Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ternak | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Upsus Siwab Beri Tambahan Nilai Peternak 17,67 Triliun Rupiah

(Dari kiri): Dirkeswan Fadjar Sumping, Sekdit PKH Nasrullah, Dirjen PKH Ketut Diarmita, Dirkesmavet Syamsul Maarif dan Dirbit Sugiono, saat Media Gathering di Jakarta, Senin (12/11). (Foto: Infovet/Ridwan)

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita, menyampaikan, program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab), memberikan kenaikan nilai tambah bagi peternak.

“Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi, jika harga anak sapi lepas sapih rata-rata sebesar 8 juta rupiah, sedangkan hasil Upsus Siwab 2017-2018 sebanyak 2.385.357 ekor ekor, maka akan diperoleh nilai ekonomis sebesar 19,08 Triliun. Nilai yang sangat fantastis mengingat investasi program Uspsus Siwab 2017-2018 hanya sebesar 1,41 triliun rupiah, sehingga ada kenaikan nilai tambah di peternak sebesar 17,67 triliun rupiah,” ujar Ketut pada acara Media Gathering di Jakarta, Senin (12/11).

Menurut dia, program tersebut dicanangkan untuk mempercepat peningkatan populasi sapi di tingkat peternak, dengan mengubah pola pikir peternak yang cara beternaknya selama ini masih bersifat sambilan menuju ke arah profit dan menguntungkan.

Ia mengungkap, sejak pelaksanaannya pada 2017 hingga saat ini, Upsus Siwab sudah melahirkan sebanyak 2.385.357 ekor sapi dari indukan sapi milik peternak. “Sebuah catatan kinerja yang patut kita banggakan,” kata Ketut.

Capaian kinerja kelahiran pedet ini, lanjut dia, dalam enam bulan ke depan diprediksi akan bertambah mencapai sekitar 3,5 juta ekor lebih. “Sebuah bukti bahwa lompatan populasi sapi memang benar terjadi dibanding empat tahun periode sebelumnya,” ucap dia.

Ketut juga menegaskan, dampak Upsus Siwab mampu menurunkan pemotongan betina produktif. Pemotongan sapi dan kerbau betina produktif secara nasional periode Januari-Agustus 2018 menurun sebanyak 51,38% dibandingkan periode yang sama pada 2017.

“Selain percepatan peningkatan populasi sapi dalam negeri, Upsus Siwab juga telah mampu menghasilkan sapi-sapi yang berkualitas dengan peningkatan kualitas sumber daya genetik ternak sapi,” terang dia.

Selain Upsus Siwab, dalam rangka percepatan peningkatan produksi, pihaknya juga melakukan pengembangan sapi ras baru Belgian Blue. “Sapi ini beratnya bisa mencapai diatas 1,2-1,6 ton dan memiliki perototan besar. Belgian Blue bukan sapi biasa, pertambahan bobot badannya tinggi sekali, per hari bisa mencapai 1,2-1,6 kilogram,” katanya.

Sampai saat ini, lanjut Ketut, telah ada 99 ekor kelahiran sapi Belgian Blue yang berhasil dikembangbiakkan baik melalui Transfer Embrio (TE) maupun Inseminasi Buatan (IB), dan sudah ada sebanyak 276 ekor sapi bunting. “Kementan menargetkan kelahiran 1.000 pedet Belgian Blue pada 2019 mendatang,” tandasnya.

Sebagai informasi dari pemaparan Dirjen PKH, terkait pengembangan komoditas sapi/kerbau, telah terjadi loncatan populasi yang cukup signifikan. Dari rata-rata pertumbuhan populasi sapi-kerbau periode 2014-2017 mengalami loncatan pertumbuhan sebesar 3,83% per tahun, dibanding pertumbuhan populasi periode 2012-2014 yang rata-rata pertumbuhan per tahunnya menurun sebesar 1,03%.

Sedangkan populasi sapi dari 2014-2017 mengalami kenaikan sebesar 12,6%. Sementara, populasi kerbau dari tahun 2014-2017 meningkat 4,5%. Demikian juga dengan populasi komoditas ternak lainnya, seperti babi, kambing, domba, ayam buras, ayam ras pedaging dan petelur, serta itik yang juga ikut mengalami kenaikan. (RBS)

Impor Jagung Jangan Jadi "Pemadam Kebakaran"

Jumpa pers Pataka soal jagung di Jakarta, Kamis (8/11). (Foto: Infovet/Ridwan)

Direktur Eksekutif, Pusat Kajian Pertanian dan Advokasi (Pataka), Yeka Hendra Fatika, mengungkapkan bahwa keputusan pemerintah terkait rencana impor 100 ribu ton jagung tidak hanya dijadikan sebagai “pemadam kebakaran” atas kegelisahan peternak.

“Akan tetapi pemerintah harusnya bisa mempersiapkan cadangan jagung nasional yang dapat digunakan sewaktu-waktu jika diperlukan,” ujar Yeka dalam pertemuan bersama wartawan di Jakarta, Kamis (8/11).

Ia menilai keputusan impor tersebut merupakan langkah tepat, meskipun dinilai terlambat. Pasalnya impor membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sampai saat ini pun rekomendasi impor jagung tersebut belum keluar. Ia memprediksi jagung impor baru akan masuk akhir Januari atau awal Februari 2019 mendatang.

“Itu bisa berbarengan dengan panen raya jagung. Jika nanti jagung dalam negeri mencukupi, impor akan sia-sia,” katanya. Ia juga menyebut, keputusan impor yang mendadak berpotensi memengaruhi harga jagung.

Ia menjelaskan, berdasarkan data yg diperoleh dari Grain Report USDA 2013-2018, Indonesia yang telah mengklaim berhenti mengimpor jagung semenjak 2016 lalu tidak benar-benar secara total menyetop impor.

“Tidak benar kalau pemerintah tidak melakukan impor jagung periode 2017-November 2018, yang benar adalah penurunan impor jagung atau tepatnya pengendalian impor jagung, karena impor jagung masih ada,” ucapnya.

Kendati impor jagung menurun, justru Indonesia kian gencar mengimpor gandum. Dari data yang sama, impor gandum justru meningkat tajam kurun waktu 2016-2018. “Nah impor gandum kita justru meningkat, rata rata 296,5% peningkatannya tiap tahun. Satu sisi bisa dibilang penghematan (penurunan impor jagung), namun terjadi pemborosan dalam hal impor gandum,” terang dia.

Selain impor, Yeka juga meragukan pernyataan pemerintah soal surplus jagung yang mencapai 12,92 juta ton. “Surplus karena adanya luas panen jagung 2018 sekitar 5,3 juta hektar. Maka dengan asumsi 1 hektar memerlukan benih jagung rata-rata sebesar 20 kg, di 2018 ini diperlukan benih jagung sebanyak 106 ribu ton benih. Padahal kapasitas produksi benih nasional tidak pernah melebihi 60 ribu ton," jelasnya.

Ia juga menambahkan, “Saat ini masih ada impor jagung, misal di 2015, sekitar 3,2 juta ton, sering kali ada keluhan harga jagung dalam negeri anjlok. Kalau surplus sampai 10 juta ton saja, tidak terbayang bagaimana keluhan petani jagung, bisa-bisa mereka enggak mau tanam jagung di musim berikutnya karena harga jagung pasti anjlok tidak karuan,” tambah Yeka.

Yeka juga menyebut, jika jagung surplus tidak perlu ada impor gandum untuk pakan ternak. Nyatanya dari data Grain Report USDA 2013-2018, pasca ditutupnya impor jagung, pemerintah membuka keran impor gandum untuk pakan sebesar 3,1 juta ton periode 2018, meningkat dari tahun sebelumnya 2,8 juta ton (2017) dan 1,8 juta ton (2016).

Bukannya mendapat keuntungan dari menutup impor jagung, justru malah mendatangkan kerugian. Sebab, harga gandum impor saat ini berkisar Rp 4.800 per kg, sementara harga jagung impor hanya Rp 3.600 per kg. Selain itu, menurut beberapa praktisi perunggasan, pemberian gandum pada ternak unggas tidak terlalu baik untuk produktivitas maupun performa ternak dibanding dengan pemberian jagung.

Pada kesempatan yang sama, Presiden Forum Peternak Layer Nasional, Ki Musbar, berpendapat, pemerintah terkesan tidak adil, baik dalam penyediaan maupun harga jagung untuk peternak.

“Jagung ini kan bahan pangan pokok yang diatur pemerintah, harusnya suplai selalu tersedia dan harga terjangkau masyarakat, karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Kalau kita lihat polemik jagung selalu harganya di atas farm gate. Ini kemungkinan ada permainan segilintir kelompok yang tidak memikirkan kepentingan nasional,” kata Musbar.

Ia juga mengkhawatirkan jikalau rencana impor jagung 100 ribu ton tidak bisa terealisasi pada Desember tahun ini, kenaikan harga pakan hingga telur bisa dipastikan melambung tinggi.

“Ada indikasi kenaikan harga. Hari ini harga jagung sudah menyentuh 5 ribu rupiah dan diprediksi harga pakan akan meningkat hingga 3 ribu rupiah. Apabila impor jagung masuk diakhir Januari maka diprediksi harga telur akan ikut naik di farm gate sekitar 24 ribu rupiah, saat ini harga di farm gate 18 ribu rupiah di Jawa Timur yang merupakan sentra produksi telur,” pungkasnya. (RBS)

Kunci Utama Ayam Sehat dan Produktif

Kontrol terhadap amonia. (Dok. Pribadi)

Di zaman now, kemunculan kasus penyakit dalam suatu lingkungan peternakan ayam tidaklah terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi secara bertahap, sesuai dengan interaksi antara agen penyakit yang ada dengan ayam yang dipelihara. Kunci mendapatkan ayam produktif adalah bagaimana membuat ayam tetap sehat walaupun dengan kondisi tantangan agen penyakit yang semakin tinggi.

Ibarat sebuah rumah yang memiliki pagar dan pintu rumah, dibudidaya ayam, pagar tersebut diibaratkan adalah sistem biosekuriti dan vaksinasi, sedangkan pintunya adalah sistem pernapasan bagian atas. Faktanya saat ini ayam broiler modern sangat rentan sekali terjadi ayam nyekrek di umur 15 hari ke atas dan kondisi tersebut dapat menjadi predisposisi agen penyakit masuk ke dalam sistem tubuh.

Melihat anatomis sistem pernafasan ayam, mengapa makhluk ini sangat rentan terhadap munculnya penyakit pernafasan dan sulit untuk disembuhkan?

• Sistem pernafasan ini merupakan saluran tertutup yang ujungnya di kantung hawa dan yang menyebar di seluruh rongga tubuh, sehingga memudahkan penyebaran bibit penyakitnya keseluruh organ tubuh penting lainnya.

• Kantung hawa sangat minim pembuluh darah, sehingga antibiotik akan sulit untuk mencapainya jika terjadi infeksi sekunder dan pengobatan sangat mustahil untuk menghilangkan 100% mikrobanya.

• Pada broiler modern, proporsi sistem pernafasan ini dari periode ke periode semakin mengecil dibandingkan berat tubuhnya akibat perkembangan genetik yang sangat progresif. Dengan kata lain sistem kekebalan di sistem pernafasan bagian atas makin kecil proposinya.

Untuk mengendalikan kasus pernafasan ini, langkah yang paling penting adalah menjaga integritas sistem pernafasannya dari gangguan berbagai faktor utama pemicunya. Hal ini dapat tercapai jika mampu menjaga sistem mukosiliaris dari saluran pernafasan tersebut. Sistem ini merupakan gabungan dari silia sel epitel pernafasan dan mukus, yang dihasilkan oleh sel mukus yang terdapat di sel epitel trakhea. Sistem mukosialiaris ini menjadi...

oleh: Drh Sumarno
Sr Mgr Animal Health
PT Sierad Produce, Tbk

Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi November 2018.

Benarkah Ceker Ayam Menyehatkan?

Olahan ceker ayam (Sumber: Istimewa)

((Sebagian orang enggan menyantap olahan ceker ayam dengan berbagai alasan. Namun bagi penggemarnya, bagian kaki ayam ini tak sekadar nikmat, namun juga berkhasiat. Benarkah?))

Sore itu matahari belum sempurna tenggelam. Masih menyisakan rona merah yang menambah pesona indah langit di sekitaran Kebayoran, Jakarta Selatan. Sebuah warung tenda baru saja dibuka pemiliknya. Namun dalam sekejap, deretan meja kayu dan kursi plastik yang ada di samping gerobak terisi penuh pembeli.

Soto Ceker Pak Ali, spanduk kecil yang dipasang di pagar menjadi identitas warung tersebut. Semakin malam, semakin banyak pengunjung yang datang ke warung ini. Tak sedikit pengunjung kedai ini datang membawa mobil atau motor.

“Kalau lagi ramai seperti ini bisa habis 50 kilo (kg) ceker sehari, kalau sepi rata-rata 40 kilo,” kata Sugianto, anak pemilik Warung Soto Ceker Pak Ali, yang juga mengelola warung ini kepada Infovet.

Konsumen warung soto ceker ini beragam, mulai dari tukang ojek, karyawan toko, sampai orang-orang kantoran makan di sini. Tak jarang, di saat-saat tanggal muda banyak pembeli yang rela antre untuk mendapat tempat duduk. “Selain nikmat, harganya juga murah. Pas buat kantong saya,” tutur Sarwaji, salah satu pengunjung.

Bagi yang tak suka menu ceker, warung ini juga menyediakan daging ayam sebagai pengganti ceker untuk sotonya. Namun, kedai tenda ini tetap menjadikan ceker ayam sebagai jualan utamanya.

Itulah salah satu gambaran betapa besarnya potensi pasar olahan ceker ayam di sekitar Jakarta. Walau sebagian orang merasa jijik, namun olahan ceker ayam punya banyak penggemar. Pedagang makanan yang berbahan ceker ayam pun terus menjamur. 

Menurut Ahmad Dawami, dari Japfa Group, konsumen di Indonesia memiliki keragaman selera terhadap ayam. Ada yang suka dagingnya atau jeroannya, bahkan hingga cekernya.

“Dengan begitu, para penjual eceran daging ayam juga bisa menikmati keuntungan dari usahanya, mulai dari daging sampai jeroan ayam. Jangan salah, jeroan termasuk ceker dan kepala ayam, memiliki pasar tersediri di masyarakat kita. Dan itu menunjukkan daya beli yang bagus di tengah masyarakat,” ujar Dawami.

Gizi Ceker Ayam
Apa sebenarnya gizi yang terkandung pada ceker ayam? Benarkah hanya karena harganya saja yang murah, atau karena memiliki khasiat yang menyehatkan? Dua pertanyaan ini layak di jawab oleh ahli gizi.

Menurut Dr Ir Elly Tugiyanti, ahli gizi dari Universitas Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah, banyaknya penggemar menu ceker ayam bukan semata karena harganya yang murah. Penggemar ceker ayam bervariasi, mulai dari yang berkantong pas-pasan hingga mereka yang berduit. Ini soal selera saja.

Selain itu, ceker ayam juga merupakan menu yang menyehatkan. Bagian kaki ayam ini memiliki kandungan gizi yang cukup penting bagi kesehatan tubuh. Elly menjelaskan, kandungan gizi pada ceker ayam bervariasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis ayam, manajemen pemeliharaan dan umur ayam.

“Dari referensi yang ada menyatakan bahwa pada ayam dari bangsa yang berbeda kandungan kolagennya juga berbeda. Ayam yang muda kandungan kolagennya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang lebih tua,” ujar Elly. 

Ketua Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Unsoed ini menjelaskan, banyak referensi hasil penelitian yang mengulas seputar ceker ayam. Ia mencontohkan, tulang ceker ayam tersusun oleh komponen utama kalsium fosfat (57,35%), kolagen (33,3%) dan kalsium karbonat (3,85%). Ceker ayam ras mengandung kadar air (65,90%), protein (22,98%), lemak (5,60%), kadar abu (3,49%), lain-lain (2,03%).

Tingginya kandungan protein dalam ceker ayam merupakan protein kolagen. Selain mengandung gizi dan kolagen, ceker ayam juga mengandung asam amino yang cukup lengkap seperti tertera pada tabel di bawah ini.

Profil Asam Amino pada Ceker Ayam dengan Kandungan Kolagen Tinggi dan Rendah
Asam Amino (%)
Ceker Ayam
Kolagen Tinggi
Kolagen Rendah
Aspartic acid
8.14 ± 0.15
6.77 ± 0.24
7.08 ± 0.17
Glutamic Acid
10.63 ± 0.17
9.45 ± 0.01
9.15 ± 0.02
Hydroxyproline
11.10 ± 0.27
10.85 ± 0.04
9.15 ± 0.10
Serine
-
4.14 ± 0.12
3.95 ± 0.01
Glycine
15.20 ± 0.48
17.65 ± 0.19
20.83 ± 0.39
Histidine
4.97 ± 0.11
5.99 ± 0.22
4.98 ± 0.01
Alanine
2.39 ± 0.05
1.94 ± 0.03
2.04 ± 0.09
Arginine
3.89 ± 0.11
10.27 ± 0.18
10.20 ± 0.40
Proline
3.32 ± 0.01
9.81 ± 0.40
9.68 ± 0.21
Tyrosine
5.53 ± 0.06
0.85 ± 0.01
1.38 ± 0.03
Valine
4.69 ± 0.16
3.41 ± 0.08
3.56 ± 0.02
Methionine
4.27 ± 0.12
1.34 ± 0.01
1.86 ± 0.08
Isoleucine
5.56 ± 0.08
2.30 ± 0.01
2.65 ± 0.07
Leucine
9.46 ± 0.20
5.43 ± 0.40
5.69 ± 0.08
Phenylalanine
4,99 ± 0,05
2.75 ± 0.10
2.75 ± 0.01
Lysine
5.84 ± 0.10
7.06 ± 0.32
5.04 ± 0.34
Imino acids (%)
14.42
20.66
18.83
Σ Hydrophobic Amino Acids
62.49
55.47
58.21
Sumber: Araujo et al, 2018.

Menurut Elly, tubuh manusia membutuhkan kolagen, karena zat ini merupakan protein utama yang menyusun komponen matriks ekstraseluler dan paling banyak ditemukan di dalam tubuh manusia. Keberadaannya, mencapai sekitar 30% dari seluruh protein yang terdapat di tubuh dan 70% kolagen terdapat pada kulit.

Kolagen kebanyakan ditemukan di jaringan fibrosa seperti tendon, ligamen dan kulit, Selain itu, kolagen juga dibutuhkan untuk pembentukan kartilago, tulang, persendian, rambut, gigi, pembuluh darah, usus.

Salah satu yang memengaruhi kekuatan tulang adalah kolagen tulang. Kolagen mempunyai efek terhadap kesehatan tubuh. Salah satunya mempertahankan sistem imunitas, sehingga tubuh tidak mudah terserang penyakit. Kolagen juga mengisi 1-2% jaringan otot dan mengisi 6% massa otot. Kebutuhan kolagen ini mencapai dari 1.000-5.000 miligram per hari.

Meski demikian, konsumsi kolagen yang berlebihan tidak disarankan. Pada manusia, kolagen yang berlebihan, sebagian akan dibuang bersama feses dan urin. “Akan tetapi, sisa bagian yang lain akan merusak organ dimana kolagen banyak terkandung, antara lain memar, adanya pigmentasi kulit, rusaknya pembuluh darah, organ pencernaan dan lainnya,” jelas Elly. 

Bikin Awet Muda?
Soal kandungan kolagen pada ceker ayam juga pernah diulas di laman Universitas Nasional Chung-Hsing, Taiwan, beberapa waktu lalu. Di salah satu artikelnya disebutkan, para peneliti di Departemen Ilmu Pengetahuan Hewan universitas ini menemukan bahwa kaki ayam sangat kaya akan kolagen yang bisa membuat kulit jadi awet muda.

Artikel ini juga menuliskan bahwa ceker ayam kaya akan asam hyaluronic dan kondroitin sulfat. Keduanya memberikan manfaat kesehatan untuk tubuh. Asam hyaluronic berperan penting dalam mempertahankan kelembaban kulit, yang pada akhirnya membantu mencegah penuaan kulit. Sedangkan kondroitin sulfat merupakan karbohidrat kompleks yang membantu tulang rawan untuk menyimpan air. Dengan kata lain, kondroitin sulfat mampu mengatasi masalah sendi.

Dalam penelitian lain, seorang dokter hewan asal Australia, Harry Robertson, mempelajari potensi ceker ayam dalam meregenerasi neuron, tulang, otot dan jaringan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ceker ayam memiliki kemampuan untuk menyembuhkan luka dengan cepat.

Meskipun memiliki banyak manfaat, tapi ada beberapa orang yang tidak menyukai ceker ayam karena dianggap menjijikan, tidak ada dagingnya atau terlalu banyak kulit. Jadi, beruntunglah buat Anda yang menyukai ceker ayam. Mungkin Anda akan bisa memiliki wajah awet muda. Percaya? (Abdul Kholis)

Perkembangan Pariwisata dan Prospek Perunggasan Sulawesi Utara


Tahun 2018 ini Manado sebagai tuan rumah HATN (Hari Ayam dan Telur Nasional) dan WED (World Egg Day) 2018. Terpilihnya Manado  tidak terlepas dari penilaian bahwa daerah Sulawesi Utara (Sulut) merupakan daerah dengan pertumbuhan industri perunggasan yang relatif lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan di Kawasan Indonesia Timur (KTI). Selain itu, para pemangku kepentingan perunggasan di Sulut sangat antusias dengan program yang membantu meningkatkan usaha perunggasan.

Selama periode 2012-2016, pertumbuhan populasi ayam pedaging (broiler) di Sulut mencapai 280,8%, jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata KTI sebesar 111,1% dan 10 kali lipat dari pertumbuhan rata-rata Nasional sebesar 28%. Pada periode yang sama, populasi ayam petelur di Sulut tumbuh 31,8%, lebih tinggi dari rataan Nasional sebesar 16,8%, meskipun masih lebih rendah dibanding rata-rata pertumbuhan KTI yang sebesar 53,3 %. Melihat data ini, konsumsi telur di Sulut masih memiliki prospek yang tinggi.

Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan usaha perunggasan di Sulut adalah meningkatnya ekonomi pariwisata yang pesat. Wisata Bunaken misalnya, kini sudah dikenal seantero Tanah Air dan di berbagai negara sebagai pulau yang sangat indah dan eksotis. Adanya jalur penerbangan langsung China-Manado membuat pertumbuhan wisatanya melesat. Kabarnya Korea juga akan membuka jalur penerbangan langsung ke Manado yang tentunya makin meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara.

Pertumbuhan wisata tentunya juga akan mendongkrak kebutuhan ayam dan telur di wilayah Manado dan sekitarnya. Selain itu, dengan pendapatan masyarakat yang meningkat akibat pertumbuhan wisata, maka konsumsi ayam dan telur masyarakat Sulut diharapkan ikut meningkat. Acara HATN 2018 yang terpusat di Manado diharapkan akan membuat masyarakat Sulut semakin meningkat kesadaran terhadap pentingnya konsumsi ayam dan telur sebagai sumber protein yang paling murah dan peternakan unggas di Sulut semakin berkembang.

Coba bayangkan, Sulut saat ini berpenduduk sekitar 2,5 juta orang. Jika setiap penduduk Sulut dalam setahun menambah konsumsi telur 10 butir telur saja, maka dibutuhkan 25 juta butir telur ayam. Jumlah ini membutuhkan lebih dari 100 ribu ekor ayam petelur produktif yang akan menyerap tenaga kerja ribuan orang, mulai dari peternak, usaha pakan, obat hewan, peralatan, pemasok bahan pakan dan sebagainya. Ini belum termasuk tambahan konsumsi dari wisatawan. Tambahan konsumsi telur itu sangat bisa dilakukan jika masyarakat mulai mengurangi konsumsi rokok yang sangat tidak bermanfaat.

Semua itu bisa dilakukan dengan kerjasama semua pemangku kepentingan perunggasan, baik peternak, perusahaan sarana produksi ternak, dinas pertanian dan peternakan, perguruan tinggi, serta dukungan media. Kerjasama itu misalnya, perguruan tinggi melakukan kajian pasokan bahan baku pakan dan menyusun konsep kemitraan petani jagung dengan peternak. Dinas Pertanian dan Peternakan sebagai fasilitator dapat memulai pertemuan koordinasi rutin antara semua stakeholder agar usaha peternakan unggas di Sulut dapat tumbuh pesat dan tidak terganggung oleh gejolak harga yang terlalu merepotkan peternak sebagaimana yang sering terjadi di Pulau Jawa.

Tak kalah pentingnya, adalah jaminan lokasi usaha peternakan, agar para peternak bisa nyaman melanjutkan usahanya tanpa terganggu oleh perubahan kebijakan lokasi usaha. Di beberapa daerah kerap terjadi peternakan yang sudah dirintis di daerah yang jauh dari permukian, dalam beberapa tahun terjadi pertumbuhan perumahan di wilayah peternakan, sehingga peternak harus merelokasi usahanya ke daerah lain. Ini adalah akibat tidak jelasnya peta lokasi usaha peternakan.

Dengan adanya HATN, para pemangku kepentingan perunggasan menyadari pentingnya peran media. Liputan kegiatan HATN oleh Manado Post membuat publik setempat menyadari perlunya peningkatan konsumsi ayam dan telur. Dukungan ini perlu terus dilanjutkan. Bahkan pihak Manado Post sendiri menyatakan sangat terkesan dengan para pelaku usaha perunggasan dan siap menjadi “rumah” bagi para peternak unggas.

Sebuah hikmah luar biasa dari terselenggaranya HATN 2018 di Sulut yang memiliki potensi besar dalam peningkatan industri dan konsumsi protein hewani yang bersumber dari ayam dan telur. ***

Bahan Baku Pakan Berkualitas, Produktivitas Ternak Optimal Bag. II (Habis)

Maggot atau Black Soldier Fly (BSF). (Sumber: Istimewa)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada “Bahan Baku Pakan Berkualitas, Produktivitas Ternak Optimal Bag. I”, bahwa produksi ternak optimal harus sejalan dengan ketersediaan pakan yang cukup dan berkualitas. Bicara soal kecukupan pakan, sudah dimaklumi bersama bahwa ada perbedaan pemberian pakan berdasarkan umur pemeliharaan ternak per ekor per hari. Hal ini berarti bahwa pemberian pakan harus didasarkan pada kondisi fisiologi ternak yang disesuaikan dengan umurnya masing-masing.

Pakan juga tidak hanya dimaknai dengan cukup jumlahnya saja, namun kualitas pakan juga harus diperhatikan. Sangat penting dalam memberikan pakan yang cukup jumlah dan bagus kualitasnya.

Eksplorasi Bahan Pakan Baru
Saat ini bahan baku pakan sendiri sangat banyak dan beragam, umumnya peternak menggunakan bahan baku jagung atau biji-bijian. Padahal banyak bahan baku pakan lain yang bisa digunakan dan mungkin memiliki kandungan protein dan nutrisi yang lebih baik.

Perlunya eksplorasi mencari sesuatu yang baru untuk dijadikan sebagai bahan baku pakan ternak. Hal ini diperlukan mengingat keterbatasan sumber bahan baku pakan konvensional, serta tingkat kompetisi dengan kebutuhan pangan manusia, sehingga mulai sulit didapatkan di lapangan. Kesulitan dalam memperoleh bahan baku pakan disebut sudah tidak sesuai lagi dengan persyaratan suatu bahan dijadikan sebagai bahan pakan ternak.

“Bahan pakan ternak itu harus mudah didapat, artinya tersedia disepanjang masa pemeliharaan ternak,” ujar Ketua Asosiasi Ahli Nutrisi Indonesia (AINI), Prof Ir Nahrowi. Menurutnya, bahwa kegiatan untuk mengeksplorasi bahan-bahan yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai bahan baku pakan ternak ke depannya sangat diperlukan, agar didapatkan sumber daya bahan pakan baru untuk ternak.

Diantara bahan baku pakan yang mulai dilirik untuk dijadikan sebagai bahan pakan ternak adalah Bungkil Inti Sawit (BIS) yang dari waktu ke waktu terus dikaji akan nilai guna dan nilai ekonomisnya sebagai bahan baku pakan ternak. “BIS sangat menarik dikaji karena banyak hal yang dapat dijumpai di bahan pakan tersebut, bahkan industri pun sudah mulai melirik dan memaksimalkan pemanfaatan BIS sebagai sumber protein lokal untuk ternak,” kata Prof Nahrowi.

Ia menyebut, BIS sangat layak dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein nabati masa depan. Hal ini mengingat kandungan protein BIS sekitar 15% dan energi kasar sekitar 4.230 Kkal/kg (Ketaren, 1986), dianggap dapat memenuhi kebutuhan protein ruminansia. Tidak hanya BIS, bagian dari produk samping kelapa sawit yang juga potensial dijadikan sebagai bahan pakan masa depan adalah serat perasan buah, tandan buah kosong (tangkos), solid dan pelepah daun sawit yang dapat diolah menjadi konsentrat hijau atau green consentrate.

Tidak hanya sawit, sumber daya bahan pakan lainnya yang juga potensial dikaji untuk bahan pakan masa depan adalah aren, jambu mete, ampas sagu, ampas kecap, ampas tahu, produk samping pengolahan ubi kayu, produk samping pengolahan udang, kakao pod, batang pisang, daun rami, maggot dan lainnya.

Menurut Dr Roni Ridwan, aren dan jambu mete, dua bahan pakan ini perlu dieksplorasi secara totalitas, barangkali ada bagian yang masih dapat dimanfaatkan. “Persyaratannya hanya dikandungan nutriennya, lalu disukai atau tidak, dan yang terpenting adalah tidak toksik bagi ternak yang mengonsumsinya, jika terpenuhi maka layak dijadikan sebagai bahan pakan,” kata Dr Roni, peneliti bidang pakan ternak dan mikrobiologi LIPI Cibinong.

Maggot, Pakan Ternak Masa Depan
Maggot (Hermetia illucens) atau Black Soldier Fly (BSF) atau belatung mulai dikaji penggunaannya sebagai alternatif pakan sumber protein bagi ternak. Protein yang bersumber dari BSF lebih ekonomis, bersifat ramah lingkungan dan mempunyai peran penting secara alamiah. Maggot dilaporkan memiliki efisiensi dalam mengonversi pakan yang sangat baik dan dapat dipelihara, serta diproduksi secara massal.

Menurut Prof Nahrowi, maggot dapat dijadikan sebagai bahan baku pakan, khususnya untuk pakan unggas masa depan, mengingat banyak hal yang dapat dieksplorasi dari maggot, sehingga layak dijadikan sebagai bahan pakan ternak. “Kita bisa ambil protein, lemak, kitin dan peptide, serta zat lain yang masih terus dikaji dari maggot ini,” kata dia.

Prof Nahrowi juga menyebut, bahwa dari masing-masing kandungan maggot dapat dimanfaatkan semuanya, baik untuk industri pakan ternak maupun untuk yang lainnya. Saat ini, kata dia, industri membutuhkan kitin yang dulunya diproduksi dengan memanfaatkan produk samping perikanan, seperti kulit udang dan cangkang kepiting dengan kandungan kitin 65-70%. Sumber bahan baku kitosan lainnya adalah kalajengking, jamur, cumi, gurita, laba-laba, ulat sutera insekta dengan kandungan kitin 5-45%. Maggot merupakan salah satu insekta yang dapat diambil kitinnya.

Kitin merupakan jenis polisakarida terbanyak kedua di bumi setelah selulosa. Senyawa ini dapat ditemukan pada eksoskeleton-invertebrata dan beberapa fungi pada dinding selnya. Selanjutnya, senyawa-senyawa polimer alam turunan kitin disebut kitosan. Kitosan adalah suatu polisakarida berbentuk linier yang terdiri atas monomer N-asetilglukosamin (GlcNAc) dan D-glukosamin (GlcN). Kitosan memiliki bentuk yang unik dan memiliki manfaat yang banyak bagi pangan, agrikultur dan medis (Shahidi et al. 1999 dan Campbell et al. 2002).

Di samping kitin, lemak maggot juga dapat dimanfaatkan, selain untuk kebutuhan ternak, lemak maggot juga dilirik oleh industri untuk memproduksi sabun. Hal yang sama untuk protein maggot yang dapat dimanfaatkan untuk ternak dan kebutuhan industri terkait lainnya. Sementara itu, peptide maggot diduga mampu menggantikan peran Antibiotic Growth Promoter (AGP). Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilaporkan Spranghers et al. (2018), yakni pemanfaatan tepung maggot utuh sebagai Antibiacterial Peptides (ABPs) mampu memperbaiki konversi pakan dan morfologi saluran pencernaan dengan tingginya pembentukan villi usus halus pada ternak babi.

Pemeliharaan maggot untuk sumber daya pakan ternak masa depan disebut mampu mengurangi limbah organik yang dapat mencemari lingkungan. Namun di samping itu, banyak kajian yang menyebutkan bahwa sumber protein berbasis maggot dan insekta lainnya, untuk saat ini tidak berkompetisi dengan pangan manusia, sehingga sangat sesuai untuk digunakan sebagai bahan baku pakan ternak, terutama unggas yang membutuhkan nutrien tinggi untuk memproduksi daging dan telurnya.

Harapannya, upaya eksplorasi tersebut menghasilkan sesuatu, dikaji dengan intens, baik secara in vitro maupun in vivo, bahan-bahan pakan hasil eksplorasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak, ke depannya dapat mengurangi keterbatasan importasi bahan pakan ternak, sehingga dapat menghemat pembelanjaan negara untuk kebutuhan ternak pada umumnya, dan warga negarapun dapat tersejahterahkan. (Sadarman)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer