Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ternak | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

INTELLIOPT : SOLUSI SUPLEMENTASI TRACE MINERAL YANG PRESISI

Grand Launching Intelliopt® secara daring

Dalam suatu formulasi ransum, mineral mungkin digunakan dalam jumlah yang sedikit, namun begitu kita juga tidak dapat memandang sebelah mata akan pentingnya fungsi dari mineral. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof Budi Tangendjaja dalam sebuah webinar sekaligus Grand Launching Intelliopt® yang diselenggarakan oleh PT Trouw Nutrition Indonesia pada Selasa (19/4) melalui daring Zoom Meeting. 

Sebagai narasumber dalam webinar tersebut Prof Budi menjabarkan akan pentingnya peran dari mineral yang kerap kali dipandang sebelah mata. Ia mengatakan bahwa beberapa jenis mineral berfungsi dalam membantu metabolisme mulai dari sistem pembekuan darah, keseimbangan osmotik, katalisator enzim, kualitas kerabang telur, dan bahkan perkembangan sistem muskuloskeletal pada ayam.

"Saya sering bilang ke peternak layer, kalau you mau punya ayam bertelurnya bagus, besar, kualitas telurnya juga bagus, otomatis tulangnya juga harus besar. Nah, salah satu yang mempengaruhi perkembangan tulang alias skelet, ya mineral juga, makanya ini jangan sembarangan," tutur Prof Budi.

Ia juga mengatakan bahwa pemberian trace mineral haruslah berada dalam jumlah yang tepat. Ini menjadi penting karena jika pemberiannya kurang, ternak akan mengalami defisiensi dan performanya terganggu. Sedangkan dalam jumlah yang terlalu banyak akan berdampak pada keracunan.

"Satu contoh misalnya selenium, di Amerika dulu selenium itu  menyebabkan kasus keracunan pada ternak. Tapi dari situ juga kita tahu bahwa ternak butuh asupan selenium dalam jumlah yang tepat tentunya. Mineral juga dapat mencemari lingkungan karena ia ikut keluar bersama feses, makanya kalau berlebihan ini akan bahaya," tukas Prof Budi.

Oleh karenanya Prof Budi menyarankan agar dalam memberikan suplementasi mineral pada ternak sebaiknya memang harus dalam jumlah yang tepat agar dapat terutilisasi secara maksimal oleh ternak.

Intelliopt® : Memenuhi Kebutuhan Mineral Dalam Jumlah Yang Presisi

Dalam kesempatan yang sama Kinasih Sekarlangit selaku Product Specialist PT Trouw Nutrition Indonesia mengatakan bahwa ada beberapa tantangan dalam menyuplai kebutuhan trace mineral pada ternak, diantaranya optimasi dari suplementasi, variasi dan reaktivitas mineral di dalam pakan, serta akurasi jumlah pemberiannya.

"Untuk itu kami memberikan solusi kepada para nutrisionis dalam hal ini dengan menggunakan Intelliopt®. Produk ini merupakan kombisasi dari teknologi kami yakni Intellibond dan Optimin yang memaksimalkan suplementasi mineral untuk ternak," tutur dia.

Intelliopt® merupakan produk feed supplement berupa mineral blend dimana sumber mineral yang digunakan yakni berupa mineral organik dan mineral yang memiliki gugusan hidroksi, bukan sulfat.

Kinasih juga menjabarkan beberapa keunggulan dari Intelliopt®, misalnya sumber mineral yang digunakan adalah mineral organik stabil dan lebih maksimal diserap tubuh. Selain itu Intelliopt® juga memiliki teknologi OptiSize sehingga densitasnya lebih seragam. Nutirisionis pun tidak perlu khawatir karena mineral jumlah mineral yang disuplementasi lebih presisi dan tidak akan bersifat reaktif pada zat nutrien lain di dalam pakan.

Dalam beberapa trial yang dilakukan terbukti bahwa pemberian Intellibond® dapat memperbaiki FCR, meningkatkan performa, bahkan mempengaruhi kualitas kerabang telur dan karkas. Hal ini tentu akan meningkatkan keuntungan dari peternak.

Wully Wahyuni selaku President Director PT Trouw Nutrition Indonesia dalam sambutannya mengatakan bahwa dengan diluncurkannya Intelliopt® ini, ia berharap agar produk tersebut dapat senantiasa menjadi solusi dalam menyuplai kebutuhan mineral pada ternak.

"Kami ingin memberi solusi dan menjadi partner dari bapak / ibu sekalian dengan segala teknologi yang kami miliki, oleh karena itu semoga Intelliopt® ini benar - benar menjadi solusi yang presisi dalam menyuplai kebutuhan mineral ternak anda," pungkasnya. (CR)

MENGGALI LEBIH DALAM POTENSI COPPER HIDROKLORIDA SEBAGAI IMBUHAN PAKAN




Tembaga, atau dalam bahasa inggris disebut dengan copper, yang dalam bahasa latin disebut dengan cuprum (Cu) merupakan salah satu unsur kimia yang namanya sering kita dengar. Nyatanya copper memiliki efek bakterisidal dan fungisidal dalam konsentrasi tertentu sehingga dapat dimanfaatkan sebagai substituen antibiotik pemacu pertumbuhan (AGP) terutama pada ternak monogastrik seperti babi dan unggas.

Hal tersebut dibahas secara mendalam oleh Prof. Hans Stein, peneliti dari Illinois University dan Alice Hibbert Global Program Manager - Trace Mineral Trouw Nutrition dalam sebuah webinar bertajuk "Effect of hydroxy copper chloride on growth performance of monogastric animals" Rabu (28/7) lalu.

Prof. Hans Stein lebih dulu menjabarkan secara detil efek pemberian hidroksi copper klorida sebagai imbuhan pakan pada babi. Dari kacamata nutrisi ternak, copper memiliki beberapa fungsi seperti anitbakteri, sebagai mikronutrien, membantu dalam beberapa reaksi metabolisme, dan sebagai komponen dari metaloenzim (enzim yang berkaitan dengan logam). 

Lebih lanjut dalam presentasinya Prof. Stein menjabarkan berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh timnya pada babi. Dimana copper dalam bentuk sediaan hidroksi copper klorida teruji dan terbukti dapat meningkatkan performa pertumbuhan, meningkatkan kecernaan nutrisi, meningkatkan performa bakteri baik pada saluran cerna, dan berfungsi dalam metabolisme lemak. 

"Intinya copper ini memiliki potensi yang jika diberikan dalam ransum babi dalam jumlah yang tepat, main goal -nya adalah copper dapat membantu dalam meningkatkan kesehatan saluran cerna dan meningkatkan performa sistem imun babi," tukas Prof Stein.

Senada dengan Prof Stei, Alice Hibbert juga menjbarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh timnya di berbagai negara terkait efek copper sebagai imbuhan pakan pada ayam. Ia mengatakan bahwa ayam merupakan sumber protein hewani terbanyak yang dikonsumsi oleh manusia di dunia.

Selain itu Alice juga menyinggung mengenai isu Antimicrobial Resisstance yang sudah mendunia dimana kita tahu bahwa salah satu penyebabnya adalah penggunaan antibiotik yang kurang terkontrol di sektor peternakan, terutama ayam.

Oleh karenanya Alice mengatakan bahwa copper dapat menjadi bahan alternatif dalam mengurangi penggunaan antibiotik baik sebagai growth promoter maupun medikasi. Hal ini bukan tanpa alasan, karena dalam beberapa hasil penelitian yang dijabarkan oleh Alice, copper dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada unggas seperti C. perfringens, S. enteritidis, dan S. gallinarum.

"Kami juga sudah membandingkan penggunaan copper vs AGP (BMD) pada ayam, dan hasilnya penggunaan hidroksi copper klorida bisa berefek sama bahkan lebih baik dari BMD, selain itu cost yang dikeluarkan lebih rendah, dan yang terpenting performa juga tetap terjaga," tutur Alice. (CR)


CHEIL JEDANG INDONESIA LEPAS EKSPOR PRODUK TRYPTOPHAN GRANULE SENILAI RP 23 MILIAR

Pelepasan ekspor Tryptophan Granule milik PT Cheil Jedang Indonesia. (Foto: Istimewa)

Selasa, 3 November 2020. PT Cheil Jedang Indonesia (CJI) resmi melepas ekspor perdana bahan baku asal hewan sediaan premiks (feed suplement) berupa Tryptophan Granule (asam amino pakan hewan), dengan total ekspor sebanyak 327 ton bernilai USD 1,5 juta atau sekitar Rp 23 miliar.

CJI yang merupakan satu-satunya produsen asam amino di Indonesia baik untuk pakan (feed grade) maupun pangan (food grade), menyasar ekspor ke pasar Eropa dan Asia, yaitu Jerman, Inggris, Vietnam, India, Prancis, Polandia dan Belanda. Hal ini menjadi bukti bahwa produk asam amino asal Indonesia bisa diterima dan sesuai dengan standar internasional.

Presiden PT Cheil Jedang Indonesia, Yoon Tae Sang, menyampaikan bahwa dengan adanya Tryptophan Granule, CJI telah menjawab permintaan pasar global khususnya produk asam amino untuk pakan ternak dan hewan yang lebih ramah lingkungan.

Ia menyebut, pada 2021 mendatang CJI menargetkan bisa lebih melebarkan sayap di negara Eropa dan Asia lainnya dengan target penjualan 36.000 MT atau setara USD 183 juta.

"Pada peluncuran kali ini kami sangat berterima kasih kepada Menteri Pertanian telah hadir dan sekaligus sebuah kehormatan bagi kami karena secara tak langsung kami mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia. Kami harap dukungan ini terus dilakukan ke depannya," ujar Yoon Tae.

Sementara Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, yang hadir dalam pelepasan ekspor turut memberikan apresiasinya. Mentan Syahrul menilai CJI terus berupaya memproduksi produk berstandar dunia di tengah cekaman wabah COVID-19.

"Kami ucapkan selamat atas terealisasinya ekspor ini, berarti semua yang telah diupayakan oleh pihak perusahaan dan telah membuahkan hasil yang baik," ujar Mentan dalam pelepasan ekspor.

Ia menjelaskan, kebutuhan asam amino dalam negeri rata-rata pertahun sebanyak 53.226 ton dengan kapasitas produksi sebesar 381.500 ton. Maka masih ada potensi ekspor asam amino sebesar 328.274 ton dan sampai September 2020 sudah terealisasi ekspor sebanyak 119.496 ton.

Langkah ekspor pun, lanjut dia, sejalan dengan amanah Presiden Joko Widodo yang menyebut ekspor dan investasi adalah kunci penting kemajuan ekonomi Indonesia, sekaligus sejalan dengan program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (GRATIEKS).

"Saya sangat menghargai dan mengapresiasi lompatan kemajuan PT Cheil Jedang Indonesia yang pertama kalinya melaksanakan ekspor bahan asal hewan berupa asam amino. Saya berharap perusahaan terus meningkatkan kinerja ekspornya," ucap dia.

Ia juga menekankan pentingnya aspek kualitas, kuantitas dan kontinunitas yang harus dipenuhi dalam mengisi peluang ekspor.

"Perlu adanya jaminan kualitas yang dapat bersaing, kemampuan memenuhi kuantitas yang dibutuhkan negara importir dan kontinuitas pasokan, disamping efisiensi usaha agar produk kita semakin kompetitif," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan, Nasrullah, memaparkan bahwa komoditas peternakan Indonesia hingga saat ini telah mampu menembus pasar internasional.

"Terbukti dari beberapa ekspor daging ayam olahan, sarang burung walet, pakan ternak, obat hewan, susu olahan, ternak babi, kambing dan domba hidup sampai larva kering. Total ekspor mencapai 97 negara," kata Nasrullah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor komoditas peternakan 2020 periode Januari-September (angka sementara) sudah tercatat mencapai 235.728 ton dengan nilai USD 632.085.614 atau setara Rp 9,48 triliun.

Catatan ini meningkat dibanding periode yang sama pada 2019 (year on year) yang hanya mencapai 199.135 ton dengan nilai setara Rp 7,05 triliun. Peningkatan volume ekspor sebesar 18,38% dan nilai ekspor meningkat sebanyak 34,32%.

"Nah, lewat GRATIEKS kami targetkan pertumbuhan volume ekspor peternakan pada 2024 nanti naik 300% menjadi 884.212 ton ke 100 negara tujuan," imbuhnya.

Dengan terbukanya akses pasar  internasional ini, kata Nasrullah, diharapkan CJI terus meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk siap ekspor, sehingga produk peternakan Indonesia bisa lebih bersaing di perdagangan internasional dan menjadi motivasi bagi para pelaku usaha lainnya.

"Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada PT Cheil Jedang Indonesia dan semua pihak terkait atas dukungannya terhadap upaya ekspor komoditas peternakan Indonesia," tandasnya. (INF)

SERTIFIKASI NKV : WAJIB HUKUMNYA BAGI UNIT USAHA PETERNAKAN DAN PENGOLAHAN HASIL TERNAK

Kementan melalui Ditjennakkeswan akan menggalakkan sertifikasi NKV untuk unit usaha peternakan

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan sosialisasi Permentan No.11 tahun 2020 mengenai Nomor Kontrol Veteriner, melalui daring pada Selasa 23 Juni 2020 yang lalu. 

Permentan ini merupakan pembaruan dari Permentan No. 381 Tahun 2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan. Aturan tersebut dikeluarkan untuk melengkapi peraturan yang telah ada sebelumnya. Misalnya hal seperti penandatangan NKV dilakukan oleh Pejabat Otoritas Veteriner, penambahan jenis unit usaha produk hewan baik pangan maupun non pangan menjadi 21, persyaratan dan pengangkatan auditor NKV oleh Gubernur, serta peraturan sanksi terhadap pelaku unit usaha produk hewan.

Dalam peraturan tersebut juga diatur bahwa masa berlaku NKV dibatasi menjadi hanya 5 tahun dan setelah itu harus disertifikasi ulang. Hal itu disampaikan oleh ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, kata Drh Ira Firgorita dalam paparannya.

Ira juga menjelaskan mengenai ekanisme sertifikasi NKV untuk unit usaha produk hewan dimulai dari mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Provinsi. Jika lengkap, kemudian permohonan dilimpahkan ke Tim Auditor yang ditugaskan oleh Pejabat Otoritas Veteriner Provinsi, lalu dilakukan proses audit.

Dalam peraturan tersebut juga disebutkan bahwa sertifikat NKV juga wajib dimiliki oleh, rumah potong hewan ruminansia, babi dan unggas. Lalu, sarang burung walet, baik rumah, pencucian, pengumpulan atau pengolahan.

Di sektor hulu, usaha budidaya sapi perah dan unggas petelur juga diwajibkan memiliki sertifikat NKV. Hal itu disebabkan karena unit usaha tersebut langsung menghasilkan produk yang bisa langsung dkonsumsi manusia. Tidak luput juga sertifikat NKV harus dimiliki oleh unit pengolahan produk pangan asal hewan seperti susu, daging telur dan madu. Selain itu, unit usaha pengolahan hewan non pangan misalnya usaha garmen (jaket kulit) juga wajib memiliki sertifikat NKV.

Drh Syamsul Ma'arif selaku Dirketur Kesmavet, Ditjennakkeswan menambahkan, penegakan persyaratan NKV ini akan dilaksanakan secara bertahap dan memiliki skala prioritas. Dalam hal ini, yang diprioritaskan terlebih dahulu yaitu, produsen, unit usaha atau perusahaan yang berskala bisnis dan melayani kebutuhan untuk publik.

Dirinya juga mengutarakan beberapa hal yang sifatnya perlu dan akan segera ditindaklanjuti agar pelayanan kepada masyarakat khususnya audit dalam rangka sertifikasi NKV tidak terhambat.

“Kami akan berusaha sebaik mungkin dalam melayani masyarakat, jika ada yang perlu ditindaklanjuti secara cepat, maka akan segera kami lakukan. Ini agar pelayanan kepada masyarakat tidak terganggu dan terhambat,” tutup Syamsul.

MINIMALKAN STRES TERNAK SAAT TRANSPORTASI, TERAPKAN PRINSIP KESRAWAN

Untuk meminimalkan stres pada saat transportasi ternak, maka sangat dibutuhkan penerapan kesejahteraan hewan (Kesrawan/animal welfare). (Foto: Ist)

Proses transportasi ternak menjadi aktivitas yang rentan terhadap tekanan atau stres pada ternak yang diangkut. Faktor-faktor yang berkontribusi pada stres ternak saat transportasi diantaranaya yakni usia ternak, jenis kelamin, jenis ternak, status fisiologi dan adanya pengalaman sebelumnya.

“Stres pada ternak selama transportasi terbagi dalam dua kategori, yakni stres fisiologi dan stres fisik. Stres fisiologi misalnya kekangan, handling atau penanganan dan lingkungan baru. Sedangkan stres fisik antara lain lapar, haus, lelah, cedera dan panas,” kata Muhamad Baihaqi selaku pakar bidang produksi ternak ruminansia kecil, Fakultas Peternakan IPB, dalam Online Training bertema “Logistik Ruminansia Kecil (Domba/Kambing)” pada 19-20 Juni 2020.

Acara yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB tersebut juga menghadirkan narasumber penting lain, yakni Business Owner Mitra Tani Farm, Budi Susilo.

Untuk meminimalkan stres pada saat transportasi ternak, maka sangat dibutuhkan penerapan kesejahteraan hewan (Kesrawan/animal welfare). Baihaqi menjelaskan, yang dimaksud dengan Kesrawan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.

Ia menandaskan, prinsip kebebasan hewan pada pengangkutan atau transportasi dilaksanakan sesuai dengan regulasi pemerintah, yakni PP No. 95/2012, harus dilakukan dengan cara yang tidak menyakiti, melukai dan/atau mengakibatkan stres, menggunakan alat angkut yang layak, bersih, sesuai dengan kapasitas alat angkut. Kemudian tidak menyakiti, tidak melukai, dan/atau tidak mengakibatkan stres, serta memberikan pakan dan minum yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis ternak. (IN)

FAPET UGM KENALKAN PETERNAKAN SEBAGAI INDUSTRI BERTEKNOLOGI TINGGI

Siswa-siswi saat mengikuti open house Fapet UGM. (Foto: Dok. Fapet UGM)

Open house Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM), memperkenalkan industri peternakan modern sebagai industri biologis yang sarat teknologi tinggi pada kegiatan Lustrum X Fapet UGM, 26-28 Agustus 2019, yang diikuti oleh siswa SMA, SMK dan mahasiswa baru Fapet UGM angkatan 2019. 

Diawal kegiatan, peserta diberi suguhan video profil Fakultas Peternakan UGM dipandu oleh Sekretaris Prodi S1 Fapet UGM, Ir Ahmad Romadhoni Suryaputra dan materi peternakan dan kedaulatan bangsa yang dibawakan Panitia Lustrum X, Muhsin Al Anas SPt. Hadir pula sebagai narasumber dosen Fapet UGM, Dr Ir EndyTriannanto dan Dr Ir Siti Andarwati. Setelah mendengar materi, peserta diajak mengunjungi laboratorium dan kandang-kandang riset Fapet UGM. 

Dijelaskan Ahmad Romadhoni, bahwa peternakan merupakan industri biologis yang dijalankan menggunakan rakayasa bioteknologi. “Dari sudut pandang engineering, ternak adalah mesin biologis yang menghasilkan pangan berkualitas tinggi berupa daging, telur dan susu dari bahan baku berupa pakan biji-bijian dan hijauan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Infovet, Kamis (29/8/2019).

Ia menambahkan, struktur industri peternakan juga lengkap, meliputi upstream berupa industri pembibitan, pakan, obat hewan dan peralatan tenak, serta downstream yang meliputi industri pengolahan dan distribusi hasil ternak.

Lebih lanjut dijelaskan, selain kuliah dan mengurus ternak di kandang, mahasiswa Fapet UGM juga mempelajari ilmu nutrisi dan pakan ternak, produksi ternak, pemuliaan dan reproduksi ternak, teknologi (pengolahan) hasil ternak dan sosial ekonomi peternakan.

“Untuk mata kuliah dasar, semua mahasiswa harus masuk ke kandang. Selanjutnya, mahasiswa bisa memilih mata kuliah sesuai konsentrasi yang dipilih. Banyak mata kuliah yang aktivitasnya di laboratorium, tidak selalu harus masuk kandang,” ucap dia.

Ahmad melanjutkan, bahwa teknologi pengolahan daging dan susu hanya dipelajari secara mendalam di Fapet UGM. Di sisi lain, ilmu ekonomi dan kewirausahaan juga dipelajari di Departemen Sosial dan Ekonomi Peternakan. “Di situ disediakan pula fasilitas laboratorium komputer dan audio visual,” tandasnya. (INF)

MEMAKSIMALKAN POTENSI PRODUKSI DENGAN CLOSED HOUSE

Kandang closed house terbukti meningkatkan performa produksi ternak. (Sumber: Istimewa)

Semakin hari konsumsi daging dan telur ayam per kapita masyarakat Indonesia semakin meningkat. Berbagai hal pula dilakukan stakeholder di sektor perunggasan untuk terus memacu dan mengefisienkan produksinya, salah satunya dengan membangun kandang closed house.

Kenaikan konsumsi masyarakat tentunya harus pula dibarengi oleh peningkatan produksi, bila keadaan tidak berimbang, maka akan terjadi kelangkaan. Disaat yang bersamaan, keterbatasan lahan juga menjadi kendala dalam tumbuhnya bisnis perunggasan di Indonesia. Oleh karenanya, upaya yang dilakukan integrator maupun peternak dalam meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan efisiensi mereka yakni dengan melakukan instalasi kandang closed house. Namun sistem ini juga punya kekurangan dan kelebihan. 

Ayam Nyaman, Produksi Aman
Nyatanya perkembangan teknologi dibidang pemuliaan unggas sangat berimbas pada performa unggas. Misalnya saja 20 tahun lalu ayam broiler baru bisa dipanen pada usia 40-45 hari dengan bobot 1 kg lebih sedikit, namun kini peternak sudah bisa memanen broiler zaman now pada usia 35-an hari dengan bobot 2 kg bahkan lebih.

Peningkatan performa seperti ini tentunya memiliki kompensasi yang harus dibayar, salah satunya pada aspek kesehatan ternak. Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar FKH IPB, Prof drh I Wayan Teguh Wibawan, yang juga konsultan kesehatan unggas. Kepada Infovet, Wayan mengungkapkan ayam di zaman sekarang sangat rentan terhadap penyakit karena kompensasi dari peningkatan gen pertumbuhannya.

“Karena gen pertumbuhannya dipercepat, gen-gen lainnya kan pasti di-suppress, sehingga ayam jadi mudah stres (tertekan) terutama oleh keadaan lingkungan. Nah, ketika ayam berada dalam keadaan stres oleh cekaman lingkungan, sistem imunnya otomatis menurun karena hormon glukokortikoid banyak disekresikan, sehingga memengaruhi kinerja timus dan menghambat produksi sitokin dan interleukin yang merangsang dan mengkoordinasikan aktivitas sel darah putih,” tuturnya.

Wayan menambahkan, hal tersebut juga dapat diperparah oleh kondisi nutrisi yang kurang bergizi dan keadaan di kandang yang kurang baik. Bila tingkat amonia di kandang tinggi dan selaput mukosa teriritasi olehnya, maka infeksi bakteri yang seharusnya bersifat komensal dapat terjadi maupun patogen, di sinilah penyakit pernafasan bermula. Melalui penjabaran itu, Prof Wayan menegaskan, karakteristik broiler di era ini sebenarnya tidak cocok dengan... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2019.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer