Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini feed additive | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MANFAAT APIK DARI MIKROBA BAIK

Berbagai jenis bakteri baik yang bermanfaat pada saluran pencernaan. (Sumber: Shutterstock)

Keputusan tentang pelarangan penggunaan antibiotik sebagai “growth promoter” (AGP) adalah keniscayaan, satu hal yang sulit ditawar. Kebijakan ini jelas mengundang banyak komentar dari berbagai kalangan dari masing-masing cara pandang. Pertanyaan mendasar yang bisa diajukan adalah tentang kemungkinan tindakan lain yang bisa dilakukan untuk penggantinya.

Penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik dikatakan banyak para ahli di bidang perunggasan maupun dokter hewan bisa menjadi alternatif yang baik pengganti antibiotik. Probiotik adalah istilah yang digunakan untuk mikroorganisme hidup yang dapat memberikan kesehatan pada organisme/inang. Probiotik seringkali direkomendasikan oleh dokter atau ahli nutrisi, setelah mengonsumsi antibiotik atau sebagai bagian dari pengobatan. Selain probiotik, muncul juga prebiotik dan sinbiotik yang juga sudah dikenal lama di Indonesia.

Menurut salah satu dewan pakar Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), probiotik saat ini disebut sebagai mikroorganisme non-pathogenic yang hidup bersama manusia atau hewan di lingkungan dan probiotik sangat berbeda dengan antibiotik. Karena (pro)biotik untuk memperbaiki kehidupan mikroba dalam tubuh manusia atau hewan, sementara (anti)biotik adalah zat yang membunuh atau menghambat multifikasi dari mikroba.

Biasanya kebanyak orang mengetahui probiotik terdapat dalam kandungan susu yang melalui proses pengasaman. Dalam kandungan susu tersebut terdapat mikroba yang dapat memperbaiki flora atau mikroflora di saluran pencernaan (usus). Jika mikroflora dalam usus bersih, absorpsi (penyerapan) makanan menjadi efisien. Adapun mikroflora baik diantaranya Lactobaccilus, Bifidobacterium dan Bacteroides. Agar sehat, keberadaan mikroflora di dalam saluran pencernaan harus seimbang.

Setelah ditemukan probiotik yang mampu memelihara mikroba non-pathogenic, munculah prebiotik yang berfungsi untuk memperbaiki lingkungan agar mikroba tetap tumbuh subur. Salah satu contoh yang paling gampang bicara prebiotik adalah pada ikan. Biasanya sebelum mengisi kolam dengan air, terlebih dahulu pada dasar tanahnya ditaburkan ragi, hal itu berguna untuk memperbaiki kondisi lingkungan di dalam kolam dengan suburnya zooplankton dan vitoplankton yang menjadi makanan ikan.

Setelah berkembangnya kemajuan zaman, kemudian muncul sinbiotik yang merupakan kombinasi vitamin, mineral atau enzim terhadap probiotik dan prebiotiknya, sehingga meningkatkan daya tahan hidup bakteri tersebut. Pemberian mikroba-mikroba tersebut sangat baik manfaatnya untuk industri peternakan, karena akan memperbaiki sintesa dan absorpsi dari gizi yang diberikan kepada hewan ternak.

Karena manfaatnya yang baik bagi kesehatan hewan ternak, penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik semakin gencar dilakukan, apalagi setelah pelarangan AGP diberlakukan. Penggunaan ketiganya sebagai feed additive membuming di Indonesia.

Hal senada juga pernah disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Drh I Wayan Teguh Wibawan. Dalam tulisannya kepada Infovet, ia menyebutkan bahwa tindakan penggunaan probiotik, prebiotik dan lainnya perlu menjadi perhitungan peternak unggas saat ini, mengingat tantangan di lapangan yang semakin berat, apalagi di saat kondisi pandemi COVID-19 yang makin memperkeruh suasana bisnis perunggasan.

“Ujung dari penggunaan ini adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2021. (INF)

TENTANG TAMBAHAN PAKAN TERNAK

Beberapa jenis imbuhan pakan yang diberikan pada ternak. (Foto: Istimewa)

Feed additive (imbuhan pakan) merupakan suatu bahan yang dicampurkan ke dalam pakan yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas, maupun keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi (Adams, 2000).

Feed additive merupakan bahan makanan pelengkap yang dipakai sebagai sumber penyedia vitamin-vitamin, mineral-mineral dan/atau juga antibiotika (Anggorodi, 1985). Fungsi feed additive adalah untuk menambah vitamin, mineral dan antibiotika dalam ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stres, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan, meningkatkan produksi daging maupun telur.

Sedangkan feed supplement (pakan tambahan), merupakan bahan pakan tambahan yang berupa zat-zat nutrisi, terutama zat nutrisi mikro, seperti vitamin, mineral atau asam amino. (Drh Hermawan Prihatno).

A. Enzim

Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pemecahan senyawa-senyawa yang komplek menjadi sederhana. Saat ini telah terindentifikasi lebih kurang 3.000 enzim. Walaupun dalam tubuh makhluk hidup enzim dapat diproduksi sendiri sesuai kebutuhan, penambahan enzim pada pakan kadang kala masih dibutuhkan. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti anti-nutrisi faktor pada bahan pakan (lectins dan trypsin inhibitor), rendahnya efesiensi kecernaan bahan pakan dan tidak tersedianya enzim tertentu dalam tubuh ternak. Xylanase dan ß-glucanase adalah contoh enzim yang digunakan pada ternak monogastrik untuk meningkatkan daya cerna ternak. Rendahnya kemampuan ternak muda untuk mencerna protein pada kacang kedele (glycin dan ß-conglycinin) dapat diatasi dengan penambahan enzim protease.

Jenis-jenis Enzim dalam Industri Pakan Ternak

Terdapat empat tipe enzim yang mendominasi pasar pakan ternak saat ini, yaitu enzim untuk memecah serat, protein, pati dan asam fitat (Sheppi, 2001).

1. Enzim Pemecah Serat

Keterbatasan utama dari pencernaan hewan monogastrik adalah bahwa hewan-hewan tersebut tidak memproduksi enzim untuk mencerna serat. Pada ransum makanan ternak yang terbuat dari gandum, barley, rye atau triticale (sereal viscous utama), proporsi terbesar dari serat ini adalah arabinoxylan dan ß-glucan yang larut dan tidak larut (White et al., 1983; Bedford dan Classen, 1992 diacu oleh Sheppy, 2001). Serat yang dapat larut dan meningkatkan viskositas isi intestin yang kecil, mengganggu pencernaan nutrisi dan karena itu menurunkan pertumbuhan hewan.

Kandungan serat pada gandum dan barley sangat bervariasi tergantung pada varitasnya, tempat tumbuh, kondisi iklim dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2020 (MAS-AHD)


PILAH-PILIH IMBUHAN PAKAN TERBAIK

(Sumber: ru.all.biz)

Pada industri peternakan, pakan memegang peranan sangat penting, disamping aspek manajemen lainnya. Hal ini dikarenakan biaya pakan merupakan komponen terbesar, yakni 60-70% dari keseluruhan biaya produksi. Untuk itulah berbagai upaya telah dilakukan oleh para ahli nutrisi termasuk juga nutrisionist serta peternak guna meningkatkan efisiensi pemakaian pakan, dengan menggunakan berbagai jenis bahan baku pakan, premiks, pelengkap pakan (feed supplement) dan imbuhan pakan (feed additive) untuk pembuatan pakan jadinya.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi, saat ini tersedia berbagai macam jenis pelengkap dan imbuhan pakan di pasaran yang dapat digunakan untuk saling melengkapi dalam menyediakan masing-masing zat gizi yang dibutuhkan ternak.

Pelengkap pakan (feed supplement) merupakan bahan pakan yang digunakan dalam jumlah kecil untuk melengkapi ransum ternak dalam rangka pencapaian target kandungan zat gizi, yaitu asam amino dan protein, mineral, multi vitamin dan lemak beserta turunannya.

Imbuhan pakan (feed additive) merupakan bahan pakan yang ditambahkan ke dalam pakan tetapi bukan merupakan sumber gizi, sehingga tidak bisa dipakai untuk menggantikan zat gizi pakan.

Imbuhan pakan berdasarkan Permentan No. 14/2017 termasuk dalam sediaan premiks, yang pemberiannya dicampurkan ke dalam pakan atau air minum dengan dosis dan penggunaan yang harus bermutu, aman dan berkhasiat.

Imbuhan pakan bukan merupakan bahan yang terdapat dalam pakan dan tidak mengandung zat gizi atau nutrisi (nutrient), namun apabila ditambahkan dalam pakan, akan memperbaiki kualitas pakan dan dapat meningkatkan efisiensi dari pakan, sehingga dapat meningkatkan produksi ternak. Imbuhan pakan seharusnya ditambahkan dalam jumlah kecil (<5 kg/ton), karena apabila dimasukkan dalam jumlah besar akan mendesak “ruangan” (space) dalam formulasi pakan. Perlu diingat bahwa dalam membuat formula pakan, total formula harus 100% sehingga penggunaan suatu imbuhan yang tinggi misalnya lebih dari 1% akan mengurangi bahan baku utama sehingga turut menurunkan fleksibilitas dalam menyusun formula.

Pemilihan imbuhan pakan bisa didasarkan pada… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2020)


Oleh: Drh MG. Juniarti,

Technical Department Manager, PT ROMINDO PRIMAVETCOM

ASPEK EKONOMIS IMBUHAN PAKAN

Perlu dilakukan perhitungan matematis yang tepat dalam formulasi pakan beserta penggunaan feed additive. (Foto: Istimewa)

Bicara penggunaan feed additive konsumen tentu akan dihadapkan pada aspek fungsi dan ekonomisnya. Beragam alasan penggunaan feed additive dilontarkan, walaupun begitu ujung-ujungnya biaya yang berbicara

Siapa yang tidak ingin ternaknya sehat, produktif dan memiliki performa baik? Tentunya semua peternak dan pembudidaya dari segi komersil penggemukan maupun pembibitan menginginkan hal tersebut. 

Masalahnya tantangan di sektor peternakan unggas makin banyak dan persaingan di dalam dan luar negeri kian ketat. Intinya siapa pun yang paling efisien, dipastikan akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan ini.

Lalu apa hubungannya dengan feed additive? Sebagaimana diketahui bahwa meskipun penggunaannya relatif sedikit dalam ransum, feed additive memiliki beberapa fungsi:

1. Mempengaruhi kestabilan pakan, proses produksi pakan dan sifat pakan

2. Memperbaiki pertumbuhan, efisiensi penggunaan pakan, metabolisme dan penampilan ternak

3. Mempengaruhi kesehatan ternak

4. Mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk ternak (mempengaruhi warna kaki, kuning telur, kerabang telur, kandungan gizi telur)

Penggunaan feed additive sendiri tentunya akan berbanding lurus dengan cost. Semakin banyak feed additive yang digunakan, semakin ternama dan bagus pula kualitasnya, tentunya cost yang dikeluarkan akan semakin tinggi. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan matematis yang tepat dalam formulasi pakan beserta penggunaan feed additive¬-nya.

Mencari Solusi Terbaik

Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Prof Nahrowi, mengatakan bahwa semakin zaman berkembang, maka semakin banyak pula ide dan inovasi yang muncul. Demikian pula dengan sediaan-sediaan feed additive yang ada di pasaran.

Namun begitu di Indonesia menurut Nahrowi, tren yang berkembang adalah penggunaan produk yang bisa menjadikan suatu ransum lebih efisien dalam penggunaan bahan baku pakan, terutama jagung dan kedelai sebagai sumber energi dan protein.

“Kita tahu kalau jagung dan kedelai (SBM) di Indonesia bisa dibilang kehadirannya semi gaib, harganya pun juga fluktuatif dan kita cenderung tergantung akan impor kedelai. Nah dengan adanya problem ini produk yang bisa memaksimalkan utilisasi penggunaan bahan baku akan laris manis di Indonesia,” kata Nahrowi.

Ia memberi mencontohkan produk enzim, di Indonesia penggunaan enzim dalam pakan sepertinya sudah menjadi suatu keniscayaan dalam mengatasi fluktuasi harga dan ketersediaan bahan baku. Sebut saja enzim yang sering digunakan yakni β-Manannase, β-glucanase, Xylanase, Protease dan lain sebagainya yang digunakan dalam memaksimalkan nutrien yang ada pada bahan baku.

“Kalau saya lihat kebanyakan formulasi di Indonesia itu corn-soy, proteinnya dari kedelai, energinya dari jagung. Di dalam kedelai ada zat namanya mannan yang jumlahnya lumayan tinggi tetapi tidak bisa digunakan oleh ayam secara endogen, jadi ditambahkanlah enzim β-Manannase yang dapat mengurai mannan menjadi MOS (Mannan Oligo Saccharida) dan energi. Kemarin pas langka jagung disubstitusi dengan tepung gandum, padahal gandum memiliki kandungan xylan tinggi, jadi mau tidak mau pakai enzim xylanase buat mengurainya, ini sebagian contoh efisiensi,” ungkap dia.

Contoh manfaat lain dari feed additive adalah bisa digunakannya… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2020) (CR)

SELEKTIF DALAM MEMILIH FEED ADDITIVE

Peternak unggas terutama self-mixing harus cerdas dalam memilih imbuhan pakan feed additive maupun feed supplement. (Foto: Dok. Infovet)

Sejak penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) dilarang oleh pemerintah dua tahun lalu, para produsen pakan dan peternak self-mixing berlomba-lomba mencari imbuhan pakan untuk pengganti antibiotik. Bukan hanya itu saja, banyak faktor lain yang juga membuat mereka memilah imbuhan pakan yang harus digunakan demi efisiensi produksi

Jangan lupa, biaya produksi terbesar dari suatu usaha peternakan berasal dari pakan. Kurang lebih 60-70 % pengeluaran dalam beternak yakni dialokasikan untuk pakan. Berbagai upaya juga dilakukan oleh para ahli yang berkecimpung di bidang nutrisi ternak guna meningkatkan efisiensi pemakaian pakan, dengan menggunakan berbagai jenis bahan baku pakan beserta kompelementernya.

Dalam dunia pakan perlu diingat ada dua jenis imbuhan pakan yakni feed additive dan feed supplement. Imbuhan Pakan (feed additive) merupakan bahan pakan yang ditambahkan ke dalam pakan tetapi bukan merupakan sumber gizi sehingga tidak bisa dipakai untuk menggantikan zat gizi pakan. Contohnya adalah enzim (mannanase, protease dan lain-lain), antibiotik, antioksidan, probiotik, flavouring agent, pewarna dan lain sebagainya.

Sedangkan feed supplement merupakan bahan pakan tambahan yang berupa zat-zat nutrisi, terutama zat nutrisi mikro seperti vitamin, mineral atau asam amino. Penambahan feed supplement dalam ransum berfungsi untuk melengkapi atau meningkatkan ketersedian zat nutrisi mikro yang seringkali kandungannya dalam ransum kurang atau tidak sesuai standar.

Berdasarkan Permentan No. 14/2017 feed additive termasuk dalam sediaan premiks, yang pemberiannya dicampurkan ke dalam pakan atau air minum hewan, dengan dosis dan penggunaan yang harus bermutu, aman dan berkhasiat.

Cerdas Memilih

Prof Budi Tangendjaja salah satu peneliti Balitnak Ciawi yang juga konsultan peternakan unggas, mengatakan bahwa peternak terutama self-mixing harus cerdas memilih imbuhan pakan feed additive maupun feed supplement.

“Ini penting, walaupun penggunaannya sedikit kalau tidak efektif nati boros-boros juga, kasihan peternak juga kalau boros di biaya pakan, sudah bersaing dengan yang besar-besar, tidak efisien, nanti harga produksi melonjak, harga jual jeblok, masalah kan?,” tutur Budi.

Ia sangat concern akan hal ini karena menurutnya peternak mandiri terutama self-mixing rentan “diakali” oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, terlebih lagi jika peternaknya sendiri memang “kurang pergaulan” dan tidak mendapatkan pengetahuan di bidang nutrisi dengan baik.

“Saya beri contoh, misalnya probitoik, ada itu peternak pernah saya kunjungi bilangnya buat ganti AGP pakai probiotik merk A, biasa beli di poultry shop. Saya tanya, hasilnya gimana? Ada peningkatan? Dia bilang enggak begitu ada. Nah ini jadinya korban akal-akalan,” jelas dia.

Ia juga menemukan ketidakefisienan pada peternak self-mixing dalam menggunakan feed additive tertentu. Ia memberi contoh, misalnya yang menggunakan komposisi… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2020) (CR)

PENERAPAN META ANALISIS DI INDUSTRI PAKAN

Efisiensi pakan ternak bisa ditingkatkan dengan memanfaatkan metode meta analisis. (Sumber: Istimewa)

Pakan memberikan kontribusi yang dominan dalam sistem produksi ternak. Setiap langkah efisiensi yang bisa dilakukan dalam pemberian pakan, akan berdampak nyata bagi tingkat keuntungan produksi ternak yang dihasilkan. Meta Analisis yang dilakukan para ahli nutrisi bisa menjadi jawaban untuk mengawali upaya efisiensi pakan.

Meta analisis adalah suatu sintesis ilmu pengetahuan muncul dari bidang psikologi dan banyak digunakan di bidang kedokteran. Makin banyaknya data yang tersedia terkadang tidak mampu digunakan secara optimal untuk proses pengambilan keputusan. Jika mengambil kesimpulan dari eksperimen tunggal dengan data statistika yang lemah membuat rekomendasinya tidak maksimal dan tidak kuat. Oleh karena itu, perlu adanya solusi. Metode meta analisis menjadi solusi untuk memanfaatkan data yang tersedia, sehingga kesimpulan yang diperoleh lebih kuat secara teoritis dan perhitungan statistik.

Meta analisis banyak digunakan di bidang kedokteran, terutama untuk pengujian obat-obat baru. Eksperimen bisa menghasilkan data yang beragam jika berbeda tempat, waktu dan metode eksperimen, sehingga untuk menghasilkan kesimpulan yang akurat perlu adanya analisis big data tersebut. Meta analisis dapat digunakan dalam eksperimen saintis dan sosial. Meta analisis mampu mengintegrasikan data yang telah dilakukan eksperimen sebelumnya dan digabungkan dengan teori yang ada untuk memberikan referensi kepada masyarakat secara umum. Adanya revolusi industri 4.0 dan adanya big data dengan kecepatan data digunakan untuk prediksi masa depan. Melalui simulasi perlu adanya sistem pengambilan keputusan. 

Konsep meta analisis dibangun dari berbagai eksperimen kemudian menghasilkan banyak data dan ditarik kesimpulan. Ada beberapa metode pengolah data untuk menghasilkan kesimpulan. Eksperimen tunggal dengan data yang sedikit akan menghasilkan kesimpulan yang lemah, oleh karena itu diperlukan berbagai eksperimen untuk menghasilkan kesimpilan dan referensi yang kuat. 

Hal yang harus dilakukan pada saat melakukan meta analisis antara lain harus mengetahui tujuan secara spesifik. Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan (DPP AINI) Dr Anuraga Jayanegara, dalam sebuah seminar teknis tentang meta analisis di Surabaya, Juli 2019, mengemukakan contoh suatu industri mengembangkan feed additive maka hasilnya harus spesifik untuk ternak apa, dosis yang dianjurkan, cara pemberian dan tentu saja hasil yang spesifik ini tidak dapat dihasilkan melalui eksperimen tunggal. Langkah selanjutnya yaitu koleksi data dari berbagai eksperimen dan teori yang ada. Data dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti percobaan (trial), jurnal, sejarah produk suatu industri yang selanjutnya dievaluasi. Kualitas data semakin baikjika data semakin lengkap.

Data harus memiliki range, misalnya penggunaan metionin harus ada batas maksimum dan minimumnya, serta memiliki ambang normal. Langkah terakhir yaitu melakukan public presentation, dapat berupa penulisan pada jurnal maupun sebagai pembicara dalam sebuah konferensi mengenai pakan.

Gabungan Beberapa Data
Pada prinsipnya, meta analisis yang menggabungkan beberapa data eksperimen memiliki tiga macam metode, yaitu Hedges’d, respon rasio dan anova (original data). Metode Hedges’d biasanya digunakan secara umum, sedangkan metode respon rasio banyak digunakan di bidang kedokteran terutama untuk penemuan obat baru. Adapun metode anova, adalah metode yang paling sering digunakan di bidang peternakan. Metode anova yang digunakan yaitu mix model methology, random effect dan fixed effect. Contohnya, penelitian kandungan serat pakan dan kaitannya dengan aktivitas mengunyah pada sapi perah. Ada banyak data dari berbagai eksperimen yang bisa dijadikan bahan untuk analisis hal tersebut. Hasilnya beragam, ada yang naik, ada yang turun, adapula yang datar. Langkah selanjutnya adalah dimasukkan ke mix model, sehingga akan menghasilkan adjudgment. Tentu akan ada eror hasil dan yang berbeda-beda. Mix model membuat eror hasil yang berbeda-beda itu menjadi sama, sehingga menghasilkan hubungan antara kandungan serat pakan dan aktivitas mengunyah pada sapi perah, yang kemudian dari situ bisa ditarik kesimpulan dan rekomendasi.

Aplikasi meta analisis yang telah diterapkan di Indonesia misalnya adalah penggunaan bahan pakan berupa protein kasar pada kambing dan domba, sehingga masyarakat dapat mengetahui perbedaan penggunaan nutrient pakan pada domba ekor gemuk dan domba garut. Hal tersebut dapat membantu mengefisiensikan pemberian pakan.

Meta analisis juga bisa dimanfaatkan untuk menetapkan suatu standar pakan untuk komoditas ternak tertentu, dengan berbasis data berbagai hasil penelitian yang telah banyak dilakukan. Misalnya meta analisis diarahkan untuk menentukan dosis optimum suatu feed additive atau feed supplement. Perbandingan efektivitas pada feed additive dan feed supplement sejenis juga bisa dilakukan, sehingga acuan standar penerapan penggunaan feed additive/feed supplement benar-benar sesuai kebutuhan jenis ternak, umur dan habitatnya. Dengan demikian, meta analisis dapat dimanfaatkan untuk menentukan feeding standard atau kebutuhan nutrisi pakan suatu spesies atau bahkan strain ternak tertentu pada kondisi iklim tropis di Indonesia.

Kelebihan dari penerapan meta analisis ini adalah biayanya relatif kecil, karena hanya perlu memasukkan data berbagai eksperimen yang tersedia, kemudian data dianalisis oleh aplikasi yang digunakan, misalnya dengan metode anova. Hasil yang di keluarkan dapat menjadi referensi masyarakat secara umum dalam pemberian pakan bagi ternaknya. Namun ada juga kelemahan dari meta analisis ini, yakni memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan analisis data yang sangat banyak dalam bentuk big data. Untuk mewujudkan itu, perlu adanya langkah kolaboratif para peneliti di bidang pakan, sehingga manfaat meta analisis ini dapat terwujud secara nyata, antara lain dengan pembuatan standar baku pakan nasional untuk setiap jenis ternak tertentu yang berbeda dengan standar untuk jenis ternak bahkan spesies ternak lain. ***

Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)

Aplikasi Bakteriofag Sebagai Pengganti AGP

Gambar 1. Perbandingan ukuran bakteriofag dengan mikroorganisme lain.
((Dilarangnya penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan membuat produsen feed additive berlomba-lomba mencari penggantinya. Dari mulai acidifier, herbal, essential oil, probiotik dan lain sebagainya telah dicoba. Bagaimana dengan bakteriofag?))

Mungkin terdengar asing di telinga ketika berbicara mengenai bakteriofag, namun kalau ditelaah lebih dalam, bakteriofag bisa menjadi alternatif pengganti Antibiotic Growth Promoter (AGP) yang menjanjikan. Di Indo Livestock 2018 yang lalu, penulis berkesempatan berbincang mengenai bakteriofag dengan Max Hwagyun Oh, PhD. Vet Med., peneliti bakteriofag sekaligus Managing Director CTCBio Inc. Korea. 

Bakteriofag
Dalam dunia mikrobiologi, tentu dikenal adanya bakteri, virus, kapang, khamir, protozoa, dan lain sebagainya. Ada satu hal yang mungkin terlewat dan kurang dipelajari, yakni bakteriofag. “Bakteriofag berasal dari kata Bacteria (bakteri) dan Phage (makan), jadi bakteriofag adalah mikroorganisme pemakan bakteri,” ujar pria yang akrab disapa Dr. Max Oh itu.


Dr. Max Hwagyun Oh
Ia melanjutkan, sejatinya bakteriofag adalah entitas umum yang ada di bumi, ukurannya lebih kecil daripada bakteri, sehingga dapat menginfeksi bakteri. Umumnya struktur tubuh bakteriofag terdiri atas selubung kapsid protein yang menyelimuti materi genetiknya.

“Jika dirunut sejarahnya, bakteriofag pertama kali ditemukan tahun 1896, kemudian di tahun 1917 seorang peneliti mikroba dari Kanada, Felix de Herelle, menemukan bahwa bakteriofag memakan bakteri disentri berbentuk bacillus,” katanya. Kemudian penelitian mengenai bakteriofag dilanjutkan sampai tahun 1940-an, namun ketika antibiotik ditemukan, penelitian mengenai bakteriofag sempat “mandek”, yang kemudian dilanjutkan kembali pada 1950-an hingga sekarang.

Sifat dan Cara Kerja Bakteriofag
Bakteriofag memiliki cara kerja yang hampir sama dengan enzim, yakni dapat mengenali reseptor spesifik yang ada pada permukaan tubuh bakteri, seperti peptidoglikan, lipopolisakarida dan lain sebagainya. Selain itu, membran kapsid pada bakteriofag tidak dapat mendegradasi membran sel hewan, sehingga dengan sifat ini bakteriofag hanya menyerang sel bakteri dan tidak berbahaya bagi hewan.

Dalam mengeliminasi bakteri, cara kerja bakteriofag sama seperti virus melisiskan sel, yakni melalui siklus litik dan lisogenik. Bakteriofag subjek penelitian Dr. Max Oh, bekerja melalui siklus litik. Siklus litik (sel lisis) dimulai dengan bakteriofag akan mengenali reseptor pada dinding sel bakteri dan menempel pada bakteri, bakteriofag akan melisiskan dinding sel bakteri (penetrasi) dan men-transfer materi genetiknya ke dalam sel bakteri.

Setelah berhasil menginjeksi materi genetiknya, bakteriofag akan menghasilkan enzim (dikodekan dalam genomnya) untuk menghentikan sintesis molekul bakteri (protein, RNA, DNA). Setelah sintesis protein dan asam nukleat dari sel bakteri berhenti, bakteriofag akan mengambil alih proses metabolisme sel bakteri. DNA dan RNA dari sel bakteri digunakan untuk menggandakan asam nukleat bakteriofag sebanyak mungkin. Selain itu, bakteriofag akan menggunakan protein yang terdapat pada sel inang untuk menggandakan kapsid.

Setelah materi genetik bakteriofag lengkap dan memperbanyak diri, sel bakteri akan dilisiskan oleh bakteriofag dengan bantuan depolimerase, yang diikuti kemunculan bakteriofag baru yang siap menginfeksi bakteri lainnya. Dr. Max Oh juga menjabarkan, kinerja bakteriofag sangat cepat, proses melisiskan sel bakteri hanya 25 menit.

“Bakteriofag sangat istimewa, mereka dapat mengenali bakteri-bakteri patogen yang spesifik, jadi mereka tidak akan menyerang bakteri baik maupun sel hewan itu sendiri,” jelas Alumnus Seoul National University itu. Dalam penelitiannya, bakteriofag yang ia gunakan diklaim dapat mengeliminasi bakteri patogen, seperti Salmonella choleraesius, Salmonella Dublin, Salmonella enteritidis, Salmonella gallinarum, Salmonella pullorum, Salmonella typhimurium, E. colli F4 (K88), E. colli f5  (K99), E. colli f6 (987P), E. colli (f18), E.colli (f41), Staphylococcus aureus dan C. perfringens (tipe A s/d E).


Gambar 2. Cara kerja bakteriofag melisiskan sel bakteri.
Hasil Uji Coba Bakteriofag di Lapangan

Hasil penelitian Dr. Max Oh dan timnya telah diujicobakan baik di laboratorium maupun di lapangan. Pada hasil ujicoba laboratorium (menggunakan metode yang sama dengan uji sensitivitas antibiotik), bakteriofag teruji dapat mengelminiasi bakteri-bakteri patogen, seperti terlihat pada (Gambar 3.) di bawah ini.


Gambar 3. Hasil uji lab aktivitas bakteriofag pada beberapa bakteri patogen.
Hasil trial bakteriofag di lapangan juga telah banyak dipublikasikan oleh Dr. Max Oh dan timnya, hasilnya sebagaimana pada Tabel 1. dan Tabel 2. di bawah ini:


Tabel 1. Pengaruh Pemberian Bakteriofag pada Produksi Telur
Usia
Prouksi Telur (%)
Kontrol
Prouksi Telur (%)
0,02% Bakteriofag
Prouksi Telur (%)
0,035% Bakteriofag
Prouksi Telur (%)
0,05% Bakteriofag
0-3 minggu
90,8
91
92
91,8
4-6 minggu
89,9
91,5
92,1
91,6
- Menggunakan 288 ekor Hy-line Brown kormersil (usia 36 minggu).
- Empat kali treatment selama enam minggu.
- Enam kali pengulangan.
      - 0,02 % = 200 gram/ton pakan, 0,035% = 350 gram/ton pakan, 0,05% = 500 gram/ton pakan.

      Tabel 2. Pengaruh pemberian bakteriofag pada performa broiler
   Treatment
       Bobot Badan (g)
     ADG   (g/hari)
       Feed Intake (g)
    FCR
        Mortalitas %
       Market Day
        Produksi (kg/m2)
      Kontrol
   2540
   54,22
   5359
   2,11
   16,86
   46,97
   23,4
     Treatment 1
   2540
   57,13
   4445
  1,75
   6,40
   44,45
   27,4
     Treatment 2
   2900
   60,21
   5191
  1,78
   4,70
   48,19
  29,7
- Menggunakan 744.000 ekor broiler (Ross 308) per kelompok treatment.
      - Selama 48 hari.
      - Treatment 1 dan 2 ditambahkan bakteriofag 0,03% (500 gram/ton pakan).

Dr. Max Oh menambahkan, bahwa hasil-hasil uji trial yang ia dan timnya lakukan telah banyak dipublikasikan dalam jurnal-jurnal internasional. “Memang penelitian mengenai bakteriofag ini kurang popular di Amerika, namun di Asia dan Eropa bagian Timur penelitian mengenai bakteriofag sudah sangat maju,” ucap Dr Max Oh.

Kata-kata Dr. Max Oh bukan tanpa alasan, awak Infovet mencoba menelusuri produk-produk bakteriofag di pasaran. Hasilnya, beberapa produk dengan bahan aktif bakteriofag sudah banyak digunakan di dunia, baik di bidang pertanian, peternakan, bahkan manusia.

Ia menegaskan, mengenai aspek keamanan produk bagi hewan dan manusia seharusnya tidak perlu dipertanyakan, sebab produk bakteriofag sudah banyak tersertifikat oleh asosiasi sekelas FDA. “Bakteriofag ini benar-benar natural, berasal dari alam, kami hanya memperbanyak, kami tidak menambahkan atau memodifikasi mereka, sehingga mereka bukan termasuk GMO (Genetic Modified Organism) yang banyak dikhawatirkan oleh masyarakat dunia,” tegas Dr. Max Oh.

Dari segi bisnis ia menyebut, kemungkinan dalam waktu dekat dirinya berniat menghadirkan produk bakteriofag ke Indonesia. “Saya rasa Indonesia merupakan pasar yang potensial dengan iklim seperti ini, ditambah lagi dengan dilarangnya penggunaan AGP, Saya rasa bakteriofag dapat menjadi solusi yang tepat dan natural dalam menggantikan AGP,” pungkasnya. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer