Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MENJAGA KESEHATAN SALURAN PERNAPASAN

Ayam yang dipelihara dalam lingkungan terbatas membutuhkan faktor pendukung yang ideal untuk pertumbuhan optimal. (Foto: Shutterstock)

Kesehatan saluran pernapasan ayam sangat penting untuk mencapai target produktivitas, baik pada ayam pedaging maupun petelur. Ayam yang dipelihara dalam lingkungan terbatas membutuhkan faktor pendukung yang ideal untuk pertumbuhan optimal, sehingga dapat berproduksi maksimal. Faktor pendukung tersebut adalah udara, air dan pakan. Bila ketiga faktor tersebut terpenuhi secara ideal, kemampuan bibit penyakit berkurang, apalagi bila biosekuriti dilakukan secara optimal.

Wilayah Indonesia beriklim tropis, ini merupakan tempat yang sangat baik untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen penyebab penyakit dengan gejala kelainan sistem pernapasan pada ayam. Hal ini disebabkan adanya perubahan temperatur dan kelembapan ekstrem pada siang dan malam hari, serta pada saat terjadinya perubahan musim dari kemarau ke penghujan.

Berdasarkan laporan pengamatan dan penanganan kasus oleh Veterinary Representative di lapangan, penyakit-penyakit pernapasan merupakan tipe penyakit paling sering ditemukan. Besarnya komposisi penyakit tipe pernapasan lebih dari 60% dibanding jumlah tipe penyakit lainnya. Dari tipe penyakit pernapasan yang menyerang ayam petelur dan pedaging, Chronic Respiratory Disease (CRD) dan Complex Chronic Respiratory Disease (CCRD) menjadi kasus paling sering muncul, disusul Coryza dan Colibacillosis.

Chronic Respiratory Disease 
Merupakan penyakit pernapasan utama pada ayam disebabkan Mycoplasma gallisepticum, yang dapat menyerang ayam pada semua periode umur produksi. CRD merupakan penyakit endemik yang merusak sistem pernapasan dan reproduksi. Penyakit ini sudah tersebar di seluruh dunia dan sangat merugikan industri perunggasan. Untuk itu, usaha untuk menanggulangi CRD pada ayam di Indonesia sudah sering dilakukan tetapi sampai saat ini masih sering terjadi.

Proses penyakit CRD berjalan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2021.

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, Jakarta
Telp: 021-8300300

PERNAPASAN LEGA, PERFORMA TERJAGA

Kandang terlalu padat dapat meningkatkan kemungkinan infeksi penyakit pernapasan. (Foto: Dok. Infovet)

Melihat dan meninjau pentingnya sistem dan pencegahan penyakit pernapasan, tentunya tidak boleh dianggap sepele. Apalagi di tengah ketidakpastian harga ayam saat ini, penting menjaga pernapasan ayam agar peternak tetap bisa “bernapas” lega.

Dalam dunia medis ada tiga organ vital yang dapat menjadi penyebab kematian hewan maupun manusia, yakni otak, jantung dan paru-paru. Paru-paru berkaitan dengan sistem respirasi atau pernapasan. Jika salah satu diantara ketiga sistem tersebut tidak bekerja dengan baik, kematian sangat mungkin terjadi. Pada unggas komersil, sistem pernapasan merupakan kerap menjadi masalah dan rentan.

Mengapa Terus Terulang?
Beternak ayam ras pedaging maupun petelur modern yang tumbuh cepat dibutuhkan manajemen yang baik, biosekuriti yang terjaga dan lain sebagainya. Namun itu kadang kala tidak diimbangi dengan penerapan cara beternak yang baik. Sehingga dampaknya terlihat dari indeks performa dan hasil panen yang kurang memuaskan, serta mudahnya ayam terserang penyakit yang mengakibatkan mortalitas dan kerugian tinggi.

Menurut Drh Hari Wahjudi, dari PT Boehringer Ingelheim, yang juga praktisi perunggasan, mengatakan sering melihat pemeliharaan unggas yang ala kadarnya. Padahal pihak penyedia (inti) sudah melakukan berbagai penyuluhan, seminar teknis dan lain sebagainya untuk mendukung peternak.

“Sudah sering kita sampaikan di lapangan, kita menggebu-gebu memberikan materi, namun sewaktu di kandang enggak diimplementasikan,” kata Hari. Kendati demikian, ada juga peternak mitra yang benar-benar menjalankan walaupun tidak sepenuhnya.

Hari mengaku kerap dikomplain peternak mitra terkait performa DOC, pakan dan sapronak, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata manajemen beternak yang menjadi kendalanya. Hal itu wajar apabila hasil yang dituai kurang maksimal dan keuntungan minimal.

Mencegah (Selalu) Lebih Baik Daripada Mengobati
Sebelum tahun 2003 Indonesia adalah wilayah bebas AI (Avian Influenza). Kemudian peta perunggasan berubah setelah Indonesia dinyatakan daerah tertular AI dan banyak peternak ayam kehilangan akibat mortalitas tinggi. Tidak butuh waktu lama, AI terus bermutasi dengan berbagai macam strain dan clade, yang awalnya hanya menginfeksi ayam ras, kini itik pun bisa terinfeksi.

Bukan hanya AI, penyakit lain seakan tidak mau kalah. Berbagai macam mutasi genetik dari mikroorganisme patogen turut mewarnai jagad perunggasan Indonesia. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan dan pencegahan semakin bertambah. Walaupun begitu, ada nilai positif dari… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2021. (CR)

JANGAN BIARKAN PENYAKIT PERNAPASAN KERASAN

Penyakit pernapasan telah menjadi momok menakutkan bagi peternak unggas di Indonesia. (Foto: Dok. Infovet)

Musim penghujan diperkirakan mulai terjadi pada Oktober dengan curah hujan dikisaran menengah dengan kelembapan di atas 85%. Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi kesehatan ayam dan meningkatnya potensi bertahannya bibit penyakit patogen di lingkungan kandang ayam. Pada saat yang bersamaan potensi litter menjadi lebih basah juga meningkat sehingga hal tersebut dapat memicu munculnya kasus penyakit pernapasan pada ayam.

Penyakit pernapasan telah menjadi momok menakutkan bagi peternak broiler dan layer, selain merugikan dari sisi penurunan performa produksi, penyakit ini juga kerap ditunggangi oleh infeksi sekunder lain sehingga menjadi kompleks dan sulit dikendalikan.

Pada ayam broiler modern penyakit ini kerap muncul di awal umur 15 hari ke atas, ditandai dengan kondisi nyekrek, penurunan average daily gain (ADG) dan kenaikan mortalitas. Data yang dihimpun oleh Ceva untuk kasus penyakit masih didominasi penyakit pernapasan seperti Complex Chronic Respiratory Disease (CCRD) pada broiler dan Coryza pada layer.

Berikut dipaparkan dari segi anatomis mengapa ayam lebih rentan terhadap penyakit pernapasan:

- Sistem pernapasan merupakan saluran tertutup yang ujungnya di kantung hawa dan yang menyebar di seluruh rongga tubuh, sehingga memudahkan penyebaran bibit penyakit ke seluruh organ tubuh penting lainnya.

- Kantung hawa sangat minim pembuluh darah sehingga antibiotik akan sulit untuk mencapainya. Jika terjadi infeksi sekunder, pengobatan sangat mustahil untuk menghilangkan 100% mikrobanya.

- Pada broiler modern, proporsi sistem pernapasan dari periode ke periode semakin mengecil dibandingkan berat tubuhnya akibat perkembangan genetik yang sangat progresif, dengan kata lain sistem kekebalan di sistem pernapasan bagian atas makin kecil proposinya.

Untuk mengendalikan kasus pernapasan ini, langkah paling penting adalah… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2021.

Ditulis oleh:
Eko Prasetyo Bayu S, Spt
(Staff Region PT Karya Satwa Mulia, Mustika Grup) &
Drh Sumarno Wignyo
Senior Manager AHS PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk

AGAR PULLET BERKEMBANG DENGAN BAIK

Dr Seksom Attamangkune

Ayam petelur modern merupakan ternak produktivitas tinggi dengan potensi genetik yang luar biasa.  Namun sayang, beberapa peternak kurang bisa memanfaatkan potensi genetik tersebut. Sebagai ternak dengan produktivitas tinggi dan potensi genetik yang baik, diperlukan pula manajemen pemeliharaan yang maksimal.

PT Better Pharma Indonesia (Betagro Group) selaku pelaku usaha obat hewan di Indonesia mengadakan webinar terkait nutrisi pullet pada Selasa (19/10) yang lalu melalui daring zoom meeting. International Animal Business Sales Director Better Pharma Kittiphat Duklong mengatakan bahwa tujuan dari webinar tersebut yakni untuk mengedukasi para peternak terutama customer Better Pharma dalam mengaplikasikan manajemen pemeliharaan terbaik bagi ayam layernya.

Narasumber yang dihadirkan pun merupakan ahli perunggasan kelas dunia yakni Dr Seksom Attamangkune yang meraih gelar Ph.D dari Oregon State University dan diakui kepakarannya dalam nutrisi unggas.

Dalam presentasinya Dr Seksom menekankan pentingnya pengaplikasian manajemen pemeliharaan yang baik pada ternak secara keseluruhan, khususnya nutrisi. Hal tersebut karena ternak petelur modern membutuhkan pakan berkualitas yang ditunjang dengan manajemen pemeliharaan terbaik agar dapat memaksimalkan potensi genetiknya.

Ia mengatakan bahwa fase pullet merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan ayam petelur modern karena keberhasilan di fase ini akan menentukan masa depan produktivitas ayam saat fase laying.

"Ada 3 goals yang harus dicapai pada fase pullet yakni mencapai bobot badan yang standar, memiliki frame (konformitas pertulangan) yang baik, serta mengonsistenkan feed intake. Kebanyakan peternak hanya memikirkan bobot badan saja tanpa memperhatikan pertulangan, padahal ini penting," tuturnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya fase brooding untuk layer, karena dalam fase tersebut sel - sel pada ayam akan mengalami hiperplasia dimana menentukan pertumbuhan ayam di fase selanjutnya. Oleh karenanya brooding juga harus diperhatikan dan harus dimanage dengan baik.

"Fase pullet juga bergantung pada brooding, pada usia 0-6 minggu sistem digesti dan imun akan berkembang, di usia 6-12 minggu sistem muskuloskeletal dan bulu yang akan berkembang, diikuti perkembangan otot, sumsum tulang serta sistem reproduksi pada 12-18 minggu, oleh karenany persiapan yang matang harus dilakukan untuk diaplikasikan karena maksimal dalam 12 minggu perkembangan sistem skeletal harus baik," tutur Dr Seksom. (CR)


UNGGAS TETAP SEPOPULER SEBELUMNYA DI MEKSIKO

Dengan pengeluaran rumah tangga Meksiko sekitar US$ 1,4 miliar untuk unggas pada tahun 2020, daging ayam, telur, dan produk telur tetap menjadi protein hewani yang paling populer dan terjangkau.

Sektor unggas Meksiko memproduksi berbagai jenis ayam pedaging untuk produksi daging, termasuk ayam pedaging kecil untuk restoran rotisserie, ayam untuk diproses menjadi daging olahan atau produk siap masak, dan ayam utuh. Siklus produksi untuk setiap jenis bervariasi antara 8 sampai 12 minggu tergantung pada berat pasar.

Produksi ayam diproyeksikan meningkat menjadi 875.000 mt pada tahun 2022, naik 1,7% dari tahun 2021, karena meningkatnya permintaan domestik. Diperkirakan konsumsi ayam akan mencapai 4.767 mmt pada tahun 2022, naik sekitar 2% dari tahun 2021. Meskipun rata-rata konsumen Meksiko mengkonsumsi lebih sedikit protein hewani, di antara konsumen berpenghasilan tinggi dan menengah, termasuk wisatawan, permintaan konsumen secara keseluruhan untuk ayam tumbuh, dan tetap menjadi daging yang paling banyak dikonsumsi di Meksiko, mewakili hampir 60% dari total konsumsi daging. (via Poultryworld.net)

HARI PANGAN SEDUNIA 2021: AKSI BERSAMA MENDESAK UNTUK SISTEM PERTANIAN-PANGAN YANG LEBIH BAIK DI INDONESIA

Memperingati Hari Pangan Sedunia

Hari Pangan Sedunia (#WorldFoodDay) diperingati setiap tanggal 16 Oktober. Untuk kedua kalinya Hari Pangan Sedunia diperingati saat pandemi COVID-19. Pandemi telah memicu resesi ekonomi yang hebat, menghambat akses pangan, dan mempengaruhi seluruh sistem pertanian - pangan. Namun bahkan sebelum pandemi, kelaparan terus berlangsung; Gizi buruk dan jumlah orang kelaparan meningkat di seluruh dunia.

Situasi ini mendorong Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada Hari Pangan Sedunia tahun ini mengangkat tema: Tindakan kita, masa depan kita, untuk produksi, gizi, lingkungan dan kehidupan yang lebih baik (four betters). Tema ini menyoroti pentingnya sistem pertanian-pangan berkelanjutan untuk membangun dunia yang lebih tangguh dalam menghadapi masa depan.


Dunia mengalami kemunduran besar dalam perang melawan kelaparan. Saat ini, lebih dari tiga miliar orang (hampir 40% populasi dunia) tidak mempunyai akses terhadap makanan sehat. Sebanyak 811 juta orang kekurangan gizi di dunia dan sebaliknya, 2 miliar orang dewasa kelebihan berat badan atau obesitas karena pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.


Di Indonesia, jumlah orang dewasa yang obesitas meningkat dua kali lipat selama dua dekade terakhir. Seiring dengan itu, obesitas pada anak juga meningkat. Di sisi lain, 27,67% anak di Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, atau terlalu pendek untuk usia mereka. Angka stunting ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka rata-rata di kawasan Asia. 


Statistik yang kontras ini menunjukkan sistem pertanian pangan saat ini tidak setara dan tidak adil. Sistem yang mencakup perjalanan makanan dari lahan pertanian ke meja makan – termasuk saat ditanam, dipanen, diproses, dikemas, diangkut, didistribusikan, diperdagangkan, dibeli, disiapkan, dimakan, dan dibuang – mendesak untuk berubah menjadi sistem yang lebih berkelanjutan.


“Hidup kita bergantung pada sistem pertanian pangan. Setiap kali kita makan, kita berpartisipasi dalam sistem. Makanan yang kita pilih dan cara kita memproduksi, menyiapkan, memasak, dan menyimpannya menjadikan kita bagian yang tak terlepas dari sistem pertanian pangan", kata Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia.


Sistem pertanian pangan berkelanjutan adalah sebuah sistem di mana berbagai makanan yang  bergizi, seimbang, dan aman tersedia dengan harga yang terjangkau untuk semua orang.  Pada situasi itu tidak ada yang kelaparan atau menderita kekurangan gizi atau obesitas dalam bentuk apa pun.


Sistem yang berkelanjutan di semua sektor pangan


Sistem pertanian pangan mempekerjakan 1 miliar orang di seluruh dunia, lebih banyak dari sektor ekonomi lainnya. Namun sayangnya, cara kita memproduksi, mengonsumsi, dan membuang makanan  mengorbankan banyak hal dalam planet kita. Sistem produksi pangan yang tidak berkelanjutan  menghancurkan habitat alami dan berkontribusi pada kepunahan spesies.


FAO telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan berkontribusi untuk memastikan pembangunan pertanian pangan berkelanjutan di Indonesia. Sejak 2019, FAO bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) untuk menganalisis sistem pertanian pangan nasional dan memberikan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan kapasitas sistem pertanian pangan nasional yang berkelanjutan. 


Dukungan terhadap berdirinya Badan Pangan Nasional yang mengoordinasikan masalah terkait sistem pertanian pangan serta peningkatan kapasitas terkait perencanaan sistem pertanian pangan merupakan bagian dari dukungan FAO kepada BAPPENAS.


Pada sektor peternakan dan kesehatan hewan, FAO telah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) sejak tahun 2006 dengan dukungan USAID dan mitra internasional lainnya untuk mencegah, mendeteksi dan mengendalikan berbagai ancaman kesehatan global.  Ancaman kesehatan rseperti flu burung, rabies dan resistansi antimikroba dapat menular dari hewan kepada manusia melalui sistem pertanian pangan. Pertanian keluarga, desa organik, pertanian konservasi dan pertanian digital juga merupakan kerjasama FAO dengan Kementrian Pertanian yang menjadi sorotan beberapa tahun belakangan ini.


Pada produksi ikan di ekosistem laut dan perairan darat, FAO bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mendorong konservasi dan praktik perikanan berkelanjutan.


Terobosan dari upaya kolektif tersebut adalah IIFGIS (Integrated Inland Fisheries Geographic Information System) berbasis wilayah pengelolaan perikanan perairan darat (WPP-PD) Indonesia. Sistem ini mengintegrasikan sistem informasi geospasial dan data statistik untuk mendukung sistem pemantauan danpenilaian data perikanan darat, serta ketertelusuran.


Ketertelusuran selalu menjadi isu utama dalam sektor perikanan. FAO berkomitmen untuk bekerja sama dengan KKP dan memberikan dukungan teknis untuk meningkatkan ketertelusuran di sektor perikanan. Hal ini berkontribusi pada fourbetter yang merupakan tema Hari Pangan Sedunia tahun ini.


FAO juga mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melestarikan hutan dan lahan gambut untuk mengatasi dampak perubahan iklim.


“Kita membutuhkan tindakan kolektif untuk mengubah sistem pertanian pangan kita. Setiap orang harus memahami bahwa perlakuan mereka terhadap makanan mempengaruhi sistem pangan. Transformasi global hanya bisa terjadi jika dimulai dari individu. Cara Anda memilih, memproduksi, mengonsumsi, dan membuang makanan Anda memengaruhi orang lain. Kita perlu bertindak, dan sekarang, Mari kita bersama-sama berusaha dalam kapasitas apa pun yang kita bisa”, tambah Rajendra. (INF)



PROBLEM CORYZA PADA AYAM MODERN

Gejala khas ayam yang menderita infeksi Coryza adalah gangguan sistem pernapasan atas berupa peradangan yang bersifat kataral sampai mukoid pada rongga hidung dan sinus-sinus hidung, terutama sinus supra-orbitalis dan infra-orbitalis. (Sumber: Tony)

Ditulis oleh:
Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant-Jakarta)

Fenomena kasus penyakit Snot alias pilek ayam menular atau Coryza pada peternakan ayam modern ibarat bermain “petak umpet”. Menjengkelkan, bahkan kadang kala dapat membuat peternak kalap, sehingga dalam mengatasinya penggunaan vaksin dan preparat antibiotik kerap tidak rasional lagi. Beberapa informasi dalam tulisan berikut mungkin perlu disimak, agar kasus tidak merupakan langganan yang seolah sulit ditampik.

Sebenarnya ada beberapa faktor penting yang menjadi penyebab berulangnya kasus Coryza di lapangan, yaitu:

• Kelembapan relatif dalam kandang cukup tinggi, biasanya jika itu rata-rata di atas 80%, insiden terjadinya Coryza menjadi sangat besar. Kesalahan setting pada sistem kandang tertutup (closed house), misalnya merupakan suatu fenomena umum terkait kejadian Coryza di lapangan.

• Fluktuasi temperatur di dalam kandang sangat tinggi. Perbedaan temperatur rata-rata antara siang dan malam hari lebih dari 8° C, khususnya pada musim kemarau, akan menjadi faktor pencetus terjadinya Coryza.

• Tingginya kadar amonia, debu dan tantangan virus (ND, IB) atau kuman (Mikoplasma) yang ada di dalam kandang sangat mendukung terjadinya kasus Coryza. Infeksi Mikoplasma yang kronis jelas akan membuat peluang kasus Coryza lebih besar.

• Frekuensi program vaksinasi yang menggunakan vaksin aktif dengan target organ di saluran pernapasan atas yang tinggi, misalnya ND atau IB aktif juga dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya ledakan kasus Coryza.

• Tingginya faktor stres, misalnya kepadatan yang terlalu tinggi.

Untuk mengurangi ledakan kasus Coryza di lapangan, sangat dianjurkan untuk... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2021. (TOE)

TROUW NUTRITION INDONESIA PEDULI STUNTING BENTUK PERAYAAN HARI AYAM DAN TELUR NASIONAL 2021

Trouw Nutrition Indonesia, manufaktur premiks dan perusahaan penyedia solusi nutrisi untuk industri ternak sejak tahun 2007, dalam rangka peringatan Hari Ayam dan Telur Nasional 2021 mendistribusikan 5.232 butir telur kepada warga sekitar dan mengedukasi pentingnya mengkonsumsi protein, serta mengingatkan dampak dari defisit protein yaitu masalah gizi kronis – stunting.

Disaat yang sama, Trouw Nutrition Indonesia juga memproduksi video edukasi yang disebarkan kepada masyarakat melalui media sosial dan aplikasi komunikasi gawai dengan tema cara memilih telur yang baik, cara memilih ayam potong segar, dan video mengenai stunting. Selain itu, pada tanggal 15 Oktober 2021 pukul 15.00 WIB Trouw Nutrition Indonesia akan membahas lebih jauh mengenai stunting dalam bentuk Instagram Live yang bekerja sama dengan RS Omni Hospitals Cikarang.

Hal ini dilakukan karena perusahaan yang memiliki tujuan “feeding the future” prihatin dengan jumlah konsumsi protein rata-rata perkapita dengan rasio kasus stunting di Indonesia.

Data Konsumsi Daging Perkapita dan Estimasi Rasio Stunting di Beberapa Negara (disadur dari OECD 2018 dan UNICEF-WHO-World Bank 2017). Sumber: https://bit.ly/2YItFpl

Distribusi telur disalurkan oleh karyawan relawan Trouw Nutrition Indonesia pada 6-12 Oktober yang diberikan kepada guru-guru Sekolah, ibu-ibu PKK, dan Balai Desa di Mekarwangi-Bekasi, Kudus, Cilacap-Jawa Tengah, Desa Jenggolo dan Pandan-Jawa Timur, juga kepada karyawan Trouw Nutrition Indonesia yang rutin bekerja ke kantor selama masa pandemi.

Wully Wahyuni, Presiden Direktur PT Trouw Nutrition Indonesia mengatakan, “Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia 1 dari 3 anak dibawah 5 tahun menderita mstunting yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan otak. Mendengar hal ini, kami sebagai perusahaan yang bergerak di industri nutrisi hewani merasa terpanggil untuk ikut berkontribusi dalam upaya mengurangi kasus stunting di Indonesia. Kami berharap hal kecil yang kami lakukan ini dapat membantu meningkatkan “awareness” mengenai stunting dan meningkatkan konsumsi protein sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki asupan gizi terutama anak-anak.” (INF/Rilis)

PENINGKATAN PRODUKSI AYAM KAMPUNG MELALUI PERSILANGAN

Tingginya permintaan dan rendahnya penawaran merupakan permasalahan yang terjadi pada bisnis ayam kampung. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan produksi ayam kampung agar dapat memenuhi permintaan pasar tersebut.

Hal tersebut diungkapkan oleh dosen Fakultas Peternakan UGM, Dr Ir Sri Sudaryati, MS dalam Seminar Purna Tugas pada Rabu (13/10/2021) di Fakultas Peternakan UGM. Menurutnya, ada beberapa perkiraan yang dapat dijadikan patokan dalam meningkatkan produksi ayam kampung.

Performans tubuh merupakan faktor pertama yang dapat digunakan untuk memperkirakan produksi ayam kampung. Pendugaan performans poduksi bobot badan dapat dilakukan melalui warna bulu, panjang shank, lebar dada, panjang badan, dan bentuk jengger. Pentingnya catatan hasil perkawinan ayam untuk mendapatkan calon tetua yang benar-benar unggul juga harus diperhatikan. Menurut penelitian Sudaryati, ayam dengan warna bulu putih kurang bagus daripada hitam. Ayam berbulu hitam berbobot lebih berat dan penampilannya lebih tinggi. Ayam berbulu putih memiliki bentuk badan yang lebih kecil. Biomolekuler juga dapat digunakan untuk menentukan genetik ayam. Kombinasi penampilan tubuh dan hasil penentuan genotip dari biomolekuler dapat digunakan untuk pendugaan hasil produksi bobot badan yang lebih akurat dan lebih cepat.

Sudaryati mengatakan, persilangan antara ayam jantan kampung dan betina ras petelur dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi ayam kampung. Persilangan ini menghasilkan ayam super/joper/kamper/ayam kampus. 

Dalam usaha mendapatkan ayam super tersebut harus diingat adanya male line dan female line. Garis keturunan jantan harus memiliki daya hidup yang tinggi, telur besar, dan berat badan bagus karena akan menurunkan sifat-sifat ini pada anaknya. 

Sementara itu, garis keturunan betina harus memproduksi telur dengan baik, cangkang telur yang bagus, dan kualitas telur yang bagus. Garis keturunan jantan dan betina dengan sifat-sifat tersebut akan menghasilkan ayam dengan daya hidup yang tinggi, badan besar, telur besar, produksi telur bagus, dan cangkang telur yang bagus. Ayam ini akan menjadi final stock sehingga tidak boleh dikembangkan. 

Peningkatan kualitas pejantan ayam kampung harus dilakukan secara berkesinambungan oleh peternak. Sementara peningkatan kualitas betina petelur sudah pasti dilakukan oleh pembibit ayam petelur.

Harus diingat bahwa dewasa kelamin ayam jantan lebih lambat dari betina, tetapi kemampuan reproduksi ayam jantan lebih cepat turun drastis. Untuk itu, pejantan sebaiknya digunakan hanya sampai umur 44-50 minggu. Hasil telur betina untuk ditetaskan bisa digunakan sampai umur 64-68 minggu. Produksi telur selanjutnya sudah kurang layak untuk ditetaskan tetapi masih layak sebagai telur konsumsi. (INF/Rilis)

PRODUKSI TELUR BRASIL MELAMPAUI 54 MILIAR

Produksi telur Brasil diperkirakan akan mencapai 54,503 miliar telur tahun 2021 ini. 2% lebih banyak dari 53,533 miliar yang terdaftar pada tahun 2020.

Ini adalah rekor baru. Konsumsi telur dalam negeri Brasil akan mencapai 255 per kapita, meningkat 1,5% dibandingkan indeks yang tercatat pada tahun 2020, sebanyak 251 butir telur. (via Poultryworld.net)

PUNCAK ACARA HARI AYAM DAN TELUR NASIONAL (HATN) DAN WORLD EGG DAY (WED) 2021

Puncak acara HATN dan WED 2021 tahun ini diadakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Acara yang diadakan secara daring dan luring pada 15 Oktober 2021 ini mengambil tempat di gedung Sasando kantor Gubernur NTT, dan mengusung tema ‘Ayam & Telur Tingkatkan Imunitas & Kesehatan’.

Acara dibuka oleh sambutan Ketua Bidang Usaha Promosi dan Sosial Perhimpunan Perunggasan Rakyat Indonesia Pusat, yang sekaligus Ketua Panitia HATN, Ricky Bangsaratoe SH. Dalam sambutannya Ricky mengatakan masih rendahnya konsumsi protein hewani masyarakat, “Konsumsi protein hewani rakyat Indonesia adalah 25,53% dari total konsumsi protein. Konsumsi protein yang masih rendah ini menjadi salah satu penyebab masih buruknya gizi rakyat Indonesia. Asupan protein khususnya masa balita diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.”

Namun Ricky percaya bahwa pola konsumsi akan berubah dari waktu ke waktu, yang dipengaruhi perkembangan jaman serta timbulnya kesadaran masyarakat akan pangan dan gizi.

Sambutan kedua oleh Deputi Tiga Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementrian Koordinator PMK Republik Indonesia, Drg Agus Suprapto Mkes.

“Fokus kita adalah pembangunan kualitas SDM. SDA yang berlimpah tanpa SDM berkualitas nanti pastinya akan habis, jadi penting membangun kualitas SDM dari segi gizinya itu yang utama,” kata Agus.

Makan daging ayam dan telur bersama

Kemudian acara dilanjutkan dengan makan daging ayam dan telur bersama, untuk menandai momen HATN dan WED 2021. Selain Ricky Bangsaratoe, Agus Suprapto, turut makan bersama adalah Kepala Dinas Peternakan Propinsi Nusa Tenggara Timur Johanna E Lisapaly SH MSi, Ahli Gizi Siti Romlah SKM Mkes, National Technical Advisor FAO ECTAD Indonesia Alfred Kompudu SPt MM, Duta Ayam dan Telur NTT, serta peserta acara lainnya. Makan ayam dan telur bersama ini adalah sebagai bentuk sosialisasi kampanye pentingnya konsumsi ayam telur untuk perbaikan gizi.

Setelah penyerahan bantuan telur dan daging ayam pada perwakilan masyarakat oleh Johanna E Lisapaly, acara pun dilanjutkan dengan berdoa bersama.

Talsk show bersama para narasumber

Talk show yang dipandu oleh Alfred Kompudu menjadi acara terakhir. Dimana Rikcy menjelaskan bahwa tujuan diadakannya HATN adalah karena di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara tetangga untuk konsumsi ayam dan telur. HATN berfungsi diantaranya mengedukasi masyarakat tentang pentingnya makan ayam dan telur yang bergizi dan murah.

HATN tiap tahunnya diadakan dari propinsi ke propinsi. Tahun ini NTT dipilih sebagai tempat diselenggarakannya HATN karena angka kejadian stunting di NTT cukup tinggi. “Jadi lebih tepat biar lebih mengedukasi masyarakat setempat untuk lebih meningkatkan gizinya dari ayam dan telur,” kata Ricky.

Sementara itu Johanna E Lisapaly menyambut baik HATN di NTT karena promosinya selaras dengan upaya-upaya pemerintah untuk menurunkan stunting.

Siti Romlah menjelaskan dalam talk show bahwa, “Ayam dan telur adalah sumber protein hewani yang mudah didapat dan disukai semua kalangan. Lebih murah, bisa memenuhi kebutuhan protein hewani, dan baik untuk menjaga imunitas.”

Pada akhir acara Ricky menyampaikan pesan, “NTT stunting-nya termasuk yang paling tinggi, jadi konsumsilah terus protein hewani dari ayam dan telur. Dua butir telur sehari dan sepotong ayam Anda pasti sehat dan cerdas.” (NDV)

BRASIL MEMPERKIRAKAN REKOR BARU PRODUKSI UNGGAS

Sektor unggas Brasil memperkirakan satu tahun lagi rekor produksi unggas pada tahun 2021. Meskipun banyak tantangan dalam ekonomi internal dan luar negeri, prospek produksi terlihat cerah untuk unggas, telur dan daging babi.

Asosiasi Protein Hewan Brasil (ABPA) menyatakan bahwa sektor unggas akan menghasilkan 3,5% lebih banyak dan melihat peningkatan 7,5% dalam perdagangan internasional tahun ini dibandingkan dengan 2020.

Survei ABPA menunjukkan produksi dalam negeri akan mencapai antara 14,1 dan 14,3 juta ton. Dalam skenario terbaik, ini berarti pertumbuhan 3,2% dibandingkan total produksi tahun lalu yang mencapai 13.845 juta ton. Jika ini terwujud, ini adalah volume produksi terbesar yang pernah dicatat oleh industri unggas Brasil. (via Poultryworld.net)

PENYAKIT PERNAPASAN YANG SELALU KERASAN

Kualitas sekam buruk dapat memicu penyakit pernapasan. (Foto: Dok. Infovet)

Dua tahun belakangan, masyarakat sangat familiar dengan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh COVID-19. Jangan salah, nyatanya penyakit pernapasan pada ayam juga memiliki daya bunuh luar biasa dan merugikan peternak.

Bernapas merupakan kebutuhan utama mahluk hidup. Prinsipnya yakni menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari dalam tubuh. Terkadang, saluran pernapasan tidak selamanya prima. Beberapa penyakit siap mengintai dan menurunkan performa bahkan menyebabkan kematian.

Dari bernapas, oksigen yang dihirup digunakan dalam proses pembentukan energi atau oksidasi biologis. Tanpa adanya oksigen, energi yang berasal dari pakan tidak akan bisa terbentuk dan mustahil pertumbuhan dan performa akan tercapai.

Pahami Sistem Pernapasan Ayam
Tidak seperti hewan lainnya, unggas memiliki sistem pernapasan yang berbeda dan unik. Karena pada unggas terdapat kantung udara. Sistem pernapasan ayam terdiri dari saluran pernapasan (hidung, sinus hidung/sinus infraorbitalis, laring, trakea, bronkus), paru-paru dan kantung udara. Laring dan trakea tersusun atas otot dan tulang rawan. Pada permukaan dalam (epitel) terdapat silia, sebagai alat pertahanan terhadap benda asing. Di dalam paru-paru terjadi pertukaran udara bersih dan kotor.

Udara yang kaya akan oksigen akan diedarkan ke seluruh tubuh. Kantung udara merupakan selaput tipis berbentuk seperti balon yang berfungsi membantu pernapasan. Kantung udara memiliki sel fagosit dalam jumlah sedikit, sedangkan proses pertukaran udara juga terjadi di kantung udara tersebut. Padahal setiap udara yang masuk mengandung berbagai berbagai macam mikroba, termasuk yang sifatnya patogen.

Selain itu, kantung udara tersusun atas sel tipis dan sedikit pembuluh darah. Sehingga mudah dirusak oleh bibit penyakit. Hal inilah yang menjadi... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2021. (CR)

WEBINAR PENGENDALIAN PENYAKIT BERSAMA NOVINDO DAN IMA

Webinar “Launching Sangrovit WS: Research for Intestinal Integrity” yang diselenggarkan PT Novindo Agritech Hutama bersama PT Indovetraco Makmur Abadi (IMA). (Foto: Infovet/Ridwan)

Faktor kesehatan ternak menjadi hal utama dalam peningkatan produktivitas dan pengendalian patogen. Hal itu dibahas dalam webinar “Launching Sangrovit WS: Research for Intestinal Integrity” yang diselenggarkan PT Novindo Agritech Hutama bersama PT Indovetraco Makmur Abadi (IMA), Selasa (10/12/2021).

Researcher of Prof Nidom Foundation, Prof Dr Drh C. A. Nidom MS, selaku pembicara langsung membahas kontrol sitokin melalui penggunaan fitogenik. Dijelaskan, sitokin menjadi perhatian penting khususnya pada infeksi penyakit. Sitokin sendiri merangsang terbentuknya antibodi, namun perubahan sitokin yang berlebihan (banjir sitokin) menjadi sulit dikendalikan dan menyebabkan terjadinya inflamasi.

“Peradangan suatu patogen jelas merugikan, saat merusak sel untuk memperbanyak diri secara tidak sengaja patogen memengaruhi kesehatan host-nya. Adanya infeksi ini akan memicu rilisnya sitokin. Kinerja sitokin untuk memengaruhi organ lain bisa memberatkan gejala yang dialami hospes, sehingga memberikan efek penurunan performa,” ujar Nidom.

Untuk menghambat inflamasi, ia mengemukakan penggunaan fitogenik bisa memberikan efek pada ayam. Dijelaskan Nidom, senyawa aktif fitogenik bisa bekerja sebagai anti-inflamasi yang dapat menekan produksi sitokin dan menghindari terjadinya banjir sitokin.

“Juga sebagai antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan merangsang pertumbuhan bakteri komensal pada usus. Kemudian juga sebagai antioksidan yang menghambat produksi Oksida Nitrat (NO) dan aktivitas NFKB,” jelasnya. Lebih lanjut, apabila sistem imun terjaga dengan baik pada saluran tubuh dan saluran pencernaan, tentu akan meningkatkan performa dan kualitas protein untuk dikonsumsi.

Hal tersebut juga diamini oleh Dr Tobias Steiner yang merupakan expert gut health, phytogenics and natural growth promoter, yang menjadi pembicara kedua. Tobias secara mendalam membahas mengenai penggunaan produk alami dari isoquinoline alkaloids (IQs) untuk mengatasi inflamasi pada saluran pencernaan.

Dijelaskan pula oleh Tobias, bahwa pemberian IQs tersebut pada ternak ayam mampu menstabilkan integritas usus, memberikan maintenance pada feed intake, meningkatkan performa ternak dan mereduksi stres yang dapat memengaruhi kesehatan ternak. (RBS)

MANUAL IEF MENDUKUNG PRODUKSI TELUR DI NEGARA BERKEMBANG

Manual produksi yang diluncurkan oleh International Egg Foundation (IEF) memberikan panduan praktis tentang area dasar produksi telur dan bertujuan untuk mendukung produsen telur komersial yang baru terjun untuk mengadopsi praktik terbaik dan mencapai kesuksesan bisnis jangka panjang dalam produksi telur.

“Melalui program Global Egg Schools, kami telah mengidentifikasi area mendasar di mana pengetahuan umumnya terbatas, seperti biosekuriti dan manajemen layer. Menurut pengalaman kami, begitu praktik terbaik di bidang ini dibagikan, para peternak dapat meningkatkan hasil dan keuntungan mereka secara signifikan,” kata Ketua International Egg Foundation, Tim Lambert.

Topik yang tercakup dalam manual ini mencakup pentingnya biosekuriti, pengaturan peternakan, manajemen peternakan dan manajemen telur, dan ditujukan untuk peternakan ayam petelur berukuran sedang yang terdiri dari 100 hingga 5.000 ekor. (via Poultryworld.net)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer