 |
Seremoni penyerahan sertifikasi NKV kepada peternak layer |
Menutup Pekan Kesadaran
Antimikroba Sedunia 2020, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal PKH
bersama dengan FAO ECTAD, didukung oleh USAID, mengadakan acara
bertema “Bersatu Perkuat Sistem Pangan
dan Sejahterakan Peternak” di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/12/2020).
Pekan Kesadaran Antimikroba
Sedunia ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan resistensi
antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) khususnya di sektor peternakan.
Selama ini antibiotik disalahgunakan untuk pencegahan penyakit dan memacu
pertumbuhan ternak. Padahal penggunaan antibiotik
yang sembarangan dan tidak sesuai anjuran dokter hewan dapat membuat bakteri
yang resistan terhadap antimikroba.
“Resistensi
antimikroba terjadi di sini dan saat ini. Dalam pengendaliannya, AMR bukan hanya permasalahan
mandiri sektor kesehatan hewan, karena penanganan antimikroba yang digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit menular pada hewan mungkin sama dengan yang digunakan untuk
manusia. Bakteri resisten yang timbul pada hewan, manusia, atau yang tersebar
di lingkungan dapat menyebar dari satu ke yang lain, tanpa mengenal batasan hewan-manusia.
AMR juga tidak mengenal batasan geografis mengingat laju perdagangan
internasional yang pesat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan ‘One Health’ yang melibatkan multisektor, ” ujar Team Leader FAO ECTAD
Indonesia, Luuk Schoonman, dikutip dari siaran pers.
Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia Pamela Foster
mengatakan, “Pemerintah Amerika Serikat, melalui Badan Pembangunan
Internasional Amerika Serikat (USAID), telah bermitra selama lebih dari 14
tahun untuk memajukan kemandirian Indonesia dalam pengendalian dan pencegahan
penyakit, dan, baru-baru ini, untuk mengendalikan resistensi antimikroba (AMR).
USAID bekerja bersama Pemerintah dan rakyat Indonesia untuk memperkuat
kapasitas Indonesia dalam mengatasi muncul dan menyebarnya AMR, membangun
ketangguhan kesehatan, serta meningkatkan stabilitas dan kemakmuran.”
Pemecahan
Rekor MURI Perolehan NKV dan Keterlibatan Pelaku Usaha
Salah satu cara untuk
pemutusan resistensi antimikroba dalam
produk pangan asal ternak, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan mengeluarkan Permentan No. 11/2020 tentang
Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) Unit Usaha Produk Hewan, sebagai
pengganti Permentan No. 381/2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner
Unit Usaha Pangan Asal Hewan.
Beberapa perubahan di Permentan 11 tahun 2020 antara
lain penandatangan NKV dilakukan oleh Pejabat Otoritas Veteriner, penambahan
jenis unit usaha produk hewan baik pangan maupun non pangan menjadi 21 jenis,
persyaratan dan pengangkatan auditor NKV oleh Gubernur, serta adanya pengaturan
sanksi terhadap pelaku unit usaha produk hewan yang tidak mengajukan permohonan
NKV dan yang tidak memenuhi persyaratan.
Tahun ini Jawa Tengah mendapatkan penghargaan MURI
sebagai propinsi dengan perolehan Sertifikat NKV terbanyak untuk Budidaya
Unggas Petelur sebanyak 20, menyalip
rekor tahun lalu yang dipegang oleh Lampung sebanyak 14 sertifikasi NKV.
NKV (Nomor Kontrol Veteriner) adalah sertifikat jaminan keamanan
pangan asal ternak yang telah memenuhi persyaratan higiene-sanitasi dan implementasi
biosekuriti di peternakan.
“Sertifikasi
NKV adalah bukti komitmen kita bersama dalam menjamin keamanan pangan yang ASUH
(Aman, Sehat, Utuh dan Halal) untuk masyarakat. Dengan adanya sertifikasi NKV
ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah memberikan jaminan pangan
yang baik untuk dikonsumsi masyarakat.
Harapannya akan semakin banyak produk pangan asal ternak yang mempunyai
sertifikat NKV,” kata Ir Lalu Muhamad Syafriadi MM, Kadis Peternak dan
Kesehatan Hewan Propinsi Jawa Tengah saat menerima penghargaan MURI.
Sebanyak 20
sertifikasi NKV diberikan kepada peternak layer yang telah menerapkan
biosekuriti 3 zona di peternakannya.
“Daripada menyalahgunakan antimikroba yang menghabiskan
waktu, tenaga dan biaya, lebih baik mempraktekkan biosekuriti 3-zona dari FAO
dan Kementerian Pertanian yang dapat memutus rantai resistensi antimikroba dan
menguntungkan bagi peternak. Penerapan biosekuriti 3-zona yang benar dan konsisten mengurangi penyebaran
penyakit sehingga pertumbuhan ternak optimal, meningkatkan produksi, dan mengurangi
pengeluaran untuk pengobatan dan desinfeksi. Ini akan memberikan lebih banyak manfaat,”
bagi Robby Susanto, Dewan Pengawas Pinsar Petelur Nasional.
Selama Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia
berlangsung, diadakan beberapa kegiatan seperti kompetisi debat resistensi
antimikroba yang melibatkan mahasiswa, kampanye peningkatan kesadaran pengunaan
antimikroba bagi peternak, praktisi kesehatan hewan, dan kepada publik melalui
webinar, siaran TV, dan radio. (NDV)