MONIMAX®, KOKSIDIOSTAT TERKINI DI INDONESIA
Koksidiosis adalah penyakit yang cukup lama dikenal dalam sektor perunggasan dan merupakan penyakit terpenting yang disebabkan oleh parasit (genus Eimeria) namun sulit untuk dikendalikan. Hal ini mengakibatkan kerugian besar di industri ayam pedaging secara global, dengan perkiraan lebih dari $15 miliar. Di Indonesia sendiri, kerugiannya melebihi $500 juta/tahun.
Efektivitas pengendalian koksidiosis merupakan hal mutlak dalam meningkatkan profitabilitas. Dimana pengendalian yang tidak optimal bisa berefek buruk pada pencapaian berat badan dan tingginya rasio konversi pakan di sektor perunggasan. Penyakit ini juga memicu naiknya penggunaan antibiotik untuk pengobatan kasus pencernaan seperti Dysbacteriosis dan Necrotic enteritis.
Monimax® adalah pilihan koksidostat yang tepat, yang merupakan kombinasi dari monensin dan nicarbazin, serta telah teregistrasi di Indonesia. Monimax® dapat digunakan pada pakan ayam pedaging dan pullet (ayam dara petelur). Tentu saja kehadiran Monimax® menjadi angin segar bagi industri perunggasan saat ini.
ORKESTRA BAGI KOKSIDIA
Perjalanan patogen seperti koksidia dalam mencapai sel atau jaringan target di dalam tubuh induk semang faktanya tidaklah berjalan mulus, harus menghadapi satu orkestra sistem pertahanan tubuh inang yang penuh dengan onak dan duri alias rintangan. Tulisan kali ini tidak saja menjadi pelengkap tulisan sebelumnya (Seni Perang Koksidia) dan membahas tentang orkestra tersebut, tetapi juga meneropong jenis beserta interaksi sejumlah kompartemen atau barier yang membentuk orkestra tersebut, yang harus dilalui oleh bentukan koksidia sebelum dapat menginfeksi dan memperbanyak diri di dalam sel epitelium usus ayam modern.
Orkestra Saluran Cerna
Situasi pada permukaan saluran cerna ayam modern, khususnya usus, ibarat sebuah orkestra yang menghasilkan suatu simfoni yang sangat dinamis dari waktu ke waktu. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkait kehidupan suatu makhluk, terutama pada tataran molekuler, baik biologi molekuler (induk semang = ayam) atau mikrobiologi molekuler (patogen ataupun komensal), maka wawasan terkait pola-pola interaksi antara sistem imunitas tubuh ayam dengan sistem mikrobiota komensal saluran cerna ayam (mikrobiom) dan aktivitas patogen tertentu termasuk koksidia telah menjadi lebih terang benderang (Mc Cracken dan Lorenz, 2001; Lu et al., 2021).
Situasi pada permukaan saluran cerna ayam modern, khususnya usus, ibarat sebuah orkestra yang menghasilkan suatu simfoni yang sangat dinamis dari waktu ke waktu. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkait kehidupan suatu makhluk, terutama pada tataran molekuler, baik biologi molekuler (induk semang = ayam) atau mikrobiologi molekuler (patogen ataupun komensal), maka wawasan terkait pola-pola interaksi antara sistem imunitas tubuh ayam dengan sistem mikrobiota komensal saluran cerna ayam (mikrobiom) dan aktivitas patogen tertentu termasuk koksidia telah menjadi lebih terang benderang (Mc Cracken dan Lorenz, 2001; Lu et al., 2021).
Dalam menghadapi ancaman dari eksternal alias terpaan bibit penyakit, sistem pertahanan mukosa (mucosal immunity) saluran cerna memang sangat unik dan sangat kompleks. Sebanyak lebih dari 70% sel-sel imun ditemukan berlokasi di sekitar saluran cerna ayam (Casteleyn et al., 2010; Abbas et al., 2017). Terdiri atas empat buah kompartemen atau barier (Lu et al., 2021) yang saling terkait satu dengan yang lainnya, yaitu:
• Barier mikrobiologis (microbiota barrier)
• Barier kimiawi (chemical barrier)
• Barier fisik (physical atau mechanical barrier)
• Barier sistem imunitas (immunity barrier)
Barier Mikrobiologis (Microbiota Barrier)
Barier mikrobiologis merupakan barier bagian terluar dari permukaan mukosa saluran cerna ayam modern. Mikrobiota tersebut mendapatkan habitat dan berkolonisasi pada lapisan mukus yang encer (thin mucus layer), menggunakan nutrisi dari dalam lumen usus, serta berinteraksi antar sesama mikrobiota, patogen, dan sel-sel mukosa usus via mekanisme quorum sensing (efek aktivasi atau stimulasi) atau quorum quenching (efek penghambatan atau inhibisi). Interaksi kompleks ini sangatlah dinamis dari waktu ke waktu yang juga dipengaruhi oleh status nutrisi, faktor stres, dan komponen pakan (Hooper et al., 1998; Moncada et al., 2003; Collier et al., 2008; Rajput et al., 2013; Memon et al., 2020).
Pada beberapa penelitian ilmiah mengindikasikan bahwa infeksi koksidia pada ayam selain sangat dipengaruhi oleh infektivitas koksidia yang ada, juga dipengaruhi oleh komposisi mikrobiota secara langsung ataupun tidak, terutama jika terjadi disbiosis, dimana terganggunya homeostasis atau ekuilibrium permukaan usus ayam (Choi dan Kim, 2022).
Di lain pihak, infeksi koksidia secara signifikan dapat mereduksi… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2024
Ditulis oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI)
SENI PERANG KOKSIDIA
Koksidiosis adalah penyakit parasiter yang secara subtansial dapat terjadi secara subklinis maupun klinis, serta mampu mereduksi status kesehatan dan performa ayam modern secara signifikan.
Dalam suatu lokasi farm kejadiannya bisa berulang, dengan derajat keparahan yang variatif, serta bisa terjadi secara sporadis ataupun dengan mortalitas tinggi jika diinisiasi oleh faktor imunosupresi.
Berbasis pada sejumlah penelitian ilmiah dalam satu dekade terakhir, tulisan ini mencoba menelisik dinamika interaksi host-parasit (ayam-koksidia) dan parasit-mikrobiom (koksidia-mikroflora) dalam usus ayam modern. Hal ini tentu sangat menarik untuk dicermati dan dapat menjadi pertimbangan adekuat oleh kolega praktisi di lapangan, agar strategi jitu untuk pencegahan dan kontrol koksidiosis lebih presisi.
Sekilas Tentang Koksidia
Koksidiosis adalah penyakit protozoa yang disebabkan oleh suatu koksidia dari genus Eimeria yang secara alamiah bisa sembuh sendiri alias self-limiting disease (Kemp et al., 2013; Lu et al., 2021).
Koksidiosis adalah penyakit protozoa yang disebabkan oleh suatu koksidia dari genus Eimeria yang secara alamiah bisa sembuh sendiri alias self-limiting disease (Kemp et al., 2013; Lu et al., 2021).
Spesies Eimeria umumnya dapat menyebabkan gangguan pada saluran cerna yang dengan berbagai derajat keparahan dapat mengakibatkan enteritis, diare, dehidrasi, dan tereduksinya bobot badan ayam. Eimeria adalah genus yang sangat besar, dengan lebih dari 1.800 spesies yang sudah diidentifikasi sampai saat ini (Duszynski, 2001).
Dibandingkan dengan genus dan spesies lain yang terkait dengan koksidia, siklus hidup Eimeria bisa diselesaikan dalam tunggal induk semang (Bangoura dan Bardsley, 2000; Dubey et al., 2020). Dengan kata lain, Eimeria mempunyai spesifisitas yang tinggi terhadap induk semang tertentu atau high host-specificity (Lu et al., 2021).
Semua anggota koksidia melakukan replikasi dan membentuk ookista dalam usus induk semang yang selanjutnya masuk ke dalam lingkungan ayam via feses. Jika ayam yang suseptibel termakan ookista yang sudah bersporulasi dari lingkungan, maka dalam hitungan menit akan ditransportasi ke dalam usus dan melepaskan bentukan sporozoit (Long dan Johnson, 1972; Chapman, 1978).
Setiap sporozoit akan melakukan invasi pada sel-sel epitelium mukosa usus dan akan tetap tinggal dalam suatu vakuola selama adaptasi dan menjadi bentukan tropozoit. Selanjutnya tropozoit akan bertumbuh dan memperbanyak diri via melakukan replikasi secara aseksual dan progresif yang kemudian berkembang menjadi bentukan merozoit dalam suatu vakuola yang disebut skizon (proses skizogoni). Tiap skizon akan mengandung ribuan bentukan generasi pertama dari suatu merozoit. Jika proses skizogoni telah selesai, maka sel-sel epitelium usus induk semang akan lisis dan ribuan bentukan merozoit akan masuk ke dalam lumen usus serta menginfeksi sel-sel epitelium usus yang baru (proses merogoni).
Setelah mengalami beberapa generasi proses merogoni maka parasit melakukan replikasi seksual dengan membentuk makrogamet dan mikrogamet. Selanjutnya mikrogamet melakukan invasi ke dalam sel epitelium yang baru dan melakukan fertilisasi terhadap makrogamet untuk menghasilkan zigot (Long dan Johnson, 1972; Ferguson et al., 2003). Sesudah zigot berkembang menjadi suatu bentukan ookista, keluar dari sel epitelium yang lisis dan selanjutnya dikeluarkan dari lumen usus induk semang bersama feses (Shirley et al., 2005; Dubey et al., 2020).
Jadi sangatlah jelas bahwa siklus hidup koksidia dalam tubuh induk semang (masa prepaten) yang terdiri dari fase kolonisasi awal (fase skizogoni), fase bertumbuh, dan replikasi (fase merogoni), serta fase pertumbuhan seksual (fase gametogoni) pada sel-sel epitelium mukosa usus induk semang tentu saja dapat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2024.
Ditulis oleh:
Tony Unandar
Anggota Dewan Pakar ASOHI
TERUS BERKUTAT DENGAN KOKSIDIOSIS
![]() |
Serangan koksidiosis dapat berdampak pada proses pencernaan dan penyerapan nutrisi ternak menjadi tidak optimal. (Foto: Istimewa) |
Koksidiosis masih menjadi momok bagi peternakan unggas di Indonesia. Tanpa disadari, koksidiosis “mencuri” dan “membunuh” unggas secara diam-diam. Kerugian ekonomi akibat penyakit ini selalu membayangi peternak dalam menjalankan usaha budi daya unggas.
Sebagaimana diketahui, koksidiosis merupakan penyakit yang menyerang saluran pencernaan unggas yang disebabkan oleh parasit dari spesies Eimeria sp. Penyakit ini dapat berdampak pada proses pencernaan dan penyerapan nutrisi menjadi tidak optimal, sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan berat badan atau penurunan produksi telur (layer), yang berujung pada kematian.
Koksidiosis seolah tidak pernah hilang dari list penyakit yang perlu diwaspadai oleh para peternak unggas. Bukan tanpa alasan, jika unggas terserang koksidiosis sudah pasti yang terjadi adalah kerugian ekonomi dalam jumlah yang tidak sedikit. Berra (2010), menyebutkan dalam penelitiannya bahwa kerugian ekonomi akibat koksidiosis mencapai USD 3 miliar pada tahun tersebut. Kerugian berupa penurunan performa dan produksi ternak yang disertai dengan buruknya nilai FCR.
Pengaruh Domestikasi Manusia
Menurut konsultan perunggasan yang juga Anggota Dewan Pakar ASOHI, Tony Unandar, koksidiosis merupakan man made disease alias penyakit yang timbul karena proses domestikasi oleh manusia.
“Di alam kita jarang melihat kasus koksidiosis yang luar biasa hebatnya karena koksidiosis adalah self limiting disease, artinya kalau ditantang dalam dosis yang rendah ayam justru akan membentuk imunitas, bukan penyakit. Tetapi dengan adanya beberapa faktor seperti kepadatan yang tinggi dalam kandang maka jumlah koksidia yang ada di lapangan berada pada jumlah tinggi atau total inokulumnya sangat tinggi, maka akan menunjukkan gejala klinis yang jelas,” katanya.
Dari sini bisa diketahui bahwa makin tinggi kepadatan ayam, makin tinggi peluang ayam untuk terinfeksi koksidiosis. Pendapat senada juga disampaikan oleh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Prof Drh Lucia Tri Suwanti.
“Kepadatan kandang sangat memengaruhi, selain itu kita ambil contoh lain misalnya dari segi ventilasi. Jika ventilasinya buruk maka akan memengaruhi kelembapan dan memicu terjadinya sporulasi dari Eimeria. Selain itu sanitasi kandang yang kurang baik berdampak pada penyebaran penyakit,” ujarnya.
Kenali Perkembangannya
Lebih lanjut Prof Lucia menjelaskan, koksidiosis bermula dari... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2024.
Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet
BAGAIMANA MENANGKIS SERANGAN KOKSIDIOSIS
![]() |
Koksidiosis menyerang beberapa tipe ayam dan berbagai fasilitas kandang dan manajemen. (Foto: Andrew Skowron/Open Cages) |
Koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari golongan Eimeria, menyerang pada traktus intestinal dan mengakibatkan kerusakan mukosa usus, sehingga terjadi gangguan nafsu makan, proses pencernaan dan absorpsi nutrisi, serta terjadi dehidrasi, kehilangan darah dan meningkatkan suseptibilitas ayam terhadap penyakit lain.
Sebagaimana pada penyakit-penyakit parasit lainnya, koksidiosis banyak terjadi pada hewan-hewan muda karena kekebalannya yang dengan cepat terbentuk, namun efek proteksinya lebih lama daripada outbreak penyakitnya sendiri. Tidak terjadi cross imunisasi antar spesies dan pada kasus yang kejadiannya kronis kemungkinan akan muncul spesies lain. Dalam waktu singkat reproduksi koksidia dapat terjadi dan berpotensi menimbulkan masalah di suatu industri peternakan.
Koksidiosis menyerang beberapa tipe ayam dan berbagai fasilitas kandang dan manajemen. Pada umumnya infeksi koksidia relatif bersifat mild, namun karena berpotensi dalam menimbulkan kerusakan, sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi, maka sebaiknya anak ayam diberi pencegahan dengan anti-koksidial untuk mengendalikan infeksi atau menurunkan tingkat infeksi dan mendukung proses pembentukan level antibodi.
Tingkat kekebalan untuk koksidiosis yang ditimbulkan oleh vaksinasi pada broiler tidak begitu penting, oleh karena sudah dipotong pada umur muda (antara 6-8 minggu), sedangkan pada layer dan breeder diperlukan karena masa pemeliharaannya lebih lama. Namun menurut Larry R. McDougald dan W. Malcolm Reid (Diseases of Poultry, ninth edition, 1991, 780-797) vaksinasi terhadap koksidiosis keberhasilannya masih terbatas dan penggunaannya juga masih terbatas pada breeder dan kalkun.
Kasus koksidiosis dilaporkan kejadiannya di lapangan ada 3% selama triwulan I 2024 di hampir semua cabang, yang terjadi terutama pada layer. Pada umumnya terjadi pada umur antara 3-6 minggu, namun pernah dilaporkan juga pada umur dua minggu. Tingkat kematian bervariasi antara 5-8%. Selain menginfeksi secara tunggal, sering kali dilaporkan merupakan komplikasi dengan gumboro. Untuk pengendaliannya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2024.
Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Department Manager
PT Romindo Primavetcom
Jl. DR Sahardjo No. 264
Tebet, Jakarta Selatan
HP: 0812-8644-9471
Email: agus.damar@romindo.net
ARTIKEL POPULER MINGGU INI
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler. FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk...
-
Sumber: Balitbangtan Kementan Ayam KUB adalah ayam kampung galur (strain) baru, merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. A...
-
Di dunia ini terdapat beberapa jenis ayam terbesar di dunia. Baik dari segi tinggi badannya, ukuran badannya, maupun berat badannya. Di anta...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Salah satu ciri telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. (Foto: Istimewa) Bukan hanya cara menyimpannya,...
-
Cara menjadi mitra JAPFA untuk kemitraan ayam pedaging adalah dengan melalui PT Ciomas Adisatwa, yang merupakan anak perusahaan dari PT JAPF...
-
Artikel ini membahas secara singkat anatomi ayam (struktur tubuh ayam) meliputi bagian tubuh ayam dan fungsinya. Juga organ tubuh ayam dan f...
-
Salah satu komponen penting beternak bebek petelur adalah memilih jenis bebek petelur yang tepat. Tingginya produktivitas bukan satu-satunya...
-
Atap menyesuaikan jenis dan konstruksi kandang yang didirikan. (Foto: Dok. Andy) Kandang merupakan salah satu komponen penting dalam me...
-
Dalam dunia peternakan bebek, proses penetasan telur menjadi salah satu kunci utama keberhasilan produksi Day Old Duck (DOD). Terdapat dua c...