulu saja, lupa akan hilir. Ini padahal juga kerugian yang diakibatkan oleh infeksi bakterial,” kata Denny.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa cara penularan Salmonella ke manusia umumnya melalui konsumsi makanan yang tercemar (jalur fekal-oral). Beberapa Salmonella memiliki sumber (reservoir) spesifik dan makanan tertentu sebagai media penularnya, misal Salmonella enteridis (SE) terkait dengan unggas dan produknya.

Secara gamblang Denny menjelaskan bahwa bakteri SE ditularkan dari induk ke telur secara transovarial, sehingga bakteri tersebut dapat ditemukan dalam isi telur dengan kondisi kerabang telur utuh. SE berkoloni di ovarium ayam petelur. Jika bakteri ini telah menginfeksi kelompok atau peternakan ayam maka sulit diberantas karena keberadaan bakteri ini dipelihara di lingkungan, pakan, dan rodensia di peternakan.

“Tidak usah jauh-jauh kita bicara mengenai ekspor produk unggas Indonesia dan flu burung. Produk kita sudah bebas dari yang tadi saya sebutkan semuanya belum? Jika sudah, apakah konsistensinya terjaga? Jangan sampai karena fokus di hulu kita lupa juga dengan sektor hilir,” tegasnya.

Pencegahan Sejak Dini
Banyak cara yang bisa dilakukan agar ayam selamat dari ancaman infeksi bakteri patogen. Sebenarnya, ayam memiliki sistem kekebalan sendiri di dalam tubuhnya. Oleh karenanya, harus dimaksimalkan hal tersebut. Bisa dibilang 70% dari sistem kekebalan tubuh ayam dibentuk pada minggu pertama (periode brooding). Karena itu, periode brooding merupakan masa yang menentukan tingkat keberhasilan pembentukkan sistem kekebalan tubuh ayam.

Marketing Manager PT Elanco Animal Health Indonesia, Drh M. Aura Maulana, mengingatkan bahwa, “Pada fase brooding, sel-sel ayam mengalami proliferasi atau perbanyakan. Semua sel tanpa terkecuali termasuk juga sistem imunitas. Maka kalau brooding bagus, nanti hasilnya pasti oke,” ujar Aura.

Pada masa brooding juga terjadi peralihan antara kekebalan pasif ke kekebalan aktif. Kekebalan pasif berasal dari penyerapan kantung kuning telur selama periode pengeraman dan beberapa hari setelah menetas. Kekebalan pasif mungkin cukup efektif untuk mencegah infeksi pada anak ayam, namun jangka waktunya pendek dan tingkat protektivitasnya akan terus menurun sejalan dengan waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan kekebalan pengganti yaitu kekebalan aktif.

Hubungan antara penggertakan kekebalan aktif dan perkembangan organ kekebalan mendasari diperlukannya vaksinasi sebagai tindakan efektif menggertak kekebalan aktif. Rangsangan yang diberikan vaksin akan mempercepat pematangan sel-sel pertahanan tubuh milik anak ayam, sehingga merangsang terbentuknya kekebalan aktif lokal maupun seluruh tubuh.

Oleh karena itu, beberapa vaksinasi dilakukan pada periode awal misalnya ND (4 hari), IB (4 hari), Gumboro (7 atau 14 hari), serta AI (10 hari). Diharapkan ketika antibodi maternal sudah tidak protektif, antibodi aktif hasil gertakan vaksinasi sudah mampu melindungi ayam dari infeksi lapang.

Vaksinasi penyakit bakterial pada ayam broiler mungkin jarang atau tidak dilakukan sama sekali terkait dengan masa pemeliharaan yang singkat juga pertimbangan cost. Namun pada ayam layer, vaksinasi menjadi penting karena pemeliharaannya panjang. Banyak beredar program vaksinasi penyakit bakterial yang baik harus dapat memberikan protektivitas yang baik, serta disesuaikan dengan keadaan lapangan, juga pertimbangan biaya.

Selain itu, perkuat aspek higiene, sanitasi, dan disinfeksi. Apabila dilakukan dengan baik dan benar dapat mengurangi penularan penyakit, sehingga penggunaan antibiotik dapat dikurangi. ***

Ditulis oleh: 
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

AGAR AYAM HIAS TETAP SEHAT

Ayam serama. (commons.wikimedia.org/Rsteagall)

Semua orang yang memelihara ayam hias tentu akan sangat senang apabila hewan peliharaannya dalam kondisi baik. Terlebih lagi bagi para hobiis yang gemar mengikuti kontes, prestasi ayam yang menanjak membuat pundi-pundi rupiah kian menjanjikan.

Sebagai hewan peliharaan, ayam memang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Selain bermanfaat sebagai sumber protein hewani (telur dan dagingnya), suara kokokan, keindahan, serta tingkah laku ayam sudah sejak lama dinikmati masyarakat sebagai penghilang stres.

Dengan maraknya masyarakat yang memelihara ayam, komunitas ayam hias di kota-kota besar kian populer, kontes unjuk kebolehan ayam pun makin marak. Berikut ini Infovet mencoba menghimpun beberapa informasi dan tips yang berguna dari beberapa hobiis ayam di Indonesia agar ayam hias memiliki performa yang baik dan bisa unjuk gigi ketika mengikuti kontes.

Kenali Potensi dan Karakter Ayam
Ayam memiliki potensi dan karakter tersendiri. Potensi bukan hanya sekadar dari segi fisik, tapi suara kokokan, mentalitas, dan kemampuan reproduksi. Potensi dari suatu makhluk hidup diatur secara kompleks oleh gen. Faktor genetik tentu tidak bisa dikendalikan, tetapi biasanya terlihat secara kasat mata dari penampilan dan performa ayam. Genetik merupakan faktor paling dasar yang dimiliki ayam untuk bersaing dalam suatu kontes. Untuk mendapatkan ayam bergenetik baik, disarankan memperolehnya langsung dari breeder, karena biasanya mereka melakukan pencatatan yang baik dalam mengawinkan ayam peliharaannya.

Seperti yang dilakukan Kresna Renra Saputra, seorang breeder sekaligus hobiis ayam Serama. Dirinya selalu membuat catatan pada tiap ayam yang dipelihara, tujuannya agar tidak terjadi inbreeding dan jelas keturunannya. Biasanya Kresna mengawinkan ayam jantan yang pernah menjadi juara dengan betina produktif yang memiliki daya tetas telur tinggi. Diharapkan anak yang dihasilkan banyak dan menurunkan sifat unggul dari pejantannya. Tentunya dengan mengenali potensi genetik yang dimiliki ayam akan mempermudah pemilik dalam merawat ayam kesayangannya.

“Enggak bisa dipungkiri memang kalau genetik itu termasuk faktor yang menentukan. Kalau kita punya ayam yang genetiknya bagus, apalagi keturunan juara, harus dilakukan pencatatan perkawinannya biar enggak inbreeding. Setahu saya inbreeding mengurangi kualitas genetik dari yang saya baca-baca di literatur begitu,” kata Kresna.

Perawatan Penting
Makhluk hidup dengan genetik yang baik apabila tidak mendapatkan perawatan yang apik tentu hasilnya juga tidak akan ciamik. Ayam dengan potensi genetik biasa saja apabila dirawat dengan baik dan benar akan sehat dan memiliki performa yang baik, kemungkinan mendapatkan juara dalam kontes bisa meningkat. Dari beberapa hobiis ayam hias, beberapa perawatan rutin yang biasanya dilakukan di antaranya:

• Memenuhi Kebutuhan Gizi dan Vitamin
Pakan merupakan sumber tenaga untuk segala aktivitas ayam dan memengaruhi performa ayam. Untuk pakan biasanya ayam yang disiapkan untuk kontes dikondisikan sebulan sebelum kontes. Menurut Dani Wardana, seorang hobiis ayam Pelung asal Depok, sebulan sebelum kontes sebaiknya ayam diberikan asupan protein lebih banyak. Biasanya Dani memberikan pakan tambahan selain pakan pabrikan berupa keong sawah.
Keong direbus kemudian ditumbuk beserta cangkangnya. Jadi selain protein, kebutuhan mineral ayam juga terjamin. Hal serupa dapat diaplikasikan pada ayam Ketawa dan ayam Bangkok aduan, tetapi jangan dilakukan pada ayam Serama. Karena bobot badan ayam Serama akan naik drastis apabila terlalu banyak protein yang tentunya tidak baik apabila terlalu gemuk dalam kontes. Ada satu tips unik yang biasanya digunakan oleh hobiis menjelang kontes. Ayam Pelung dan ayam Ketawa biasanya diberi makan dengan belut mentah. Tekstur daging belut yang licin dapat membantu membersihkan tenggorokan ayam dari lendir yang dapat mengurangi volume dan kemampuan ayam dalam berkokok.

• Menjaga Kebersihan
Kandang ayam idealnya dibersihkan setiap hari atau minimal dua hari sekali. Terutama alas kandang, apabila dipenuhi dengan feses dan kotoran bisa mengakibatkan penyakit bumble foot karena infeksi dari bakteri patogen. Selain kebersihan kandang, kebersihan ayam juga perlu dijaga. Seperti yang dilakukan Dani. Ia selalu memandikan ayam peliharaannya setiap hari selama satu bulan berturut-turut menjelang kontes, hal ini bertujuan agar kebersihan dan keindahan bulunya terjaga. Untuk memandikan ayam, sebaiknya gunakan air hangat bersuhu 28-30° C. Bila perlu ayam dimandikan dengan air rebusan daun sirih yang dinilai bermanfaat sebagai anti kutu alami. Setelah dimandikan ayam dijemur di bawah matahari. Waktu memandikan disarankan pada pukul 07:00 pagi, kemudian ayam dijemur dari pukul 08:00 sampai pukul 12:00 siang. Selain menambah kebugaran, menjemur ayam juga dapat meningkatkan metabolisme agar performanya lebih baik. Tetapi ingat, jangan pernah menjemur ayam seharian, karena dapat membuat dehidrasi bahkan mati.

• Tenggeran yang Nyaman
Untuk ayam Ketawa, kontes biasanya dilakukan pada saat ayam berada dalam posisi bertengger. Oleh karenanya, sediakan tempat bertengger favoritnya. Tenggeran bisa dibuat sendiri menggunakan tiang kayu yang dibentuk seperti huruf T, atau mirip tenggeran burung paruh bengkok. Tenggeran akan membuat ayam lebih sering mengeluarkan suara kokoknya. Untuk melatih ayam Ketawa agar selalu tenang di atas tenggeran, Anda bisa mengikat salah satu kakinya menggunakan seutas tali. Ujung tali yang lainnya diikatkan pada tenggeran.

• Pola Latihan
Banyak pola latihan yang dapat digunakan. Pada ayam yang dikonteskan suara kokokannya seperti ayam Ketawa dan ayam Pelung, metode yang digunakan biasanya dengan menjemur beberapa ayam bersamaan. Selain memancing agar ayam berkokok, mental ayam juga akan terasah. Tidak jarang hobiis juga mengondisikan keadaan seperti halnya kontes. Selain menjemur secara bersamaan, metode yang juga sering digunakan adalah mendekatkan betina pada saat ayam jantan dijemur di kandang atau tenggeran. Ayam jantan akan cenderung memperlihatkan dominasinya, salah satu bentuknya adalah dengan sering berkokok. Tentu metode ini dapat digunakan untuk hobiis yang tidak memiliki ayam jantan lebih dari satu ekor.
Sementara untuk ayam Serama agar mampu tampil sempurna dan memikat juri saat dilombakan harus melalui proses latihan rutin dan berkala. Layaknya peragawan dan peragawati yang melenggak-lenggok, ayam harus latihan sebelum berjalan di atas catwalk sesungguhnya, bahkan satu hari menjelang fashion show berlangsung. Untuk melatih agar Serama dapat menggunakan meja persegi yang dilapisi karpet, di situ Serama dilatih agar tetap di atas meja dan mau berjalan dengan berdiri tegak, membusungkan dada, menengok kanan-kiri, dan bergaya layaknya di arena lomba. Umumnya ayam Serama yang sudah terbiasa di atas meja akan tampil maksimal dan percaya diri, hal tersebut bisa dilihat dari kebasan sayap, berjalan jinjit sesekali, dan mengitari meja. Untuk beberapa Serama berkualitas, bisa melakukan kejet slam (kepala sampai tenggelam tidak kelihatan), bahkan sampai ada yang leher kepalanya bergetar kencang. Peran seorang perawat atau joki sangat berpengaruh terhadap performa Serama. Keseharian joki saat merawat dan melatih ayam menimbulkan kedekatan emosional, terlebih biasanya sang joki memberikan bunyi-bunyian tertentu untuk menyemangati Serama agar tampil maksimal.
Saat di atas meja penjurian, Serama dilarang turun dari meja sebanyak tiga kali, bahkan melompat menyerang ayam lainnya. Untuk itulah kestabilan emosi sangat penting, hal tersebut bergantung dari pola rawatan, makanan, dan extra fooding yang diberikan.

Kendala Saat Melatih Ayam
Masalah yang sering muncul saat melatih ayam adalah jika tidak mau/malas berkokok. Untuk mengatasinya, ayam harus dilatih sendirian atau dipisahkan dari ayam lainnya. Perdengarkan audio sehingga ayam mau mengikutinya tanpa ketakutan melihat ayam lainnya.

Untuk mencegah stres sebelum dan setelah kontes, ayam bisa dibiarkan untuk menghibur dirinya sendiri. Misalnya dengan memberinya kesempatan mandi pasir. Terapi ini bertujuan menghilangkan stres, mengusir kutu pada bulu, dan membuang bulu mati yang bisa menyebabkan rasa gatal.

Dengan melakukan latihan rutin, terutama pada ayam yang belum pernah dikonteskan, maka ayam akan terbiasa berkokok di atas tenggeran dengan tenang. Sebenarnya pelatihan tidak membutuhkan waktu lama, cukup beberapa hari sebelum kontes. Tetapi lebih baik jika disiapkan jauh hari sebelum kontes, agar ayam kesayangan tidak canggung berada dalam kerumunan. Ayam juga tidak boleh terlalu berlebihan dalam latihannya, biasanya sehari menjelang kontes ayam diistirahatkan agar tidak mengalami kelelahan.

Pemberian Jamu
Tidak hanya manusia, ayam juga terkadang diberikan jamu sebagai suplemen untuk menjaga kondisi dan vitalitas tubuh, serta mencegah penyakit. Berikut ini beberapa resep jamu untuk ayam yang biasanya digunakan hobiis menjelang kontes. 

Bahan yang dibutuhkan yakni 2-3 ruas jahe, satu buah tomat, satu buah gula merah, dan sesendok makan madu.

Adapun cara pembuatannya bersihkan jahe dari kotoran, kemudian kupas kulitnya dan masukkan ke dalam panci. Kemudian gula merah dipotong kecil-kecil dan masukkan pula ke dalam panci. Tambahkan tomat yang diblender hingga halus ke dalam panci sambil diaduk hingga adonan merata. Setelah itu panci yang berisi adonan dipanaskan di atas kompor sambil terus diaduk sehingga adonan mengental. Tambahkan madu secukupnya ke dalam adonan, aduk lagi beberapa menit sebelum dimatikan. Adonan yang sudah dingin (suhu normal) bisa diberikan kepada ayam dengan cara dicekok tiap satu hari sekali selama seminggu sebelum kontes.

Menurut praktisi dokter hewan yang juga peneliti dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Drh Slamet Raharjo, pemberian jamu bisa dilakukan untuk upaya suportif. Namun perlu diingat, jamu bukanlah untuk menyembuhkan penyakit atau obat paten.

“Jamu untuk kesehatan agar mencegah terserang penyakit itu sah saja. Tetapi kalau hewannya sakit, sebaiknya juga diberikan terapi medikatif secara konvensional. Nah, jamu ini nantinya dikombinasikan dengan terapi konvensional sebagai suportif,” tutur pria kelahiran Kebumen ini.

Ia juga mengimbau terkait cara pemberian sediaan herbal, karena setiap spesies memiliki toleransi berbeda, juga terhadap khasiat, volume, konsentrasi, dan aplikasinya harus tepat sesuai kaidah medis. “Apabila kondisi ayam memburuk atau mengalami penurunan, sebaiknya langsung periksakan ke dokter hewan,” pungkasnya. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

BERINVESTASI PADA BIOSEKURITI

Ilustrasi biosekuriti. (Sumber: ahdb.org.uk)

Pentingnya aspek biosekuriti juga membuat orang terkadang salah kaprah, oleh karenanya dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mendalam. Selain itu, kini penerapan biosekuriti dapat berbuah manis bagi siapapun yang mengaplikasikannya.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, apapun caranya. Dalam aplikasinya terserah kepada masing-masing peternak, namun begitu karena alasan budget rata-rata peternak abai terhadap aspek biosekuriti.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010) yakni kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flock, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air, serta kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk diimplementasikan.

Hewan Produktif, Manusia Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung, sewaktu FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan sedang giat menyosialisasikan biosekuriti tiga zona pada peternak layer di sana. Bersama akademisi dari UNILA, dinas peternakan setempat, dan perusahaan swasta yang berkecimpung di dunia peternakan, FAO memberikan penyuluhan dan mengajak peternak untuk “hijrah” agar sistem beternak mereka lebih baik dan mengutamakan biosekuriti.

Salah satu peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, Kusno Waluyo, bercerita mengenai keputusannya mengubah  sistem beternak konvensional menjadi rasional. Bisa menjadi salah satu rujukan jika ingin mengetahui efektivitas penerapan biosekuriti.

Peternak berusia 48 tahun ini memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya memang cukup memuaskan, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini, saya dengar kalau ini bagus, makanya saya coba ikut. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Ia mengatakan bahwa salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah disaat ayam menginjak usia sekitar 29 minggu produksi telurnya stabil di angka 90% lebih. Selain itu dalam data juga disebutkan bahwa tingkat kematian ayam di peternakannya sangat rendah, hanya 1% dari 30.000 ekor populasi. “Di farm sini per hari enggak melulu ada yang mati, enggak seperti sebelumnya,” ungkap dia.

Selain itu, Kusno sudah sejak lama tidak menggunakan antibiotik tertentu dalam upaya pencegahan penyakit. Ia bahkan bekerja sama dengan peneliti dari UGM terkait penggunaan sediaan herbal (jamu) untuk meningkatkan performa dan mencegah penyakit.

“Kami sudah bekerja sama sejak lama, awalnya coba-coba, tetapi kini saya mulai berkonsultasi dan bekerja sama dengan UGM. Hasilnya lebih dari yang saya harapkan, performa naik, penggunaan antibiotik berkurang, dan kami berhasil membuka pasar untuk produk telur herbal kami,” tukasnya.

Disinfeksi sebelum masuk dan keluar kandang. (Foto: Istimewa)

Diwajibkan Pemerintah
Pentingnya aspek biosekuriti di unit usaha peternakan telah lama digaungkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian. Unit usaha yang bergerak di bidang peternakan dan menghasilkan produk pangan asal hewan wajib memiliki sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner). Sertifikat NKV ini adalah bukti sah bahwa telah diterapkannya praktik higiene dan sanitasi yang baik di unit usaha tersebut, dimana penerapan higiene dan sanitasi merupakan bagian dari biosekuriti.

Sejak 2005 melalui Permentan No. 381/2005 pemerintah telah mengatur hal tersebut (Sertifikasi NKV). Belakangan pemerintah melalui Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Ditjen PKH, kembali menunjukkan sikap bernasnya dalam sertifikasi NKV. Peraturan baru terkait NKV tertuang dalam Permentan No. 11/2020 yang gencar disosialisasikan.

Direktur Kesmavet, Drh Syamsul Maarif, mengatakan bahwa di Indonesia program jaminan mutu dan keamanan pangan sudah diatur oleh banyak peraturan perundangan. “Permentan ini dibuat khususnya dalam mencegah dari risiko penyakit zoonotik yang dapat ditularkan melalui produk-produk asal hewan seperti susu, telur, dan produk olahan asal hewan lainnya,” tutur Syamsul.

Ia mengatakan bahwa sudah menjadi tugas pemerintah untuk memastikan produk pangan asal hewan yang dikonsumsi masyarakat adalah produk yang ASUH (aman, sehat, utuh, dan halal), serta terjamin mutunya.

Lalu apa hubungannya NKV, biosekuriti, dan peternakan? Seperti yang sudah disampaikan bahwa NKV adalah bukti suatu unit usaha telah menerapkan sanitasi dan higene pada unit usahanya, dimana kedua aspek tersebut merupakan bagian dari biosekuriti.

Drh Ira Firgorita dari Direktorat Kesmavet mengatakan bahwa beberapa unit usaha peternakan langsung menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi, misalnya peternakan layer, peternakan sapi, dan kambing perah. Hal ini tentunya membutuhkan jaminan bahwa produk tersebut aman dikonsumsi.

“Oleh karenanya dibutuhkan penerapan biosekuriti yang baik dan kita akan berikan NKV jika memang memenuhi. Kalau di ayam broiler produknya tidak langsung dikonsumsi, jadi yang kita wajibkan NKV itu di RPA-nya (rumah pemotongan ayam),” kata Ira.

Ira juga bilang bahwa nantinya unit usaha penghasil produk ternak seperti peternakan penghasil telur dan susu wajib memiliki NKV. Apabila kedapatan tidak memiliki NKV akan diberikan sanksi berupa denda hingga kurungan penjara.

“Ayo dilakukan penerapan biosekuritinya, terus kita audit dan bimbing supaya bisa dapat NKV, banyak keuntungan juga kalau punya NKV,” tutur Ira. Keuntungan yang dimaksud yakni ada pada nilai tambah produk. Dengan kata lain, produk-produk yang memiliki sertifikat NKV lebih memiliki daya saing di tingkat retail bahkan ekspor. Hal ini dikarenakan produk yang hendak diekspor wajib memiliki NKV, dimana persyaratan yang ada pada NKV mirip dengan persyaratan produk ekspor. Hal itu juga yang dikatakan oleh Syamsul Maarif.

“Kami menyamakan prasyarat tersebut tentunya dengan merujuk pada peraturan internasional, jadi kalau sudah terpenuhi semuanya yang ada di situ otomatis sudah sama dengan ketentuan yang ada dan berlaku di tingkat internasional. Jadi tidak main-main,” kata Syamsul.

Melalui sertifikasi NKV ini, ia berharap agar peternak semakin peduli dengan biosekuriti di kandangnya, utamanya peternak penghasil susu dan telur. Namun begitu, bukan berarti juga bahwa peternak selain penghasil telur dan susu boleh abai pada biosekuriti. Ia tetap mengimbau agar peternak concern dengan biosekuriti. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MANAJEMEN BROODING UNTUK TEKAN RISIKO NE

Menjaga kesehatan saluran pencernaan bukan perkara mudah, sebab terdapat sejumlah penyakit yang senantiasa mengancam. (Foto: Istimewa)

Masa brooding menjadi fase yang sangat krusial dan menjadi penentu keberhasilan dalam pemeliharaan broiler. Hal ini cukup beralasan karena pada masa ini terjadi proses perbanyakan sel (hiperplasia) dan perkembangan sel (hipertropi) yang sangat cepat pada organ penting anak ayam.

Di sisi lain pada masa brooding, sistem termoregulasi (pengaturan suhu tubuh) anak ayam belum berkembang sempurna, sehingga tugas peternak adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dan sesuai kebutuhan anak ayam.

Head of Unit Madiun BroilerX, Drh Nanang Seno Utomo, mengatakan bahwa manajemen brooding menjadi penentu keberhasilan performa broiler. Terdapat lima titik kritis yang harus benar-benar diperhatikan peternak, di antaranya manajemen pakan, temperatur, kualitas udara, pencahayaan, dan air minum.

“Terkait pakan saya sarankan untuk menggunakan pakan starter berbentuk fine crumble. Dengan ukuran kecil akan lebih memudahkan anak ayam berkenalan dengan pakan. Pemberian pakan harus diberikan dengan segera setelah DOC datang, secara cukup baik tempat, jumlah, dan kualitasnya,” ujar Nanang saat menjadi narasumber dalam acara webinar Indonesia Livestock Club (ILC) edisi Ke-31, beberapa waktu lalu yang bertajuk “Manajemen Brooding untuk Menekan Risiko Penyakit Necrotic Enteritis”.

Ia menambahkan, “Dengan segera mengonsumsi pakan, usus ayam bisa segera tergetak dan reseptor usus segera mengenal pakan, sehingga vili-vili dapat tumbuh maksimal dan saluran pencernaan bisa berkembang dengan baik.”

Mengenai manajemen pakan, Nanang melihat bahwa penting untuk mengatur tata letak jalur pakan dan minum agar mudah dijangkau ayam. Penempatan tempat pakan/feeder tube harus sedikit lebih rendah dari tembolok ayam jika ayam berdiri tegak. Kemudian untuk memberi stimulasi ayam agar makan, maka pakan harus tetap tersedia dan terus ditambah (top dress). Hal ini bertujuan agar pakan yang tersedia tetap segar. Selanjutnya dalam 6-8 jam, sekitar 95% DOC harus sudah makan dan minum. Hal ini bisa dilihat dengan mengecek tembolok, minimal 1% dari populasi yang tersebar di berbagai titik kandang.

“Titik kritis selanjutnya adalah manajemen temperatur. Hal yang wajib dipahami adalah suhu internal anak ayam harus dipertahankan pada 40,4-40,6° C. Apabila di bawah 40° C akan terlalu dingin dan apabila melebihi 41° C maka akan panting. Lantas bagaimana manajemen temperatur? Jadi sebelum memasukkan DOC, kita harus melakukan pre-heating pemanas radian dengan target suhu lantai antara 32-35° C . Suhu lantai yang tidak tercapai akan membuat anak ayam tidak nyaman, feed intake turun dan kurangnya aktivitas,” jelasnya.

Kemudian, suhu rektal anak ayam harus dicek dengan standar rentang suhu antara… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023. (INF)

MENJAGA AGAR PENYAKIT TIDAK KEMBALI

Biosekuriti harus selalu diterapkan secara ketat. (Foto: Istimewa)

Jika bicara prediksi tentunya tidak akan 100% akurat. Semua masih tergantung pada Tuhan Yang Maha Esa yang. Namun begitu, tidak ada salahnya memperkirakan dan sedikit “meramal” apa yang akan terjadi di tahun depan sembari mengambil ancang-ancang agar lebih siap.

Jangan Lengah dengan Penyakit Residivis
Tony Unandar selaku konsultan perunggasan melihat selama ini penyakit unggas yang terjadi di lapangan masih itu-itu saja, berbeda musim memang penyakitnya juga berbeda, tetapi penyakit yang muncul tetap sama.

“Kalau bisa dibilang kita masih berkutat dengan yang lama dan monoton begitu-begitu saja dan faktor yang sangat genting untuk diperbaiki adalah pola pemeliharaan dari peternak kita,” kata Tony.

Jikalau tidak ada upaya perbaikan dalam hal ini sesegera mungkin, bukan hanya kasus penyakit yang terus berulang akan terjadi, tetapi tingkat keparahannya maupun jenis penyakit baru akan bertambah di masa depan.

“Saya beri contoh yang simpel, pernah lihat panen di kandang semuanya langsung diangkut? Enggak kan? Jangankan di peternakan kecil, yang besar juga ada yang begitu. Padahal bagusnya all in all out. Lalu kira-kira berapa persen peternakan di Indonesia ini yang biosekuritinya baik? Mayoritas jelek atau baik? Saya tanya begitu saja kita langsung tersenyum kecut,” ucap Tony kepada Infovet.

Tony juga berujar bahwa sebaik-baiknya obat baru yang ditemukan, sebaik-baiknya riset di bidang penyakit hewan, dan secanggih-canggihnya teknologi berkembang, bila tidak dibarengi dengan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer