LAGI, NUTRICELL KEMBALI EKSPOR PRODUKNYA KE BENUA BIRU !
DITJEN PKH MENGIMBAU WASPADAI PENINGKATAN KASUS AI
Laporan FAO menyebut bahwa ada potensi peningkatan dan penyebaran penyakit AI ke wilayah Eropa, Afrika dan Asia. (Foto: Dok. Infovet) |
Laporan FAO menyebut bahwa ada potensi peningkatan dan penyebaran penyakit ke wilayah Eropa, Afrika dan Asia berkaitan dengan musim migrasi unggas selama musim dingin 2021-2022. Untuk itu diperlukan tidakan antisipasi untuk mencegah penyebaran dan meluasnya kasus tersebut di Indonesia dan diperlukan rencana kontigensi dalam upaya kesiagaan munculnya AI subtipe H5Nx.
Melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bernomor 08113/PK.320/F/11/2021 pada 8 November 2012, tentang peningkatan kewaspadaan HPAI subtipe H5Nx dan subtipe lainnya, serta penyakit African Swine Fever (ASF), mengimbau kepada para pejabat dan dinas, serta balai terkait untuk melakukan analisis risiko pemasukan unggas dan produknya ke Indonesia.
“Memantau dan melaporkan update dugaan AI H5Nx dan subtipe lainnya melalui iSIKHNAS. Menfasilitasi pelatihan diagnosis AI, menyiapkan sarana dan prasarana pengendalian dan penanggulangan untuk mengantisipasi masuknya AI H5Nx dan subtipe lainnya. Melakukan analisis hasil surveilans sebagai bahan kebijakan dalam penentuan program pengendalian AI,” kata Surat Edaran tersebut.
Hal lain yang juga ditekankan dalam surat tersebut adalah memperketat pengawasan pemasukan unggas dan produknya dari negara-negara yang berpotensi terinfeksi AI, meningkatkan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) risiko pemasukan virus AI.
Surat Edaran Ditjen PKH terkait peningkatan kewaspadaan AI. |
MENGGAGAS LUMBUNG PANGAN DAN SWASEMBADA DAGING 2026
Bincang Peternakan: Food Estate dan Swasembada Daging 2026. (Foto: Istimewa) |
Keberadaan sektor pertanian di Indonesia sangat penting mengingat peranannya dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk. Lemahnya permodalan dan teknologi pada sektor pertanian khususnya pada sub sektor tanaman pangan merupakan salah satu kendala bagi peningkatan produksi pangan Indonesia.
Dalam hal pemenuhan pangan dari sumber hewani, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya mewujudkan swasembada daging sapi 2026. Kini, upaya untuk mewujudkan swasembada tersebut tidak sebatas hanya pada kemampuan penyediaan daging yang cukup bagi masyarakat, namun juga harus disertai dengan peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal.
Hal itu dibahas dalam Bincang Peternakan: Food Estate dan Swasembada Daging 2026, melalui sebuah aplikasi daring pada Minggu (15/11/2020). Webinar diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran (Fapet Unpad), Panitia Musyawarah Nasional XVI Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Seluruh Indonesia (ISMAPETI) dan Indonesia Livestock Alliance (ILA).
Kegiatan menghadirkan tiga narasumber penting yakni Ir Sugiono (Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH) yang membawakan materi cara memperkuat lumbung pangan nasional, kemudian Dr Ir Andre Rivianda Daud SPt MSi IPM (Akademisi Fapet Unpad) yang membawakan materi swasembada daging di 2026, serta Dr Ir Rochadi Tawaf MS (Sekjen Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia) yang membawakan materi ketersediaan daging nasional.
Dihadiri sekitar 170 peserta, bincang peternakan tersebut menjadi wahana bagi para peserta untuk dapat mengetahui, memahami dan mendalami program pemerintah yaitu food estate dan swasembada daging 2026, serta dapat menjadi bekal bagi para generasi muda yang akan berkecimpung di dunia peternakan.
Dalam kesempatan itu, Rochadi menjelaskan bahwa ketersediaan daging sapi dapat disiapkan dari produksi daging domestik dan juga impor, baik ternaknya maupun dagingnya.
“Namun yang harus dikritisi adalah impor daging kerbau asal India berdampak negatif terhadap program ketersediaan daging domestik,” kata Rochadi.
Ia mengharapkan, ketersediaan daging sapi domestik bisa difokuskan pada program breeding yang terarah.
“Pola kluster kawasan pengembangan vilagge breeding center (VBC) dan kemitraan peternak dengan industri menjadi pendukung dalam ketersediaan daging domestik ini,” katanya. (IN)
HARI RABIES SEDUNIA 2020 : MENGEDUKASI ANAK MENGENAI RABIES MELALUI DRAMA VIA DARING
Drama via daring zoom, ramai diminati anak - anak |
Direktorat Kesehatan Masyarakat
Veteriner, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, FAO
ECTAD, dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID)
berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengadakan kampanye rabies
kepada 481 Sekolah Dasar siswa/i di Kalimantan Barat serta provinsi lainnya
yang mendaftar melalui saluran Youtube Ditkesmavet.
Kampanye rabies ini dikemas dalam
bentuk pentas drama virtual anak "Aku dan Hewan Kesayanganku Bebas
Rabies" yang menyuguhkan informasi tentang apa itu rabies, bahaya rabies,
tindakan yang dilakukan jika digigit hewan penular rabies, cara menghindari
gigitan anjing serta memelihara hewan kesayangan yang baik melalui konsultasi
ke dokter hewan dan pentingnya vaksinasi rabies secara rutin pada hewan.
Dalam pengantarnya, Direktur
Kesehatan Masyarakat Veteriner, drh. Syamsul Ma’arif M.Si mengatakan bahwa
rabies adalah salah satu zoonosis yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan
ke manusia atau sebaliknya. Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner
bertanggungjawab terhadap pengendalian dan penanggulangan zoonosis, utamanya
agar penyakit ini tidak menular kepada manusia.
Salah satu upaya yang dilakukan
adalah peningkatan partisipasi masyarakat dengan memperhatikan kesehatan lingkungan
dan kesejahteraan hewan. Syamsul menambahkan bahwa sebagai wujud tanggungjawab
kepada hewan peliharaan, maka setiap orang yang memiliki atau memelihara hewan
wajib menjaga dan mengamati kesehatan hewan dan menjaga kebersihan serta
kesehatan lingkungannya. Jika mengetahui terjadinya kasus zoonosis misalnya
rabies pada manusia dan/atau hewan, wajib melaporkan kepada petugas yang
berwenang baik itu petugas kesehatan maupun petugas kesehatan hewan.
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur
Kalimantan Barat Drs. H. Ria Norsan, MM, MH, sangat mengapresiasi bahwa
kegiatan edukasi rabies kepada anak-anak sekolah dasar dalam rangka Peringatan
hari rabies Sedunia tahun 2020 ini dilaksanakan di wilayahnya, mengingat
Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah endemis rabies di Indonesia.
Norsan menyatakan bahwa pada
Bulan Agustus 2014 Kalimantan Barat pernah dinyatakan sebagai daerah bebas
rabies. Namun pada akhir tahun 2014 provinsi ini kembali dinyatakan sebagai
daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies setelah ditemukannya kasus gigitan
anjing positif rabies di Kabupaten Ketapang, Melawi, dan terus menyebar ke
seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat kecuali Kota Pontianak.
“Kasus tertinggi terjadi tahun
2018 dengan jumlah korban meninggal sebanyak 25 orang dari 3.873 kasus gigitan.
Pada tahun 2019, ada 14 orang korban meninggal dari 4.398 kasus gigitan. Di
tahun 2020 tertanda sampai 21 September ini korban meninggal sebanyak 2 orang
dari 1.398 kasus gigitan,” tuturnya.
Norsan mengharapkan agar edukasi
tentang rabies ini dapat terus diingat oleh anak-anak, sehingga tidak ada lagi
anak-anak di Kalimantan Barat yang tertular rabies, sesuai dengan visi misi
Kalimantan Barat, zero infeksi rabies tahun 2023.
Team Leader a.i FAO ECTAD Luuk
Schoonman menambahkan bahwa kegiatan KIE yang menargetkan anak-anak di sekolah
dasar ini dapat menjadi pengingat kepada sekitarnya untuk saling menjaga
kesehatan hewan agar terhindar dari penyakit rabies.
“Anak-anak dapat menjadi agent of change dalam mengingatkan
ancaman penyakit rabies kepada orang tua, saudara, maupun teman bermain di
lingkungan disekitarnya. Dengan metode penyampaian pesan yang dekat dengan
dunia anak, seperti menyanyi dan pentas drama, diharapkan anak-anak dapat lebih
mengerti tentang bahaya rabies dan pencegahan jika terjadi gigitan rabies,”
ujar Luuk.
Pelaksana Tugas Direktur Kantor
Kesehatan USAID Indonesia Pamela Foster mengatakan bahwa tahun ini lebih baik
dari sebelumnya karena kita dapat melihat bukti bahwa penyakit menular seperti
rabies tidak mengenal batas wilayah dan menimbulkan ancaman serius bagi
individu, negara, dan dunia.
“Pemerintah Amerika Serikat,
melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), telah bermitra
dengan Indonesia selama lebih dari sepuluh tahun sebagai bagian dari komitmen
bersama kami terhadap Agenda Ketahanan Kesehatan Global, untuk mengendalikan
dan mencegah penyakit menular. Peringatan Hari Rabies Sedunia tahun ini
menggarisbawahi peran penting yang dapat dilakukan generasi muda untuk membantu
mengatasi tantangan ini dan menjaga diri mereka tetap aman,” tutur Pamela.
Dalam sambutan pembukaanya
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Dr. Ir.
Nasrullah, M.Sc mengatakan dan edukasi tentang rabies khususnya kepada
anak-anak usia sekolah dasar di daerah endemis ini sangat penting, mengingat
mayoritas korban gigitan adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Nasrullah menambahkah bahwa
rabies merupakan salah satu zoonosis yang mematikan di dunia. Mengutip
informasi dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) bahwa setiap sembilan menit
satu orang meninggal dunia karena rabies. dan setiap tahun, rabies membunuh
hampir 59.000 orang di seluruh dunia.
Lebih dari 95 % kasus rabies pada
manusia akibat gigitan anjing yang terifeksi rabies. Walaupun mematikan, rabies
pada manusia 100 % dapat dicegah. Vaksinasi anjing terhadap rabies merupakan
cara yang terbaik dalam mencegah penularan rabies dari hewan ke manusia. Dengan
melakukan vaksinasi setidaknya 70 % dari populasi anjing, kita dapat mencegah
penularan rabies dari hewan ke manusia.
Tentang Hari Rabies Sedunia 2020
Hari Rabies Sedunia diperingati
setiap tanggal 28 September. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian – FAO ECTAD – USAID mengadakan serangkaian kegiatan
kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, WHO, Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat, Dinas Pendidikan Kalimantan Barat, dan Dinas Pangan, Peternakan, dan
Kesehatan Hewan Kalimantan Barat.
Serangkaian kegiatan Hari Rabies
Sedunia yang dilakukan secara virtual, terdiri dari lomba foto dan video rabies,
pentas drama untuk anak-anak, konferensi pers kepada media, dan webinar acara
puncak Hari Rabies Sedunia 2020. Seluruh rangkaian kegiatan ini difokuskan
untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pemberantasan
rabies di Indonesia. (CR)
REMBUK PERUNGGASAN NASIONAL, SEBUAH PERTANDA BAIK?
Seluruh peserta tembug perunggasan tengah berdiskusi |
Selasa 15 September 2020 seluruh stakeholder perunggasan nasional berkumpul di Hotel Aston Sentul, Kabupaten Bogor. Acara ini diinisiasi oleh PINSAR dan GOPAN dalam rangka mencari solusi dan menstabilkan harga ayam hidup.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh
perwakilan peternak PINSAR & GOPAN, integrator, dan pemerintah (Kementan
dan Kemendag). Bisa dibilang pertemuan kali ini “lengkap” dihadiri delegasi dari
semua stakeholder.
Dalam sambutannya mewakili Dirjen
PKH, Sugiono selaku Direktur Perbibitan dan Produksi ternak mengakui bahwa
mudah – mudahan pertemuan hari ini dapat memberikan solusi dan tidak berujung
ricuh. Dirinya juga mengakui sudah jenuh dengan urusan perunggasan yang makin
carut – marut.
“Saya berharap hari ini momen
yang pas, jangan ada lagi demo – demo. Apalagi caci maki, kami dari Dirjen PKH sudah
berusaha semaksimal mungkin melakukan yang terbaik di perunggasan, namun memang
masih terus saja dinilai kurang,” tutur Sugiono.
Sugiono juga menjabarkan mengenai
beberapa data dan fakta terkait pengendalian populasi yang masih over supply. Padahal menurut Sugiono
berdasarkan Surat Edaran yang terkahir kali terbit bulan Juli lalu sudah ada
instruksi untuk melakukan cutting HE,
afkir dini dan lain – lain dalam rangka mengurangi populasi DOC yang beredar.
“Sampai hari ini penyerapan live bird target 41 juta baru tercapai
21,8 juta (62%) cutting HE dari
target 14 juta di bulan September ini realisasinya sudah 9,4 juta (67%),
pengurangan jumlah setting HE dari target 7,5 juta baru sekitar 652 ribu (8%),
dan afkir dini PS betina umur 50 minggu dari target 4 Juta baru 600 ribu,”
tutur Suigono.
Sugiono melanjutkan bahwa Surat
Edaran yang terbit bulan Juli lalu tidak mendapat tanggapan yang baik dari para
stakeholder khususnya integrator.
“Saya menghimbau agar Surat
Edaran itu diaplikasikan. Padahal menurut BPS data permintaan ayam kita
menurun, tapi kok teman – teman integrator bukannya ngerem produksi bibit tapi
malah genjot terus?. Ini kan ada ketimpangan antara supply dan demand, harusnya
nggak begitu dong?,” tukas Sugiono.
Ia terus menghimbau agar para
produsen DOC, juga GPPU khususnya agar menertibkan anggotanya dalam menjalankan
Surat Edaran tadi, karena hal di hulu juga akan mempengaruhi sektor hilir.
“Tolong dong teman – teman integrator,
kalau memang mau nambah produksi main di luar dong, ekspornya ditingkatkan saya
tuh pengennya integrator main di liga – liga Eropa lawan Barcelona, lawan Real
Madrid, jangan lokalan terus lawan Persikabo, Persija, kasihlah ini teman –
teman peternak mandiri kesempatan,” pungkas Sugiono.
Dalam kesempatan yang sama
Sekretaris Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Johni Martha juga mengakui bahwa permasalahan
perunggasan nasional layaknya benang kusut yang basah. Hal ini diketahuinya setelah
banyak mendengar dan menyelami permasalahan mengenai perunggasan nasional.
“Kami sudah berkoordinasi dengan
Kementan dalam hal ini Dirjen PKH, kami sudah menyusun langkah yang sampai saat
ini belum kami berani pastikan, karena selain masalahnya banyak, asosiasinya
perunggasan juga banyak. makanya belum berani, jadi ribet juga kan,” tutur
Johni.
Namun begitu Johni bilang bahwa
pemerintah akan mengendalikan impor GPS dengan baik dengan berkoordinasi dengan
Kementan. Terkait tata niaga ayam hidup, ketika permasalahan harga ayam
ditimpakan kepada Kemendag, Johni menjawab dengan jawaban yang sedikit normatif.
“Apakah harga urusan Kemendag?,
bisa iya bisa tidak. Iya kalau tata niaganya diatur oleh kemendag, tetapi kalau
urusan harga diserahkan kepada mekanisme pasar, ya disitu berarti berlaku hukum
sedehana supply dan demand,” kata Johni.
Selain itu Johni mengaku bahwa
dirinya juga tahu mengenai jumlah GPS dari data rekomendasi dan realisasi impor
dari importir. Menurutnya data yang ada kurang lebih sama dengan data dari
Kementan, namun menjadi ambigu ketika di cross
– check kepada pelaku indsutri.
“Yang saya tahu kita kebanjiran
DOC, tapi pelaku beda – beda bilangnya, enggak juga tuh kata pelaku. Pokoknya
macem – macem, ada yang bilang over
supply ada yang bilang over stock.
Saya mah yang ngurusin perdagangan ga ada bedanya over supply dan over stock.
Kalau saya lihat sih sebenarnya masalah pasar, tapi pasar mana nih?, becek,
modern, apa internasional?,” tuturnya.
Johni juga bercerita bahwa selama
ini Kemendag sudah mencoba membendung impor daging ayam dari Brazil. Ia pun mengakui
bahwa Kemendag juga babak belur tak kuasa menahan Brazil dalam hal ini, karena
Indonesia statusnya juga sudah kalah di WTO dan perlindungan dari aspek halal
yang selama ini jadi tempat bernaung juga sudah bisa dipenuhi Brazil.
“Jadi mungkin sebentar lagi bakal
ada ancaman dari luar, kalau kita masih cakar-cakaran di sini. Entah nanti
bagaimana deh, pokoknya ini harus selesai. Jangan sampai kita lagi berantem,
Brazil datang habis deh kita porak – poranda,” pungkasnya.
Yang menarik Johni menjabarkan
beberapa program yang akan dilakukan Kemendag dan Kementan dalam mengatur
komoditi khususnya daging ayam. Pertama yakni penegakan Permendag tentang
ketentuan impor GPS. Jika realisasi impor GPS tidak dilaporkan sampai tanggal
15 di bulan berikutnya maka langsung akan di blacklist.
Kedua bekerjasama dengan retail modern untuk memasarkan frozen carcass. Ketiga yakni akan digalakkan
kampanye untuk mengubah pola konsumsi masyarakat dari konsumsi daging segar
menjadi daging beku. Keempat bekerja sama dengan Pemda untuk menegakkan Perda
terkait perunggasan. Yang kelima membuat integrator untuk menguatkan cold storage sebagai buffer stock dikala over supply.
Program Jangka Pendek
Herry Dermawan Ketua Umum GOPAN
langsung memimpin sesi kedua, hal yang dibicarakan adalah tentu saja mengenai
harga live bird.
“Kita langsung saja ke topik
utama ini, intinya bagaimana harga naik, tidak perlu nunggu ada pertemuan, ada
demo - demo tapi harga naik dan stabil. Kita akan jujur – juruan, ini harga
bisa kita naikkan nggak?, makanya mari kita diskusikan,” tukas Herry.
Ia juga memohon kepada para
pejabat agar tidak menyangkut pautkan masalah harga ini dengan KPPU.
“Intinya mengatur harga di sini
bukan untuk menguasai dan monopoli, tapi untuk menyelamatkan peternak. Jadi
bapak dan ibu pejabat di sini nggak usah khawatir dengan KPPU, kalau ada apa –
apa kan kita kena juga semua,” tuturnya sembari berkelakar.
Pada sesi ini perwakilan peternak
dan integrator saling buka – bukaan mengenai harga, stok dan fakta di lapangan
yang terjadi terkait dengan faktor yang mempengaruhi harga di lapangan. Ada
fakta menarik yang disampaikan dalam sesi ini.
Menurut Ketua Umum GPPU Ahmad
Dawami mengatakan bahwa berdasarkan data milik ARPHUIN yang ia kutip,
diperkirakan stok yang ada saat ini 120 ribu ton karkas, artinya ada 120 juta
karkas ayam yang ada di cold storage.
Sedangkan pada bulan Maret ketika Covid-19 merebak dan heboh, stok yang ada
yakni 170 ribu ton karkas.
Masih menurut Dawami, pada bulan
Mei sebenarnya terjadi shortage di
sektor live bird sehingga harga bisa
terkatrol sedikit. Namun di bulan Mei juga terjadi pencairan ayam – ayam yang
disimpan dalam cold storage. Bulan
juni pun demikian, shortage semakin
menjadi, dan harga juga naik.
“Pada bulan Juni ini kami GPPU
dan anggotanya meilhat optimisme karena harga naik, oleh karenanya kami
meningkatkan produksi. Tapi pertambahan ini tidak bisa dikontrol dengan demand yang tidak bisa diperkirakan.
Akhirnya bulan Juni terjadi lagi over supply
karena demand menurun sampai
sekarang,” tutur Dawami.
Kemudian turun Surat Edaran dari
Ditjen PKH mengenai cutting dan
sebagainya, menurut Dawami cutting itu
tidak mengindahkan animal welfare dan
ia beralasan bahwa dengan melakukan cutting
lagi – lagi GPPU harus merugi dengan cara yang tidak animal welfare dan Kementan melegalkan itu, sehingga Indonesia
dapat dicap sebagai Negara pembunuh.
Dawami melanjutkan bahwa
terbitnya SE yang harus segera ditindaklanjuti apalagi sampai melakukan afkir
PS tentunya akan berakibat panjang di depannya. Selain itu menjual afkiran PS
dalam waktu yang singkat juga menjadi PR besar bagi perusahaan integrator.
Namun begitu ia sepakat bahwa adanya pengaturan supply dan demand itu
memang penting dan mutlak harus dilakukan dalam waktu dekat.
Pendapat Dawami mendapat
tanggapan “panas” dari beberapa perwakilan peternak yang memandang bahwa
dirinya terlalu melindungi integrator. Namun begitu Dawami tetap tenang dan
juga menyoroti tentang efek psikologis dari pengaruh broker.
“Kalau memang mau naik cepat
terserah, tetapi yang saya perlu soroti ya itu. Nanti kalau harga naik dan
broker bisa mengendalikan gimana?, coba saja. Tapi saya setuju kalau memang
harus ada pengaturan supply dan demand. Langsung saja kita to the point di sini,” tuturnya.
Berbuah Keputusan
Menjelang akhir sesi diskusi,
Dirjen Peternakan dan Keswan Nasrullah tiba di lokasi pertemuan. Dirinya
mengapresiasi semua stakeholder yang
menyempatkan diri untuk datang dan menghargai semua pendapat mereka masing –
masing.
Menurut pengakuannya ia sudah
beberapa kali didatangi oleh Duta Besar Brazil ke kantornya. Hal ini tentu saja
perihal impor daging ayam asal Brazil yang tentu saja sudah harus masuk ke
Indonesia.
“Saya sudah dihantam terus sama
Brazil, saya bilang belum bisa. Dan saya masih menolak untuk melakukan
importasi dengan cara saya sendiri. Dari situ saya berpikir, ini kalau nggak
diselesaikan segera mungkin bisa hancur ini perunggasan kita. Yang kecil,
besar, sama saja pasti bakal kena imbas,” tuturnya.
Akhirnya setelah menjabarkan data
– data dan fakta yang ada, disepakatilah beberapa keputusan yang akhirnya
menutup pertemuan hari itu. Diantaranya adalah mengeluarkan referensi harga live bird di beberapa daerah untuk hari
rabu dan kamis (16-17 September 2020), menambah keikutsertaan integrator yang
berpartisipasi dalam program on – off berjualan,
dan membentuk satuan tugas (task force)
perunggasan nasional yang melibatkan stakeholder perunggasan.
Semoga saja semua keputusan yang
diambil oleh seluruh stakeholder yang
datang dapat dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Selain itu, perlu diingat
juga bahwa semua orang juga sudah jenuh dengan persoalan perunggasan ini, dan
oleh karenanya harus segera dituntaskan. Perlu diingat juga, musuh sebenarnya, Brazil
kini tengah mengintai kita untuk memangsa perunggasan Indonesia, idealnya
menjadi tanggung jawab pemerintah dan stakeholder
lainnya untuk menjaga kondusifitas perunggasan di negeri ini. Semoga ini
adalah pertanda baik (CR).
PDHI AUDIENSI BERSAMA DIRJEN PETERNAKAN DAN KESWAN
Delegasi PDHI menyerahkan sumbangan pemikiran untuk Dirjen PKH |
Sebagai salah satu organisasi profesi yang berdedikasi dan profesional, PDHI terus konsisten berperan dalam dunia peternakan dan kesehatan hewan Indonesia. Salah satu sumbangsih PDHI dalam membangun bangsa di bidang peternakan dan kesehatan hewan yakni konsisten memberikan ide dan pemikirannya kepada pemerintah dalam menghadapi permasalahan yang ada.
Seperti yang terjadi pada Rabu (9/9) yang lalu ketika beberapa orang delegasi PDHI menyambangi Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan di kantornya. Pertemuan tersebut selain sebagai ajang silaturahmi antara PDHI dan pemerintah juga menjadi momen brainstorming dan saling berbagi ide dalam menghadapi permasalahan di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
Ketua Umum PDHI Drh Muhammad Munawaroh mengatakan bahwa dirinya beserta segenap pengurus PDHI memang selalu mengagendakan pertemuan tersebut sejak lama, namun karena beberapa hal termasuk kesibukan Dirjen sendiri maka beberapa kali pertemuan itu harus ditunda.
Ia sendiri mengakui bahwa PDHI selalu siap untuk dipanggil, dimintai ide, bahkan dimintai bantuan langsung oleh pemerintah dalam mengatasi problema di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
"Kami ingin profesi ini dapat membangun bangsa dan menjadi mitra pemerintah, sebagai organisasi yang netral dan profesional, kami siap membantu siapapun yang memiliki tujuan mulia di bidang ini," tutur Munawaroh.
Infovet sendiri cukup beruntung dapat ikut secara eksklusif mengikuti pertemuan tersebut. Dalam pertemuan yang berjalan sekitar dua jam tersebut PDHI memberikan sumbangan pemikirannya terkait permasalahan yang ada.
Dimulai dari masalah regulasi dan peraturan perundangan, penanganan wabah baik zoonosis maupun non zoonosis, perunggasan, persapian, Anti Microbial Ressistance (AMR), peredaran obat hewan ilegal, keprofesian, dan bahkan peluang bisnis bagi Indonesia di tengah cekaman beberapa pandemi pun dibahas dalam pertemuan tersebut.
Ketua Umum PDHI sendiri menitikberatkan pembahasan kepada peraturan perundangan yang ada, utamanya pada UU No. 18 tahun 2009 dan UU No. 41 tahun 2014 yang masih butuh beberapa perbaikan di beberapa pasal.
"Ada beberapa pasal yang perlu direvisi, bahkan bila perlu diganti. Hal ini terkait masalah keprfoesian dan keberpihakan pemerintah kepada rakyat. Menurut hemat kami, jika peraturan induknya (UU) dibuat sebaik mungkin dan dijalankan sebaik mungkin, peraturan turunannya pun juga akan berjalan baik dan minim permasalahan, masalah yang ada sekarang juga ada keterkatiannya dengan undang - undangnya," tutur Munawaroh.
Beberapa usulan dan sumbangan pemikiran yang diberikan oleh PDHI diapresiasi oleh Dirjen PKH Nasrullah. Ia juga mengucapkan banyak terima kasih atas sumbangan pemikiran yang diberikan oleh PDHI.
"Sungguh pertemuan yang menyenangkan dan diskusi yang berkualitas. Saya sangat berterima kasih kepada PDHI yang sudah ikut berpartisipasi dalam hal ini, semoga PDHI terus dapat menjadi mitra pemerintah dan berkontribusi dalam membangun bangsa," tukas Nasrullah.
Ia pun meminta kepada jajarannya agar segera membentuk tim kecil bersama PDHI untuk menindaklanjuti usulan yang telah diberikan oleh PDHI agar dapat segera diekeskusi. Semoga saja ini menjadi sinyalemen baik di bidang peternakan dan kesehatan hewan Indonesia (CR).
NASRULLAH, SANG NAHKODA BARU DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan yang baru Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc |
Nasrullah adalah lulusan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Jurusan Nutrisi dan Makanan ternak (1985-1989) . Pendidikan S2 (Jurusan Grassland and Animal Production) ditempuh di The University Miyazaki Jepang pada tahun 2000 dengan mendapatkan gelar Master of Agriculture (M.Agr.). Sedangkan pendidikan S3 (doktoral) Jurusan Produksi Ternak ditempuh di United Graduate School of Agricultural Sciences, Kagoshima University Jepang dan diselesaikan pada tahun 2003 dengan gelar Ph.D.
ARTIKEL TERPOPULER
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk ...
-
Manajemen pemberian pakan ayam petelur sangat penting. Mengingat biaya operasional terbesar adalah pakan (70-80%). Jika manajemen pakan buru...
-
Acara pendampingan pakan untuk peternak sapi perah yang dilaksanakan AINI dan KPSBU melalui daring. (Foto: Istimewa) Dalam acara Pendampinga...
-
Kenali Penyebab Turunnya Produksi Telur (( Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab turunnya produksi telur, diharapkan peternak dapat m...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Peran brooder sangat penting untuk menjaga suhu dalam kandang saat masa brooding , agar ayam nyaman dan pertumbuhannya bisa optimal. ...
-
Peternak unggas terutama self-mixing harus cerdas dalam memilih imbuhan pakan feed additive maupun feed supplement. (Foto: Dok. Infovet) Sej...
-
TIDAK ADA CERITANYA PETERNAK BROILER RUGI? (( Ayam pedaging, usaha peternakannya dihitung per periode. Perhitungannya ada kalah menangnya. M...
-
Karena kekeringan yang berkepanjangan, ketidakpastian yang diciptakan oleh pandemi Covid-19, dan pemadaman listrik yang berkelanjutan, peter...
-
Seorang peternak bercerita kepada Infovet bahwa ayam broiler umur 12 hari mengalami ngorok atau gangguan pernafasan. Setelah vaksinasi IB...