Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

EKSPOR OBAT HEWAN SUMBANG DEVISA RP 26 TRILIUN

Ekspor industri obat hewan menjadi penyumbang devisa terbesar di sektor peternakan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat rekomendasi ekspor produk peternakan sejak 2015 sampai semester I 2019 telah menyentuh nilai Rp 38,39 triliun. Kontribusi terbesar untuk ekspor peternakan datang dari kelompok obat hewan dengan jumlah transaksi senilai Rp 26 triliun.

“Terdapat lebih dari 90 negara yang menjadi tujuan ekspor utama obat hewan buatan Tanah Air. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor antara lain Belgia, Amerika Serikat, Jepang dan Australia,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, (Dirjen PKH) Kementan, I Ketut Diarmita, dalam keterangan persnya, Senin (19/8/2019). 

Tingginya nilai ekspor obat hewan ini, kata Ketut, sangat menggembirakan bagi dunia usaha bidang obat hewan. Fakta ini sekaligus menunjukkan bahwa industri obat hewan mempunyai kontribusi besar dalam peningkatan devisa negara.

“Di era perdagangan bebas dan pesatnya perkembangan teknologi mengharuskan pemerintah semakin kreatif dengan meningkatkan produksi dan ekspor obat hewan,” katanya. 

Sejak diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2016 lalu, Kementan terus mendorong peningkatan jumlah produsen obat hewan dalam negeri. Berdasarkan data Direktorat Jenderal PKH, saat ini terdapat 61 dari 95 produsen obat hewan dalam negeri yang telah memiliki Sertifikat Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB).

Menurutnya, penerapan CPOHB dan percepatan administrasi pelayanan rekomendasi menjadi upaya yang terus didorong untuk peningkatan ekspor obat hewan. “Sertifikat CPOHB menjadi acuan bahwa obat hewan yang diproduksi terjamin mutu, keamanan dan khasiatnya, sehingga berdaya saing tinggi,” ucap dia.

Selain itu, pemerintah juga terus mendorong produsen obat hewan agar kreatif mengembangkan produk dari bahan lokal. Penggunaan bahan lokal diharapkan dapat mengurangi bahan baku obat hewan impor.

“Pelaku usaha didorong agar produk prebiotik dapat memanfaatkan bahan tanaman dan herbal, selain itu juga untuk produk immunostimulan, serta vaksin dari mikroorgamisne dan zat penambah yang ada di Indonesia,” tandasnya. (INF)

ANTUSIASME TINGGI, PELATIHAN PJTOH KEMBALI DIGELAR


Lagi – lagi apresiasi yang tinggi terlihat dari para peserta dalam kegiatan Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH). Pelatihan yang secara rutin dilangsungkan oleh ASOHI tiap tahunnya tersebut kini sudah mencapai angkatan ke-XVIII dengan peserta 92 orang. Acara tersebut dilangsungkan pada tanggal 6 – 9 Agustus 2019 yang lalu. Tidak sendirian, ASOHI turut pula menggandeng Direktorat Keswan Kementan dalam menyelenggarakan hajatan tersebut.

Ketua Panitia Drh Forlin Tinora dalam sambutannya mengatakan bahwa pelatihan PJTOH bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH). Selain itu acara ini juga merupakan ajang dalam mensertifikasi dokter hewan dan apoteker yang bekerja pada berbagai instansi yang melibatkan unsur obat hewan di dalamnya. “Nantinya selain memiliki kemampuan sebagai PJTOH, peserta juga akan tersertifikasi sebagai bentuk legalitas mereka sebagai petugas penanggung jawab teknis di instansi mereka masing – masing. Dengan lulus dari pelatihan ini, mereka jadi punya nilai tambah dan bargaining yang kuat bahwa mereka telah dibekali kemampuan teknis,” pungkasnya.

Sementara itu, mewakili Ketua Umum ASOH, Drh Andi Wijanarko mengungkapkan bahwa profesi dokter hewan dan apoteker mutlak memiliki skill sebagai penangung jawab teknis. “Dalam perundangan sudah ada perintahnya, oleh karenanya ASOHI sebagai salah satu partner pemerintah wajib membantu pemerintah dalam membekali para dokter hewan dan apoteker dengan skill yang mumpuni,” tukasnya.

Sebanyak 92 Peserta Mengikuti Pelatihan PJTOH Angkatan XVIII (Foto : CR)


Pada kesempatan tersebut hadir pula Kasubdit Pengawas Obat Hewan Drh Ni Made Isriyanthi. Mewakili Dirkeswan yang berhalangan hadir, wanita yang akrab disapa Ibu Ria tersebut turut memberikan apresiasi setinggi – tingginya terhadap acara tersebut. “Pelatihan PJTOH sudah angkatan XVIII dan saya lihat pesertanya semakin ramai. Ini kan merupakan indikasi bahwa kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah ditaati oleh seluruh perusahaan obat hewan. Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung ini, dan berharap agar semua stakeholder dapat menjadi partner yang baik bagi pemerintah agar kebijakan yang dibuat dapat menjadi win – win solution bagi semuanya,” ungkap Ria.

Materi yang diberikan dalam acara tersebut sangat variatif, para narasumber yang dihadirkan juga merupakan orang – orang yang kompeten dan berdedikasi tinggi di bidangnya. Mulai dari Legislasi, Tupoksi PJTOH, CPOHB, kode etik dokter hewan dan bahkan hal – hal yang bersifat teknis mengenai sediaan obat hewan juga feed additive dibahas dalam pelatihan selama dua hari tersebut.

Pada hari ke-3, peserta pelatihan diajak plesir ke Balai Besar Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH). Tujuan dari kunjungan tersebut yakni meningkatkan pengetahuan bagi para peserta terhadap Tata Cara Pengiriman Sampel Pengujian Mutu Obat Hewan dan meninjau langsung segala fasilitas yang dimiliki oleh BBPMSOH.

Selain berkunjung, meninjau dan melihat - lihat fasilitas BBPMSOH, peserta juga diberikan materi mengenai pengiriman sampel, dari mulai handling sampai dengan segala macam administrasinya. Pertanyaan - pertanyaan dari peserta pun silih berganti mewarnai sesi diskusi singkat pada kesempatan hari itu.

Salah seorang peserta dari PT Gold Coin, Drh Vicky Diawan menyatakan bahwa kunjungan ke BBPMSOH sangat berkesan baginya. "Selama ini saya enggak tahu gimana fasilitas ini dalamnya, tapi sekarang jadi tahu dan lebih mengerti serta paham bagaimana alur pengujian obat hewan untuk diregistrasikan," pungkasnya. (CR)

20 MAHASISWA INDONESIA PELAJARI PETERNAKAN MODERN DI AUSTRALIA

Mahasiswa yang mengikuti program NTCA Indonesia Australia Pastoral Program (NIAPP). (Foto: Dok. ISPI)

Sebanyak 20 mahasiswa Indonesia akan berangkat ke Australia untuk belajar tentang peternakan sapi modern. Mereka adalah para mahasiswa terpilih dari berbagai penjuru Tanah Air untuk mengikuti program NTCA Indonesia Australia Pastoral Program (NIAPP)  yang telah berjalan sejak 2012 lalu.

Program yang dilaksanakan selama 10 minggu tersebut akan memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman baru bagi para mahasiswa Indonesia. Mereka akan belajar  mengenai pelatihan penggembalaan secara intensif meliputi aspek kesejahteraan dan penanganan hewan ternak, juga belajar langsung di industri peternakan yang telah dijalankan secara modern. 

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa) Kemenristekdikti, menilai bahwa program magang di luar negeri ini perlu didukung guna meningkatkan profesionalitas mahasiswa dalam pengelolaan peternakan sapi modern. Hal ini sesuai dengan prinsip penta-helix, khususnya kerjasama perguruan tinggi dengan berbagai sektor untuk melakukan perubahan sosial yang signifikan. Diharapkan setelah kembali ke Indonesia para mahasiswa mampu membawa pengalaman berharga untuk bekal bekerja di masa mendatang.

Sementara, Ketua Umum Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Didiek Purwanto, mengemukakan dengan adanya program ini dapat memberikan pembelajaran praktis dan berdampak pada industri peternakan di Tanah Air. Apalagi, minat generasi muda di sektor peternakan saat ini masih rendah.

“Beternak bukan pilihan menarik untuk menggantungkan hidup, bahkan bagi seorang lulusan sarjana peternakan sekalipun. Mahasiswa peternakan yang lulus kuliah banyak yang malah meniti karir di luar sektor peternakan,” ujar Didik melalui keterangan tertulisnya, Kamis (15/8). 

Ia menambahkan, “Kami juga mengharapkan mereka yang di masa mendatang akan memberikan dampak baik bagi  industri peternakan di Indonesia. Kami sangat senang, 60% lulusan program ini telah bekerja di industri peternakan, 25% masih kuliah, 5% bekerja di luar industri peternakan dan 10% bekerja dan melanjutkan pendidikan di luar negeri.” 

Salah satu peserta program NIAPP, Kezia Nathaniel (19), mahasiswa program studi Ilmu dan Industri Peternakan UGM, mengungkapkan antusiasmenya menjalani program tersebut dan berharap mendapat banyak hal untuk dipelajari. “Semakin banyak pengalaman yang real di lapangan dan bisa diaplikasikan di dunia kerja,” ujarnya.  

Program yang sudah berjalan sejak 2012 merupakan hasil kerja sama antara Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Northern Territory Cattlemens Association (NTCA) Australia dan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Hingga saat ini, program NIAPP telah mengirim 89 mahasiswa Indonesia ke Australia Utara. (ISPI/INF)

SHS AJAK PELANGGAN PLESIRAN KE DAPUR MEIJI INDONESIA

Sebanyak 16 orang pelanggan PT SHS Internasional yang terdiri dari peternak dan feedmill datang mengunjungi pabrik PT Meiji Indonesia di Bangil, Pasuruan 14-15 Agustus 2019. Acara tersebut diprakarsai oleh SHS dan Meiji agar pelanggan dapat mengenal dan mengetahui lebih jauh tentang tatacara pembuatan produk, serta kiprah Meiji di Indonesia.

Drh Lusianingsih Winoto, Product Manager PT SHS Internasional dalam sambutannya mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi sebesar - besarnya kepada para pelanggan yang telah menyempatkan waktunya dalam kegiatan tersebut. Ia menilai bahwa pelanggan perlu tahu bahwa kualitas yang produk yang didistribusikan oleh PT SHS Internasional "bukan kaleng - kaleng". Selain itu ia juga berterima kasih kepada PT Meiji Indonesia yang telah bersedia dikunjungi oleh para pelanggannya.

Peserta kunjungan ke pabrik PT Meiji (Foto : CR)


Sementara itu, Akhmad Zaki Ghufron selaku General Manager PT Meiji Indonesia menyambut hangat para peserta kunjungan. "Ini sudah keenam kalinya kami didatangi oleh para pelanggan, saya berharap kunjungan kali ini peserta dapat mengetahui isi dapur kami, dan makin yakin bahwa produk - produk yang dibuat oleh Meiji adalah produk yang berkualitas, sesuai dengan CPOHB dan tentunya produk yang bagus," tuturnya.

Sebelum memasuki area produksi dari hulu sampai hilir, peserta kunjungan juga diberikan materi berupa company profile PT Meiji Indonesia, kualitas obat hewan yang baik dan tentunya sedikit pengarahan mengenai alur kunjungan di dalam pabrik.

Salah seorang peserta,Drh Brilliant dari PT Wonokoyo mengungkapkan kekagumannya terhadap pabrik farmasetik milik PT Meiji Indonesia. "Sudah sama seperti masuk ke Laboratorium BSL 3, pakai baju mirip astronot, harus mandi dan yang ada di dalam mulai dari pemilihan bahan baku sampai proses distribusi benar - benar nomor wahid," tuturnya. Ia juga berterima kasih kepada SHS dan Meiji karena mendapatkan pengalaman yang langka tersebut. 

Sebenarnya ada 32 orang peserta yang akan mengunjungi pabrik PT Meiji Indonesia, namun panitia memecahnya menjadi dua kelompok. Sementara 16 orang lainnya diajak jalan - jalan oleh SHS ke Batu Secret Zoo untuk menikmati pariwisata di Kota Batu. Nantinya peserta kunjungan ke pabrik dan ke Kota Batu akan di rolling keesokan harinya. (CR)

MALINDO FEEDMILL TAK KHAWATIR ANCAMAN IMPORTASI AYAM BRASIL


Ilustrasi karung pakan PT Malindo Feedmill. (Foto: Malindo Feedmill)


Arus masuk importasi ayam dari Brasil diprediksi meningkat pasca kekalahan Indonesia atas gugatan Brasil di Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body) World Trade Organization (WTO). Kendati demikian, PT Malindo Feedmill Tbk mengaku tidak khawatir soal potensi ancaman tersebut.

Andreas Hendjana selaku Corporate Secretary PT Malindo Feedmill Tbk Andre menilai arus importasi ayam dari Brasil belum tentu memiliki dampak yang signifikan bagi produsen ayam dalam negeri.

Menurut Andre, besar atau tidaknya dampak yang ditimbulkan sangat bergantung dari kemampuan produk-produk ayam dalam negeri untuk bersaing dengan produk ayam dari Brasil. Kemampuan ini dapat dilihat dalam dua aspek, yaitu harga dan kualitas produk.

Untuk harga, Andre menilai bahwa perbandingan antara produk ayam dalam negeri dengan ayam impor yang berasal dari Brasil belum bisa diketahui karena belum ada informasi yang jelas soal berapa harga jual dari produk ayam Brasil pada nantinya.

Lanjut Andre, pihaknya akan membiarkan skema pasar yang ada untuk menentukan alur persaingan yang ada dari segi harga.

“Masalah harga nanti akan tercipta adjust secara otomatis, menyesuaikan saja antara penawaran dan permintaan,” ujar Andre, Sabtu (9/8).

Sementara itu dari segi kualitas, Andre menilai bahwa terdapat banyak faktor selain harga yang bisa mempengaruhi iklim persaingan di antara produk ayam dalam negeri dengan ayam impor dari Brasil.

“Contohnya masyarakat Indonesia lebih suka ayam fresh dibanding frozen,” jelas Andre.

Di samping itu, Andre menyataka PT Malindo Feedmill Tbk akan terus menjaga kualitas produk agar mampu bersaing di pasaran.

Dengan sejumlah alasan ini, Andre mengatakan pihaknya tidak merasa khawatir atas potensi ancaman yang berasal dari importasi ayam Brasil.

Selain itu, Andre juga menyatakan PT Malindo Feedmill Tbk yakin bahwa pemerintah akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi industri peternakan lokal.

PT Malindo Feedmill Tbk sebelumnya telah mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebanyak 26% secara tahunan dari sebesar Rp 3,07 triliun di semester I-2018 menjadi Rp 3,87 triliun di semester I-2019.

Sebagian besar kontribusi dalam total pendapatan tersebut diperoleh dari penjualan pakan, yakni sebesar 65,41%. Selanjutnya, kontribusi pendapatan terbesar kedua diperoleh dari penjualan anak ayam/itik berusia satu hari sebesar 18,65%.

Adapun kontribusi penjualan ayam pedaging dalam total pendapatan yang diperoleh yakni sebesar 11,17%. Hal ini membuat penjualan ayam menjadi kontributor terbesar ketiga dalam total pendapatan yang diperoleh PT Malindo Feedmill Tbk.

Sementara itu, sebanyak 4,87% pendapatan sisanya diperoleh dari penjualan makanan olahan dan lain-lain. (Sumber: kontan.co.id)


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer