-->

MEMBUAT PENCERNAAN BEKERJA OPTIMAL

Hindari ayam dari kondisi stres. (Sumber: Poultryworld.net)

Agar nutrisi yang terkandung di dalam pakan dapat diserap sempurna, dibutuhkan sistem pencernaan yang bekerja optimal. Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal akan mampu memaksimalkan nilaip pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.

Dalam aspek pemeliharaan ayam banyak sekali tantangan yang dihadapi peternak di masa kini. Masalah pada saluran pencernaan kerap terjadi, baik yang bersifat infeksius maupun non-infeksius, atau bahkan kombinasi keduanya.

Seperti yang pernah dialami oleh Supendi Agustiyanto, peternak broiler kemitraan asal Rumpin Kabupaten Bogor. Ketika kebijakan pakan non-AGP mulai diberlakukan dirinya merasa performa ayam di kandangnya menurun cukup drastis. Hal ini semakin rumit karena juga diperparah dengan cuaca ekstrem, sangat panas di siang hari dan dingin di malam hari.

“Awalnya ayam cuma diare, terus saya kasih obat antidiare, namun bukannya sembuh malah diare berdarah gitu. Kemudian saya langsung telepon TS obat untuk konsultasi dan ternyata ayam saya kena koksi,” tutur Supendi.

Saat itu ayamnya sudah berusia 25-an hari, walaupun bobot badan masih di bawah standar, Supendi langsung melakukan panen dini ketimbang merugi lebih dalam dan melakukan pembenahan, utamanya dalam manajemen pemeliharaan.

Membenahi Manajemen
Disampaikan oleh Nutrisionis CV Kawa Jaya Sakti, William Widjaya, bahwa pemikiran peternak harus diubah di zaman sekarang, utamanya soal pakan. Dengan kondisi seperti saat ini, banyak perusahaan pakan mencari alternatif pengganti AGP untuk membantu peternak dalam menjaga performa ayam di kandang.

“Mereka masih menganggap pakan merek A, B, dan lain sebagainya sudah enggak sebagus dulu. Padahal tiap formula berbeda, tinggal bagaimana peternaknya,” kata dia.

Lebih lanjut disampaikan, saat ini AGP sudah dilarang penggunannya, berarti peternak harus mengupayakan peningkatan dari segi pemeliharaan, misal dengan menggunakan kandang sistem semi tertutup atau full tertutup (closed house).

Hal senada juga disampailan oleh Drh Agustin Polana, seorang praktisi perunggasan. “Pemerintah sudah mengesahkan bahwa AGP tidak boleh, sekarang ayo kita benahi yang lain. Pakan bukan satu-satunya yang memengaruhi performa saluran pencernaan, masih ada yang lainnya. Intinya, kita percayakan nutrisi pada yang ahli.”

Banyak Penyebabnya
Selain pakan, ada beberapa faktor lain yang wajib diperhatikan agar saluran pencernaan sehat dan bekerja secara optimal. Pertama, akibat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025. (CR)

GANGGUAN EKUILIBRIUM GASTROINTESTINAL: DYSBIOSIS DAN GUT HEALTH

Gambaran patologi-anatomis problem dysbiosis lapangan sangatlah bervariasi, tergantung faktor penyebab yang umumnya lebih dari satu. Mulai dari perubahan dinding dan permukaan jaringan usus, kondisi lendir alias mukus yang ada, serta kondisi isi lumen usus. Oleh sebab itu, dalam menegakkan diagnosis lapangan terkait dengan dysbiosis haruslah dengan sistematika yang tepat dan secara holistik.

Oleh: Tony Unandar
Private Poultry Farm Consultant - Jakarta

Terminologi dysbiosis (dysbacteriosis) secara praktis mulai dikenal dan popular di tengah hingar-bingarnya kebijakan pelarangan penggunaan AGP (antibiotic growth promotor) dalam pakan ternak di banyak negara, termasuk Indonesia. Adalah Ducatelle et al., 2015; yang pertama kali mengemukakan pandangannya bahwa dysbiosis akan menjadi tantangan terselubung yang dahsyat dan tidak bisa dianggap enteng bagi aspek efisiensi industri perunggasan modern. Tulisan singkat ini selain berisi observasi dan diskresi penulis dalam mengulik kasus yang disebabkan multifaktor ini di lapangan, juga disertai pemahaman lebih lanjut melalui publikasi ilmiah yang tergolong paling gres.

Kesehatan Usus
Hippocrates (460-370 sebelum Masehi), bapak kedokteran purba pernah mengemukakan suatu dalil bahwa semua penyakit dimulai atau berasal dari saluran cerna, khususnya usus.  Pasca pakan non-AGP, dalil ini seolah memberikan inspirasi segar bagi beberapa peneliti perunggasan universal, dimana kondisi saluran cerna yang sehat (gut health) adalah dasar atau pondasi utama bagi kesehatan ayam modern, krusial untuk reaksi imunitas tubuh dan performa yang optimal, serta ekuilibrium fungsi-fungsi fisio-endokrin yang ujung-ujungnya adalah profit yang maksimal secara ekonomis (Shehata et al., 2022).

Untuk pertama kalinya pada 2016, kesehatan usus alias kesehatan saluran cerna didefinisikan sebagai suatu kondisi absennya pelbagai bentuk gangguan ataupun penyakit pada saluran cerna, sehingga kompetensi induk semang/hospes dalam mengekspresikan fungsi-fungsi fisiologisnya dapat terjadi secara optimal yang selanjutnya mampu meredam dengan baik dampak stresor yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik (Kogut, 2016).

Pada tahap lanjut, kesehatan usus didefinisikan sebagai suatu keadaan ideal yang stabil (steady state), dimana interaksi antara mikrobiom (mikrobiota usus) dan saluran usus berada dalam keadaan ekuilibrium yang simbiotik, dalam arti antara kesejahteraan hospes dan performa tidak lagi dibatasi oleh hal-hal terkait dengan disfungsi saluran usus itu sendiri (Celi et al., 2016).

Dari beberapa deskripsi di atas jelas bahwa secara holistik kesehatan usus terjadi akibat interaksi yang kompleks dan ekuilibrium dari pelbagai komponen, yaitu mikrobiota usus yang homeostatik (eubiosis), status umum hospes (dalam hal ini ayam) yang prima, dan kondisi lingkungan (environmental factors) yang ideal untuk menjaga kelangsungan kondisi homeostatik yang berkesinambungan (Wickramasuriya et al., 2022; Salahi et al., 2025).

Eubiosis dan Dysbiosis (Dysbacteriosis)
Dalam kondisi normal, tiap individu (ayam) yang sehat terdapat komunikasi dan regulasi dua arah yang intens antara... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025. (TOE)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer