Konsolidasi stakeholder perunggasan sepakati kenaikan harga |
Selasa 2 Februari 2021 yang lalu diadakan pertemuan antara peternak yang tergabung dalam asosiasi (GOPAN & PINSAR), pemerintah (Kementan, Kemendag, & satgas pangan), serta perwakilan anggota DPR. Mereka membahas urgensi harga live bird yang kembali anjlok dibawah HPP.
Berdasarkan penuturan Mukhlis, salah
seorang perwakilan peternak, harga ayam hidup di kandang per tanggal 2 Februari
2021 anjlok di level Rp. 15.000 – Rp. 16.000 per kilogram di berbagai wilayah.
Padahal, HPP peternak berada di angka Rp. 19.000 – Rp. 19.500.
“Sekarang ini harga pakan saja sudah
menyentuh Rp.7.200 – Rp.7.500/kg, DOC Rp. 6.300 – Rp. 6.500, kalau harga
jualnya cuma Rp.15.000 – Rp. 16.000 rugi banget kita. Minimal kita HPP di Rp.
19.000-an,” tutur Mukhlis.
Senada dengan Mukhlis, Kholik yang
juga peternak asal Malang juga mengungkapkan keluhannya terhadap harga ayam
yang kembali anjlok. Menurutnya peternak dalam hal ini lebih baik daripada
pemerintah yang memberikan subsidi harga ayam hidup.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah mengatakan bahwa pemerintah sudah
semaksimal mungkin berkoordinasi dan berkolaborasi dalam menstabilkan harga
ayam hidup. Dirinya secara blak-blakan juga mengancam kepada semua stakeholder untuk tidak “bermain di air
keruh”.
“Kami sudah atur kuota impor GP,
kita atur cutting segala macam, kalau
sudah begini masih ada yang macam – macam, nanti biar kita cabut izin usahanya.
Data kami ada, yang belum melakukan cutting
silakan ikuti aturannya, kami juga sudah berkolaborasi dengan kemendag dan
kementerian terkait, pokoknya ini harus selesai,” sergah Nasrullah.
Pada hari itu akhirnya seluruh
perwakilan yang hadir menyepakati adanya kenaikan harga ayam hidup sebesar
Rp.1000/kg per tanggal 3 Februari 2021. Nantinya di hari – hari berikutnya
harga ayam hidup akan dinaikkan secara bertahap sebesar Rp.500 hingga menyentuh
Rp.19.000/kg sesuai dengan HPP.
Ketua Umum PINSAR yang juga anggota
Komisi IX DPR – RI Singgih Januratmoko mengatakan bahwa situasi perekonomian yang tidak kondusif kini juga
mempengaruhi rendahnya daya serap daging ayam. Oleh karena itu, upaya perbaikan
harga unggas harus dilakukan secara bertahap.
“Sekarang
semua juga sedang lesu, makanya kita harapkan kenaikan ini benar – benar bisa
mencapai harga Rp.19.000 dengan penyerapan yang baik,” tutur Singgih.
Ia
juga berharap peran pemerintah juga dalam menjaga kondisi permintaan dan penawaran
perunggasan. Pengawasan harus terus dilakukan hingga situasi normal sehingga
harga yang terbentuk juga sesuai dengan harapan para peternak.(CR)