Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini MERAUP UNTUNG DARI BERTANAM PAKAN HIJAUAN | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MERAUP UNTUNG DARI BERTANAM PAKAN HIJAUAN

Peluang usaha tanaman pakan hijauan terbilang besar. (Foto: Istimewa)

Meraup untung dari bisnis peternakan, tak melulu hanya dari produksi hasil ternaknya saja seperti daging, telur, susu dan lainnya. Keuntungan lain yang bisa diraih dari sektor ini juga bisa didapat dari usaha pakan hijauan atau rumput untuk ternak ruminansia.

Bahkan, peluang usaha komoditi ini terbilang besar, mengingat pelaku usahanya masih jarang. Salah satu indikator jarangnya pelaku usaha penyedia pakan ternak hijauan adalah para peternak skala besar masih banyak yang mencari rumput sendiri dengan cara ngarit di sekitaran kandang mereka.

Para peternak skala besar ini ngarit bukan karena mau irit. Tetapi pasokan pakan rumput dari para petani tidak bisa diandalkan tersedia setiap hari. “Pasokan rumput dari hasil tanam memang sangat tergantung masa panen. Rata-rata masa panen rumput gajah antara 40 sampai 50 hari,” tutur Asep Nurdin Soleh, petani rumput gajah dari Sukabumi, Jawa Barat, kepada Infovet.

Faktor lain yang kadang membuat pasokan kurang stabil dikarenakan kebutuhan dari para peternak cukup besar. Kebutuhan pasokan rumput bukan hanya untuk kepentingan ternak sapi perah dan pedaging. Menurut Asep, kebun binatang pun membutuhkan pasokan yang cukup besar dan harus rutin untuk hewan-hewan mereka.

Besarnya kebutuhan pasokan menjadi tanda peluang pasar usaha bertanam rumput sangat menjanjikan. Intinya, selama dunia peternakan sapi dan hewan ruminansia lain masih ada, usaha pakan hijauan akan terus menghasilkan. Dan inilah yang membuat Asep bersemangat menekuni usaha bertanam rumput gajah.

Mantan karyawan PT Green Global, industri peternakan sapi perah ini, sekarang sukses menjadi petani pakan hijauan ruminansia. Merintis dari nol sejak 2010, Asep kini sudah memiliki lahan sewa hingga 10 hektare lebih di Sukabumi. Bahkan, saat ini ia masih terus memperluas lahannya di tempat lain di Jawa Barat.

Kuasai Pasar Kebun Binatang
Kisah sukses Asep bermula saat dirinya masih menjadi karyawan industri peternakan. Pada 2010, beberapa petani rumput gajah yang semula menjadi mitra binaan perusahaan tempat ia bekerja kebingungan untuk menjual hasil panen rumputnya. Rupanya perusahaan sudah memutus kemitraan dengan para petani karena pihak perusahaan sudah menanam rumput sendiri untuk kebutuhan ternaknya. Alhasil, para petani mitra bingung tak tahu kemana akan menjaul hasil panen rumputnya.

“Saat itulah saya punya inisiatif untuk bantu para petani mencarikan pasar di perusahaan lain. Alhamdulillah ada beberapa perusahaan besar yang siap menampung hasil panennya,” ujar Asep.

Sembari bekerja, Asep mulai berpikir lebih serius menjadi pengusaha pakan hijauan. Lima tahun membina petani, akhirnya ia mengundurkan diri sebagai karyawan. Asep memilih untuk serius membuka usaha pakan hijauan.

Hanya dalam beberapa tahun, Asep menemukan jalannya untuk mengembangkan usaha tanam rumput gajah. Tak ada yang sulit bagi Asep untuk bertani rumput pakan ternak ini. “Yang namanya rumput asal ada lahannya bisa tumbuh di mana saja,” ucap dia.

Ada dua jenis rumput gajah yang ia tanam, yakni jenis Pak Chong dan Odot. Rumput gajah Pak Chong untuk pakan sapi, dengan tinggi tumbuh mencapai 3 meter. Sedangkan rumput gajah jenis Odot untuk pakan kambing atau domba dengan ukuran tumbuh antara 1- 1,5 meter pada masa panen.

Salah satu kelebihan bertani rumput gajah adalah cukup sekali tanam bibit, panennya bisa berkali-kali. Sejak ditanam, baru bisa dipanen pada umur 100 hari. Untuk panen kedua dan seterusnya bisa dilakukan pada umur 40-50 hari.

Untuk panen kedua dan seterusnya, Asep tak perlu menanam dari bibit lagi. akar rumput yang tersisa setelah panen pertama akan trubus atau tumbuh tunas lagi, begitu seterusnya. “Untuk pemberian pupuk cukup sekali dalam dua kali masa panen. Saya gunakan pupuk kandang, lebih murah,” katanya.

Harga rumput gajah di petani per kg dihargai Rp 200. Ditambah ongkos kirim dan lainnya, sampai di peternak bisa mencapai Rp 600-700 per kg. Menurut hitungan Asep, per hektare bisa menghasilkan keuntungan bersih rata-rata Rp 10 juta sekali panen. Saat ini luas lahan Asep mencapai 10 hektare lebih.

Selain rumput hasil panen, Asep juga menyediakan bibit rumput gajah. Untuk satu batang bibit berukuran dua titik mata, panjangnya sekitar 15 cm. Harganya per batang Rp 150, belum termasuk ongkos kirim. “Satu stek ditanam sekali bisa dipanen berkali-kali. Jarak tanam 50 cm antar bibit. Karena saat tumbuh akan terus bercabang akarnya dan tumbuh tunas baru,” ungkap Asep.

Tujuh tahun lebih menekuni usaha, Asep sudah memiliki jaringan pasar tetap yang mampu menampung hasil panennya. Kebun Binatang Taman Safari Sukabumi, peternak sapi perah Cimory dan beberapa peternak sekitar Bogor dan Depok, merupakan pelanggannya.

Tentang kandungan nutrisi antara rumput gajah hasil tanam dengan rumput liar, Asep menyebut beda. Kandungan nutrisi rumput liar lebih bagus untuk ternak. Sebab, jenis rumput liar sangat beragam sehingga nutrisinya sudah pasti lebih lengkap. Sedangkan rumput gajah hanya satu jenis nutrisi.

Hanya saja, keterbatasan ketersediaan rumput liar sering menjadi masalah bagi para peternak. “Kebun Binatang Ragunan butuh 3 ton rumput liar per hari, tapi tidak bisa saya sanggupi karena susah dapatnya. Biaya untuk tukang ngarit-nya juga besar,” ucapnya.

Sulit Andalkan Pasokan 
Meski ladang rumput cukup luas, namun untuk sebagian peternak, pasokan pakan hijauan ini tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Banyaknya peternak yang membutuhkan pasokan rumput dan kendala transportasi, menjadikan hambatan untuk mendapatkan pasokan pakan hijauan secara rutin.

“Ternak itu butuh makan setiap hari. Sementara untuk mengandalkan pasokan dari petani rumput agak sulit. Satu-satunya jalan kami ngarit sendiri untuk memenuhi kebutuhan harian kandang, selain juga mendatangkan pasokan dari petani,” tutur Nurtantio, petrenak sapi perah dan pedaging di Depok, Jawa Barat.

Di kandang milik Nurtantio, saat ini terdapat 160 ekor sapi perah dan 10 ekor sapi pedaging sisa sediaan Hari Raya Idul Adha lalu. Peternakan ini merupakan salah satu pelanggan rumput gajah dari Asep. Hanya saja, untuk memenuhi kebutuhan rutin harian sapi-sapinya, para pekerja di kandang Nurtantio juga harus ngarit rumput di sekitaran Depok. “Selain rumput, saya juga berikan pakan tambahan ampas tahu dan konsentrat,” tambahnya kepada Infovet.

Nurtantio merupakan peternak cukup dikenal di kawasan Depok. Dokter hewan ini memiliki pelanggan sapi potong, khususnya saat Hari Raya Kurban. Per ekor sapi di kandangnya membutuhkan pakan setidaknya 20 kg rumput dan pakan lainnya per hari.

“Kalau beli dari petani memang praktis. Tapi risiko kalau mengandalkan pihak ketiga, kalau tidak datang rumputnya, produksi susu sapi perah kami bisa berantakan. Makanya saat ini full ngarit, kurang lebih 2 ton per hari,” kata dokter hewan ini.

Kebutuhan pakan hijauan akan makin banyak di saat jelang Hari Raya Idul Adha. Beberapa bulan sebelumnya, sudah masuk ratusan sapi potong yang akan dijual kembali. Di saat seperti ini, Nurtantio tak hanya bisa mengandalkan pasokan rumput ngarit dari sekitaran Depok. Ia juga mendapat pasokan dari para petani rumput, mulai dari Sukabumi, Bandung, hingga Cirebon. “Tergantung ketersediaannya saja, bisa jerami, jagung, rumput, karena tidak bisa pilih-pilih juga, karena tinggi kebutuhan saat kurban,” jelas dia.

Pakan Berkualitas, Ternak Sehat
Menyimak penjelasan di atas, potensi dan peluang pasar pakan hijauan di dalam negeri cukup besar. Seperti diketahui, hijauan pakan merupakan bagian dari tumbuhan selain akar dan biji yang layak dikonsumsi ternak, baik dalam keadaan segar maupun sudah diolah.

Kekurangan hijauan pakan untuk ternak ruminansia akibat musim kemarau, sangat memengaruhi performa pertumbuhan ternak. Hijauan pakan juga sangat berperan dalam turut menjaga kesehatan rumen dengan cara memelihara fungsi rumen melalui proses fermentasi.

Bagian tanaman yang bisa menjadi hijauan pakan antara lain daun, ranting, batang dan pelepah. Dengan demikian, hijauan pakan adalah produk yang dihasilkan dari tanaman pakan atau tumbuhan lain yang menghasilkan biomasa dan berklorofil yang dapat berfungsi sebagai hijauan pakan. Sehingga hijauan pakan dapat diperoleh dari semua tanaman pakan atau tanaman lain seperti jagung, sorgum, pelepah kelapa sawit, pelepah pisang, pelepah sagu dan lainnya.

Penyediaan hijauan pakan berkualitas tinggi setiap waktu dapat mengurangi biaya pemeliharaan, karena dapat mengurangi biaya penggunaan konsentrat, yang harganya terus meningkat.

Kesuksesan peternak dalam menyajikan hijauan pakan berkualitas tinggi seperti legum akan menambah efisiensi produksi ternak. Sebab, selain biayanya murah juga nilai nutrisinya tinggi, yang memungkinkan pertumbuhan komparatif dengan pemberian ransum berbasis konsentrat.

Peran hijauan pakan lainnya bagi ternak ruminansia adalah meningkatkan mutu dan keamanan produk ternak yang mengonsumsi hijauan pakan. Ketersediaan hijauan pakan juga terbukti dapat mempertahankan stabilitas usaha ternak ruminansia di beberapa perusahaan ternak sapi perah maupun pedaging. (AK)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer